Saka memberikan 17 tahun hidupnya hanya untuk Bunda, ia belajar
siang dan malam, menjadi sang juara, mengikuti banyak kegiatan sosial, menjadi anak baik-baik di tengah maraknya pergaulan bebas, selalu patuh terhadap norma, membanggakan seluruh keluarganya baik akademis maupun non akademis. Bahkan bagi remaja berusia 17 tahun, Saka jelas terlalu sempurna. Kanyaah tidak pernah menginginkan hidupnya yang sekarang, kepalanya kerap kali berisik karena ramai pertengkaran orang tuanya di rumah, di delapan jam belajarnya di sekolah sering kali hanya sebatas formalitas, atau tempatnya sejenak untuk melarikan diri dari bising perdebatan yang menyiksa kesehatan jiwanya. Menjadi membanggakan, kesayangan banyak orang, membuat Saka sedikit bisa merasa baik-baik saja. Walau di waktu masa depan di waktu yang entah kapan dan tidak pernah ia nantikan, ia akan kehilangan bundanya. Pada akhirnya ia akan tetap hidup sendiri, menjalani kekosongan itu tanpa tahu harus mencari dimana letak terang penganti bundanya nanti. Kanyaah masih ingin hidup, mungkin karena hari ini Haechan belum mengirimkan video cover solonya, atau karena Haechan baru saja mengirimkan pesan, mengirim foto selca, atau konten NCT yang dimana ia hanya ingin melihat Haechan tertawa dan ia akan ikut bahagia. Kanyah masih memiliki banyak list film korea yang belum ia tonton, ia juga belum merasakan bagaimana salju, ia masih ingin hidup karena betapa memikatnya indomie soto di jam satu pagi. Bundanya sering kali mengingatkan Saka akan kematian, selalu mengatakan jika hari itu tiba, Saka sudah harus bisa baik-baik saja, bahkan jika hari itu datang dan Saka menangis sendirian, bundanya selalu ingin Saka tetap melanjutkan hidupnya. Menjalani segala aktifitasnya seperti laki-laki seumurannya. Bundanya ingin saka tetap hidup. Dan bahagia. Selain Haechan dan Mie indomie di jam satu pagi, Kanyaah sudah lupa seperti apa definisi bahagia itu. Nilai sekolahnya tidak pernah lagi menyentuh angka seratus, ia tidak pernah merasa benar-benar memiliki teman, bahkan ia lebih sering berbicara sendiri, menanyakan kabarnya sendiri lalu menjawabnya sendiri juga. Kanyaah bahkan sudah lupa, kapan terakhir kali keluarganya itu tertawa di ruang TV bersama.