PENGERTIAN, PENYEBAB,
DAMPAK DAN SOLUSINYA
GINANJAR NUGRAHA, M.SY
MUDIR MA’HAD IMAM AL-BUKHARI
PENGERTIAN BROKEN HOME
APA ITU BROKEN HOME ?
• Broken Home Berasal dari dua Kata dalam Bahasa Inggris yaitu Broken
yang artinya hancur sedangkan Home artinya Rumah Secara Bahasa
dapat diartikan rumah yang hancur, tentu maksudnya bukan rumah
secara hakiki tapi maksudnya keadaan rumah tangga yang hancur
• Broken home merupakan istilah dimana suatu keluarga yang tidak
harmonis sehingga harus mengalami perpecahan, apakah kedua orang
tuanya berpisah/bercerai ataupun tidak.
PENYEBAB BROKEN HOME
PENYEBAB BROKEN HOME
Tidak ada
Ketidakdewasaan
Perceraian Tanggungjawab Kurang Iman
Ortu
Ortu
Kehilangan
Kekurangan Kurangnya Pola Komunikasi
Kehangatan
Ekonomi Edukasi yang salah
Keluarga
PERCERAIAN
• Orangtua yang memiliki egoisme dan egosentrisme kerap bertikai satu sama lain. Egoisme
adalah suatu sifat buruk pada diri manusia yang selalu mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan
egosentrisme adalah sikap yang menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian.
• Sifat seperti itu bisa jadi dikarenakan adanya luka batin yang dialami orangtua saat kecil dan
belum terselesaikan hingga dewasa. Sosok anak kecil dalam diri mereka kerap meronta ingin
diperhatikan, ada perasaan yang lama terpendam belum diselesaikan, akhirnya berimbas pada
hubungan saat berumah tangga. Ketidakmampuan untuk bisa berdamai pada diri sendiri,
ekspektasi yang terlalu tinggi pada pasangan akhirnya memicu keretakan pernikahan.
• Orang tuan memaksakan kehendaknya kepada anak, sehingga anak menjadi tertekan karena
tidak diberi kebebasan yang bertanggungjawab
TIDAK ADANYA TANGGUNGJAWAB ORANG TUA
• Kesibukan orangtua akan karir, hubungan sosial, atau hobi bisa mengikis rasa tanggung jawab
pada keluarganya. Seorang ayah yang terlalu sibuk bekerja, lalu sepulang dari kantor ia larut
dalam hobinya bermain games.
• Begitu juga sang ibu yang terlalu asyik dengan kesibukannya bersosialisasi dengan teman-
temannya. Ditambah lagi kecanduannya menonton Drakor seakan menjadi prioritas utama
dibandingkan mengurus anaknya.
• Sang anak hanya ditinggal bersama asisten rumah tangga hanya bisa memaklumi keadaan
orangtuanya, meskipun jauh dari lubuk hatinya ia memendam kerinduan ingin mendapat
perhatian. Ketika sang anak merasa ia bukan lagi menjadi prioritas, ia akan menarik diri dan ikut
larut dengan kesibukannya.
KURANG IMAN
• Dalam suatu pernikahan, hubungan antara suami-istri itu seperti segitiga. Tuhan diibaratkan berada di sisi paling
atas, suami di sisi sebelah kiri dan istri di sisi sebelah kanan.
• Jika mereka dekat dengan Tuhan, maka hubungan rumah tangga akan mengerucut dan semakin dekat satu sama lain.
Namun sebaliknya, jika sepasang suami dan istri jauh dari Tuhan maka hubungan keduanya akan saling menjauh satu
sama lain.
• Atas dasar itulah kedekatan dengan Tuhan menjadi hal yang utama dalam suatu pernikahan. Semakin jauh dari
Tuhan, akan banyak godaan yang menghampiri setiap pasangan suami – istri. Ketidakmampuan seorang suami
menjadi imam dalam rumah tangga bisa menjadi faktor utama perpisahan dalam rumah tangga.
• Ketidakdekatan dengan Tuhan bisa berdampak dalam keharmonisan rumah tangga. Perbuatan tercela seperti
berzina, berjudi, berselingkuh, berbohong, atau menipu menjadi pencetus retaknya mahligai pernikahan.
EKONOMI
• Orang tua Sibuk masing-masing dengan kegiatannya sehingga melupakan kebutuhan perhatian dan kasih saying anak
• Ayah sibuk dengan pekerjaaannya dikantor dan terkadang kerja dari pagi hari sampai dini hari, sehingga sangat sedikit
waktu dengan anak
• Ibu sibuk dengan pekerjaannya, kegiatan meeting dengan teman-teman, banyak nonton televisi, dan lainnya sehingga
anak kurang mendapatkan perhatian
• Tidak adanya pola komunikasi yang sejajar dengan anak, pola yang dikembangkan cenderung otoriter
• Ortu Jarang komunikasi heart to heart dengan anak, akibatnya si anakpun tidak terbuka dan tidak ada kehangatan
dengan orang tuanya
MENDIDIK ANAK SEADANYA ATAU ASAL-ASALAN
• Ilmu terkait parenting atau seni mendidik anak sangat penting untuk perkembangan anak
• Kekurangan ilmu parenting dapat mengakibatkan kesalahan dalam mendidik anak.
Termasuk didalamnya anak broken home
• Parenting harus mendudukng terhadap kebutuhan pekembangan intelektual, emosional
dan spiritualitas atau keimanan anak
• Urgensi mempelajari Parenting Islami yaitu Pendidikan anak berbasiskan al-Quran dan as-
Sunnah, sehingga anak yang kuat imtaq dan ipteknya
POLA KOMUNIKASI YANG SALAH
Perubahan
Kecemasan
Peran
Traumatik
Rendahnya Rasa Lemahnya Kurang Kasih
Gangguan
Percaya Diri Keimanan Sayang
Mental
Larut dalam
Merasa hidup
Labil Kasar kesedihan dan
sia-sia
mengasihani diri
SOLUSI BROKEN HOME
SOLUSI PROBLEM ANAK YANG BROKEN HOME
Tidak Memberikan
Mengisi Co Parenting
Membohongi Motivasi dan
Keimanan Anak Terhadap Anak
Anak Perhatian
Berdamai dan
Belajar Tidak Menebar Mencurahkan
Ikhlas Menerima
Berempati Kebencian Kasih Sayang
Kenyataan
MENDIDIK DENGAN ISLAMI
• Mengenalkan Akidah
• Rukun Iman, Islam dan Ihsan
Seorang anak tidak akan pernah bisa memilih untuk tinggal bersama salah satu orangtuanya.
Dari lubuk hatinya ia masih ingin bersama ayah dan ibunya. Maka orangtua sebaiknya bisa
menekan ego agar tetap melakukan co-parenting untuk membesarkan anak bersama-sama.
Meskipun hak asuh anak jatuh pada ibunya, bukan berarti seorang ayah bisa lepas dari
tanggung jawab untuk memenuhi tanggung jawabnya. Peran ayah tetap dibutuhkan dalam
membangun pondasi kepercayaan diri dan peran ibu untuk membangun core value dalam
diri seorang anak.
TIDAK MEMBOHONGI ANAK
• Tidak ada salahnya membawa anak pergi melihat anak jalanan yang
harus bergelut mencari nafkah di jalan. Atau membawa anak ke panti
asuhan atau yayasan anak yatim di sekitar rumah. Tanamkan rasa
empati pada anak-anak yang kehilangan orangtua sejak kecil dan anak
yang harus berjuang di jalanan untuk mencari sesuap nasi. Beri
penjelasan bahwa kehidupan sang anak jauh lebih baik dari mereka,
serta ajak mereka bersedekah agar mereka terbiasa menebar
kebaikan dengan mencintai sesama.
TIDAK MENEBAR KEBENCIAN
• Tidak ada yang salah dengan dengan rasa sedih atau kecewa. Tidak perlu
lari dari keadaan sampai harus menyalahkan diri sendiri. Minta maaflah
kepada anak atas segala perlakuan atau kejadian buruk yang mereka
hadapi. Biarkan mereka menyelami segala emosi yang dirasakan, dan ajak
mereka untuk berdamai dengan keadaan, katakan pada mereka bahwa
“It’s okay to be not okay”
RENUNGAN PERTAMA
َود إ ََّّل ُي َول ُد َع َلى ْال ِف ْط َرة َف َأ َب َو ُاه ُي َهو َدا ِن ِه َأ ْو ُي َنص َرا ِن ِه َأ ْو ُي َمج َسا ِن ِه َك َما ُت ْن َت ُج ْال َبه َيم ُة َبه َيم ًة َج ْم َعاء ُْ َ ْ َ
ٍ • ما ِمن مول
َِ ِ َ َ َّ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ َ َ َّ َ َّ َ َ ْ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ ْ َ ُ ُ َ َ ْ ُ ُّ َن َ ْ َ ْ َ َ ُ َّ َ ُ ُل
» َّللا ال ِتي فطر الناس عَيها ِ هل ت ِحسو ِفيها ِمن جدعاء ثم يقو أبو هريرة ر ِض ي َّللا عنه « ِفطرة
• Nabi ﷺbersabda: Tidak ada seorang anak pun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam
keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu
menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang
ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya? Kemudian Abu Hurairah
ra berkata, (mengutip firman Allah QS. Ar-Ruum: 30 yang artinya: ('Sebagai fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu). (HR. al-Bukhari: 1270)
RENUNGAN KETIGA
َٰ ْ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ ُ َّ َ َّ ً َّ ً ْ َ ُ َ َ ُ َ
﴾٤٤﴿ •فقوَّل لهۥ قوَّل ل ِينا لعَ ۥه يتذكر أو يخش ى
• maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir'aun)
dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan
dia sadar atau takut. (QS. Thaha[20]: 44)
RENUNGAN KELIMA
ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ْ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ُ ْ َ َْۖ ْ َ ْ ۟ ُّ َ َ ْ َ ْ َ َ ًّ َ َ ُ ْ َ َ ْْۖ ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َ
ٱَّلل ِلنت لهم ولو كنت فظا غ َِيظ ٱلقَ ِب َلنفضوا ِمن حوِلك فٱعف عنهم وٱستغ ِفر لهم وش ِاورهم ِفى ِ • ف ِبَما رحم ٍة ِمن
َ َ َ ُ ْ ُّ ُ َ َّ َّ ِۚ َّ َ َ ْ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْۖ ْ ْ
﴾١٥٩﴿ ٱَّلل ِإن ٱَّلل ي ِحب ٱْلتو ِك َِنن
ِ ٱْلم ِر ف ِإذا عزمت فتوكل على
• Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang
yang bertawakal. (QS. Ali 'Imran[3]: 159)