PETA KONSEP
SIKLUS HIDROLOGI
KARAKTERISTIK DAN
DINAMIKA PERAIRAN
LAUT
PERSEBARAN DAN
PEMANFAATAN
BIOTA LAUT
POTENSI, PERSEBARAN,
DAN PEMANFAATAN
PERAIRAN DARAT
KONSERVASI AIR
TANAH DAN DAS
LEMBAGA PENYEDIA
DATA HIDROLOGI
A. SIKLUS HIDROLOGI
h. Infiltrasi
Adalah aliran air ke dalam tanah melalui pori-pori tanah di permukaan. Di
dalam tanah, air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow)
menuju mata air, danau, dan sungai, atau secara vertikal, yang dikenal sebagai
perkolasi menuju air tanah. Gerak air di dalam tanah melalui pori-pori tanah
dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi
menyebabkan aliran selalu menuju ke tempat yang lebih rendah, sementara gaya
kapiler menyebabkan air bergerak ke segala arah. Air kapiler selalu bergerak
dari daerah basah menuju ke daerah yang lebih kering.
Tanah kering mempunyai gaya kapiler lebih besar daripada tanah basah.
Gaya tersebut berkurang dengan bertambahnya kelembaban tanah. Selain itu,
gaya kapiler bekerja lebih kuat pada tanah dengan butiran halus seperti lempung
daripada tanah berbutir kasar pasir. Apabila tanah kering, air terinfiltrasi melalui
permukaan tanah karena pengaruh gaya gravitasi dan gaya kapiler pada seluruh
permukaan. Setelah tanah menjadi basah, gerak kapiler berkurang karena
berkurangnya gaya kapiler.
Hal ini menyebabkan penurunan laju infiltrasi. Sementara aliran kapiler
pada lapis permukaan berkurang, aliran karena pengaruh gravitasi berlanjut
mengisi pori-pori tanah. Dengan terisinya pori-pori tanah, laju infiltrasi
berkurang secara berangsung-angsur sampai dicapai kondisi konstan, di mana
laju infiltrasi sama dengan laju perkolasi melalui tanah.
Dalam infiltrasi dikenal dua istilah yaitu kapasitas infiltrasi dan laju
infiltrasi, yang dinyatakan dalam mm/jam. Kapasitas infiltrasi adalah laju
infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu; sedang laju infiltrasi
adalah kecepatan infiltrasi yang nilainya tergantung pada kondisi tanah dan
intensitas hujan.
Apabila tanah dalam kondisi kering ketika infiltrasi terjadi, kapasitas
infiltrasi tinggi karena kedua gaya kapiler dan gravitasi bekerja bersama-sama
menarik air ke dalam tanah. Ketika tanah menjadi basah, gaya kapiler berkurang
yang menyebabkan laju infiltrasi menurun. Akhirnya kapasitas infiltrasi
mencapai suatu nilai konstan, yang dipengaruhi terutama oleh gravitasi dan laju
perkolasi.
3. Proses Siklus Hidrologi
Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan
laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang
tidak pernah berhenti, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai,
danau/waduk, dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau
mahluk hidup lainnya.
Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor-faktor iklim lainnya
menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi dan tanah, di
laut atau badan-badan air lainnya. Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan
terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun datar, dan apabila
keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian uap air akan terkondensasi sebagai air
hujan.
Sebelum mencapai permukaan tanah, air hujan tersebut akan tertahan oleh
tajuk vegetasi. Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di permukaan
tajuk/daun selama proses pembasahan tajuk, dan sebagian lainnya akan jatuh ke
atas permukaan tanah melalui sela-sela daun (throughfall) atau mengalir ke bawah
melalui permukaan batang pohon (stemflow). Sebagian air hujan tidak akan
pernah sampai di permukaan tanah, melainkan terevaporasi kembali ke atmosfer
(dari tajuk dan batang) selama dan setelah berlangsungnya hujan (interception
loss).
Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk
(terserap) ke dalam tanah (infiltration). Sedangkan air hujan yang tidak terserap ke
dalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan
tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke
tempat yang lebih rendah (runoff), kemudian masuk ke sungai. Air infiltrasi akan
tertahan dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk
kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka
air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral
(horizontal) untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan
tanah (subsurface flow) dan akhirnya mengalir ke sungai. Alternatif lainnya, air
hujan yang masuk ke dalam tanah tersebut akan bergerak vertikal ke tanah yang
lebih dalam dan menjadi bagian dari air tanah (groundwater). Air tanah tersebut,
terutama pada musim kemarau akan mengalir pelan-pelan ke sungai, danau, atau
tempat penampungan air alamiah lainnya (baseflow).
Tidak semua air infiltrasi (air tanah) mengalir ke sungai atau tampungan air
lainnya, melainkan ada sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam lapisan
tanah bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui
permukaan tanah (soil evaporation) dan melalui permukaan tajuk vegetasi
(transpiration). Untuk membedakan proses intersepsi hujan dari proses
transpirasi, dapat dilihat dari asal air yang diuapkan ke atmosfer. Apabila air yang
diuapkan oleh tajuk berasal dari hujan yang jatuh di atas tajuk tersebut, maka
proses penguapannya disebut intersepsi. Apabila air yang diuapkan berasal dari
dalam tanah melalui mekanisme fisiologi tanaman, maka proses penguapannya
disebut transpirasi. Dengan kata lain, intersepsi terjadi selama dan segera setelah
berlangsungnya hujan. Sementara proses transpirasi berlangsung ketika tidak ada
hujan. Gabungan kedua proses tersebut disebut evapotranspirasi. Besarnya angka
evapotraspirasi umumnya ditentukan selama satu tahun, yaitu gabungan antara
besarnya evaporasi musim hujan (intersepsi) dan musim kemarau (transpirasi).
Oseanografi adalah ilmu yang mempelajari lautan. Bidang kajian ilmu tersebut
meliputi arus laut, pasang surut laut, temperatur, kedalaman, kehidupan yang ada di laut,
geologi laut, dan bentukan-bentukan yang ditimbulkan oleh proses kelautan. Sebagian
besar permukaan bumi terdiri dari permukaan laut. Bagian terbesar dari lautan terletak di
belahan bumi selatan, sedangkan sebagian besar belahan bumi utara berupa daratan.
1. Pesisir dan Laut
Pesisir adalah daratan di tepi laut yang tergenang pada saat air laut pasang dan
kering pada saat air laut surut. Oleh karena itu, pesisir memiliki panjang yang sama
dengan garis pantai, tetapi lebarnya berbeda untuk tiap pantai. Pesisir Indonesia
mempunyai ekosistem yang beraneka ragam, antara lain hutan mangrove, terumbu
karang, padang lamun, dan rumput laut.
Laut adalah tubuh air asin yang sangat luas dan saling terhubung antara lautan
yang satu dan lautan lainnya. Sebesar 70% permukaan bumi merupakan lautan
sehingga jika dilihat dari angkasa luar, bumi didominasi oleh warna biru. Laut yang
luas disebut juga samudra. Ada lima samudra di bumi yaitu Samudra Antartika,
Samudra Artik, Samudra Atlantik, Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik.
2. Jenis-jenis Laut
a. Berdasarkan Cara Terjadinya
Berdasarkan cara terjadinya laut dibedakan menjadi tiga :
1) Laut Transgesi (laut meluas)
Yaitu laut yang terjadi karena permukaan air laut menjadi bertambah luas,
akibat naiknya permukaan air laut atau adanya daratan yang turun sehingga
bagian daratan yang rendah tergenang air laut. Kedalaman laut transgresi
umumnya tidak lebih dari 75 m.
Contoh : Dangkalan Sunda dan Dangkalan Sahul.
2) Laut Ingresi (laut tanah turun)
Yaitu laut yang terjadi karena adanya penurunan dasar laut. Penurunan dasar
laut dapat membentuk cekungan yang disebut lubuk laut dan palung laut.
Lubuk laut adalah penurunan yang bentuknya bulat. Contoh : lubuk Laut
Sulu. Palung laut adalah penurunan yang bentuknya memanjang. Contoh :
palung Laut Jawa.
3. Morfologi Laut
Adalah bentuk-bentuk muka bumi di dasar laut atau relief dasar laut. Adapun
bentuk-bentuk morfologi dasar laut adalah sebagai berikut :
a. Dangkalan/Paparan Benua/ Landas Kontinen (Continental Shelf )
Merupakan dasar laut dangkal di sepanjang pantai. Kedalamannya kurang
dari 200 mdpl, kemiringan lereng tidak lebih dari 10, dan merupakan bagian dari
benua (kontinen). Paparan benua merupakan bagian daratan yang tergenang air
laut dan sangat penting bagi perikanan sebab persyaratan hidup ikan dapat
dipenuhi, misalnya sinar matahari dapat menembus pada kedalaman tersebut.
Contoh : Dangkalan Sunda yang terletak diantara Pulau Jawa, Kalimantan, dan
Sumatra yang merupakan bagian dari Benua Asia serta Dangkalan Sahul yang
terletak diantara Benua Australia dan Pulau Papua yang merupakan bagian dari
Benua Australia.
b. Lereng Benua (Continental Slope )
Adalah bagian dasar laut yang merupakan kelanjutan dari paparan benua
sehingga letaknya berbatasan dengan paparan benua, memiliki kemiringan sekitar
50 dengan kedalaman antara 200-1.800 m di bawah permukaan laut. Jika
dibandingkan dengan kemiringan paparan benua, pada lereng benua terjadi
penurunan yang sangat tajam.
c. Pulau Gunung Api Laut (Volcanic Island)
Adalah sebuah pulau vulkanik yang kakinya di dasar laut, sedangkan badan
puncaknya muncul ke atas permukaan laut. Contoh: Pulau Gunung Api di Laut
Banda.
d. Punggung Laut ( Ridge )
Adalah punggung laut pegunungan yang ada di dasar laut dan merupakan
suatu bentuk proses peninggian yang terdapat di atas lautan (sea floor) yang
serupa dengan adanya gunung-gunung di daratan. Contoh : Punggung Tengah
Lautan Atlantik (Mid Ocean Ridge). Punggung Laut ini terletak di Lautan
Atlantik memanjang arah utara-selatan kurang lebih 23.000 km.
e. Lubuk Laut /Abisal Plain( Basin )
Dalam bahasa Belanda disebut bekken, merupakan wilayah dasar laut berupa
cekungan (depresi) yang kedalamannya mencapai 2.000 m di bawah permukaan
laut. Contoh : basin Indo-Australia di Samudra Hindia dan lubuk Laut Sulawesi.
f. Guyot
Adalah gunung laut yang puncaknya datar dan puncaknya tidak dapat
mencapai permukaan laut. Bentuknya seperti meja.
g. Palung Laut ( Trench )
Dalam bahasa Belanda disebut trog) merupakan wilayah dasar laut berupa
ngarai yang sangat dalam, sempit, dan panjang. Palung laut memiliki kedalaman
hingga ribuan meter.
Contoh : Palung Laut Mindanao kedalamannya 10.500 m, Palung Laut Jawa
kedalamannya 8.000 m, Palung Laut Jepang kedalamannya 9.435 m, dan Palung
Mariana kedalamannya mencapai 11.000 m.
h. Ambang Laut (Drempel)
Adalah pegunungan di dasar laut yang terletak diantara dua laut dalam.
Contoh: Ambang Laut Sulu, di barat daya dari Filipina yang memisahkan Laut
Cina Selatan dan Laut Sulawesi.
i. Gunung Api Laut (Seamount)
Adalah gunung api yang muncul dari dasar lautan tetapi tidak dapat
mencapai ke permukaan laut (seperti guyot akan tetapi puncaknya runcing).
Seamount mempunyai lereng yang curam dan berpuncak runcing, kemungkinan
mempunyai tinggi sampai 1 km/lebih.
Gambar B.4 Bentuk-Bentuk Morfologi Dasar Laut
Sumber : https://tsumasagarainbow.wordpress.com/2012/11/03/morfologi-dasar-laut/
Gambar B.5 Aktivitas Gunung Api di Laut Gambar B.6 Gunung Api Laut Banda-Maluku
Sumber : Sumber :
https://tsumasagarainbow.wordpress.com/2012/11/0 https://tsumasagarainbow.wordpress.com/2012/11/03/morfol
3/morfologi-dasar-laut/ ogi-dasar-laut/
b. Suhu
Seperti halnya daratan, laut juga mendapat panas dari pancaran sinar matahari
melalui proses yang disebut insolasi. Suhu air laut, terutama di lapisan
permukaan banyak ditentukan oleh intensitas sinar matahari. Oleh karena itu,
letak suatu astronomis berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya suhu air laut.
Suhu permukaan air laut di daerah kutub sekitar 130C, sedangkan di daerah tropis
sekitar 280C. Suhu air laut dari permukaan cenderung relatif tetap panas hingga
mencapai kedalaman 200 m di bawah permukaan laut. Namun, pada kedalaman
antara 200 m hingga 1.000 m di bawah permukaan laut suhu turun secara
mendadak yang dikenal dengan sebutan termokline. Sementara itu, besarnya
suhu laut pada daerah terdalam kurang lebih sekitar 20C.
c. Warna
Secara umum warna air laut di permukaan bumi berwarna biru. Namun, ada
beberapa daerah tertentu yang berwarna hijau dan sebagainya. Hal tersebut
tergantung pada molekul air dalam menyerap dan memantulkan cahaya matahari,
zat yang larut dalam air laut, jenis endapan, serta organisme dominan yang hidup
di dasar laut. Berikut beberapa warna air laut :
1) Warna biru disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek.
2) Warna kuning karena terdapat banyak lumpur berwarna kuning. Endapan
tersebut merupakan hasil metabolisme dari berbagai material daratan yang
menghasilkan tanah berwarna coklat kekuningan. Contoh : Laut Kuning di
perairan Cina.
3) Warna hijau karena banyak fitoplankton dalam jumlah besar yang
memancarkan kandungan klorofilnya.
4) Warna putih karena permukaan tertutup es. Contoh : Laut di daerah Kutub.
5) Warna hitam karena terdapat lumpur hitam (tanah loss hitam), misalnya Laut
Hitam di Turki.
6) Warna merah karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah
dalam jumlah besar seperti ganggang merah, misalnya Laut Merah di Arab
Saudi.
7) Warna ungu karena adanya organisme yang mengeluarkan sinar-sinar fosfor.
5. Gerakan Air Laut
a. Arus Laut (Sea Current)
Arus laut adalah gerakan massa air laut dari suatu tempat ke tempat lain, yang
mempunyai arah secara vertikal atau horizontal dengan peredaran yang tetap dan
teratur. Arus permukaan adalah arus yang bergerak di permukaan laut, sedangkan
arus bawah adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut.
1) Samudra Pasifik
a) Disebelah utara khatulistiwa: Arus Khatulistiwa Utara, Arus Kuroshio,
Arus California, Arus Oyashio.
b) Disebelah selatan khatulistiwa: Arus Khatulistiwa Selatan, Arus Humbolt/
Arus Peru, Arus Australia Timur, Arus Angin Barat.
c) Di sepanjang garis khatulistiwa.
2) Samudra Atlantik
a ) Disebelah utara khatulistiwa: Arus Utara Khatulistiwa, Arus Laut atau
Gulfstream, Arus Green Land Timur, Arus Labrador, Arus Canary.
b ) Disebelah selatan khatulistiwa: Arus Khatulistiwa Selatan, Arus Brazil,
Arus Benguela, Arus Angin Barat.
3) Samudra Hindia
a ) Disebelah utara khatulistiwa: Arus Musim Barat Daya, Arus Musim Timur
Laut.
b ) Disebelah selatan khatulistiwa: Arus Khatulistiwa Selatan, Arus Maskarena
Dan Agulhas, Arus Angin Barat.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas 1,9 juta
kilometer persegi,. Laut Nusantara yang membentang dari barat ke timur sepanjang lebih
dari 5.000 kilometer, memberikan kontribusi besar bagi perikanan dunia. Perairan
Indonesia merupakan habitat bagi 76%terumbu karang dan 37% ikan karang dunia.
Keberadaan laut menjadi penopang ekonomi masyarakat. Sekitar 2,8 juta
keluarga nelayan yang tersebar di 9.326 desa pesisir menggantungkan hidup dari laut.
Hasil tangkapan nelayan menjadi sumber protein penting bagi masyarakat. Selain itu,
laut juga digunakan sebagai sarana utama kegiatan transportasi dan distribusi ke seluruh
wilayah. Laut adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Oleh karena itu, laut harus dimanfaatkan secara benar.
1. Pemanfaatan Perairan Laut Indonesia
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia.
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor ikan, udang, dan berbagai jenis
hewan laut lainnya untuk dikirim ke luar negeri seperti Cina, Jepang, bahkan sampai
ke Amerika untuk diolah sebagai bahan makanan. Dari hal tersebut, kita dapat
berpendapat bahwa kekayaan laut Indonesia tidak hanya indah, tetapi memiliki
kualitas internasional.
Pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan salah satunya diatur dalam
UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan. Dalam pasal tersebut disebutkan
bahwa pengelolaan perikanan harus memperhatikan asas manfaat, keadilan,
kebersamaan, kemitraan, kemandirian, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan,
efisiensi, kelestarian, kekuatan yang berkelanjutan.
Berikut adalah beberapa pemanfaatan kekayaan sumber daya laut Indonesia:
a. Sebagai sumber pangan
Laut merupakan habitat bagi oranisme di dalamnya, baik itu tumbuhan maupun
hewan. Tumbuhan (rumput laut dan alga) dan hewan (teripang, kerang, udang,
cumi, dan beragam ikan baik demersal atau pelagis) dapat ditangkap nelayan
sehingga menjadi komoditi bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan.
b. Sebagai Objek Wisata
Laut juga memiliki manfaat sebagai objek wisata, karena memiliki panorama
yang indah. Bukan hanya keindahan yang terlihat di atas permukaannya tetapi
juga keindahan yang tersimpan di dasar laut yaitu keindahan terumbu karang
dengan biota di dalamnya. Contoh objek wisata bahari terkenal di Indonesia
adalah Bunaken dan Wakatobi (Sulawesi).
c. Sebagai Media Transportasi
Indonesia merupakan negara kepulauan, sarana transportasi laut memiliki
potensi yang penting. Banyak pelabuhan terkenal di Indonesia yang dapat
disinggahi kapal barang atau kapal penumpang. Contoh Pelabuhan Tanjung
Perak, Tanjung Priuk, Tanjung Emas, Ketapang, dan sebagainya.
d. Sebagai Sumber Bahan Tambang
Bahan tambang bukan hanya diperoleh di darat tetapi ada pula yang tersimpan
di dalam laut. Potensi bahan tambang di laut sangat beragam, misalnya, pasir
laut yang banyak diekspor ke Singapura dan Malaysia, timah dan bauksit yang
banyak terdapat di Pulau Bangka Belitung.
2. Potensi Perairan Laut Indonesia
Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km2 yang
merupakan tiga perempat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut
tersebut terdapat sekitar 17.508 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000
km, yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Fakta
fisik inilah yang membuat Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim
terbesar di dunia. Ibarat "mutiara terpendam" potensi kelautan itu belum banyak
disentuh, mulai dari Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) maupun kawasan sepanjang
pantai. Potensi yang dapat dikembangkan antara lain :
1) Perikanan
Laut Indonesia memiliki angka potensi lestari sebesar 9,9 juta ton per tahun.
Jika dibandingkan sebaran potensi ikannya, tampak adanya perbedaan secara
umum antara Indonesia bagian Barat dan Timur. Di Indonesia bagian Barat
dengan rata-rata kedalaman 75 meter, jenis ikan yang banyak dtemukan adalah
ikan kecil. Kondisi yang agak berbeda terdapat di kawasan Indonesia Timur
yang kedalaman lautnya mencapai 4.000 m, banyak ditemukan ikan besar
seperti tuna dan cakalang.
2) Budidaya Kelautan
Budidaya kelautan terdiri dari budidaya ikan, budidaya moluska
(kekerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut, yang potensi
lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 hektar. Besaran potensi hasil
laut dan perikanan Indonesia mencapai 3.000 triliun per tahun, akan tetapi yang
sudah dimanfaatkan hanya sekitar 225 triliun atau sekitar 7,5% saja. Indonesia
memiliki sumber daya perikanan meliputi, perikanan tangkap di perairan
umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun.
Sedangkan untuk rumput laut, tersedia sekitar 1,1 juta hektar tetapi baru sekitar
20% atau 220.000 hektar yang sudah dimanfaatkan.
Salah satu sektor ekonomi kelautan yang berpeluang besar untuk
menjadi penyelamat adalah sektor perikanan budidaya (aquaculture),
khususnya budidaya laut (mariculture). Pasalnya, sebagai negara maritim dan
kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai 95.181 km, Indonesia memiliki
sekitar 24 juta ha wilayah perairan laut dangkal (coastal waters) yang
cocok untuk usaha budidaya laut (mariculture) dengan potensi produksi lestari
sekitar 45 juta ton/tahun (terbesar di dunia) dan nilai ekonomi langsung (on-
farm) sekitar 90 miliar dolar AS per tahun.
Apabila setiap hektar usaha budidaya laut memerlukan satu orang tenaga
kerja, maka total lapangan kerja on-farm yang bisa disediakan sekitar 24 juta
orang. Belum lagi nilai ekonomi dan tenaga kerja yang bisa digerakkan oleh
industri hulu dan industri hilir (backward-and forward-linkage industries) dari
bisnis budidaya laut ini.
3) Bioteknologi Kelautan
Bioteknologi kelautan adalah teknik penggunaan biota laut untuk membuat
atau memodifikasi produk, memperbaiki kualitas tumbuhan dan hewan, dan
merekayasa organisme untuk keperluan tertentu. Secara garis besar industri
bioteknologi kelautan meliputi tiga kelompok industri.
a. Pengambilan bahan alami dari biota laut sebagai bahan dasar untuk industri
makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, cat, perekat, film, kertas, dan
berbagai industri lainnya.
b. Rekayasa genetik terhadap spesies tumbuhan atau hewan untuk
menghasilkan jenis tumbuhan atau hewan baru yang memiliki
karakteristik yang lebih baik unggul.
c. Merekayasa genetik sehingga biota mampu menetralkan bahan pencemar
yang mencemari lingkungan perairan, teknik ini lazim dinamakan
sebagai bioremediasi.
Sebagai negara maritim dan kepuluan terbesar di dunia, Indonesia memiliki
potensi industri bioteknolgi kelautan terbesar di dunia, yang nilainya mencapai
US$ 50 milyar per tahun. Hal ini dimungkinkan karena Indonesia merupakan
negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia (mega
marine biodiversity).
3. Persebaran Biota Laut di Perairan Indonesia
a. Perikanan
1) Perikanan Pantai
Perikanan pantai terdapat di kawasan laut dangkal dengan jarak
tempuh kurang dari 60 mil dari pantai. Jenis penangkapan ikan ini biasa
dilakukan oleh nelayan tradisional yang menggunakan perahu dayung atau
kapal motor tempel. Karena peralatan yang digunakan sangat terbatas, hasil
tangkapannya pun kurang memuaskan. Jenis ikan yang sering ditangkap,
antara lain kembung, teri, petek, lemuru, dan beberapa jenis moluska, seperti
cumi dan ubur-ubur.
2) Perikanan Laut Dalam
Perikanan laut dalam merupakan jenis penangkapan ikan di laut lepas
atau samudera yang biasa dilakukan oleh nelayan modern atau perusahaan
perikanan dengan peralatan canggih. Mereka biasa pergi menangkap ikan
dengan kapal trawl serta alat penangkap ikan berupa pukat harimau. Jala
ikan jenis ini mampu menjaring ikan dalam jumlah yang banyak, mulai dari
ikan-ikan besar sampai yang ukurannya kecil. Komoditas yang menjadi
andalan tangkapan adalah tuna dan cakalang. Beberapa wilayah di Indonesia
yang merupakan kawasan perikanan laut yang potensial antara lain sebagai
berikut.
• Perairan Selat Malaka dengan pusat di daerah Bagansiapiapi. Di wilayah
ini banyak terdapat ikan terumbuk.
• Sekitar perairan pantai utara Jawa, dan Segara Anakan (Cilacap).
• Perairan selatan Pulau Jawa, menyisir hingga kawasan timur Indonesia,
banyak terdapat ikan tuna jenis Bluefin.
• Perairan Wakatobi, Laut Banda, dan sekitarnya merupakan habitat jenis
tuna sirip kuning.
• Sekitar Air Tembaga, Bitung, dan Sulawesi Utara banyak menghasilkan
jenis ikan tuna dan cakalang.
• Perairan Maluku (sekitar Ambon) yang merupakan salah satu zona up
welling curent sehingga menjadi kawasan yang kaya dengan ikan. Di
wilayah ini banyak terdapat jenis ikan cakalang dan beberapa jenis ikan
hias.
b. Rumput Laut
Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan jumlah 17.504 pulau dan
panjang garis pantai mencapai 81.000 km memiliki potensi yang sangat besar
bagi pengembangan komoditi rumput laut, dimana kegiatan pengembangannya
telah dilakukan di seluruh perairan Indonesia mulai, dari Aceh sampai dengan
Papua. Sentra lokasi budidaya rumput laut tersebar di daerah tengah dan timur
Indonesia, seperti Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa
Tenggara Timur (NTT), Bali, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Tengah,
Maluku, Jawa Timur, dan Banten.
c. Terumbu Karang
Penyebaran terumbu karang di Indonesia tidak hanya terbatas secara
horizontal saja, namun juga secara vertikal dengan faktor kedalaman dan
struktur substrat. Pertumbuhan dan perkembangan karang berkurang secara
eksponensial dengan kedalaman. Beberapa hal yang menjadi faktor pembatas
antara lain cahaya, oksigen, suhu, dan kecerahan.
Secara umum penyebaran terumbu karang di Indonesia tersebar di pantai
barat Sumatera dan Jawa bagian selatan yang dipengaruhi oleh arus dari lautan
Hindia. Keanekaragaman terumbu karang didaerah ini relatif rendah
dikarenakan adanya Up welling berupa air naik yang membawa air dingin dari
dasar samudera. Pantai yang banyak lumpurnya seperti pantai utara Jawa tidak
mempunyai keanekaragaman terumbu karang yang tinggi bila dibandingkan
dengan daerah lain. Sebaran terumbu karang sepanjang pantai timur Sumatera,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Jawa bagian utara dipengaruhi oleh
sedimentasi yang tinggi yang dibawa oleh adanya aliran air sungai.
Pertumbuhan terumbu karang di Indonesia umumnya terdapat dipulau-pulau
kecil yang terpisah dari pulau utama semakin baik pertumbuhannya. Penyebaran
terumbu karang paling baik di daerah Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur,
Nusa Tenggara Barat, dan Bali. Didaerah ini muara sungai relatif sedikit,
struktur pantai, dan substrat dasar yang keras serta pola arus terus menerus
mengalir.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki terumbu karang terluas di
dunia. Luas terumbu karang Indonesia mencapai 18% dari terumbu karang yang
ada di dunia. Kekayaan terumbu karang Indonesia tidak hanya dari luasnya,
tetapi juga keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya. Keanekaragaman
hayati terumbu karang juga yang tertinggi di dunia. Di dalamnya terdapat 2.500
jenis ikan, 590 jenis karang, 2.500 jenis moluska, dan 1.500 jenis udang-
udangan. Terumbu karang yang paling beragam jenisnya di Indonesia adalah
daerah Raja Ampat, Papua yang merupakan taman laut terbesar di Indonesia ,
Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara, dan Wakatobi di Sulawesi Tenggara.
Terumbu karang memiliki manfaat ekonomis, ekologis, maupun sosial
ekonomi. Manfaat ekonomi, yaitu sebagai sumber makanan, obat-obatan, dan
objek wisata bahari. Manfaat ekologis, yaitu mengurangi hempasan gelombang
pantai yang dapat berakibat terjadinya abrasi. Manfaat sosial ekonomi, yaitu
sebagai sumber perikanan yang dapat meningkatkan pendapatan para nelayan
dan penduduk sekitar.
4. Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang terletak di daerah pasang surut
air laut. Hutan mangrove tersebar di pesisir barat Pulau Sumatra, beberapa
bagian dari pantai utara Pulau Jawa, sepanjang pesisir Kalimantan, Pesisir Pulau
Sulawesi, Pesisir Selatan Papua, dan sejumlah pulau kecil lainnya. Jenis
tumbuhan yang hidup di hutan mangrove Indonesia mencapai 89 jenis yang
total luas seluruhnya mencapai angka 3.716.000 hektare.
Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis dan fungsi ekonomis. Fungsi
ekologis hutan mangrove adalah sebagai habitat atau tempat hidup, berlindung,
mencari makan, atau berkembang biak binatang laut dan melindungi pantai dari
abrasi air laut. Fungsi ekonomis hutan mangrove berupa nilai ekonomi dari kayu
dan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Penduduk biasanya memanfaatkan
kayu sebagai bahan kayu bakar dan bahan pembuat arang.
D. PENCEMARAN DAN KONSERVASI PERAIRAN LAUT
1. SUNGAI
Sungai adalah aliran air yang mengalir memanjang mulai dari sumber (bagian hulu)
sampai ke muara (bagian hilir). Sumber air sungai dapat berasal dari air hujan dan
pencarian es atau gletser. Adapun badan-badan air yang berfungsi sebagai muara
adalah laut, danau, atau sungai lain.
a. Pembagian wilayah sungai
Gambar E.1 Pembagian wilayah sungai
Sumber : http://harirustianto.blogspot.com
1) Hulu
Pada umunya terletak pada dataran tinggi. Badan sungai sempit dengan
kecepatan aliran cukup besar sehingga erosi bagian dasar lebih besar daripada
bagian tepi.
2) Tengah
Lembah menyerupai huruf U. Kecepatan aliran mulai kecil sehingga partikel
besar mulai diendapkan pada bagian tepi sungai.
3) Hilir
Air mengalir sangat lambat sehingga hanya partikel berukuran kecil yang
masih mampu mengalir.
b. Klasifikasi sungai
1) Berdasarkan debit dan volumenya
a) Sungai episodik atau sungai permanen
Sungai yang memiliki volume dan debit air yang relatif konstan sepanjang
tahun.
b) Sungai periodik atau sungai non permanen
Sungai yang volume dan debit airnya tinggi di musim penghujan dan kering
dimusim kemarau.
c) Sungai ephemeral
Sungai yang terisi air jika terjadi hujan dan selanjutnya kering kembali.
2) Berdasarkan sumber airnya
a) Sungai hujan
Sungai yang sumber airnya berasal dari resapan air hujan, kemudian keluar
sebagai mata air.
b) Sungai gletser
Sungai yang sumber airnya berasal dari gletser. Sungai gletser hanya ada
di daerah bersalju dan es. Di Indonesia ada di bagian hulu sungai
membramo dan digul.
c) Sungai campuran
Sungai gletser yang mendapat tambahan air hujan, seperti sungai di bagian
tengah dan hilir di papua.
3) Berdasarkan genetiknya
2. AIR TANAH
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antara
butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah
yang disebut akuifer. Air tanah dapat disebut aliran yang secara alami mengalir ke
permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran air tanah
1) Tingkat porositas tanah dan batuan
Porositas tanah adalah ruang volume pori-pori tanah yang dapat meoloskan air
dari satu lapisan ke lapisan yang lain.
2) Kemiringan lereng
Lereng yang miring memiliki tingkat infiltrasi lebih tinggi daripada lereng yang
landai atau lereng yang datar. Air hujan yang jatuh di wilayah dataran tinggi
lebih cepat bergerak sebagai air larian (run off), sedangkan air yang jatuh di
wilayah datar lebih banyak meresap melalui pori-pori tanah.
3) Tingkat kelembaban tanah
Tanah kering memiliki kemampuan untuk menyerap air lebih banyak dibanding
dengan tanah yang lembap atau basah.
b. Klasifikasi air tanah
1) Beradasarkan letaknya
3. DANAU
Danau adalah suatu genangan air dalam jumlah besar yang menempati cekungan
dan terletak di wilayah daratan. Air yang menggenangi danau dapat berasal dari mata
air, air tanah, air sungai yang bermuara di danau tersebut atau berasal dari air hujan.
Danau yang terbentuk akibat gempa ini bisa dijumpai dengan mudah di
Indonesia. Contohnya antara lain Danau Singkarak, Danau Tondano, Danau
Towuti, Danau Poso, Danau Tempe, Danau Maninaju, Danau Takengon, dan
masih banyak lagi lainnya.
d) Danau Glasial
Jenis danau selanjutnya adalah danau glasial. Danau glasial ini merupakan
danau yang terjadi karena adanya proses erosi glasial, yakni erosi yang
terjadi pada gletser. Karena proses erosi inilah membentuk sebuah cekungan,
dan cekungan tersebut terisi oleh air sehingga terbentuklah sebuah danau.
Biasanya, danau jenis ini banyak dijumpai di daerah sekitar kawasan iklim
kutub. Contoh : danau Michigan di Amerika Serikat, Danau St. Laurence di
Kanada, Danau Superior, dan Danau Mc. Kanzie.
4) Sungai-sungai yang mengalir keluar dari danau menimbulkan erosi dasar pada
bibir danau sehingga bibir danau semakin rendah dan air yang keluar dari danau
semakin banyak. Akibatnya danau akan kehabisan air dan mengering.
Luas perairan danau alam di Indonesia sekitar 518.240,2 ha atau 0,27% dari
luas daratan Indonesia. Sebagian besar diantaranya belum dimanfaatkan secara
maksimal. Air danau di Indonesia sebagian besar masih aman kecuali Danau / Waduk
Pluit di Jakarta. Danau ini sudah tidak layak dari segala jenis peruntukan karena
memiliki kandungan nitrat, fosfat, klorida, dan sulfat yang sangat tinggi.
5) Sebagai sarana edukasi. Ekosistem danau juga mempunyai fungsi sebagai sarana
edukasi atau pendidikan tentang ketergantungan makhluk hidup terhadap
lingkungannya. Danau dapat dijadikan sebagi objek penelitian tentang ekosistem,
kualitas air danau, dll.
4. RAWA
Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang
panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged)
air dangkal. Rawa selalu tergenang air baik dari air hujan, air tanah, atau air
permukaan lainnya dan tidak ada jalan untuk pelepasan airnya secara lancar. Rawa
adalah daerah rendah yang tergenang air dan pada umumnya permukaan air rawa
selalu dibawah atau sama dengan permukaan air laut, sehingga airnya selalu
menggenang dan permukaan airnya selalu tertutup oleh tumbuhan air, tidak bergerak
(static) atau mengalir, baik air tawar, payau, maupun air asin, termasuk juga
wilayah laut yang kedalaman airnya, pada keadaan surut terendah tidak melebihi
enam meter.
4) Wilayah permukiman
Di daerah Kalimantan dan pantai timur pulau Sumatera, daerah rawa banyak
dijadikan sebagai wilayah permukiman. Wilayah ini dihuni oleh penduduk
setempat dan transmigran dari Jawa, Bali, dan Lombok.
5) Perikanan
Di daerah-daerah rawa air tawar banyak terdapat ikan air tawar yang
dimanfaatkan penduduk sebagai lauk pauk. Daerah rawa air payau dimanfaatkan
penduduk untuk memelihara ikan bandeng, udang, dan kepiting bakau. Adapun di
daerah rawa air asin, pohon bakau menjadi tempat bersarangnya kepiting dan
udang.
5. GLETSER
Gletser atau geyser ini merupakan hal yang seringkali kita dengar sebagai salah
satu wujud bongkahan dari es. Adapun pengertian dari gletser adalah sebuah
bongkahan es yang mempunyai ukuran besar yang terbentuk di atas daratan melalui
proses pengkristalan salju atau endapan salju dalam kurun waktu yang lama. Selain
pengertian yang telah disebutkan, ada pula yang menyebut gletser sebagai sebuah
sungai es yang terbentuk di lembah pegunungan dan mengalir menuruni lembah
pegunungan secara perlahan- lahan yang diakibatkan dari akumulasi es, salju, dan
juga bebatuan karena adanya perubahan temperatur.
c) Gletser ini, ujungnya akan mencair dan akan membentuk aliran sungai yang
mengalir ke bawah pegunungan. Karena gletser berisi berbagai macam zat,
seperti bebatuan, salju, dan juga sedimen sehingga ketika gletser meluncur ke
bawah maka akan berubah kontur dari pegunungan.
Itulah tahapan- tahapan atau proses terbentuknya gletser, dari awal mula hingga
ketika gletser mencair dan membentuk aliran sungai. Kemudian ketika gletser ini
bisa merubah kontur sungai menjadi berbeda dari yang sebelumnya.
b. Tipe-Tipe Gletser Dan Persebarannya
Gletser merupakan sesuatu yang terbentuk dari salju atau es yang mengendap
dalam jumlah yang banyak serta dalam waktu yang lama. Karena jumlah salju yang
mengendap dan juga lama waktu yang berbeda- beda, maka mungkin saja gletser
yang terbentuk juga akan menjadi gletser yang memiliki tipe berbeda- beda. Adapun
tipe- tipe dari gletser antara lain sebagai berikut:
1) Gletser gunung
Gletser gunung adalah gletser yang bentuknya seperti gunung. Gletser gunung ini
dapat menyebabkan erosi yang besar. Selain itu, gletser gunung juga memiliki
gerakan yang sangat lambat melalui kaki gunung menyebabkan terbentuknya
celah yang dalam. Lokasinya seperti berada di Pegunungan Alpen, Pegunungan
Himalaya, dan juga Pegunungan Kauskus.
c. Pengelolaan DAS
Daerah aliran sungai terbagi menjadi tiga daerah yaitu bagian hulu, bagian
tengah, dan bagian hilir.
Gambar F.7 Skema sebuah DAS
Sumber : https://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/mimpi-tentang-das-ciliwung/
Ciri – ciri pada setiap bagian DAS dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) DAS Bagian Hulu (Upperland)
DAS bagian hulu dicirikan oleh hal – hal sebagai berikut : merupakan daerah
konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah
dengan kemiringan lereng besar ( lebih besar dari 15%), bukan merupakan
daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan
jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan.
Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) bagian hulu akan berpengaruh sampai
pada hilir. Oleh karenanya DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena
mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS, apabila terjadi
pengelolan yang tidak benar terhadap bagian hulu maka dampak yang ditimbulkan akan
dirasakan juga pada bagian hilir. Misalnya, erosi yang terjadi tidak hanya berdampak
bagi daerah dimana erosi tersebut berlangsung yang berupa terjadinya penurunan
kualitas lahan, tetapi dampak erosi juga akan dirasakan dibagian hilir, dampak yang
dapat dirasakan oleh bagian hilir adalah dalam bentuk penurunan kapasitas tampung
waduk ataupun sungai yang dapat menimbulkan resiko banjir sehingga akan
menurunkan luas lahan irigasi.
Pengelolaan DAS secara terpadu merupakan suatu proses penyusunan dan
penerapan suatu tindakan yang melibatkan sumberdaya alam dan manusia di dalam
suatu kawasan DAS dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti sosial, politik,
ekonomi, lingkungan, dan kelembagaan dalam DAS, untuk mencapai semaksimal
mungkin tujuan masyarakat baik jangka pendek maupun panjang. Dilihat dari aspek
pengelolaan terpadu, unsur-unsur seperti: hutan, tanah, air, masyarakat dan lain-lain
tersebut merupakan sasaran atau obyek yang akan dikelola. Pengelolaan DAS terpadu
perlu mengupayakan agar unsur-unsur struktur ekosistem seperti : hutan, tanah, air,
masyarakat dan lain-lain tetap dalam keadaan seimbang dan serasi.