Anda di halaman 1dari 16

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke
bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut
dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai
presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis
atau kabut.

Gambar 2.1. Siklus Hidrologi (www.google.com)


Untuk menjaga siklus hidrologi agar komponen utamanya dapat bekerja
sebagaimana mestinya, maka perlu dipertahankan kesetimbangan melalui proses
pengisian air hujan dengan meresapkannya ke dalam pori-pori/rongga tanah, batuan atau
yang disebut dengan upaya konservasi air.

6
Prinsip dasar konservasi air adalah mencegah atau meminimalkan air yang hilang
sebagai aliran permukaan dan menyimpannya semaksimal mungkin ke dalam tubuh bumi.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke
atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai
tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga
cara yang berbeda:
a) Evaporasi/ transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman,
dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.
Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik- bintik air yang selanjutnya
akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
b) Infiltrasi/ Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak
akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah
permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
c) Air Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran
permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah
urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang
membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.Air
permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan
sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan
berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen
siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi
secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.

7
Gambar 2.2. Posisi Lubang Resapan dalam Siklus Hidrologi (www.google.com)

2.2 Konsep Laju Infiltrasi


Infiltrasi dimaksudkan sebagai proses masuknya air ke permukaan tanah. Ini
merupakan bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi maupun dalam proses
pengalihragaman hujan menjadi aliran sungai. Pada saat air hujan jatuh kepermukaan
tanah, sebagian air tersebut tertahan di cekungan-cekungan, sebagian air mengalir sebagai
aliran permukaan (surface run off) dan sebagian lainnya meresap kedalam tanah.
Saat hujan mencapai permukaan lahan maka akan terdapat bagian hujan yang
mengisi ruang kosong (void) dalam tanah yang terisi udara sampai mencapai kapasitas
lapang (field capacity) dan berikutnya bergerak ke bawah secara gravitasi akibat
berat sendiri dan bergerak terus ke bawah (perlocation) ke dalamdaerah jenuh (saturated
zone) yang terdapat di bawah permukaan air tanah (Rusli, 2008).

2.2.1 Pengertian Infiltrasi


Secara umum peresapan air merupakan proses masuknya air hujan ke dalam tanah
sebagai akibat adanya gaya kapiler dan gaya gravitasi dengan cara infiltrasi maupun
perkolasi ke lapisan tanah yang lebih dalam. Infiltrasi merupakan cara air bergerak ke
dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah.
Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau
horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air
permukaan. Dengan pengaruh gaya gravitasi air hujan akan masuk ke dalam tanah
melalui pori-pori tanah dan gaya kapiler akan mengalirkan air tersebut ke atas ke bawah
8
dan ke arah horizontal.
Sedangkan laju peresapan air adalah kecepatan masuknya air hujan ke dalam
tanah selama hujan berlangsung karena faktor alam maupun berkat adanya campur tangan
manusia. Laju peresapan air dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : tekstur tanah,
bahan organik tanah, kepadatan tanah, jenis dan jumlah.
Pengertian infiltrasi (infiltration) sering dicampurkan-adukkan untuk kepentingan
praktis dengan pengertian perkolasi (percolation). Yang terakhir ini merupakan proses
aliran air dalam tanah secara vertical akibat gaya berat. Memang keduanya saling
berpengaruh akan tetapi hendaknya secara teoretik pengertian keduanya dibedakan.
Dalam kaitan ini terdapat dua pengertian tentang kuantitas infiltrasi, yaitu kapasitas
infiltrasi, dan laju infiltrasi.
a) Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah
tertentu, Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan tanah
dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan lebih kecil dari
pada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan.
b) Laju infiltrasi adalah laju infiltrasi nyata suatu jenis tanah tertentu. Laju
infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan intensitascurah
hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam). Air infiltrasi yang tidak kembali lagi ke
atmosfer melalui proses evapotranspirasi akan menjadi air tanah untuk seterusnya mengalir
ke sungai disekitar.

(a) (b)
Gambar 2. 3 Skema Infiltrasi dan Perlokasi pada Dua Lapis Tanah
(www.google.com)
Keterangan :

a) Infiltrasi Besar dengan Perlokasi Kecil.


b) Infiltrasi Kecil dengan Perlokasi Besar.

9
Secara fisik terdapat faktor yang berpengaruh, yaitu: jenis tanah, kepadatan tanah,
kelembaban tanah, tutup tumbuhan (vegetation cover), kemiringan suatu daerah,
penambahan zat kimia pada tanah dan menutup areal permukaan tanah (top soil).
Setiap jenis tanah mempunyai laju infiltrasi karakteristik yang berbeda, yang bervariasi
dari yang sangat tinggi sampai yang sangat rendah. Jenis tanah berpasir umumnya
cenderung mempunyai laju infiltrasi yang tinggi, akan tetapi tanah liat sebaliknya, cenderung
mempunyai laju infiltrasi yang rendah. Untuk satu jenis tanah yang sama dengan kepadatan
yang berbeda mempunyai laju infiltrasi yang berbeda pula. Makin padat suatu kondisi
tanah, maka makin kecil pula laju infiltrasinya, begitu juga sebaliknya, makin renggang
suatu kondisi butir-butir tanah, maka laju infiltrasinya akan semakin besar pula.
Kelembaban tanah yang selalu berubah-ubah setiap saat juga berpengaruh terhadap
laju infiltrasi. Makin tinggi kadar air dalam tanah, maka laju infiltrasi tanah tersebut
makin kecil. Pengaruh tanaman diatas permukaan tanah terdapat dua pengaruh, yaitu
berfungsi sebagai penghambat aliran di permukaan tanah sehingga kesempatan untuk
berinfiltrasi akan semakin besar, sedangkan yang kedua adalah, sistem akar-akaran yang
dapat lebih menggemburkan struktur tanahnya sehingga laju infiltrasi dapat menjadi cepat.
Maka makin baik tutup tanaman yang ada, laju infiltrasi cenderung lebih tinggi.
Kemiringan lahan memberikan pengaruh yang kecil terhadap infiltrasi, walaupun begitu,
terdapat perbedaan infiltrasi antara lahan datar dengan lahan miring. Infiltrasi pada lahan
datar akan lebih besar daripada lahan miring.
Penambahan bahan kimia dalam tanah ada dua jenis. Yang pertama dimaksudkan
untuk memperkuat formasi agregate tanah, sehingga struktur tanah menjadi diperbaiki.
Akibatnya bukan saja infiltrasi yang meningkat, tetapi juga pergerakan air di dalam tanah
(perkolasi). Apabila permukaan tanah tertutup oleh suatu bahan seperti beton, batako, dan
sebagainya, maka areal tanah tersebut tidak bisa berinfiltrasi sama sekali.

2.2.2 Proses Infiltrasi


Salah satu proses yang berkaitan dengan distribusi air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi adalah infiltrasi. Infiltrasi merupakan proses masuk atau meresapnya air dari atas
permukaan tanah ke dalam bumi. Jika air hujan meresap ke dalam tanah maka kadar lengas
tanah meningkat hingga mencapai kapasitas lapang. Pada kondisi kapasitas lapang air yang
masuk menjadi perkolasi dan mengisi daerah yang lebih rendah energi potensialnya
sehingga mendorong terjadinya aliran antara (interflow) dan aliran bawah permukaan
10
lainnya (base flow). Air yang berada pada lapisan air tanah jenuh dapat pula bergerak ke
segala arah (ke samping dan ke atas) dengan gaya kapiler atau dengan bantuan
penyerapan oleh tanaman melalui tudung akar.
Proses infiltrasi sangat ditentukan oleh waktu. Jumlah air yang masuk kedalam
tanah dalam suatu periode waktu disebut laju infiltrasi. Laju infiltrasi pada suatu tempat
akan semakin kecil seiring kejenuhan tanah oleh air. Pada saat tertentu laju infiltrasi menjadi
tetap. Nilai laju inilah yang kemudian disebut laju perkolasi.
Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah, tergantung pada kondisi biofisik
permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir masuk ke dalam
tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses mengalirnya air hujan ke dalam tanah
disebabkan oleh tarikan gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah. Di bawah pengaruh gaya
gravitasi air hujan mengalir vertikal kedalam tanah, sedangkan pada gaya kapiler bersifat
mengalirkan air tersebut tegak lurus keatas, ke bawah, dan kearah horizontal (lateral). Gaya
kapiler bekerja nyata pada tanah dengan pori-pori yang relativ kecil.

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi


Perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah baik secara vertikal maupun
secara horizontal disebut infiltrasi. Banyaknya air yang terinfiltrasi dalam satuan waktu
disebut laju infiltrasi. Besarnya laju infiltrasi (f ) dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari.
Laju infiltrasi akan sama dengan intensitas hujan (I), bila laju infiltrasi tersebut lebih kecil
dari daya infiltrasinya. Jadi f ≤ fp dan f ≤ I (Seyhan, 1990).
Infiltrasi berubah-ubah sesuai dengan intensitas curah hujan. Akan tetapi setelah
mencapai limitnya, banyaknya infiltrasi akan berlangsung terus sesuai dengan kecepatan
absorbsi setiap tanah. Pada tanah yang sama kapasitas infiltrasinya berbeda-beda,
tergantung dari kondisi permukaan tanah, struktur tanah, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.
Di samping intensitas curah hujan, infiltrasi berubah-ubah karena dipengaruhi oleh
kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah.
Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah
sebagai berikut:
1. Tinggi genangan air di atas permukaan tanah dan tebal lapisan tanah yang
jenuh.
2. Kadar air atau lengas tanah.

11
3. Pemadatan tanah oleh curah hujan.
4. Penyumbatan pori tanah mikro oleh partikel tanah halus seperti bahan endapan dari
partikel liat.
5. Pemadatan tanah oleh manusia dan hewan akibat traffic line oleh alat olah.
6. Struktur tanah.
7. Kondisi perakaran tumbuhan baik akar aktif maupun akar mati (bahan organik).
8. Proporsi udara yang terdapat dalam tanah.
9. Topografi atau kemiringan lahan Intensitas hujan.
10. Kekasaran permukaan tanah.
11. Kualitas air yang akan terinfiltrasi.
12. Suhu udara tanah dan udara sekitar.

Apabila semua faktor-faktor di atas dikelompokkan, maka dapat dikategorikan menjadi dua
faktor utama yaitu:
1. Faktor yang mempengaruhi air untuk tinggal di suatu tempat sehingga air
mendapat kesempatan untuk terinfiltrasi (oppurtunity time).
2. Faktor yang mempengaruhi proses masuknya air ke dalam tanah.
Oleh karena itu, infiltrasi juga biasanya disebut sebagai aliran air yang masuk ke
dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler dan gravitasi. Laju air infiltrasi yang dipengaruhi
oleh gaya gravitasi dibatasi oleh besarnya diameter pori-pori tanah. Tanah dengan pori-
pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil dibandingkan dengan tanah dalam keadaan
kering (Asdak, 2007).
Dengan demikian, mekanisme infiltrasi melibatkan tiga proses yang tidak saling
mempengaruhi (Asdak, 2007):
1. Proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah.
2. Tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah.
3. Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping dan atas).
Pengukuran laju infiltrasi dapat dilakukan pada permukaan tanah, pada kedalam
tertentu, pada lahan kosong atau pada lahan bervegetasi. Walaupun satuan infiltrasi serupa
dengan konduktivitas hidraulik, terdapat perbedaan antara keduanya. Laju infiltrasi
memiliki kegunaan seperti studi pembuangan limbah cair, evaluasi potensi lahan tanki
septik, efisiensi pencucian dan drainase, kebutuhan irigasi, penyebaran air dan imbuhan air

12
tanah, dan kebocoran saluran atau bendungan dan kegunaan lainnya.

2.2.3.1 Pengaruh Tekstur/Bentuk Tanah Terhadap Laju Infiltrasi


Jumlah dan ukuran pori yang menentukan adalah jumlah pori-pori yang berukuran
besar. Makin banyak pori-pori besar maka kapasitas infiltrasi makin besar pula. Atas
dasar ukuran pori tersebut, liat kaya akan pori halus dan miskin akan pori besar. Sebaliknya
fraksi pasir banyak mengandung pori besar dan sedikit pori halus. Dengan demikian
kapasitas infiltrasi pada tanah-tanah pasir jauh lebih besar daripada tanah liat.
Tanah-tanah yang bertekstur kasar menciptakan struktur tanah yang ringan.
Sebaliknya tanah-tanah yang terbentuk atau tersusun dari tekstur tanah yang halus
menyebabkan terbentuknya tanah-tanah yang bertekstur berat. Tanah dengan struktur tanah
yang berat mempunyai jumlah pori halus yang banyak dan miskin akan pori besar.
Sebaliknya tanah yang ringan mengandung banyak pori besar dan sedikit pori halus.
Dengan demikian kapasitas infiltrasi dari kedua jenis tanah tanah tersebut akan
berbeda pula, yaitu tanah yang berstruktur ringan kapasitas infiltrasinya akan lebih besar
dibandingkan dengan tanah-tanah yang berstruktur berat. Menurut Kusnaedi (2002), laju
infiltrasi berbeda menurut jenis tanahnya seperti pada Tabel berikut ini.
Tabel 2. 1 Tekstur Tanah dengan Kecepatan Infiltrasi
Kecepatan
Infiltrasi Kriteria
25.00 – 50.00
(cm/jam) Sangat Cepat
12.50 – 25.00 Cepat
7.50 – 15.00 Sedang
0.50 – 2.50 Lambat
< 0.50 Sangat Lambat
Sumber : Kusnaedi, 2011

2.2.3.2 Arti Penting dari Infiltrasi.


Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap beberapa hal berikut :
a) Proses limpasan (run off)
Daya infiltrasi menentukan banyaknya air hujan yang dapat diserap kedalam tanah.
Makin besar daya infiltrasi, perbedaan antara intensitas hujan dengan daya infiltrasi menjadi
makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil, sehingga debit puncaknya
juga akan lebih kecil.
13
b) Pengisian lengas tanah (soil moisture) dan air tanah
Pengisian lengas tanah dan air tanah penting untuk tujuan pertanian. Akar tanaman
menembus zone tidak jenuh dan menyerap air yang diperlukan untuk evapotranspirasi
dari zona tidak jenuh. Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antara infiltrasi
dan perkolasi (jika ada). Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanah yang
berbutir tidak begitu besar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh dari
kenaikan kapiler air tanah.

2.2.4 Pengukuran Infiltrasi di Lapangan


Pada penelitian ini dijelaskan cara mengukur laju infiltrasi di lapangan dengan
menggunakan alat single ring infiltrometer.

Single ring infiltrometer dalam bentuk yang paling sederhana terdiri atas tabung baja
yang ditekankan ke dalam tanah. Permukaan tanah di dalam tabung diisi air. Tinggi air
dalam tabung akan menurun, karena proses infiltrasi. Kemudian banyaknya air yang
ditambahkan untuk mempertahankan tinggi air dalam tabung tersebut harus diukur.Makin
kecil diameter tabung makin besar gangguan akibat aliran ke samping di bawah tabung.
Dengan cara ini infiltrasinya dapat dihitung dari banyaknya air yang ditambahkan kedalam
tabung sebelah dalam per satuan waktu.

Gambar 2.4 Single Ring Infitrometer (www.google.com)

14
2.3 Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang
berbeda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok- kelompok dan
subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasan yang
mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat- sifat umum tanah yang sangat bervariasi
tanpa penjelasan yang terperinci.
Sebagian besar sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan untuk tujuan
rekayasa didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi ukuran
butiran dan plastisitas. Walaupun saat ini terdapat berbagai sistem klasifikasi tanah, tetapi
tidak ada satupun dari sistem-sistem tersebut yang benar benar memberikan penjelasan yang
tegas segala kemungkinan pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat tanah yang
sangat bervariasi.

2.3.3 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur/Bentuk


Dalam arti umum, yang dimaksud dengan tekstur tanah adalah keadaan permukaan
tanah yang bersangkutan. Tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran tiap- tiap butir yang yang
ada di dalam tanah. Tanah dibagi dalam beberapa kelompok antara lain; kerikil (gravel),
pasir (sand), lanau (silt), dan lempung (clay), atas dasar ukuran butir-butirnya.
Pada umumnya tanah asli merupakan campuran dari butir-butir yang merupakan
ukuran yang berbeda-beda. Dalam sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur, tanah
diberi nama atas dasar komponen utama yang dikandungnya, misalnya lempung berpasir
(sand clay), lempung berlanau (silt clay) dan seterusnya. Beberapa sistem klasifikasi
berdasarkan tekstur tanah telah dikembangkan sejak dulu oleh berbagai organisasi guna
memenuhi kebutuhan mereka sendiri, beberapa dari sistem-sistem tersebut masih dipakai
hingga saat ini, sistem klasifikasi berdasar tekstur tanah yang dikembangkan oleh
departemen pertanian amerika (USDA). Sistem ini didasarkan pada ukuran batas dari
butiran tanah seperti diterangkan oleh sistem USDA, yaitu:
 Pasir : butiran dengan diameter 2,0 - 0,05 mm.
 Lanau : butiran dengan diameter 0,05 - 0,002 mm.
 Lempung : butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm.

15
2.4 Koefisien Permeabilitas
Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan tanah meloloskan
air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan
laju air larian. Pada ilmu tanah, permeabilitas didefenisikan secara kualitatif sebagai
pengurangan gas-gas, cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat.
Proses pengisian air pada lubang resapan untuk mengalami peresapan merupakan
imbuhan buatan (artificial recharge). Oleh karena dalam proses itu semata-mata karena
pengaruh gravitasi bumi, maka sifat tanah sebagai media peresap akan memiliki arti
yang sangat penting. Sifat fisik tanah untuk mengalirkan air dalam bentuk rembesan
itu ditunjukan dengan koefisien permeabilitas. Koefesien permeabilitas (coefficient of
permeability) mempunyai satuan yang sama seperti kecepatan. Isilah koefesien permebilitas
sebagian besar digunakan oleh para ahli teknik tanah (geoteknik). Koefisien permeabilitas
tanah tergantung pada beberapa faktor, yaitu kekentalan cairan, distribusi ukuran pori- pori,
distribusi ukuran butir, angka pori, kekasaran permukaan butiran tanah dan derajat
kejenuhan tanah. Pada tanah lempung, struktur tanah memegang peranan penting dalam
menentukan koefisien permeabilitas. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sifat rembesan
tanah lempung adalah konsentrasi ion dan ketebalan lapisan air yang menempel pada butiran
lempung. Harga koefisien permeabilitas (K) untuk tiap-tiap tanah adalah berbeda beda.
Tabel 2. 2 Harga Koefisien Permeabilitas pada Umumnya

K
(cm/detik) (ft/menit)
Jenis tanah
Kerikil bersih 1.00 – 100
Pasir kasar 1.00 – 0.01 2.00 –- 0.02
200
Pasir halus 0.01 – 0.001 0.02 – 0.002
Lanau 0.001 – 0.00001 0.002 – 0.00002
Lempung Kurang dari 0.000001 Kurang dari 0.000002
Sumber: Buku Mekanika Tanah Jilid I (Das, 1985)

Penentuan harga koefisien permeabilitas (k) suatu tanah bisa didapat dari pengujian
laboratorium ataupun pengujian di lapangan. Untuk menentukan koefisien permeabilitas di
laboratorium dapat dilakukan dengan:
a) Pengujian tinggi energy tetap (constant head permeability test).

16
b) Pengujian tinggi energy jatuh (falling head per meability test).

Sedangkan untuk menentukan koefisien permeabilitas di lapangan dapat dilakukan


dengan:
a) Uji pemompaan (pumping test)
b) Uji perlokasi (auger hoole test)

2.5 Lubang resapan


2.5.1 Pengertian
Lubang resapan (LR) adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah
dengan diameter 10 – 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm atau dalam kasus tanah
dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah.
Keberadaan lubang resapan yang banyak, akan mempertinggi daya serap tanah terhadap
air, karena air akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh (profil) tanah.
Lubang resapan yang dibuat sedalam 1 meter dengan diameter lubang sekitar 0,10

meter maka dapat menampung air sebanyak 0,03 m3 (30 liter). Bila jarak antar lubang
resapan tersebut 2 x 2 meter maka akan terdapat sebanyak 2.500 lubang resapan per hektar

yang berarti dapat menampung tambahan air sebanyak 75 m3 atau setara dengan 75.000
liter air per hektar..

2.5.2 Fungsi Lubang resapan


Penerapan lubang resapan sangat dianjurkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
fungsi lubang resapan bagi kehidupan manusia adalah :
a) Lubang resapan merupakan teknologi tepat guna yang berfungsi untuk mengurangi
genangan air. Khususnya di kawasan pemukiman, antara lain untuk mengurangi tingkat
genangan air di pekarangan. Dan jika dibuat secara massal pada taman lingkungan, maka
lubang ini juga dapat mengurangi genangan air di kawasan perumahan, antara lain :
Mengatasi banjir karena meningkatkan daya resapan air. Air hujan tidak harus dari talang
atau saluran air yang masih bersih, akan tetapi air yang bercampur tanah pun dapat di
masukkan.
b) Mengatasi masalah timbulnya genangan air penyebab demam berdarah dan
malaria. Biasanya di tanah lapang, seperti halaman rumah, lapangan bola atau fasilitas
17
olahraga yang masih belum di semen, ada bebarapa tempat yang air sulit meresap.
c) Menekan laju erosi. Dengan adanya penurunan aliran permukaan maka laju erosi
pun akan menurun. Bila aliran permukaan menurun, tanah-tanah yang tergerus dan
terhanyut pun akan berkurang. Dampaknya, aliran permukaan air hujan kecil dan erosi pun
akan kecil. Dengan demikian, adanya lubang resapan yang mampu menekan besarnya aliran
permukaan berarti dapat menekan laju erosi.

2.5.3 Mekanisme Lubang Resapan


Teknologi ini bisa diaplikasikan di kawasan perumahan yang 100 persen kedap air
atau sama sekali tidak ada tanah terbuka maupun di areal persawahan yang berlokasi di
kawasan perbukitan. Prinsip dari teknologi ini adalah menghindari air hujan mengalir ke
daerah yang lebih rendah dan membiarkannya terserap ke dalam tanah melalui lubang
resapan tersebut. Yang menjadi salah satu faktor penyebab banjir adalah air hujan yang
mengguyur wilayah hulu tidak bisa diserap dengan baik karena berkurangnya pepohonan
dan banyaknya bangunan, sehingga wilayah hilir kebanjiran (Kamir R Brata, 2015).

Di kawasan perumahan yang 100 persen kedap air, teknologi lubang serapan ini
diterapkan dengan membuat lubang di saluran air ataupun di areal yang sudah terlanjur
diperkeras dengan semen dengan alat bor. Kemudian ke dalam lubang berdiameter 10 cm
dengan kedalaman 80 cm atau maksimal satu meter. Cara membuat lubang resapan adalah :

1. Buat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter sepuluh sentimeter,


kedalaman sekitar seratus sentimeter atau tidak melampaui kedalaman air tanah pada dasar
saluran atau alur yang telah dibuat. Jarak antar lubang 50–100 cm.
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar dua sampai dengan
tiga sentimeter, setebal dua sentimeter di sekeliling mulut lubang.
3. Tutup mulut lubang dengan penutup yang berongga agar air dapat masuk kedalam
dan sampah tersaring diluarnya.

2.5.4 Prinsip Pembuatan Lubang resapan (LR)


Lubang resapan (LR) merupakan teknologi yang berpotensi meningkatkan daya dukung
lingkungan. Menurut Brata dan Nelistya (2008), lubang resapan merupakan lubang
berbentuk silindris berdiameter sekitar 10 cm yang digali di dalam tanah. Kedalamannya

18
tidak melebihi muka air tanah, yaitu sekitar 100 cm dari permukaan air tanah. LR dapat
meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air. Air tersebut meresap melalui
lubang yang menembus permukaan dinding LR ke dalam tanah di sekitar lubang. Dengan
demikian, akan menambah cadangan air dalam tanah serta menghindari terjadinya aliran air
di permukaan tanah.
Pembuatan LR pada setiap jenis penggunaan tanah dapat mempermudah pengaliran air
dengan memasukkannya ke dalam tanah. Setiap 100 m2 lahan idealnya Lubang resapan
(LR) dibuat sebanyak 30 titik dengan jarak antara 0,5 – 1,0 meter. Dengan kedalaman 1
meter dan diameter 0,10 meter setiap lubang.

2.5.5 Aplikasi Lubang Resapan


Pembuatan lubang resapan akan meningkatkan kemampuan lingkungan dalam
menopang kehidupan di atasnya, teknologi lubang resapan (LR), dikembangkan berdasarkan
prinsip menjaga kesehatan ekosistem tanah untuk mendukung adanya keanekaragaman
hayati dalam tanah oleh tersedianya cukup air, udara, dan sumber makanan (bahan organik).
Sistem peresapan berbasis lubang resapan adalah teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan yang dapat memberikan banyak manfaat, antara lain :
(1) meningkatkan laju peresapan air dan cadangan air tanah,
(2) mengurangi banjir dengan memperbanyak lubang resapan untuk meningkatkan
resapan air pada tanah,
(3) meningkatkan peranan aktivitas biodiversitas tanah dan akar tanaman,
(4) mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit
demam berdarah dan malaria.
Adapun manfaat utama dari LR adalah kemampuannya meningkatkan peresapan air
hujan ke dalam tanah. Kemampuan LR dalam meresapkan air dipengaruhi oleh diameter
lubang yang dibuat.

19
Tabel 2.3 Hubungan Diameter Lubang dengan Beban Resapan dan Pertambahan Luas
Permukaan Resapan

Diamet Mulut Luas Penambah Beban


er Lubang Lubang Dinding an luas (kali) Volum Resapan
(cm) e (liter)
(cm2) (m2) (Liter/m2)
10 79 0,3143 40 7.857 25
40 1257 1,2571 11 125.71 100
60 2829 1,8857 7 4 282.85 150
80 5029 2,5143 5 7 502.85 200
100 7857 3,1429 4 7 785.71 250
Sumber : Brata dan Nelistya, 2008. 4
Agar LR dapat berfungsi secara optimum diperlukan jumlah yang ideal, jumlah LR
ideal ditentukan dengan mengalikan luas bidang kedap dengan intensitas hujan dan dibagi
laju peresapan air per lubang. Bidang kedap dengan luas 100 m2 dengan intensitas hujan 50
mm/jam dan laju peresapan air per lubang 3 liter/menit membutuhkan 28 LR. Dengan asumsi
bahwa bidang kedap tersebut adalah rumah dan ditempati 10 orang dan dibuat LR sesuai
dengan jumlah ideal.

20
BAB III
METODOLOGI

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SEMARANG
2017

Anda mungkin juga menyukai