Anda di halaman 1dari 5

LATAR BELAKANG

Putusan merupakan suatu pemilihan dari salah satu pilihan baik disetujui maupun tidak, sehinggan
didalam putusan akan ada pertimbangan-pertimbangan yang diberikan kepada seseorang atau badan
yang berusaha memberikan fakta-fakta yang ada dalam persidangan, sehingga didalam putusan hakim
akan memebrikan putusan yang bijak berdasarkan apa yang disampaikan, dan hakim memberikan
putusan berdasarkan yuridis dari argumennya.

Indonesia merupakan negara kesatuan indonesia sandiri mempunyai wilayah-wilayah yang luas dan
dalam wilayah tersebut terdapat pemerintahan yang mengatur jalanya sistem negara suatu negara
kesatuan memiliki aturan dan batasan dalam menjalakan pemerintahanya agar wilayah tersebut sejalan
dengan negara kesatuan. Utuk mewujudkan pemerintahan yang efesien maka perlu dikaji terlebih
dahulu tentang peraturan yang dibuat dalam pelayanan warga negara,jadi yang menjadi tolak ukur
adalah bagaimana keseimbangan yang terpacu dalam hubunganya dengan pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah. Untuk mengoptimalkan perda adalah mempertimbangkan suatu keteraturan
dalam negara sehingga aturan yang terdapat dipemerintahan daerah tidak bertentangan dengan
pemerintahan pusat walau perda sendiri mempunyai tujuan untuk memajukan daerahnya melalui
budaya dan faktor lokal lainnya untuk membatasi dari aturan tersebut maka diputuskanlah putusan no
56/puu-xiv/2016 Dalam putusan ini ada berbagai acuan yang menimbulkan kontra adalah peraturan
daerah tidak dapat diterima oleh MK, MK berkata ketentuan itu bertentangan dengan UUD 1945 pasal
251 ayat 4 dan No. 56/PUU-XIV/2016 telah membatalkan kewenagan gubernur (sebagai wakil
pemerintah pusat) berbeda dengan peraturan daerah kabupaten/kota dan mentri dalam membatalkan
peraturan yang ada dalam provensi. Dalam pembentukan peraturan berdasarkan pasal 251 ayat (1),(2),
(7) yang menurutnya dirugikan, para pihak dari penuntut ingin memberikan salah satu kerugian yang
akan didapat apabila 251 ayat (1) dan ayat (2) akan menimbulkan kerugian.

Untuk mengajukan perkara yang akan diputuskan akan menyertai dampak-dampak yang akan ada
apabila peraturan itu disahkan untuk dasar PP dilaksanakan penggujian dalam pemberlakuannya. Dalam
penggujian pemberlakuannya dalam perkara ini hakim selku ketua memutuskan menolak permohonan
dari pemohon dengan rumusan pasal 251 ayat 2 dan ayat 8 undang-undang nomor 23 tahun 2014 tidak
dapat diterima. Dan pasal 251 ayat 1,4,7 dan pasal 251 ayat 5. Kaerena bertentangan dengan uud 1945
dalam putusan tersebut akan membawa pengaruh besar terhadap mekanisme yang tinggi berdasarkan
permasalahan yang ada. Kewenangan yang dihilangkan dari gubernur adalah untuk menbatalkan
peraturan yang ada dalam pemerintahan pusat. Dalam putusan ini terdapat bergabagi kontra yang ada
dalam peraturan . Keputusan dari mahkamah konstitusi dari amar ptutsanya bahwa “peraturan daerah
dan kabupaten/kota dan/atau dalam pasal 251 ayat 3 penyelenggaraan daerah kabupaten tidak dapat
menerima keputusan pembatalan peraturan kabupaten” setelah mengetahui dari putusanmahkamah
kostitusi nomor 56;;;;;; yang menjadi permasalahan terkait dengan hak gubernur dalam pembatalan
peraturan daerah yang pada dasarnya juga gubernur masih dapat membatalkan peraturan kepala
daerah. Dalam putusan tersebut membawa penggaruh besar terhadap mekanisme yang tinggi
berdasarkan problematika yang ada. Inti dari pembahasan masalah adalah pasal diatas akan merugikan
hak kostitusional para pemohon (abda khair mufti dkk) dan permasalahan pasal A quo yang
berwujudkan masyarakat yang berkeadilan dan bersejahtera terancam dibatalkan tanpa mengetahui
alasan yang jelas.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang menjadi dasar peraturan pusat membatalkan peraturan daerah ?

2. bagaimana alasan MK untuk memutuskan perkara dari peraturan undang-undang tersebut?

3. bagaimana hubungan dari peraturan No. 56/PUU-XIV/2016 dan No :137/PUU-XII/2015 ?

Landasan teori hukum tatanegara

Teori trias poitica

Berdasarkan putusan ersebut dapat dipahami ada terjandinya suatu alat pemisaan kekuaasaan yang
dilindungi, berangkat dari permasalahan diatas dapat diketahui pasal 251 ayat 1,4,7,5 dan yang tidak
diberikan kewenangan dari gubernur untuk membatalkan peraturan dalam pemerinthaan pusat
sehingga menjadi dasar dalam teori ini adalah pembagian kekuasaan

Teori konstitusi

Teori hukum positif

Teori dezisionis

Teori keadilan

Keadilan adalah kebajikan utama dari hadinya institusi-institusi sosial (sosial institusion), kebaikan bagi
seluruh masyarakat tidak dapat mengensampingan atau menggangu keadilan bagi setiap orang yang
telah memproleh rasa keadilan khusnya masyarakat lemah jhon rawls dalam a theory of justuce : 1971

Dalam teori keadilan, merujuk kepada peraturan yang diputuskan oleh mahkamah kostitusi dalam kasus
perkara maka dalam persidangan yang paling utama adalah menggunakan prinsip keadilan, jadi
rumusan perkara yang bertujuan untuk membuat keputusan mengikaat bagi orang/masyarakat,
kesimpulannya adalah bila mana ada kasus perkara maka hakim harus melihat dari sisi keadilan yang
utama dalam pesidangan

Teori hukum perbandingan

perbandingan hukum merupakan metode penyelidikan dengan tujuan untuk memproleh penggetahuan
yang lebih dalam tentang bahan hukum tertentu. Perbandingan hukum bukanlah merupakan perangkat
peraturan dan asas-asas hukum dan suatu cabang hukum, melainkan merupakan teknik untuk
menghadapi unsur hukum asing dari maslah hukum (romli atmasasmita,2000:7)

perbandingan hukum sebagai cabang ilmu pengetahuan yang juga mempergunakan metode
perbandingan mempunyai lingkup isi dari kaidah-kaidah hukum,persamaan dan pemberdayaan, sebab
sebabnya dan dasar dasarnya masyarakatnya lemaire

perbandingan hukum merupakan salah satu cara dalam menguji hukum yang akan dibuat, dalam
pengujian hukum harus di uji yang terstruktur sehigga membuat suatu aturan baru dalam praktik
hukum, berjalan dengan baik sesuai aturan yang telah direncanakan, apabila suatu autran baru yang
akan dibuat maupun dirubah jika tidak berjalan dengan baik baik dalam masyarakat maupun badan-
badan pemerinthan akan menimbulkan masalah yang bersifat sempit maupun luas.

Pembahasan

Daerah adalah suatu pembagian wilayah dari tatanan/masyarkat hukum Pembagian negara terdiri dari
daerah provensi dan didalam provensi terdiri dari daerah kabupaten/kota sekaligus sebagai
pemerintahan daerah yang telah diatur dalam ayat (2) “pemerintahan daerah provensi,daerah
kebupaten, dan kota mengatur dan mengurus urusanya sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas bantuan” ayat 2 telah mengatur bahwa daerah menajlankan amanat dari
pemerintahan namun hak otonomi tersebut dibatasi oleh peraturan perundang undang, maka dari itu
ditentukanlah ayat 3 “pemerintahan daerah provensi, daerah kabupaten dan daerah kota memiliki
dewan perwakilan rakyat daerah yang angota-angotanya dipilih melalui pemilihan umum” dan
gubernur,bupati dan walikota di tunjuk untuk memerintah sebagai kepala pemerintahan daerah
provensi,kabupaten dan kota yang dipilih secara demokratis. Berdasarkan UU NO. 32 tahun 2004 pasal
42 ayat 1 huruf a ketentuan bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang membentuk perda yang
dibahas dengan kepala daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama sama. Untuk membentuk
suatu peraturan daerah maka yang menjadi acuan dalam pembentukannya adalah kesejahteraan
masyarakat diwilayah itu dengan persetuan dari dewan perwakilan rakrat dan gubernur.

Mahkamah konstitusi memiliki peranan dalam menjalalnkan tugas dan mempunyai kewenangan sebagai
pemutus suatu perkara, diadalam penjelasan terkait putusan yang akan dibuat, hakim mempelajari
terlebih dahulu tentang peristiwa hukum baik dalam sejarah maupun dalam urgensi pendapat pendapat
hakim terdahulu sehingga apa yang menjadi keputusan hakim tersebut tepat. Berdasarkan putusan dan
No. 56/PUU-XIV/2016 hakim dihadapkan oleh suatu pristiwa hukum yang mana peristiwa ini hakim
menjadi instrumen penting karena suatu peristiwa hukum putusan hakim akan menjadi tolak ukur untuk
masa yang akan datang. Teori perbandingan hukum menjadi dasar untuk membandingkan peraturan
yang satu dengan peraturan yang lainya jadi apa yang menjadi permassalahan dalam perkara maka akan
dipejari terlebih dahulu perbandingan peraturan dalam perundang undang sebagai contoh peraturan
tentang pembunuhan sesuai pasal 388 KUHP, apa bila akan di ajukan peraturan yang baru namun dalam
peraturan tersebut tidak jauh beda dengan pasal 338 maka peraturan itu dibatalkan atau tidak di anggap
ada, ini lah menjadi perbandingan dalam menentukan pasal dan peraturan yang akan.

Berdasarkan putusan dan No. 56/PUU-XIV/2016 pemerintahan pusat tidak lagi memiliki wewenang
untuk membatalkan peraturan daerah (provensi/kabupaten). Lebih lanjut mengenai pasal 251 ayat 1
dan ayat 2 pemerintahan daerah tidak bertengtangaan dengan undang-undang, gubernur dan mentri
dibatasi kewenaganya supaya tidak terjadi diskomunikasi/ sesuka hti dalam menjalankan kekuasaanya.
Disisi lain Adapun dalam pembagian kewenagan dalam pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
yang terbagi menjadi dua berdasarakn undang- undang nomor 32 tahun 2004 dimana pemerintahan
tersebut memiliki kewenangan yang absould dan konkuren. Absould sendiri merupakan urusan
pemerintahan pusat yang memiliki kewenangan politik luar negri,pertahanan,kemanan,moneter, agama
dan lain sebagainya sedangan konkuren membagi urusan pemerintahan pusat dan daerah. Pada
prinsipnya otonomi yang diberikan oleh pemerinthan pusat adalah untuk memajukan wilayah masing-
masing suseai dengan undang-unndang. Namun dalam pemberlakuannya bahwasanya didalam putusan
tersebut ahli menyatakan pembatalan yang dilakukan oleh pemerintahan pusat tidak jelas sehingga
menimbulkan kebinggugan oleh kepala daerah hal yang bisa dinyatakan bahwasanya pemerintah pusat
kurang begitu peduli terhadap kewenangan desentralisasi .Adapun pemerintahan pusat dalam
membatasi pembentukan peraturan daerah karena takut bahwa pemeirntahan daerah akan menjadi
negara bagian. Untuk itu dalam putusan nomor 56/PUU;XIV/2016 bahwasanya pemerintahan pusat
tidak dapat membatalkan peraturan daerah. Dalam pasal 251 ayat (1 )dan ayat 2 UU 23/2014
bertentangan dengan pasal 24A ayat 1 UUD 1945 menurut pemohon, namun keputusan hakim berbeda
dengan harapan dari pemohon, dalam amar putusan, hakim menolak permohonan pasal 251 ayat
(2 )tentang pemerintahan daerah sepanajang pilkada bupati/walikota dan ayat (2) dan (8) perda
kabupaten dan kota tidak dapat diterima. Jika dilihat dari putusan hakim bahwa peraturan yang diajukan
oleh pemohon ditolak karena bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi terhadap suatu
peraturan yang rendah. Perda sendiri merupakan kerja sama antara gubernur/walikota/bupati dan
DPRD dalam membentuk suatu alat baru peraturan daerah dalam bentuk legislatif ditingkat daerah.
Dalam karangka pembuatan peraturan perundang undangan daerah terbagi menjadi tigas dasar yaitu
landasan fiolofis dari segi norma ,landasan sosiologis dari segi masyarakat , landasan yuridis badan
hukum/ masalah- masalah yang dikaji. Dalam putusan antara putusan 56/PUU;XIV/2016 yang
membatalkan pasa 251 UU no 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah yang masing-masing
mambawa perubahan baru dalam putusan mahkamah kostitusi tersebut kwenagan kementrian dalam
negri dan gubernur dicabut nya hak untuk penggujian terhadap peraturan darah sehingga terjadi
perbedaan pengawasan. Dalam kewenanganya untuk penggujian terhadap peraturan mahkamah agung
berbeda dengan mahkamah kostitusi, mahkamah agung dalam pengujianya berlandaskan kepada
peraturan perundanga –undagan di bawah UU judicial riview regulation dan mahkamah agung
berdasarkan judicial riview on the constitutionality of law. Pengawasan oleh mahkamah agung dari segi
peraturan undang-undang saja secara represif

Sebelum dilaksanakan suatu pemutusan maka terlebih dahulu menempatkan konsep penggujian
terhadap tuntutan yang diberikan oleh para penuntut/pemohon sehingga apayang menjadi suatu
perkara akan menimbulkan sutu keputusan sesui dengan UUD NRI tahun 1945 pasal 24 aayat 1 yang “
mahkamah agung berwenang menguji peraturan perundang-undanggan dibawah undang-undang
terhadap undang-undang” adapun menurut prof jimly ashidiqie menjabarkan tentang yudical rivie dan
hak mengguji dalam penjabaran beliau membagi kedua istilah tersebut yang memiliki maksa bebeda-
beda. Menjadi accuan bahwa pemerintahan daerah diawasi oleh kementrian dalam negri, dalam artian
bahwa exsekutive riview penggujian dilakukan dengan cara berjenjang atau dari bawah menuju keatas
hal ini disadarkan kepada agaar suatu buatan dari legislasi di daerah tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Hubungan antara………………………… andalah mengenai suatu pemerintahan daerah yang dimana kedua
putusan tersebut sama-sama menghapuskan kewenangan pengawasan oleh pemerintah pusat terhadap
pembatalan peraturan daerah disisilain ptutusan ini membawa perubahan besar bahwasanya mentri
dalam negri tidak dapat lagi membatalkan peraturan daerah begitu pula dengan gubernur yang tidak
mempunyai kewenangan membatalkan peraturan daerah. Sebenarnya jika ditelaah dalam putusan
keduanya harus ada pembeda dan tidak disatukan bahwasanya kedua putusan tersebut memiliki makna
yang sama untuk peraturan daerah.

Anda mungkin juga menyukai