C.131.14.0011 05 BAB II 20180726030218 Kajian Empiris Terhadap Lubang Resapan Pada Beberapa Jenis Tanah
C.131.14.0011 05 BAB II 20180726030218 Kajian Empiris Terhadap Lubang Resapan Pada Beberapa Jenis Tanah
STUDI PUSTAKA
6
Prinsip dasar konservasi air adalah mencegah atau meminimalkan air yang hilang
sebagai aliran permukaan dan menyimpannya semaksimal mungkin ke dalam tubuh bumi.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke
atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai
tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga
cara yang berbeda:
a) Evaporasi/ transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman,
dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.
Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik- bintik air yang selanjutnya
akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
b) Infiltrasi/ Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak
akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah
permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
c) Air Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran
permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah
urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang
membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.Air
permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan
sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan
berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen
siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi
secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.
7
Gambar 2.2. Posisi Lubang Resapan dalam Siklus Hidrologi (www.google.com)
(a) (b)
Gambar 2. 3 Skema Infiltrasi dan Perlokasi pada Dua Lapis Tanah
(www.google.com)
Keterangan :
9
Secara fisik terdapat faktor yang berpengaruh, yaitu: jenis tanah, kepadatan tanah,
kelembaban tanah, tutup tumbuhan (vegetation cover), kemiringan suatu daerah,
penambahan zat kimia pada tanah dan menutup areal permukaan tanah (top soil).
Setiap jenis tanah mempunyai laju infiltrasi karakteristik yang berbeda, yang bervariasi
dari yang sangat tinggi sampai yang sangat rendah. Jenis tanah berpasir umumnya
cenderung mempunyai laju infiltrasi yang tinggi, akan tetapi tanah liat sebaliknya, cenderung
mempunyai laju infiltrasi yang rendah. Untuk satu jenis tanah yang sama dengan kepadatan
yang berbeda mempunyai laju infiltrasi yang berbeda pula. Makin padat suatu kondisi
tanah, maka makin kecil pula laju infiltrasinya, begitu juga sebaliknya, makin renggang
suatu kondisi butir-butir tanah, maka laju infiltrasinya akan semakin besar pula.
Kelembaban tanah yang selalu berubah-ubah setiap saat juga berpengaruh terhadap
laju infiltrasi. Makin tinggi kadar air dalam tanah, maka laju infiltrasi tanah tersebut
makin kecil. Pengaruh tanaman diatas permukaan tanah terdapat dua pengaruh, yaitu
berfungsi sebagai penghambat aliran di permukaan tanah sehingga kesempatan untuk
berinfiltrasi akan semakin besar, sedangkan yang kedua adalah, sistem akar-akaran yang
dapat lebih menggemburkan struktur tanahnya sehingga laju infiltrasi dapat menjadi cepat.
Maka makin baik tutup tanaman yang ada, laju infiltrasi cenderung lebih tinggi.
Kemiringan lahan memberikan pengaruh yang kecil terhadap infiltrasi, walaupun begitu,
terdapat perbedaan infiltrasi antara lahan datar dengan lahan miring. Infiltrasi pada lahan
datar akan lebih besar daripada lahan miring.
Penambahan bahan kimia dalam tanah ada dua jenis. Yang pertama dimaksudkan
untuk memperkuat formasi agregate tanah, sehingga struktur tanah menjadi diperbaiki.
Akibatnya bukan saja infiltrasi yang meningkat, tetapi juga pergerakan air di dalam tanah
(perkolasi). Apabila permukaan tanah tertutup oleh suatu bahan seperti beton, batako, dan
sebagainya, maka areal tanah tersebut tidak bisa berinfiltrasi sama sekali.
11
3. Pemadatan tanah oleh curah hujan.
4. Penyumbatan pori tanah mikro oleh partikel tanah halus seperti bahan endapan dari
partikel liat.
5. Pemadatan tanah oleh manusia dan hewan akibat traffic line oleh alat olah.
6. Struktur tanah.
7. Kondisi perakaran tumbuhan baik akar aktif maupun akar mati (bahan organik).
8. Proporsi udara yang terdapat dalam tanah.
9. Topografi atau kemiringan lahan Intensitas hujan.
10. Kekasaran permukaan tanah.
11. Kualitas air yang akan terinfiltrasi.
12. Suhu udara tanah dan udara sekitar.
Apabila semua faktor-faktor di atas dikelompokkan, maka dapat dikategorikan menjadi dua
faktor utama yaitu:
1. Faktor yang mempengaruhi air untuk tinggal di suatu tempat sehingga air
mendapat kesempatan untuk terinfiltrasi (oppurtunity time).
2. Faktor yang mempengaruhi proses masuknya air ke dalam tanah.
Oleh karena itu, infiltrasi juga biasanya disebut sebagai aliran air yang masuk ke
dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler dan gravitasi. Laju air infiltrasi yang dipengaruhi
oleh gaya gravitasi dibatasi oleh besarnya diameter pori-pori tanah. Tanah dengan pori-
pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil dibandingkan dengan tanah dalam keadaan
kering (Asdak, 2007).
Dengan demikian, mekanisme infiltrasi melibatkan tiga proses yang tidak saling
mempengaruhi (Asdak, 2007):
1. Proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah.
2. Tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah.
3. Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping dan atas).
Pengukuran laju infiltrasi dapat dilakukan pada permukaan tanah, pada kedalam
tertentu, pada lahan kosong atau pada lahan bervegetasi. Walaupun satuan infiltrasi serupa
dengan konduktivitas hidraulik, terdapat perbedaan antara keduanya. Laju infiltrasi
memiliki kegunaan seperti studi pembuangan limbah cair, evaluasi potensi lahan tanki
septik, efisiensi pencucian dan drainase, kebutuhan irigasi, penyebaran air dan imbuhan air
12
tanah, dan kebocoran saluran atau bendungan dan kegunaan lainnya.
Single ring infiltrometer dalam bentuk yang paling sederhana terdiri atas tabung baja
yang ditekankan ke dalam tanah. Permukaan tanah di dalam tabung diisi air. Tinggi air
dalam tabung akan menurun, karena proses infiltrasi. Kemudian banyaknya air yang
ditambahkan untuk mempertahankan tinggi air dalam tabung tersebut harus diukur.Makin
kecil diameter tabung makin besar gangguan akibat aliran ke samping di bawah tabung.
Dengan cara ini infiltrasinya dapat dihitung dari banyaknya air yang ditambahkan kedalam
tabung sebelah dalam per satuan waktu.
14
2.3 Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang
berbeda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok- kelompok dan
subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasan yang
mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat- sifat umum tanah yang sangat bervariasi
tanpa penjelasan yang terperinci.
Sebagian besar sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan untuk tujuan
rekayasa didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi ukuran
butiran dan plastisitas. Walaupun saat ini terdapat berbagai sistem klasifikasi tanah, tetapi
tidak ada satupun dari sistem-sistem tersebut yang benar benar memberikan penjelasan yang
tegas segala kemungkinan pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat tanah yang
sangat bervariasi.
15
2.4 Koefisien Permeabilitas
Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan tanah meloloskan
air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan
laju air larian. Pada ilmu tanah, permeabilitas didefenisikan secara kualitatif sebagai
pengurangan gas-gas, cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat.
Proses pengisian air pada lubang resapan untuk mengalami peresapan merupakan
imbuhan buatan (artificial recharge). Oleh karena dalam proses itu semata-mata karena
pengaruh gravitasi bumi, maka sifat tanah sebagai media peresap akan memiliki arti
yang sangat penting. Sifat fisik tanah untuk mengalirkan air dalam bentuk rembesan
itu ditunjukan dengan koefisien permeabilitas. Koefesien permeabilitas (coefficient of
permeability) mempunyai satuan yang sama seperti kecepatan. Isilah koefesien permebilitas
sebagian besar digunakan oleh para ahli teknik tanah (geoteknik). Koefisien permeabilitas
tanah tergantung pada beberapa faktor, yaitu kekentalan cairan, distribusi ukuran pori- pori,
distribusi ukuran butir, angka pori, kekasaran permukaan butiran tanah dan derajat
kejenuhan tanah. Pada tanah lempung, struktur tanah memegang peranan penting dalam
menentukan koefisien permeabilitas. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sifat rembesan
tanah lempung adalah konsentrasi ion dan ketebalan lapisan air yang menempel pada butiran
lempung. Harga koefisien permeabilitas (K) untuk tiap-tiap tanah adalah berbeda beda.
Tabel 2. 2 Harga Koefisien Permeabilitas pada Umumnya
K
(cm/detik) (ft/menit)
Jenis tanah
Kerikil bersih 1.00 – 100
Pasir kasar 1.00 – 0.01 2.00 –- 0.02
200
Pasir halus 0.01 – 0.001 0.02 – 0.002
Lanau 0.001 – 0.00001 0.002 – 0.00002
Lempung Kurang dari 0.000001 Kurang dari 0.000002
Sumber: Buku Mekanika Tanah Jilid I (Das, 1985)
Penentuan harga koefisien permeabilitas (k) suatu tanah bisa didapat dari pengujian
laboratorium ataupun pengujian di lapangan. Untuk menentukan koefisien permeabilitas di
laboratorium dapat dilakukan dengan:
a) Pengujian tinggi energy tetap (constant head permeability test).
16
b) Pengujian tinggi energy jatuh (falling head per meability test).
meter maka dapat menampung air sebanyak 0,03 m3 (30 liter). Bila jarak antar lubang
resapan tersebut 2 x 2 meter maka akan terdapat sebanyak 2.500 lubang resapan per hektar
yang berarti dapat menampung tambahan air sebanyak 75 m3 atau setara dengan 75.000
liter air per hektar..
Di kawasan perumahan yang 100 persen kedap air, teknologi lubang serapan ini
diterapkan dengan membuat lubang di saluran air ataupun di areal yang sudah terlanjur
diperkeras dengan semen dengan alat bor. Kemudian ke dalam lubang berdiameter 10 cm
dengan kedalaman 80 cm atau maksimal satu meter. Cara membuat lubang resapan adalah :
18
tidak melebihi muka air tanah, yaitu sekitar 100 cm dari permukaan air tanah. LR dapat
meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air. Air tersebut meresap melalui
lubang yang menembus permukaan dinding LR ke dalam tanah di sekitar lubang. Dengan
demikian, akan menambah cadangan air dalam tanah serta menghindari terjadinya aliran air
di permukaan tanah.
Pembuatan LR pada setiap jenis penggunaan tanah dapat mempermudah pengaliran air
dengan memasukkannya ke dalam tanah. Setiap 100 m2 lahan idealnya Lubang resapan
(LR) dibuat sebanyak 30 titik dengan jarak antara 0,5 – 1,0 meter. Dengan kedalaman 1
meter dan diameter 0,10 meter setiap lubang.
19
Tabel 2.3 Hubungan Diameter Lubang dengan Beban Resapan dan Pertambahan Luas
Permukaan Resapan
20
BAB III
METODOLOGI