Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS ISU INSTANSI

NIKAH SIRRI
Disusun oleh
Kelompok IV Latsar Angkatan XV

A. TEKNIK ANALISI ISU YANG DIGUNAKAN

Pada tugas Analisis Isu Instansi kali ini saya menggunakan pendekatan teknik APKL
(Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Kelayakan), Berikut adalah tabel metrik penilaian kualitas
isu :
Tabel 1.1
Metrik Penilaian Kualitas Isu Dengan Analisis APKL

ISU A P K L JML PRI ORI TAS


Tradisi Masyarakat 5 4 5 4 18 I
Petugas Pencatat Nikah (PPN) 3 5 4 3 15 III
Kantor Urusan Agama (KUA) 4 5 4 4 17 II
Saksi 5 3 4 3 15 IV
Penelantaran Terhadap Istri dan Anak 3 3 4 2 12 V

Berdasarkan Tabel Matrik Penilaian kualitas isu di atas maka dapat di tentukan isu yang
dapat di bahas oleh penyusun yaitu isu tentang “Nikah Sirri”.

Tabel 1.2
Sebab Akibat Isu

ikatan dinas/kerja tidak mau


Faktor ekonomi atau sekolah mengambil
tindakan tegas

NIKAH SIRRI

belum cukup masalah kurangnya


umur administrasi pemahaman

hamil diluar sulitnya aturan


nikah berpoligami
Faktor sosial

Berdasarkan analisis isu melalui Fishbone Diagram diatas maka dapat di putuskan Ananlisis
pengambilan isu di instansi adalah Nikah Sirri
B. IDENTIFIKASI DAN DESKRIPSI NIKAH SIRRI
1. IDENTIFIKASI ISU
Perkawinan sirri masih hidup dalam sebagian tradisi masyarakat. Nikah sirri adalah nikah
yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, ada yang dicatat tapi disembunyikan dari masyarakat dan
ada juga yang tidak dicatatkan pada Petugas Pencatat Nikah (PPN) dan tidak terdaftar di Kantor
Urusan Agama (KUA). Nikah sirri lazim disebut juga dengan nikah di bawah tangan.
Seiring dengan kompleksitas tantangan dan dampak dari perkawinan tanpa dicatatkan, baik
bagi perempuan dan anak dari hasil perkawinan, maka perkawinan sirri tampaknya terus menjadi
diskursus yang tak berujung. Satu sisi nikah sirri didorong elah emosi ekagamaan, dipihak lain negara
tidak memberikan perlindungan maksimal jika perkawinan tanpa dicatatkan. Kondisi ini menjadikan
perkawinan sirri terus dikaji.
Dulu keberadaan dua orang saksi dipandangn sudah cukup. Karena mobilitas manusia yang
semakin tinggi dan menuntut adanya bukti autentik, meski dari perspektif hukum Islam tidak
“pencatatan” tidak termasuk kategori syarat dan rukun nikah, namun pencatatan pernikahan
merupakan bagian dari bentuk instrumen perlindungan negara terhadap warganya yang
melangsungkan perkawinan.
Dalam Bab II pasal 2 UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebut tentang pencatatan
perkawinan dengan berbagai tata caranya. Hal tersebut diperjelas dalam KHI (Kompilasi Hukum
Islam) pasal 5 (1) yang menyebutkan, ”Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam
setiap perkawinan harus dicatat”. Begitu juga dalam pasal 6 (2) ditegaskan bahwa ”Perkawinan yang
dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum”.
Faktanya, praktik perkawinan yang terjadi di lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya
mengacu kepada Undang-undang. Sebagian masyarakat melangsungkan praktik perkawinan mengacu
pada norma hukum Islam yang mnegizinkan perkawinan sirri dan bukan hukum positif negara sebagai
acuan otoritatif. Konsekuensinya, pilihan hukum dalam bidang keluarga cenderung diserahkan
sebagai kewenangan pribadi. Sehingga menimbulkan kerentanan, baik dari sisi nafkah, kepemilihan
harta hingga perlindungan terhadap anak, meski belakangan keputusan Mahkamah Konstitusi telah
mengakomodasi anak dari perkawinan sirri, namun karena prosesnya tidak mudah dalam hal
pembuktian, maka, norma hukum baru tersebut dalam banyak kasus tidak dijadikan acuan oleh
masyarakat.
Sejatinya, pernikahan merupakan suatu proses hukum, sehingga hal-hal atau tindakan yang
muncul akibat pernikahan adalah tindakan hukum yang mendapat perlindungan secara hukum. Bila
perkawinan tidak dicatatkan secara hukum, maka hal-hal yang berhubungan dengan akibat pernikahan
tidak bisa diselesaikan secara hukum. Sebagai contoh, hak isteri untuk mendapatkan nafkah lahir dan
batin, akte kelahiran anak seringkali terkendala, hak pengasuhan anak, hak pendidikan anak, hak
waris isteri, hak perwalian bagi anak perempuan yang akan menikah dan masih banyak problem-
problem lain.
Kompleksitas masalah tersebut berdampak negatif bagi kaum perempuan sebagai pihak yang
dinikahi, sementara pihak laki-laki tidak terbebani oleh tanggungjawab formal. Bahkan bila pihak
laki-laki melakukan pengingkaran telah terjadinya pernikahan, ia tidak akan mendapat sanksi apapun
secara hukum, karena memang tidak ada bukti autentik bahwa pernikahan telah terjadi secara hukum.
Kondisi ini membuat kerentanan bahkan penelantaran terhadap perempuan.

2. DESKRIPSI ISU
a. Pengertian
Nikah sirri Adalah nikah yang tidak tercatat di pemerintah yang berwenang, dalam hal ini
adalah kantor Urusan Agama (KUA) sehingga tidak memiliki kekuatan hukum baik anaknya maupun
ibu yang melahirkan anak lewat nikah sirri tersebut.
Nikah sirri juga sering disebut dengan nikah dibawah tangan atau diam-diam sebagaimana
arti dari kata Sirr itu sendiri adalah adopsi dari Bahasa arab yang artinya diam-diam. Artinya dalam
pelaksanaannya tidak tercatat di Kantor Urusan Agama. Dalam pemahaman lain juga nikah sirri juga
diartikan nikah secara rahasia yang tidak diketahui oleh orang banyak atau tidak di ketahui oleh
Lembaga pemerintah pencatatan nikah dalam hal ini KUA.
b. Penyebab utama
Dalam praktik nikah sirri ini, para pelaku nikah sirri memiliki berbagai alasan di antaranya:
1. Menghindari perbutan zina, dikarenakan menunggu dalam waktu yang lama dengan
hari nikah resmi di KUA.
2. Keinginan yang selalu praktis dan mudah
3. Tidak direstui oleh orangtua
4. Ingin melakukan poligami
5. Nikah dibawah umur
c. Urgensi isu
Nikah sirri merupakan suatu yang sudah marak terjadi di masyarakat, praktik nikah sirri
bahkan sudah dilakukan oleh figur-figur yang memiliki banyak pengikut atau simpatisan baik
dikalangan artis tokoh agama, politisi dan lain-lain. Sehingga berdampak buruk bagi banyak kalangan
terutama masyarakat awam lainnya.
Nikah sirri juga di artikan dengan makna yang sempit, Sebagian praktik nikah sirri juga
beranggapan bahwa administrasi pencatatan nikah merupakan suatu yang bersifat formalistik artinya
praktik ini beranggapan hukum negara tidak diatas hukum agama sehingga jika dipandang oleh agama
sah maka administrasi pernikahan di negara hanya sebatas untuk memenuhi syarat nikah saja. Padahal
banyak hal-hal yang lain yang menjadi korban akibat nikah secara diam-diam tersebut, salah satunya
adalah kepastian hukum dalam negara baik kepada anak dan ibu yang melahirkan.
Oleh karenanya isu ini menjadi hal yang urgent diangkat untuk memberikan pendidikan
kepada masyarakat terkait dampak dari nikah sirri dan hal-hal lain yang menyangkut persoalan rumah
tangga yang terkadang menjadi korban dari praktik nikah srri.
d. Dampak Isu di masyarakat.
Dari beberapa faktor diatas, juga kita perlu mengejawantahkan beberapa hal penting terkait
dampak dari nikah sirri diantaranya ada dampak positif ada dampak negatif:
1. Dampak positif
a. hak-hak individu dapat tertutupi.
Kepentingan-kepentingan pihak-pihak yang melatarbelakangi dilakukannya
pernikahan sirri dapat tertutupi, misalnya Karena hamil diluar nikah, maka nikah
sirri dilakukan sebagai upaya agar aib dalam keluarganya tertutupi sehingga
masyarakat tidak mengetahui seputar kehamilannya yang terjadi diluar nikah
b. Hilangnya kekhawatiran perzinahan. Hilangnya kekhawatiran berzina, alasan ini
yang kadang melatarbelakangi dilakukannya nikah sirri, baik yang terjadi pada
orang dewasa (dimana laki-lakinya sudah terikat perkawinan atau sudah punya
istri) maupun remaja yang masih sekolah atau kuliah. Dari pada terjerumus ke
dalam perzinahan atau berbuat dosa, maka solusi yang dianggap terbaik, yaitu
dengan melakukan nikah sirri.
2. Dampak negatif
a. Tidak diakui sebagai istri, karena perkawinan dianggap tidak sah. Oleh karena
perempuan yang nikah sirri tidak mempunyai bukti berupa surat nikah, maka
akibatnya bila suami tidak bertanggungjawab, ia tidak dianggap sebagai istri,
meski perkawinan dilakukan menurut agama dan kepercayaan, namun di mata
negara nikah sirri dianggap tidak sah jika belum dicatat oleh Kantor Urusan
Agama (KUA) atau Kantor Catatan Sipil (KCS).
b. Tidak berhak atas nafkah, warisan dan pembagian harta bersama. Akibat lebih
jauh dari nikah sirri adalah, istri tidak berhak menuntut nafkah jika suaminya
masih hidup dan tidak bertanggungjawab, tidak dapat menuntut warisan dari
suaminya jika meninggal dunia, karena pernikahannya tidak pernah di anggap
ada menurut hukum Indonesia, dan tidak dapat menuntut pembagian harta
bersama jika terjadi perceraian, karena tidak ada bukti otentik yang menyatakan
bahwa mereka telah nikah sirri.
c. Tidak memberikan kepastian hukum. Pernikahan sirri, tidak memberikan
kepastian hukum yaitu ketika terjadi sengketa hukum (misal mau melakukan
perbuatan-perbuatan hukum seperti jual beli tanah atau rumah, mengajukan kredit
ke bank, dan sebagainya) karena tidak adanya bukti otentik, sehingga
pernikahannya tidak pernah dianggap ada menurut hukum Indonesia, selain itu
nikah sirri rentan terhadap masalah kekerasan dalam rumah tangga, karena kalau
suami tidak bertanggungjawab, dia bisa berlaku sewenang- wenang.
d. Menyulitkan untuk mengidentifikasi status seseorang sudah menikah atau belum.
Nikah sirri atau pernikahan yang tidak disiarkan, atau dirahasiakan menyebabkan
banyak orang yang tidak mengetahui identitas tentang status pasangan tersebut.
Di dalam Islam ada perintah untuk mengumukan pernikahan. Hal ini bertujuan
agar jika ada orang yang naksir atau menaruh hati, maka dia akan mundur karena
orang yang ditaksirnya sudah menikah, sehingga jelas status orang tersebut yaitu
sudah beristri atau sudah bersuami.
e. Adanya keresahan/kehawatiran, melaksanakan pernikahan sirri, dikarenakan
tidak memiliki akta nikah.
f. Sanksi sosial dari masyarakat terhadap pelaku nikah sirri.
g. Sulit bersosialisasi.
h. Menyulitkan masyarakat untuk memberikan kesaksiannya, jika kelak ada
persoalan-persoalan yang menyangkut kedua mempelai.
i. Adanya anggapan poligami terhadap pelaku nikah sirri.

C. PENYEBAB TERJADINYA PERMASALAHAN ISU


Dalam praktik nikah sirri ini, para pelaku nikah sirri memiliki berbagai alasan di antaranya:
1. Menghindari perbutan zina, dikarenakan menunggu dalam waktu yang lama dengan
hari nikah resmi di KUA.
2. Keinginan yang selalu praktis dan mudah
3. Tidak direstui oleh orangtua
4. Ingin melakukan poligami
5. Nikah dibawah umur

D. DAMPAK YANG TERJADI JIKA TIDAK SEGERA DISELESAIKAN


Dari beberapa faktor diatas, juga kita perlu mengejawantahkan beberapa hal penting terkait
dampak dari nikah sirri diantaranya ada dampak positif ada dampak negatif:
1. Dampak positif
a. hak-hak individu dapat tertutupi. Kepentingan-kepentingan pihak-pihak yang
melatarbelakangi dilakukannya pernikahan sirri dapat tertutupi, misalnya Karena hamil
diluar nikah, maka nikah sirri dilakukan sebagai upaya agar aib dalam keluarganya
tertutupi sehingga masyarakat tidak mengetahui seputar kehamilannya yang terjadi diluar
nikah.
b. Hilangnya kekhawatiran perzinahan. Hilangnya kekhawatiran berzina, alasan ini yang
kadang melatarbelakangi dilakukannya nikah sirri, baik yang terjadi pada orang dewasa
(dimana laki-lakinya sudah terikat perkawinan atau sudah punya istri) maupun remaja
yang masih sekolah atau kuliah. Dari pada terjerumus ke dalam perzinahan atau berbuat
dosa, maka solusi yang dianggap terbaik, yaitu dengan melakukan nikah sirri.
2. Dampak negatif
a. Tidak diakui sebagai istri, karena perkawinan dianggap tidak sah. Oleh karena perempuan
yang nikah sirri tidak mempunyai bukti berupa surat nikah, maka akibatnya bila suami
tidak bertanggungjawab, ia tidak dianggap sebagai istri, meski perkawinan dilakukan
menurut agama dan kepercayaan, namun di mata negara nikah sirri dianggap tidak sah
jika belum dicatat oleh Kantor Urusan Agama (KUA) atau Kantor Catatan Sipil (KCS).
b. Tidak berhak atas nafkah, warisan dan pembagian harta bersama. Akibat lebih jauh dari
nikah sirri adalah, istri tidak berhak menuntut nafkah jika suaminya masih hidup dan
tidak bertanggungjawab, tidak dapat menuntut warisan dari suaminya jika meninggal
dunia, karena pernikahannya tidak pernah di anggap ada menurut hukum Indonesia, dan
tidak dapat menuntut pembagian harta bersama jika terjadi perceraian, karena tidak ada
bukti otentik yang menyatakan bahwa mereka telah nikah sirri.
c. Tidak memberikan kepastian hukum. Pernikahan sirri, tidak memberikan kepastian
hukum yaitu ketika terjadi sengketa hukum (misal mau melakukan perbuatan-perbuatan
hukum seperti jual beli tanah atau rumah, mengajukan kredit ke bank, dan sebagainya)
karena tidak adanya bukti otentik, sehingga pernikahannya tidak pernah dianggap ada
menurut hukum Indonesia, selain itu nikah sirri rentan terhadap masalah kekerasan
dalam rumah tangga, karena kalau suami tidak bertanggungjawab, dia bisa berlaku
sewenang- wenang.
d. Menyulitkan untuk mengidentifikasi status seseorang sudah menikah atau belum. Nikah
sirri atau pernikahan yang tidak disiarkan, atau dirahasiakan menyebabkan banyak orang
yang tidak mengetahui identitas tentang status pasangan tersebut. Di dalam Islam ada
perintah untuk mengumukan pernikahan. Hal ini bertujuan agar jika ada orang yang
naksir atau menaruh hati, maka dia akan mundur karena orang yang ditaksirnya sudah
menikah, sehingga jelas status orang tersebut yaitu sudah beristri atau sudah bersuami.
e. Adanya keresahan/kehawatiran, melaksanakan pernikahan sirri, dikarenakan tidak
memiliki akta nikah.
f. Sanksi sosial dari masyarakat terhadap pelaku nikah sirri.
g. Sulit bersosialisasi.
h. Menyulitkan masyarakat untuk memberikan kesaksiannya, jika kelak ada persoalan-
persoalan yang menyangkut kedua mempelai.
i. Adanya anggapan poligami terhadap pelaku nikah sirri.
3. REKOMENDASI ALTERNATIF PENYELESAIAN ISU
Petugas Pencatat Nikah seperti KUA atau KCS atau lembaga terkait lainnya perlu melakukan
sosialisasi tentang biaya pencatatan nikah. Bagi masyarakat tidak mampu membayar pencatatan
perkawinannya sebaiknya ada dispensasi atau pembebasan biaya oleh negara. Budaya di
masyarakat laki-laki harus menanggung biaya pernikahan, bisa dimusyawarahkan bersama-sama,
agar tidak memberatkan pihak laki-laki, hal ini untuk meminimalisir pernikahan sirri karena faktor
ekonomi.
Pemerintah perlu melakukan sosialisasi secara terus menerus tentang resiko nikah sirri, agar
masyarakat tidak melakukan nikah sirri dan menghimbau untuk mencatatkan perkawinannya.
Pemerintah perlu memberi sanksi yang tegas bagi pelaku nikah sirri yang tidak bertanggungjawab
dan pihak-pihak yang telah membantu terjadinya nikah sirri yang berakibat buruk terhadap
perempuan (istri) dan anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai