Anda di halaman 1dari 6

Pengalaman dan Tips Meraih Skor IELTS

yang Memuaskan
salim-darmadi.com/2018/07/11/pengalaman-dan-tips-meraih-skor-ielts-yang-memuaskan

July 11, 2018

Saya sudah dua kali duduk di bangku ujian International


English Language Testing System (IELTS). Pertama kali
pada awal tahun 2008, yang merupakan bagian dari
proses seleksi beasiswa Australian Development
Scholarship (sekarang Australia Awards Scholarship).
Kemudian yang kedua pada awal tahun 2017, ketika saya
sedang bersiap untuk berburu beasiswa S-3.

Yang jelas, persiapan mengikuti IELTS harus dilakukan sebaik-baiknya. Semakin tinggi
skor IELTS, tentu semakin besar peluang kita untuk lolos screening awal seleksi
beasiswa, serta semakin besar peluang untuk diterima di perguruan tinggi berperingkat
bagus yang biasanya mematok syarat skor IELTS lebih tinggi. Di samping itu, persiapan
kita harus optimal karena biaya tes IELTS ini relatif mahal (saat ini biayanya sekitar
Rp2,9 juta sekali tes), terlebih kalau kita harus mengambil tes dengan biaya sendiri.

Saya cenderung lebih menyukai IELTS dibandingkan Test of English as a Foreign


Language (TOEFL). Pertama, saya berencana melanjutkan studi saya di Australia atau
Inggris, di mana IELTS lebih diterima secara luas di kedua negara tersebut. Kedua (ini
pandangan subjektif saya ya…), IELTS cenderung menghasilkan skor yang lebih konsisten
atas kemampuan bahasa Inggris seseorang dibandingkan paper-based  TOEFL.

Sebelum mengikuti tes IELTS pertama kali tahun 2008, saya beberapa kali mengambil
paper-based TOEFL di tahun 2006-2007 (waktu itu internet-based TOEFL alias iBT
masih belum banyak di Indonesia). Namun, saya malah bingung sendiri, sebenarnya
kemampuan bahasa Inggris saya ini seberapa bagus? Tiga kali mengikuti tes TOEFL
dengan jarak waktu yang tidak terlalu lama, skor saya bervariasi banget: 574, 514, dan
567. Ketika kemudian iBT muncul, saya tetap lebih menyukai IELTS karena saya merasa

1/6
lebih cocok mengerjakan ujian Writing dengan menulis di kertas (alih-alih mengetik di
komputer), dan berbincang dengan pewawancara secara langsung di ujian Speaking
(alih-alih ngomong dewek di depan monitor komputer).

Tahun 2008, sekali tes alhamdulillah saya berhasil mendapat skor 6,5 (Listening 6,5;
Reading 7,0; Writing 6,5; Speaking 6,0). Ini syarat minimum untuk mendaftar program
Master disiplin ilmu ekonomi dan bisnis di universitas-universitas terkemuka Australia.
Karena sudah memenuhi syarat, saya jadinya hanya perlu mengikuti Pre-Departure
Training di IALF Jakarta selama enam minggu saja.

Ikut tes lagi sembilan tahun kemudian, alhamdulillah skor saya melonjak cukup
signifikan menjadi 7,5; yang mudah-mudahan memang merepresentasikan peningkatan
skill bahasa Inggris saya, hehehe… Namun kalau melihat rinciannya (Listening 7,5;
Reading 8,0; Writing 7,5; Speaking 6,0), ada rasa sedih juga. Speaking saya stagnan euy!
Nanti ada ceritanya di tulisan ini. Karena itu saya tidak berani memberikan tips terlalu
banyak untuk meraih skor tinggi di Speaking, lha wong skor saya juga masih segitu-gitu
aja, hehehe…

Tanpa berpanjang lebar lagi, berikut pengalaman serta tips yang bisa saya bagikan untuk
teman-teman yang ingin mendongkrak skor IELTS-nya:

1. Terus tingkatkan eksposur kita pada materi-materi berbahasa Inggris

Menurut saya, ini adalah prasyarat sebelum kita mempelajari model-model soal IELTS.
Karena bagaimana pun, terlepas dari strategi yang kita jalankan ketika mengikuti tes,
tetap saja IELTS ini bertujuan menilai seberapa jauh keterampilan kita berbahasa Inggris.
Ini bisa dilakukan dengan mengekspos diri seluas-luasnya terhadap materi-materi
berbahasa Inggris. Zaman sekarang, kemajuan teknologi yang semakin pesat dan mudah
diakses memungkinkan kita mencari materi sebanyak mungkin. Berbeda dengan sepuluh
tahun lalu ketika televisi kabel masih belum musim dan untuk mengakses internet saya
harus ngendon di warnet dengan biaya “mihil” Rp6.000 per jamnya, hehehe…

Kemampuan listening bisa kita asah dengan mendengarkan siaran berita atau
dokumenter berbahasa Inggris di televisi kabel atau YouTube. Untuk Reading, kita perlu
terus berlatih membiasakan diri membaca teks-teks panjang (buku, koran, majalah,
laman internet) dalam bahasa Inggris. Eksposur kita pada bacaan-bacaan berbahasa
Inggris akan turut mendukung peningkatan keterampilan kita menuliskan gagasan dalam
bahasa Inggris (Writing). Terakhir untuk Speaking, sebaiknya kita punya partner untuk
melatih keterampilan berbicara kita.

2. Bekali diri dengan resource yang diperlukan

Untuk buku pegangan, saya merekomendasikan buku “Succeed in IELTS” yang disusun
oleh Andrew Betsis dan Lawrence Mamas (tersedia di toko-toko buku Gramedia). By the
way ini bukan postingan iklan ya, hehehe… Buku tersebut, selain berisi contoh soal dari
masing-masing komponen ujian IELTS berikut kunci jawabannya, dilengkapi juga

2/6
dengan pengenalan mengenai model-model soal yang keluar di IELTS serta tips-tips
dalam mengerjakan tes. Selain itu, dalam buku tersebut disediakan juga CD untuk latihan
Listening.

Selain buku panduan, internet juga menawarkan alternatif materi pembelajaran yang
sangat luas. Di YouTube ada banyak sekali video untuk latihan Listening; kita juga bisa
menonton video-video simulasi ujian Speaking. Ada juga situs-situs internet yang
menyediakan aneka contoh soal tes IELTS untuk keempat komponen ujian, berikut kunci
jawabannya. Semua itu bisa dimanfaatkan untuk memperkuat familiarity kita dengan
soal IELTS serta memperkaya bekal kita sebelum duduk di bangku ujian.

3. Kenali cara belajar yang paling efektif

Masing-masing orang tentu memiliki preferensi cara belajar masing-masing untuk dapat
menguasai suatu materi. Misalnya, saya lebih menyukai belajar mandiri dalam suasana
yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuk. Namun, tentu saya paham orang lain memiliki
caranya masing-masing. Ada yang lebih cepat menguasai materi dengan belajar kelompok
bersama teman-temannya. Ada juga yang berinvestasi untuk mengikuti kursus persiapan
IELTS.

Beberapa kali ada teman yang bertanya kepada saya, “Kalau aku mau memperbaiki
bahasa Inggrisku, baiknya ambil kursus apa ya?” Saya biasanya menyarankan mereka
untuk mengambil kursus persiapan IELTS atau TOEFL, yang dapat membuka jalan untuk
mencapai cita-cita mereka di masa yang akan datang, baik secara karier maupun
akademis.

Apa pun preferensi cara belajar kita, kita harus secara persisten mengalokasikan waktu
untuk mempersiapkan diri. Bahkan meskipun kita sudah belajar kelompok atau
mengikuti kursus persiapan IELTS pun, menurut saya tetap perlu belajar mandiri untuk
terus mengasah penguasaan kita.

4. Kenali bentuk-bentuk soal sebaik mungkin

Sebelum menyusun rencana belajar dan strategi untuk masing-masing komponen ujian,
kita perlu mengenali sebaik mungkin bentuk-bentuk soal yang mungkin keluar, jumlah
soal, durasi waktu yang diberikan, dan seterusnya. Sekadar contoh, untuk Listening, kita
perlu familiar bahwa ada bermacam-macam tipe soal yang diambil dari audio dialog
pendek, dialog panjang, monolog pendek, dan monolog panjang. Kemudian kita perlu
paham juga bahwa sebelum audio sebuah dialog/monolog dimulai, kita diberi waktu
terlebih dahulu untuk membaca soal-soal terkait.

Untuk Reading, kita perlu memperhatikan bahwa terkadang jawaban atas suatu soal
tersembunyi di dalam salah satu paragraf, sehingga kita dituntut untuk memahami
keseluruhan bacaan dalam waktu yang relatif singkat. Di ujian Writing, pada section
pertama kita harus menulis penjelasan dari sebuah tabel, grafik, atau gambar; dan pada
section kedua kita diminta menuliskan opini atau pendapat kita atas suatu isu yang

3/6
diberikan. Kemudian untuk ujian speaking, biasanya kita ditanya dulu mengenai latar
belakang kita, kemudian si penguji memberikan serangkaian pertanyaan tentang satu
atau beberapa topik.

5. Tips untuk Listening

Sebelum audio sebuah dialog/monolog dimulai, kita perlu selalu ingat untuk mencermati
soal-soalnya terlebih dahulu, sehingga kita bisa mempunyai gambaran awal tentang topik
dan arah dialog/monolog tersebut.

Kemudian, saya tidak menyarankan kita mencatat poin-poin dialog/monolog dari awal
sampai akhir, karena berpotensi membuat fokus kita ter-distract dan kita jadi
ketinggalan. Umumnya, urutan pertanyaan sama dengan urutan keluarnya clue jawaban
di dalam dialog/monolog. Jadi yang perlu kita lakukan: cermati soalnya sebelum
dialog/monolog mulai, dengarkan dialog/monolog baik-baik, kemudian segera tuliskan
jawabannya begitu kita mendengar clue-nya muncul dalam dialog/monolog.

Kalau ada soal yang kita ketinggalan dan tidak mendapatkan jawabannya, tidak perlu
menghabiskan waktu dengan ber-“galau ria”. Langsung lewati saja dan fokus pada soal
selanjutnya. Nanti begitu ada waktu di akhir sesi Listening untuk mengecek kembali
jawaban, kita bisa menerka-nerka lalu menuliskan jawaban soal yang missed tersebut.

6. Tips untuk Reading

Tantangan utama untuk sesi Reading adalah ada beberapa materi bacaan yang panjang
dan njlimet, sementara waktu yang diberikan terhitung singkat. Kecuali kita bisa
melakukan baca-cepat-dan-langsung-paham, saya tidak menyarankan kita membaca
lengkap masing-masing teks dari kata pertama sampai kata terakhir. Saya juga tidak
menyarankan kita langsung menuju soal dan kemudian baru mencari jawabannya di
dalam teks, karena strategi ini justru membuat kita tidak mengetahui ide besar di masing-
masing paragraf teks, dan juga bisa membuat kita kebingungan karena sebagian jawaban
hanya tersirat (implisit) di dalam teks.

Yang bisa saya sarankan, kita skimming untuk mengetahui topik suatu teks, namun
jangan juga sekadar membaca cepat dan tidak dapat menarik ide tentang apa yang
dibahas di teks tersebut. Pastikan kita mengetahui gagasan pokok di tiap-tiap paragraf,
serta apa saja yang dibahas di tiap-tiap paragraf. Dengan demikian, begitu kita membaca
suatu soal, kita sudah tahu letak jawabannya di dalam teks. Kita bisa langsung ke paragraf
terkait (alih-alih menelusuri dari awal teks) untuk me-recheck jawaban kita sudah benar
atau belum.

7. Tips untuk Writing

Keterampilan menulis kita akan semakin terasah seiring latihan demi latihan, juga seiring
makin kayanya bacaan kita. Karena itu, ketika kita membaca sebuah bacaan bahasa
Inggris (di luar ujian IELTS), ada baiknya juga kita mencermati gaya penulisan si penulis.
Selain kohesivitas antar-kalimat/paragraf serta grammar yang benar, penulisan yang

4/6
luwes dan tidak kaku juga akan menunjukkan bahwa kita memiliki skill yang tinggi dalam
menuangkan gagasan. Demikian juga, kosakata (vocabulary) yang kaya akan turut
mendongkrak skor kita.

Dalam jangka waktu sembilan tahun antara tes IELTS pertama dan kedua saya, skor
Writing saya melonjak karena saya mendapat banyak eksposur writing dalam profesi
maupun minat saya. Di kantor, saya sering diberi tugas yang menuntut saya banyak
membaca dan menulis dalam bahasa Inggris. Pengalaman menulis paper di jurnal-jurnal
internasional juga menuntut saya untuk banyak membaca dan mencari referensi,
sehingga saya jadi tahu gaya-gaya penulisan yang bisa saya adopsi untuk menuangkan
gagasan.

Di section pertama tes Writing, kita harus mengangkat fitur utama dari suatu tabel,
grafik, atau gambar. Misalnya membandingkan antar-periode/objek, menjelaskan tren
kenaikan/penurunan, dan sebagainya. Sebaiknya kita mengikuti struktur penulisan
sebagai berikut: paragraf pertama untuk memperkenalkan tentang apa
tabel/grafik/gambar tersebut. Kemudian 2-3 paragraf untuk mengemukakan fitur-fitur
utama yang paling signifikan untuk dijelaskan, dan kemudian kesimpulan di paragraf
terakhir.

Di section kedua, kita diberi satu topik/isu dan diminta menuliskan opini kita. Pahami
bahwa yang dinilai adalah skill kita dalam menuangkan gagasan, bukan opini pro/kontra
kita. Struktur yang disarankan adalah: paragraf pertama untuk memperkenalkan topik.
Kemudian 2-4 paragraf untuk menjelaskan posisi atau opini kita. Kita tidak harus
sepenuhnya pro ataupun sepenuhnya kontra atas isu yang diberikan dalam soal. Kita bisa
juga menjelaskan pendapat pro dan kontra, bagaimana kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Di paragraf terakhir kita bisa menyampaikan summary atau kesimpulan
dari apa yang kita uraikan di paragraf-paragraf sebelumnya.

Perhatikan waktu baik-baik; 20 menit untuk section pertama dan 40 menit untuk section


kedua. Sebaiknya gunakan menit-menit pertama untuk menyusun kerangka terlebih
dahulu, yang menjadi panduan kita mengembangkan materi tulisan. Pastikan ketika
waktu habis, tulisan kita tampak sebagai tulisan yang utuh mulai dari paragraf
pendahuluan hingga paragraf kesimpulan.

8. Tips untuk Speaking

Seperti yang sudah saya singgung di atas, sejujurnya saya tidak terlalu berani untuk
memberikan tips-tips untuk tes Speaking. Tidak lain dan tidak bukan karena skor
Speaking saya tidak mengalami peningkatan antara tes tahun 2008 dan 2017, hiks…
Meskipun saya merasa cara bertutur saya cukup lancar dan saya tidak terlalu kesulitan
merangkai kalimat, namun sepertinya masih banyak hal yang perlu saya perbaiki di sana-
sini. Waktu tes tahun 2017, saya melakukan kesalahan dalam menjawab pertanyaan si
penguji. Ketika ditanya “What is your favourite weather?” Alih-alih menjawab sunny,

5/6
cloudy, atau rainy, saya malah menjawab dengan lantang, “Summer!” Hahaha…
Walhasil, ketika ada beberapa pertanyaan lanjutan soal cuaca, saya malah menjelaskan
tentang musim panas. Jaka sembung banget…

Tapi kalau boleh memberi saran sih, banyak-banyaklah mengambil tips dan referensi dari
berbagai sumber (termasuk video-video di Youtube) agar bisa meraih skor memuaskan di
Speaking. Di YouTube juga ada banyak video contoh wawancara ujian Speaking, dari situ
kita bisa mendapat insight dalam upaya meningkatkan keterampilan kita bertutur bahasa
Inggris. Selain itu, meskipun tidak benar-benar saya lakukan, memiliki partner yang
menjadi teman latihan berbincang dalam bahasa Inggris juga merupakan ide yang baik.

***

Demikian beberapa tips dan pengalaman yang bisa saya bagikan untuk mencapai skor
IELTS yang memuaskan. Semoga bermanfaat buat teman-teman yang saat ini sedang
mempersiapkan diri untuk menghadapi tes IELTS. Semangat dan sukses ya…

[Gambar diambil dari sini]

keren salim, harus banyak belajar dari dirimu ini

Matur nuwun, Bro. Semangat dan sukses yo…

6/6

Anda mungkin juga menyukai