Anda di halaman 1dari 19

Halo halo haloooo!

Wah, wah, blog saya banyak amat debunya~ Bukannya tidak ada waktu, tetapi takut
ngeposting tulisan yang gak penting-penting amat alias nyampah (which I have
considered a few times. Haha). I have always admired people who have blogs and
manage to post regularly, PLUS actually post something that are interesting and/or
inspirational. 

Sekarang saya punya alasan yang bagus untuk kembali menulis. Yup! Sesuai dengan
judulnya, saya akan berbagi pengalaman mengikuti tes TOEFL iBT. Mungkin ada yang
bertanya, kok saya ngambil TOEFL iBT lagi yah, padahal kan udah ada IELTS.
Pertanyaan tersebut akan saya jawab di post yang lain. Hehe. 

Saya dijadwalkan mengambil tes TOEFL iBT pada tanggal 11 Oktober 2014. Bodohnya,
sebenarnya saya sudah tau bahwa saya harus ngambil tes ini dari satu bulan
sebelumnya. Tapi karena satu dan lain hal (prokrastinasi prokrastinasi prokrastinasi)
saya malah santai-santai saja (cuma beli buku Barron's TOEFL iBT yang kemudian
tergeletak manis di meja belajar) sampai pada akhirnya datanglah sebuah email yang
menginformasikan bahwa dalam waktu 2 minggu lagi saya akan ikut tes TOEFL iBT di
Makassar. Uwoooo, paniknya minta ampun. Ditambah lagi seminggu setelah tes
TOEFL iBT saya kembali dijadwalkan untuk tes GRE. Tak lupa pula tanggal 5 Oktober
saya harus berangkat ke Solo untuk ikut TEFLIN Conference yang amat sangat tidak
mungkin saya batalkan karena sudah dijadwalkan sejak awal tahun 2014 dan sudah
dibayarin penuh plus hotel dan tiket PP Garuda oleh dosen sekaligus atasan saya
tercinta Almarhumah Mam Etty... (R.I.P 25 November 2014). And guess what, saya
jadwalnya balik tanggal 10 Oktober...

Saya langsung kayak gini:

Tapi sudahlah, aku pikir, I cannot backdown. Jadi kuambil buku Barron's TOEFL iBT-ku
lalu membuat strategi sebagai berikut: Saya pakai waktu 1 minggu untuk izin dari kantor
lalu setiap hari belajar intensive di rumah sebelum ke Solo. Lalu sesampainya di Solo,
setiap malam di hotel saya akan belajar untuk iBT dan GRE. Nekat.
Tidak seperti IELTS yang persiapannya 3 bulan, persiapan TOEFL iBT hanya kurang
lebih 2 minggu, dan betul-betul sangat terbantu hanya karena saya kebetulan dapat link
yang amat sangat membantu untuk bagian Speaking dan Writing. Ditambah dengan
simulasi tes TOEFL iBT gratis yang disediakan oleh pembuat tesnya sendiri yaitu ETS,
serta list pertanyaan-pertanyaan Writing yang juga disediakan oleh ETS. Berikut adalah
link-linknya:

Link Video Youtube Strategi Speaking dan Writing

Simulasi tes TOEFL iBT (1)

Simulasi tes TOEFL iBT (2)

List Pertanyaan Writing Task 2

Oh ya, beginilah penampakan buku Barron's TOEFL iBT yang saya gunakan:

Dapatnya di Gramedia dengan harga awal 500-an ribu rupiah. Tapi karena itu buku
satu-satunya yang tersisa dan sudah lecek trus ada beberapa halaman yang agak
robek, so I asked for a discount. Haha. Nawar di toko buku! Waktu itu memang lagi
nabung buat beli buku di tempat conference, tapi buku ini tetap harus kebeli, soalnya
berdasarkan pengalaman menggunakan Barron's IELTS memang Barron's tips-tipsnya
bagus dan jitu gitu deh. Ternyata, saya dikasi diskon 10%. Untung nanya, akhirnya
waktu itu saya 'hanya' bayar 400-an ribu. Malu bertanya, gak dapat diskon. Hehe.

Dengan waktu persiapan yang amat sempit, saya mempasrahkan diri untuk bagian
Listening dan Reading. Saya cuma membaca semua strategi Listening dan Reading
yang ditawarkan Barron's lalu mengerjakan semua model test di dalam bukunya. Ketika
latihan Listening maupun Reading, kesalahan yang saya buat maksimal 10 soal.
Lumayan pikirku, setidaknya bisa dapat 25, klo gak salah. Oh ya, untuk soal Listening
dan Reading, jumlah soal yang peserta kerjakan bisa berbeda-beda. Tergantung
apakah dia mendapatkan Short or Long Format. Untuk detil lebih lanjut, semua dikupas
tuntas di Barron's TOEFL iBT dengan cara yang mudah dipahami (Sumpah, Barron's
seharusnya gaji saya buat promosi lol).

Speaking dan Writing lain lagi. Sangat berbeda dengan IELTS. Saya paling gak pede
dengan 2 bagian ini. Tapi link yang saya temukan membantu karena saya bisa hafal
template atau kerangka Speaking maupun Writing sebelumnya. Jadi strategi saya
adalah, hafal templatenya, lalu ketika petunjuknya diperlihatkan tulislah templatenya di
kertas cakaran yang telah disediakan. Kalau gak ngerti apa template itu, maksudnya
adalah kata-kata baku yang dapat digunakan untuk memudahkan kita mengungkapkan
ide. Pokoknya kata-kata yang sebaiknya kita gunakan untuk merespon soal tertentu. 

Contoh, saya selalu menggunakan kata-kata berikut untuk menjadi pembuka dalam
Writing Task 2 saya:

Both the reading passage and the lecture discusses (TOPIC). The author of the reading
passage argues that ...... On the other hand, the lecturer believes that .... (and so on).

Silahkan buka link-link di atas untuk mengetahui lebih lanjut (=^・ω・^)y=

Strategi (a.k.a tips dan trik) tak akan berguna bila hanya diketahui dan dihafal, tetapi
sangat perlu diterapkan. Jadi rajin-rajinlah latihan, yeah yeah, I know 'practice makes
perfect' sounds so cliché, but it is so true! Semakin sering latihan, setidaknya
menambah kosa kata kita. Saya pribadi merasa dengan latihan, saya bisa menemukan
dan menuliskan ide saya dengan lebih cepat.

Nah, untuk pendaftaran tes TOEFL iBT sendiri saya kurang paham karena didaftarkan.
Tapi saya rasa pihak yang akan menyelenggarakan TOEFL iBT dapat membantumu
untuk mendaftar. Di Makassar sendiri hanya Alfalink yang berada di Jl. Merpati-lah
penyelenggara TOEFL iBT resmi di Makassar. Biayanya? USD 180, atau sekitar IDR 2
jutaan. Mahal...

Hari penyelenggaraan tes saya datang sejam sebelum waktunya untuk menghindari
macet. Ketika masuk, yang pertama kali kita lakukan adalah menandatangani semacam
statement bahwa kita tidak akan membocorkan soal dalam bentuk maupun cara
apapun. Lalu identitas kita dicek (saya pakai paspor) dan kitapun dipersilahkan masuk
ruangan tes. Tapi kita nggak langsung tes. Masih ada proses pengambilan foto melalui
webcam yang akan dilakukan oleh staf, lalu foto kita akan muncul pada satu komputer
dari beberapa komputer yang ada. Itulah komputer kita untuk melakukan tes.
Selanjutnya kita duduk dan mengenakan headset. IMPORTANT: Gunakanlah
headsetnya sepanjang waktu. Takutnya kamu melewatkan soal yang diucapkan tetapi
tidak tertulis, atau seperti kasus temanku, dia lupa klo Writing Task 1 itu ada
listeningnya. Alhasil, setengah bagian listening terlewatkan ( ꀹ ʚ ꀹ ) Saya sangat
sarankan setidaknya mencoba simulasi TOEFL iBT (link disediakan di atas) agar tidak
merasa canggung dengan layout serta option-option pada software testnya.

Jadi sebelum memulai tes, peserta diberikan beberapa lembar kertas dan pensil. Tes
pertama adalah Reading, lalu diikuti dengan Listening. Kemudian ada break 10 menit.
Kalau nggak mau break, bisa langsung memilihi opsi "Next" untuk lanjut ke Speaking
dan akhirnya Writing. Tapi sebaiknya sih istirahat saja. Gunakanlah untuk ke toilet atau
minum, atau bahkan hanya untuk merenggangkan badan. Tes ini akan berlangsung
selama kurang lebih 4 jam loh! Senyaman apapun tempat dudukmu, mata dan badan
pasti akan lelah bila bertahan pada satu posisi selama itu.

Setelah sesi writing, Anda tidak usah menunggu peserta lain untuk selesai. Ya,
kemungkinan besar peserta yang lain ada yang selesai sebelum Anda, atau malah
masih sibuk mengerjakan soal ketika Anda selesai. Hal ini disebabkan karena Anda
diberikan kemampuan untuk melompati bagian intro setiap test. Tapi saya sarankan
agar mendengarkan/membaca saja semua petunjuk yang diberikan. Kecepatan setiap
peserta untuk menjawab juga sangat mempengaruhi kecepatan seseorang
menyelesaikan testnya. Tetapi setelah timernya habis, software test akan dengan
otomatis menutup tesnya. So, rajin-rajinlah melirik timer di layar komputer Anda!

Hasil tes Anda akan keluar 10 hari setelah hari tes. Hasil tes tersebut dapat dilihat
online di https://toefl-registration.ets.org/TOEFLWeb/extISERLogonPrompt.do

Berikut adalah hasil TOEFL test saya :'>

117/120! Cihuuyy~

If you have any questions regarding the test or what I did to prepare for it, feel free to
comment below! :
Pengalaman Belajar TOEFL dan IELTS di Yogyakarta

Sebenarnya saya hanya ingin menuliskan sedikit pengalaman selama belajar TOEFL
dan IELTS. Jadi ceritanya, mimpi untuk studi master di luar negeri mensyaratkan
adanya kemampuan Bahasa Inggris yang bagus. Untuk syarat beasiswa LPDP, skor
minimum TOEFL ITP adalah 550 untuk jalur regular dan 400 untuk jalur afirmasi.
Sedangkan untuk mendaftar di Utrecht University, at least saya harus mengantongi
IELTS dengan band minimum 6.5. 

Oh iya, teman-teman pasti sudah tahu kan apa itu TOEFL dan IELTS ? Silakan dapat
gugling ya. Perbedaan keduanya lebih kepada bentuk tes, termasuk kontennya. TOEFL
yang memang berasal dari Amerika memiliki tiga jenis materi, meliputi Listening,
Structure & Written Expression, dan Reading. Untuk listening, ada 50 soal, untuk
structure & written expression ada 40 soal, dan reading 50 soal. Sesangkan IELTS lebih
ke British, secara general digunakan untuk mengetahui kemampuan Bahasa Inggris
seseorang, tidak hanya pada listening dan reading saja, namun juga ada writing and
speaking.

Nah, mulai pertengahan Agustus 2015 saya mengikuti kursus TOEFL di P2EB FEB UGM.
Biayanya kalau tidak salah Rp 700.000 untuk sekitar 1,5 bulan, dari Senin-Jumat Pkl
09.30-11.30 WIB. Saya memilih di P2EB UGM pertimbangannya untuk mencari ‘suasana
baru’ biar tidak hanya pada rutinitas di UNY. Sebenarnya awal-awal saat kursus ini
ada pre test, skor saya masih di bawah 500. Sedih kan ? Masih jauh sekali dari syarat
di atas. Menjelang minggu ketiga Agustus, keluarga kami mendapat musibah. Ibu saya
operasi dan saya harus full menjaga beliau di rumah sakit. Alhasil, saya tidak masuk
beberapa kali pertemuan. Oiya, saat kursus biasanya sudah dibagi ke 3 pembagian
hari, ada hari khusus listening dan sebagainya. Pengajarnya kompeten, namun perlu
ada peningkatan metode pengajarannya. Kecenderungannya hanya text book sehingga
saya cukup bosan. Tidak bisa dipungkiri, kalau sudah ‘tidak bergairah’ saat belajar ya
ilmunya belum terserap.
 Sertifikat dari P2EB UGM

Di pertengahan kursus, ada mid-term examination. Lagi, saya tidak well preparation.
Yah, harus menerima skor yang mirip seperti skor sebelumnya, justru turun. Saya
pikir, ada yang tidak beres dengan cara belajar saya ini. Belajar Bahasa Inggris
seharian penuh ternyata tidak efektif jika dibandingkan rutin yang hanya 1-2 jam.
Beneran deh, rasanya mempelajari bahasa itu tergantung kebiasaan kita. Contohnya
ya, pernah suatu ketika saya tes TOEFL tanpa persiapan apapun, Cuma H-2 belajar
kebut semalam. Hasilnya apa ? Skornya lebih rendah jika saya bandingkan ketika ada
persiapan matang jauh-jauh hari. So, the main point is make it as our habit, isn’t it?

Bulan September 2015 pun datang, tanggal 11 nya saya akan tes TOEFL ITP. Bagi
teman-teman yang belum tahu apa itu ITP, ITP itu sejenis TOEFL yang diselenggarakan
oleh ETS, lembaga resmi penyelenggara TOEFL institusional. ITP ini diakui secara
internasional lho, beda dengan TOEFL prediction atau TOEFL like atau Pro-TOEFL yang
ada di UNY :3 Biayanya tentu tidak murah ya, perlu menyiapkan uang sekitar 32
dollar. Nah. Kalau tes di P2EB UGM ini 32 dollar (kalikan dengan kurs USD ya), kalau di
LPPMP UNY Rp 400.000, kalau di ELTI juga Rp 400.000, dan ada juga di CILACS UII
dnegan Rp 385.000. Sebagai mantan mahasiswa yang sudah dibekali ilmu irit (hemat)
ya saya pilih di CILACS UII dong, hehehe. This is my next step to struggle in TOEFL.
Saya cukup banyak persiapan menjelang tes ITP ini. Mulai dari sering baca berita
berbahasa Inggris, nonton film, baca-baca pengetahuan umum in English, dengerin
tips dan simulasi di youtube, dll. Kelemahan saya ada di listening sebenarnya. Reading
dan Structure juga perlu ditingkatkan. 
 ITP Report...

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sabtu, 11 September 2015 Pkl 07.30 WIB saya
sampai di CILACS UII Demangan (timur kampus Sanata Dharma) dan resmi
mengerjakan ITP. Ada sekitar 20 peserta test, yang memang secara sekilas ada yang
muda dan tua. Saya bisa menebak, pasti banyak yang mau melanjutkan studi. Saya
cukup tegang sebenarnya, karena AC nya dingin banget. Mulai di listening, suaranya
sangat jelas. Berbeda dengan P2EB UGM yang menyediakan headset, di CILACS tidak
ada. Jadi kita perlu konsentrasi penuh dengan suara dari sound system. Sama seperti
test TOEFL sebelum-sebelumnya, waktu mengerjakan kurang lebih 2 jam. Tes selesai
sekitar Pkl 10.00 WIB dan kami langsung dipersilakan makan snack dan minum. Wah
ini yang jadi uniknya, ada makanan setelah tes. Lumayan lah untuk mengobati trauma
tes pertama ini. Iya kenapa trauma ? Ada kesalahan fatal yang saya alami yakni
melewatkan beberapa nomor di structure karena tidak memperhatikan waktu :
( Padahal di structure ini pointnya besar lho. Oiya, hasil tes bisa diambil sekitar 7-10
hari.

Saya pun melanjutkan kursus di UGM yang tinggal menghitung hari. Kami peserta
morning class sudah mulai merasakan manfaat dari kursus ini. Secara pribadi mungkin
tidak saya lihat ketika tes di UGM nya, tetapi saat ITP saya terbantu dengan materi-
materi yang disampaikan. Sekitar tanggal 17-22 September 2015 saya ada acara
Future Leader Summit dan Pre-Event Asia Pacific Urban Youth Assembly di Semarang
dan Jakarta. Mau tidak mau harus izin tidak ikut kursus TOEFL. Saya baru bisa join lagi
pas hari Senin, 28 September 2015 saat post test. Nah, ini pertemuan terakhir kami
peserta morning class. Post test ini menentukan nilai TOEFL yang akan dicantumkan di
sertifikat. Saya tawakal saja kepada Allah, benar-benar cepat ya ternyata kursusnya.

Baiklah, sudah saatnya move on dari UGM. Oiya, ternyata hasil TOEFL ITP sudah bisa
saya ambil pada hari Sabtu, 25 September 2015. Alhamdulillah, ini adalah skor TOEFL
tertinggi dari banyak tes yang pernah saya ikuti. Meskipun masih di bawah 550
sebenarnya :) Semoga dapat saya gunakan untuk diterima di LPDP Ya Allah. 

Awal Oktober, tepatnya tanggal 5 kemarin saya resmi memulai kursus IELTS di LPPMP
UNY. Kenapa akhirnya memilih di sini ? Setelah melakukan survey ke sana-sini,
ternyata les IELTS memang MAHAL ya. Wajarlah, karena memang IELTS katanya lebih
‘menantang’ dibandingkan TOEFL. Untuk les ini, saya membayar Rp 800.000, untuk
biaya kursus dari 5 Oktober – 16 November 2015, hari Senin-Jumat mulai Pkl 16.00-
17.30 WIB. Post testnya tanggal 19 November 2015. Kata beberapa teman, ini kursus
paling terjangkau dengan berbagai fasilitas yang ada. Konon, nanti juga ada
pertemuan dengan native speakers sebanyak 6 kali. 

 Pengalaman Pertama IELTS

Pada tanggal 1 Oktober 2015 kemarin kami melaksanakan pre test, terdiri dari
listening dan reading. Ini tes prediksi IELTS pertama saya. Sbelumnya sama sekali
masih awam apa itu IELTS. Bermodalkan semangat, baca-baca buku dan soft file IELTS
Cambridge, dan tentunya doa, akhirnya banyak pelajaran yang saya dapatkan dari pre
test itu. Setelah pre test, saya pulang ke rumah dan membuka-buka file e-book IELTS
yang didapat dari teman. Ternyata yang diujikan di pre test kemarin adalah materi di
IELTS Cambridge bagian 8, sama persis. Saya pun langsung belajar untuk writing and
speakingnya. Di sana juga sudah tersedia contoh jawabannya. Hikmahnya adalah :
perlu konsistensi dalam mempelajari materi yang sudah dimiliki. Iya benera banget,
saya sebenarnya sudah lama mendapatkan e-book ini namun baru bisa membaca
sekarang karena kebutuhan. Ini yang perlu saya perbaiki.

Jadi ada beberapa hikmah ketika belajar TOEFL/IELTS :

1. Tumbuhkan rasa suka pada keduanya, mau tidak mau harus cinta agar nyaman.
2. Motivasi tinggi untuk belajar Bahasa Inggris.
3. Komitmen untuk meluangkan waktu 1-2 jam per hari.
4. Konsistensi untuk terus berlatih dengan mengerjakan soal.
5. Paham secara materi dan teknis menjelang tes.
6. Evaluasi secara berkala untuk mengetahu progress kita.
7. Terus jaga semangatnya ya!

Senin, 5 Oktober 2015 adalah tes writing dan speaking. Pada sesi writing, ada dua
macam soal. Soal pertama adalah pie chart dan yang kedua adalah esai tentang
pendidikan bagi anak. Soalnya memang sama, Cambridge bagian 8. Pada bagian
speaking, ternyata tidak seperti pada contoh yang saya pelajari. Bagian ini baru
berupa interview singkat yang meliputi: introduction, tentang aktivitas, traveling,
potensi Kabupaten Sleman, dan beberapa pengetahuan lainnya. Hanya berkisar 5-10
menit karena hanya ada satu examiner.
Nah, sementara ini dulu yang saya ceritakan. Perjuangan untuk study abroad masih
perlu semangat yang lebih tinggi. Mohon doanya ya teman-teman agar saya bisa tes
ITP lagi dan skornya sesuai target, termasuk juga sukses meraih band 7 di IELTS,
insyaAllah. Aamiin…

First Result, semoga bisa meningkat

Teruslah berproses dalam meraih level yang lebih tinggi! Semangat!

Yogyakarta, 7 Oktober 2015


Diposkan oleh Janu Muhammad di 08.56
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: CILACS UII, IELTS, Kursus Bahasa Inggris, Mahasiswa, STUDY ABROAD, TIPS,
TOEFL, UGM, UNY, YOGYAKARTA

7 komentar:

1.

Ilham Scholarship10 Desember 2015 12.58

salam kenal mas, saya memiliki cerita yang sama dengan mas tapi saya masih ALLAH
beri waktu untuk belajar lebih, karena skor saya masih jauh yang saya harapkan
Balas

Balasan

1.

Janu Muhammad16 Desember 2015 18.57

Tetap semangat Mas Ilham, jalani prosesnya. InsyaAllah hasil tidak akan
menghianati usaha kok nantinya :) sukses

Balas

2.

Tika Trystanti5 Januari 2016 11.09

terimakasih info nya mas Janu


Btw boleh share software IELTS Cambridge nya ga mas? :D
Thanks

Balas

3.

Tika Trystanti5 Januari 2016 11.09

terimakasih info nya mas Janu


Btw boleh share software IELTS Cambridge nya ga mas? :D
Thanks

Balas

4.

Fadel Muslaini31 Mei 2016 20.26

download GRATIS buku dan soal IELTS, TOEFL, dan masih banyak lagi. di
UNLIMITED WORLD
MUDAH DAN GRATIS

Balas
5.

Genius Edukasi15 Juli 2016 09.11

Artikelnya sangat menarik, dapat membantu bagi yang sedang mencari info tes TOEFL.
Sebagai info tambahan, saya memiliki rekomendasi software/aplikasi belajar menguasai
materi TOEFL yang bagus dan superlengkap yang belum pernah ada sebelumnya di
Indonesia. Software disusun berdasarkan kunci-kunci gramatikal dalam menjawab soal-
soal TOEFL. Penggunaannya mudah, praktis, dan strategis. Nama programnya Genius
TOEFL. Silakan dicoba Gan, langsung didownload saja di http://www.geniustoefl.com
atau http://www.geniusedukasi.com

Balas

6.

NewGens15 Juli 2016 09.12

Tks infonya.

Balas

Muat yang lain...

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

My Curriculum Vitae
MOTTO HIDUP
"Man Jadda Wa Jada : Barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil"
"Sebaik-baik Manusia Adalah Yang Bermanfaat Bagi Manusia Lainnya."

QUOTES TODAY
"Setiap manusia wajib punya mimpi. Allah Maha Tahu apa yang terbaik untukmu nanti.
Kewajibanmu hanya berusaha sungguh-sungguh meraih mimpi itu, berdoa setiap waktu, dan
bertawakal dengan ikhlas."

TRANSLATE

Pengalaman tes TOEFL iBT

Pengalaman mengikuti tes TOEFL iBT

Sobat, kali ini saya akan coba sharing pengalaman saya mengikuti tes TOEFL iBT, di sini saya
TIDAK akan menjelaskan apa itu tes TOEFL iBT, tidak juga menjelaskan bagaimana bentuk
soal TOEFL iBT yang berbeda dengan TOEFL ITP (Paper), juga tidak akan membahas apa tips
dan trik nya. Yang akan saya tulis di sini adalah cerita seputar tentang pengalaman saya
mengikuti tes TOEFL iBT, karena kalau yang lain dapat anda temukan banyak sekali referensi
yang lebih valid via mbah GOOGLE. Selamat menikmati!

Tes TOEFL ITP (Paper)

Pada akhir Desember 2014, Alhamdulillah saya telah merampungkan S1 Ekstensi saya di salah
satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Bisa dibilang agak terlambat karena saya sudah berumur
mendekati kepala 3 tetapi saya berkeinginan melanjutkan studi S2. Tak tanggung-tanggung, saya
berencana ambil kuliah di luar negeri (ceritanya balas dendam karena sebelumnya saya kuliah
D3 selama tiga tahun, ditambah kerja+kuliah S1 Ekstensi ini hampir 4 tahun, So, sebelum
menginjak usia 30 saya harus sudah bisa merampungkan S2 sebagai bentuk nilai tambah untuk
diri saya ). Satu bulan sebelum wisuda saya juga sudah pernah ambil tes TOEFL ITP
(institutional alias paper base test) di STIE PERBAN*S namun hanya mendapatkan skor sekitar
520an. Skor ini tidak mencukupi untuk syarat pendaftaran S2 di universitas luar negeri yaitu
minimal 550 (kalau di dalam negeri sudah cukup dengan nilai 500). Tapi hasil 520 saya
sebenarnya juga sudah lebih baik daripada nilai sebelumnya yaitu 490 (tes TOEFL ITP pertama
kali yang saya ambil di L*A Pramuka). Kedua tes ini saya siapkan dengan cara belajar yang
sama dan bersifat otodidak.  Akhirnya karena untuk persyaratan awal maka saya nekat untuk
tetap melampirkan nilai tes saya yang 520 itu sebagai persyaratan registrasi. Disamping itu saya
sudah merasa maksimal untuk menakar kemampuan berbahasa saya daripada saya harus
berjibaku dan hanya focus pada hasil tes demi mengejar nilai lebih tinggi tetapi kenyataan
aslinya tidak sebanding dengan yang di atas kertas alias masih belum mahir secara praktek.
Dengan hasil 520 tersebut saya berharap paling-paling diikutsertakan dalam kelas Bahasa
Inggris  prakuliah, yang penting sudah terdaftar di universitas yang bersangkutan hehehe….

Akhirnya pada bulan Januari 2015 saya mendaftarkan diri dan mengirim seluruh berkas yang
diperlukan untuk registrasi via email. Universitas yang saya ambil masih tetangga dekat dengan
Negara Indonesia dan masih masuk kategori universitas negeri dengan jurusan Master of
Economics (di tulisan lain akan saya bahas mengenai perjalanan pendaftaran menuju universitas
ini ). Alhamdulillah ternyata di respon cepat dan bisa mengikuti perkuliahan bulan Februari
2015 jika seluruh berkas sesuai kriteria dan wow hanya berselang satu bulan saya harus
mempersiapkan semua. Tapi ternyata memanh tidak semudah itu, ternyata nilai tes TOEFL saya
yang 520 masih kurang dan juga jenis TOEFL ITP tidak bisa di terima…oh my God, meskipun
begitu saya tetap mendapatkan Offering Letter Provisional (conditional) dengan syarat bisa
melengkapi TOEFL yang dimaksud. Akhirnya diputuskanlah harus ditunda hingga semester
depan (intake September 2015) karena tidak mungkin dikejar dalam satu bulan. Dengan format,
jenis dan soal yang berbeda dari TOEFL ITP, maka lagi-lagi saya harus belajar (otodidak), beli
buku, searching google, aktif ngintipin blog orang tentang tes TOEFL versi ini, juga nanya-
nanya via medos barangkali ada kawan yang sudah punya pengalaman. Akhirnya selama
Februari 2015 saya belajar dan pada awal Maret 2015 saya mengikuti tes TOEFL iBT pertama
saya di KAPL*N-EDUP*C kelapa gading. Saya yakin lembaga tersebut kelas internasional jadi
saya tidak ragu pilih tempat disana untuk menghindari kesalahan tekhnis yang mengurangi nilai.
Dan benar saja, tetapi saking berkelasnya, ternyata cukup banyak peminatnya. Akhirnya saya
ngobrol-ngobrol dengan beberapa peserta itu dan saat itu saya agak sedikit tegang karena sama
sekali belum pernah ikut preparation apalagi simulasi tes.

Tes TOEFL iBT pertama kali

Akhirnya tes dimulai, pada bagian pertama alias READING saya banyak menemukan kosakata
baru yang membuat saya tidak mampu menyerap utuh kalimat yang ada dalam sebuah cerita/
wacana. Akhirnya saya cukup keteteran dan memakan banyak waktu hingga akhirnya ada sekitar
10 soal dari 40 soal yang tidak bisa terjawab yang kebetulan merupakan cerita/ wacana terakhir.
Tapi saya tidak boleh patah semangat karena masih ada bagian tes selanjutnya. Akhirnya lanjut
ke bagian kedua alias LISTENING. Di sini saya mulai nyaman, karena suaranya sangat jelas,
dan kosakata nya pun relatif mudah. Tapi saya tidak boleh sombong, karena jawabannya tidak
bisa langsung ditemukan dalam percakapan, melainkan harus diambil kesimpulan akhir oleh kita
sendiri, belum lagi terkadang ada dua jawaban yang hampir mirip maknanya. Dari sekitar 50 soal
ada 2 soal yang tidak terjawab karena kehabisan waktu. Disini saya mulai sedikit lega lalu
akhirnya bagian selanjutnya yaitu istirahat selama kurang lebih 10 menit. Hal itu saya gunakan
untuk ke toilet, ngemil secukupnya dan ngobrol dengan peserta lain dan dia juga merasa agak
sulit di bagian pertama (READING) sedangkan bagian kedua (LISTENING) tergolong mudah.
Lalu mulai lagi bagian ketiga yaitu SPEAKING. Sesuatu yang sangat jarang saya praktekkan,
akhirnya dengan jawaban ala kadarnya saya berhasil melalui 6 soal SPEAKING itu. Saat itu
agak sedikit terganggu dengan suara peserta lain yang juga berdekatan dan jadi kehilangan focus
karena terkadang suara mereka juga masuk dalam pikiran kita. Di sini saya merasa tidak pede
dengan score SPEAKING ini. Dan terakhir bagian WRITING disediakan 2 tugas yang harus
diselesaikan dalam waktu masing-masing sekitar setengah jam. Akhirnya selesai sudah
rangkaian tes TOEFL iBT pertama saya. Entah bagaimana hasilnya, kita tunggu selanjutnya
selama 10 hari ke depan.

Hari yang dinanti pun tiba, saya harap-harap cemas karena merupakan tes TOEFL iBT pertama
saya. Disamping itu saya harus berpacu dengan waktu untuk melengkapi berkas registrasi
universitas luar negeri. Dan benar saja, hasilnya kurang memuaskan…hanya 74 (setara dengan
530 pada TOEFL ITP) padahal yang dibutuhkan adalah 80 (setara dengan 550 pada TOEFL
ITP). Tapi saya juga tidak kaget karena memang saya belum menguasai tes jenis ini dan masih
banyak harus belajar. Saya berniat untuk ambil kursus persiapan alias preparation for TOEFL
iBT namun ternyata harganya hampir 3x lipat dari Gaji UMR ibukota. Sungguh terlalu, tetapi
saya ingin dapat nilai maksimal agar bisa melanjutkan pendaftaran dengan baik. Nilai 74 pun
sebenarnya sudah bisa, hanya saja perlu tambahan untuk mengambil mata kuliah Bahasa inggris,
tetapi rasanya agak kurang sreg. Akhirnya saya memutuskan untuk mencoba sekali lagi sebagai
batas akhir, apabila nilainya masih berkisar seperti itu artinya saya lanjutkan pendaftaran dengan
segala konsekuensinya. Jika lebih besar dari yang diminta maka tiada lain yang bisa saya
lakukan selain bersyukur dan mudah-mudahan menjadi kado untuk orangtua agar selalui
dimudahkan jalannya dan di ridhoi Nya. Amin.

Tes TOEFL iBT kedua kali

Tahun 2015 ini sudah masuk bulan April dan pada bulan ini saya bertekad bulat untuk ikut tes
TOEFL iBT lagi. Dengan metode yang sama, hanya ditingkatkan intensitasnya, belajar otodidak
sayapun makin bergairah. Sudah ada 4 buku original tentang tes TOEFL yang saya miliki.
Ditambah bonus simulasi tes dan beberapa sumber tambahan lagi dari internet. Saya usahakan
segalanya, saya pasrahkan kepada Nya, berharap berapapun itu hasilnya sangat baik. Kali ini
saya tidak ambil tes di tempat yang sama. Saya pilih Engli*h Educati*n Cent*e di lokasi yang
berdekatan dengan lokasi lain. Harapan saya, di lokasi ini tidak terlalu banyak peminat sehingga
saya bisa lebih focus pada tes dan lebih berkonsentrasi.

Hari yang dinanti pun tiba, pagi hari saya sudah sampai di lokasi dan hanya bertemu dua orang
yang ikut tes. Yang satu masih muda, yang satu sudah paruh baya dan sedang belajar. Saya
hampiri beliau yang sedang belajar dengan harapan beliau bisa berikan wejangan kepada saya.
Benar saja, beliau sharing tentang tes sebelumnya, cara belajar otodidak, bahkan cerita
keperluannya sebagai sayarat pelengkap visa ke amerika dan hanya butuh skor 60an (alias setara
500 di TOEFL ITP). Akhirnya saya bisa meregangkan urat syaraf saya yang tadinya sedikit
tegang. Dan sepertinya jumlah peserta tes kali ini tidak lebih dari 10 orang, artinya sesuai dengan
rencana saya. Seperti biasa bagian pertama yaitu READING, di sini saya baru ingat bahwa saya
memulainya dengan doa, sedangkan pada tes pertama saya lupa apakah saya sudah memulainya
dengan doa atau tidak. Pada bagian ini saya tidak menemukan banyak kesulitan dan berharap
dapat menyumbang skor yang tinggi, apalagi semua soal di bagian ini bisa saya isi dengan baik.
Pada bagian kedua yaitu LISTENING saya agak sedikit bimbang karena banyak jawaban yang
lagi-lagi mirip tetapi Alhamdulillah saya bisa isi dengan baik juga. Akhirnya masuk waktunya
istirahat dan saya gunakan untuk sharing dengan dua orang yang saya lihat ketika baru pertama
kali sampai tadi. Alhamdulillah saya merasa lebih rileks disbanding mereka, PeDe saya pun
meningkat untuk bagian tes berikutnya. Bagian ketiga alias LISTENING pun dimulai dan
berbekal pengalaman sebelumnya saya berusaha lebih focus dan cuek dengan suara peserta lain.
Disamping itu pesertanyapun tidak banyak sehingga tidak banyak gangguan, tetapi ternyata
jawaban saya terlalu bertele-tele sehinga 6 soal yang diberikan tidak dapat saya manage
waktunya dengan baik. Tetapi overall saya merasa cukup baik begitu juga bagian terakhir alias
WRITING. Akhirnya saya menanti hingga beberapa hari ke depan untuk menerima hasil nya,
apapun itu saya berharap merupakan takdir atas apa yang sudah saya usahakan sehingga
konsekuensinya pun harus saya terima, demi sebuah impian melanjutkan cita-cita di Negara
tetangga.

Dan akhirnya, tepat 10 hari setelah tes, saya menerima notifikasi via email. Alhamdulillahi robbil
‘alamin saya mendapatkan hasil di atas target yang diminta oleh pihak universitas (80 atau setara
550) dan hasil tes saya 84 atau setara 560. Meskipun banyak orang yang mendapatkan nilai jauh
lebih tinggi dari itu, saya tetap bersyukur mengingat saya tidak terlalu jago dalam bahasa inggris
dan saya belajar persiapan tes ini dengan otodidak. Lagi-lagi tak henti-hentinya saya ucapkan
syukur kepadaNya. Mudah-mudahan saya bisa tetap rendah hati dalam segala hal dan selalu
dihindarkan dari segala macam kesombongan. Aamiin Ya Robbal Alamin. Berikut perbandingan
nilai TOEFL iBT saya yang pertama dan kedua.

Di posting lain insya Allah akan saya tuliskan mengenai tips dan trik mengikuti TOEFL iBT agar
mendapatkan nilai yang baik. 
Diposkan oleh masfajarns di 19.42
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pengalaman tes TOEFL iBT 2015, tes TOEFL iBT 2015

4 komentar:

1.

aisha...12 November 2015 09.27


Kak kalo di toefl IBt apa penilaian ny pake sistem punishment ya? Klo salah jawab nnti
nilainya dikurangi?

Balas

Balasan

1.

fazhar syah12 November 2015 20.07

Ga ada punishment atau pengurangan nilai, jadi baiknya jangan ada jawaban
kosong.

Balas

2.

Genius Edukasi26 Mei 2016 02.09

Artikelnya sangat menarik. Jika diaplikasikan, pasti sangat membantu. Thanks. Sebagai
info tambahan bagi yang ingin menguasai materi TOEFL, Kunci, Contoh, Praktik, dan
lain-lain. Silakan mampir juga ke:
Soal TOEFL | Belajar Cerdas | Belajar Bahasa Inggris | Cara Menanam

Balas

3.

admin8 Juni 2016 13.29

Halo Kak Fajar, terimakasih infonya.

Kalau boleh berbagi info, untuk rekan-rekan lainnya yang mungkin berminat: teman-
teman bisa berlatih menghadapi TOEFL iBT dengan cara mengikuti tes prediksi /
simulasi / try-out TOEFL online di ProfTOEFL.

Teman-teman bisa ambil tes prediksi TOEFL iBT, beserta skor, identifikasi kelemahan
dan saran untuk meningkatkan skormu. Sesuai tes yang asli, ini online jadi bisa diambil
kapan saja dan dimana saja. Tim ahli kami terdiri dari native speaker dan kakak-kakak
yang sedang ambil s2/s3 di Oxford University.

Caranya gampang, bisa klik disini: http://proftoefl.com/daftar-tryout-tes-toefl-online


Semoga sukses semuanya!

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Cari Blog Ini

Sebagai persyaratan berkas pendaftaran s2, saya berencana mengikuti test TOEFL. Saya cari-cari
referensi tempat test TOEFL yang resmi di sekitar Cirebon. Wah sayangnya belum nemu juga, di
beberapa tempat les dan universitas disini Cuma menyediakan test TOEFL prediksi. Yah
tanggung saya fikir, harga TOEFL prediksi di range 75-150 ribu dan sertifikatnya tidak bisa
dipakai untuk s2 atau daftar beasiswa. Sayang sekali nambah dikit (200rb lagi coy) sudah bisa
test TOEFL resmi dari ETS. Eh tapi kalo untuk latihan sih gapapa kali ya. Ini adalah pengalaman
pertama saya ikut test TOEFL resmi ETS. Pernah ikut test toefl prediksi sekali di lembaga les
bahasa inggris dapetnya Cuma 370. Wow nekat juga ya.

Tak disangka tiba-tiba pas browsing saya nemu web yang menjelaskan tempat-tempat test resmi.
Ternyata di EF bisa. Setelah saya ingat, di Cirebon ada cabang EF. Oke deh langsung samperin
ke EF, EF ini tempatnya dekat dengan RS. Pelabuhan Cirebon. Setelah masuk, disambut mbak-
mbak kece saya jadi ga konsen.. cliiiing, aduuuh. Haha. Tanya-tanya tentang test TOEFL
katanya bisa, tapi harus nunggu 2 bulan itupun kalo 10 orang quota yang daftar. Hadeuuuh, itu
sih kaya orang PDKT trus di PHPin. Sakit kaaaan ?? eeeh malah curhat, maaf maaf hhe skip.

Biayanya 420rb test TOEFL di EF ini, oke no problem booking dulu aja deh. Balik lagi ke rumah
dan browsing-browsing lagi, hmm akhirnya setelah di PHP-in EF saya putuskan test di bandung
saja, tepatnya di ITB . FYI, di ITB ada 2 jenis test TOEFL. Test TOEFL resmi ETS yg berharga
330rb dan test ILPT (TOEFL prediksi) nah sertifikat ILPT ini bisa dipakai untuk daftar s2,
khusus di ITB saja. Harganya murah sekitar 75rb. Di situlah kegalauan datang, pilih yang mana
ya. ILPT murah, bisa dipakai daftar s2 ITB tp tidak bisa dipakai di luar instansi ITB. Daftar yang
resmi ETS hargaya mahal 330rb, jujur saya masih ragu dengan kemampuan saya dalam
menjawab TOEFL karena pernah test TOEFL dapat skor Cuma 370, bhahaha nilai apaan tuh.
Ragu karena kalo nilai saya ga sampe 500, bisa rugi Bandar banyak. Hahaha dasarr ! pikir –pikir
yakin deh daftar yang 330ribu saja, semakin mahal belajarnya semakin serius, sayang duit
cooooy. Dan setelah daftar, haduh ternyata Cuma bisa booking.. saya diminta ke labtek 8 ITB
seminggu ke depan untuk pembayarannya, karena bingung saya kan tinggal di Cirebon, akhirnya
saya minta tolong buat daftarin ke dwi temen saya yang kece tapi gede. Hahaha makasih ya dwi,
seminggu kemudian Dwi daftarin saya, dia dianter dedi. Nah lo ini jadi kaya cerita FTV ada dwi
ada dedi hha. Ya itu pokonya nama temen-temen keluarga HMI saya. makasih yaa. Di kertas
pendaftaran tercetak test diadakan tanggal 16 april 2014. Wow bulan depan, ga sabar nih.

Satu bulan berlalu dengan cepat, tiba-tiba mbak-mbak kece dari EF telepon dengan suara
merdunya kalo di EF sudah bisa test. Yaaah mbak sayanya sudah daftar di lembaga bahasa di
ITB.maaf ya mbak-mbak EF yang kece, ditelpon juga udah bahagia ko. Ga jadi PHP deeeeh.

H-1 saya pergi ke bandung. Ah bismillah saja. Satu bulan menunggu tidak saya pakai untuk
belajar, main terus nih kerjaannya. Dibawa santai deh. Dan di hari H, jadwal tes saya jam 1. Jam
setengah 1 sudah banyak orang yang menunggu untuk test TOEFL. Banyak yang terlihat senior
(25thn ke atas) hehehehe maaf no offense, ternyata jadwal saya bertepatan dengan seleksi test
kolektif pasca sarjana ITB. Oh pantesan, mahasiswa s2 kan memang biasanya memang sudah
pada senior.

Akhirnya test dimulai, sesi 1 seperti biasa sesi listening. Menginjak soal ke 20 mental saya mulai
kena karena sudah lebih dari 5 soal saya tidak yakin menjawab. Hiks Jujur saya ragu dengan sesi
ini karena pada saat latihan biasanya saya mati di sesi listening ini. Sehari-hari denger orang
ngomong jawa lah ini malah disuruh denger bahasa inggris #akurapopo. Conversation yang
panjang membuat saya mengantuk dan aduuuh malasnyaa. Lanjut ke sesi 2 structure and written.
Saya Cuma punya waktu 25 menit untuk 40 soal.ah sesi ini terlewati dengan baik. Dan sesi
terakhir adalah reading, 50 soal dengan bacaan super panjang. Inilah salah satu cobaan terberat.
Hahaha. Dan ini lah mental saya kena lagi, saya kurang mengatur waktu dengan baik. Menginjak
soal ke 30 bapaknya bilang waktunya 15 menit lagi. Busyeeet 20 soal lagi dengan bacaan super
panjang dan kosakata asing waktunya dikit lagi. Lelah sekali. Dan bel berbunyi waktu habis, sisa
soal yang belum terjawab saya lingkari saja dengan gaya koboy. Hahaha tau ah gelap.

Rasa pesimistis pun menyeruak, yakin deh ga sampe 500. Hiikkksss 330 ribuuuuuuu
melayanggggggg. Saya sudah berencana mendaftar kembali test TOEFL ITB karena saking
pesimisnya nilai TOEFL saya ini, prediksi saya paling Cuma 450an, artinya saya ga bisa daftar
s2 atau bahkan beasiswa macam prasmul atau LPDP. Saya fikir ah sudah, selametin dulu syarat
masuk s2 ITB. Daftar saja ILPT, toh 75ribu. Yang penting berkas saya masuk dulu. Saya sudah
booking test ILPT tapi tuk pendaftaran resminya dibuka pertengahan Mei. Sekitar 1 bulan lagi.
Ya gpp sembari menunggu hasil kemarin.

10 hari, waktu sayng saya butuhkan untuk menunggu hasil test. Sekaranglah saatnya, harap-
harap cemas membuka hasilnya. Saya ambil langsung ke labtek 8 ITBnya. Dan hasilnyaaa,
jreng-jreeeengggg… lemes pemirsah… hasilnya tiap section sebagai berikut :

1. Listening              = 52
2. Structure             = 50
3. Reading                = 49

 
Artinya jika dikonversi ke nilai TOEFL, saya mendapatkan nilai 503. Alhamdulillah bersyukur
di test pertama yang saya ikuti ini. Bisa dianggap nilai ini ga terlalu besar atau dinilai cukup lah.
Ke tiga sesi tersebut bisa dibilang saya dapat nilai pas-pasan. Reading malah dapet kurang dari
nilai minimal, nilai listening yang biasa pas latihan jadi titik lemah malah pas test jadi penolong
dengan 2 poinnya menolong nilai 49 reading, nilai saya terjaga di range 500an. Aaaah legaa,
Alhamdulillah bisa buat daftar s2 dan beasiswa. Next target ini, aamiin ya Allah.

Dari cerita di atas, jangan ditiru ya jelek-jeleknya. Ambil aja yang bagus-bagusnya. Hahah
emang ada yang bagusnya ??

pokonya saran saya belajar yang serius, kalo pas tes bawa minum, tenang, dan jangan stress.. eeh
jangan lupa berdoa juga. Insya Allah dapet nilai bagus. Sukses untuk semua.

Overall, terima kasih kepada orang tua dan keluarga yang sudah mendoakan, mas dona buat
tempat nampung saya selama di bandung, dwi yang udah daftarin dan nganter ke ITB, dan juga
si dedi yang udah nganter dwi. Hhe makasih banyakk, dankee, thank you very much to you all.

Anda mungkin juga menyukai