Galah Denawa
NEGARA KONTOL
20 puisi pilihan (2011-2020)
Galah Denawa
Dipilih dari:
Di Kamar Mandi: Kumpulan Puisi 62 Penyair Jawa Barat Terkini (Komunitas
Malaikat, 2012), Masih Ada Puisi: Antologi Puisi Penyair UIN Bandung 2015
(Forum Alternatif Sastra, 2015), dan arsip pribadi Anon.
Instagram: @upunknownpeopleup
Surel: unknownpeople@mailfence.com
4
DAFTAR ISI
P. A |6
KONTOL NEGARA |7
ASSALAMUALAIKUM |8
HALO SEPTEMBER | 10
KEDALAMAN ANGIN | 12
KEPADA TETESAN GERIMIS SALSABILA | 13
SUATU MAGRIB | 15
TANGKAPAN DI MALAM KESEPULUH | 16
SESEORANG MELAMBAIKAN TANGAN | 17
DUA KUCING BERTENGKAR | 19
PERAHU TERBALIK | 20
JENAZAH | 21
GADIS YANG MELINTASI BATAS KELELAHAN | 23
PASAR | 25
ALMAGHFURLAH GANJA | 26
ALMAGHFURLAH GANJA 2 | 27
DON SIMULAKRA | 28
KUNJUNGAN KEKASIH GELAP | 29
KEPADA PENGANTIN HUJAN | 30
HAWA | 31
TENTANG PENYAIR | 32
5
𝗣. 𝗔.
𝖳𝖺𝗉𝗂 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖾𝗇𝖺𝗋𝗂𝗄, 𝗐𝖺𝗁𝖺𝗂 𝖲𝖺𝗎𝖽𝖺𝗋𝖺, 𝗌𝖺𝖺𝗍 "𝗌𝗂 𝖴𝗅𝖺𝗆𝖺" 𝖽𝗎𝖽𝗎𝗄 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗄𝖾
𝗄𝗎𝗋𝗌𝗂𝗇𝗒𝖺, 𝖽𝗂 𝖻𝖺𝗐𝖺𝗁 𝗉𝖺𝗒𝗎𝗇𝗀 𝗍𝖾𝗇𝖽𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖽𝖺𝖽𝖺 𝗌𝖾𝗍𝖾𝗇𝗀𝖺𝗁 𝗍𝖾𝗋𝖻𝗎𝗄𝖺 𝖽𝖺𝗇
𝗄𝖾𝗆𝖻𝖺𝗅𝗂 𝗆𝖾𝗇𝖺𝗍𝖺𝗉 𝗌𝗂 𝖯𝖾𝗆𝗎𝖽𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖾𝗋𝗆𝖺𝗄𝗌𝗎𝖽 𝗐𝖺𝗐𝖺𝗇𝖼𝖺𝗋𝖺, 𝗌𝗂 𝖯𝖾𝗆𝗎𝖽𝖺
𝗂𝗍𝗎 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘫𝘦𝘫𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘢𝘣𝘢-𝘢𝘣𝘢.
6
KONTOL NEGARA
kontol-kontol negara:
Kontol Urusan Agama
Kontol Pemberantas Kesepian
Kondom Perlindungan Itil
Bantuan Ngentot Nasional
Pasukan Ngentot Sipil
Majelis Urusan Itil dan seterusnya
mengontrol kami sehari-hari
sampai tolol, sampai mati
7
ASSALAMUALAIKUM
8
ogé teu weléh ku aing ditiupkeun
kana tonggong si Ade Arfani nu bolédéh
9
HALO SEPTEMBER
awan-awan menggelembung
petir-petir berguguran, angin berlari
memerdekakan panik dan kegelisahanku
10
kusaksikan sungai-sungai berjalan
putus asa dan merunduk
pohon-pohon mengering
laut retak mengepul hijau jamrud
tanah berdenyut, sejarah bergetar
batu-batu mengalir melewatiku
melewati aku
yang dari tadi cuma sibuk
bagaimana puisiku terlihat megah di matamu
11
KEDALAMAN ANGIN
12
KEPADA TETESAN GERIMIS SALSABILA
adalah kamu yang kesepian dan tidak satu lelaki pun mengerti
bahwa bukan pangeran tampan dengan banyak cinta di tangannya
yang kamu mau, yang sampai menjatuhkan kepalamu di dadanya
13
barangkali sebelum tersedu-sedu
sebelum kata-kata menjadi tangisan
di sabtu sore itu
sesungguhnya anginlah yang benar-benar ingin
menarik gerimis dan membawanya ke angkasa
jauh, menjauh dari mata kesepianmu
14
SUATU MAGRIB
15
TANGKAPAN DI MALAM KESEPULUH
16
SESEORANG MELAMBAIKAN TANGAN
Lagu apa yang empuk untuk malam sedingin jasad seorang ayah?
Suaranya menggulung dengan nada agak merambat ke dada. “Cih,
buang-buang waktu saja” kata orang yang melintas. Sebentar kulihat
kedua pundaknya naik turun, kulihat mataku tertulis di akhir kalimat ini.
Aku ingat di mana aku pernah melihat gelas kosong dan gulungan-
gulungan asap yang lebih menindih igaku. Aku pun ingat bagaimana
gelas itu diinjak salah satu kaki sebuah kursi yang ditarik tangan kiri
seorang perempuan bermata laut. “Bibirmu berlubang! Rokok itu
membikin lubang!” teriak-teriak. Aku pikir masih orang yang melintas
tadi.
Aku sudah membikin sudut mata yang likat dipandang. Tapi bagaimana
kalau mati? Aku tahu nomor mana yang harus aku kirimi pesan. ‘This is
my face, this is my penis. You want my fuckin face or you want my
fuckin penis? The love is fuckin gone.’ Asik, masih satu sms. Bisa kirim-
kirim lagi, bisa main-main dengan pesan-pesan di langit. Ada pesan lain,
ada taburan pesan-pesan yang berseliweran dan sebagian
mengangkang ke masyrik. Tak ada yang oleng semuanya ghalib, datang
[...]
17
dan pergi lagi ke bumi. Aku pikir hanya aku saja yang menentukan
daratan yang ingin kusinggahi sendiri. Tapi, aku ingin menyapa yang
mirip senter pesawat. Seperti yang lain, tubuhnya cepat. Aku buru-buru
dan menariknya. Eh, seragamnya amburadul. Jadi satu sampai nol. Aku
hitung, tapi tak berjumlah. Malah-malah jadi nama-nama yang kecil dan
kurus. Lalu memanjang terus dan terus sampai tak ada lagi orang yang
sengaja melintas. Terus memanjang dan tak berpola. Apakah aku harus
balik lagi dan menghapus kembali mataku? Seketika, ruang dan waktu
enggan mengikutiku.
18
DUA KUCING BERTENGKAR
Di menara yang retak, di ujung tali yang rapuh, sebuah telur beriman
pada duapuluh sembilan cinta. Dia tidak pernah tahu siapa dirinya.
Demi seekor angsa yang tertindih dinding pengkhianatan, tebing
wajahmu menandai kekalahan di masa depan, begitu gembur dan
melepuh. Dari cahaya kacang kau bermimpi tentang kotoran yang
lonjong dan bersarang di seluruh pengemis kebahagiaan.
“Kembalikanlah, biarkan yang ada menjadi abu dan abu menjadi
dirimu” potongan sejarah mengajari langit bagaimana cara
menggantung. Di belakang, baskom kecil milik seorang anak yang totol-
totol di wajahnya, tergelatak dan mengering. Bertahun-tahun.
Tak ada yang tahu bagaimana jurang itu menjadi sebuah negeri. Anak
itu telah kembali pada paruh krem yang hangat dan tak ada yang tahu
kapan dendam bisa menyapu seluruh cerita di akhir kebahagiaan.
Sangkur perak membawa pertemuan hanya pada retak menara. Telur
itu, telur yang berkilau dan mempersiapkan penetasan selanjutnya di
balik sayap angsa. Segalanya tampak menipu saat kutulis kemauanmu,
seusai sejarah mempermalukan aku dan jam dinding.
19
PERAHU TERBALIK
Selepas lelaki tua dilewati bis terakhir, warna keluar dari ruangan
sebelah. Seorang wanita masuk dan memasukan warna bisul ke
bibirnya. Sesaat lehernya dihujam wewangian, sembilan kuda
menggosokan kening di betis jembatan. Seluruh kengerian, keluar dari
iga sebelah bawah menuntun lebih dalam pada penantian yang padat
bagaikan tugu pahlawan era maritim. “Maksudmu, tak ada harapan bagi
pengunjung yang mewarisi darahku?” jam dinding retak di balik
dekapan wanita itu. Asap yang tipis setipis tangisan Dangiang, mengalun
ke tiap-tiap lorong generasi. Dengan tergesa gesa, bendera
menggoyangkan separuh kalimat yang tak selesai: kemanusiaan adalah
ekor keputusasaan. Katamu, dunia terus berubah, namun kau hanya
berdiri dan memandang cahaya langit malam dua miliar tahun yang lalu.
Ada yang memanjang. Keputusasaan yang mirip ekor, diam diam melilit
jembatan, melilit bis, melilit tumit. Lelaki tua tetap menanti ingatan
kuda sulung. Angin tak bergeming, lampu berhenti, asap mengeras dan
kau kembali tenggelam ke laut dalam.
20
JENAZAH
Dari sisa-sisa perut badai, kau memutar lagu dari timur dengan suara
terjepit. Berkali-kali nama Gadot meloncat dari mulutmu. Sampah,
pertempuran, bola dan sekantung limpa babi melayang lalu membentuk
huruf W.
Di lemari batu, sebuah buku ditarik dan ada sepuluh rahasia, jika nama
itu mesti sepuluh. Dan hanya satu yang bulat, yang terungkap. Bukan
satu, namun satu dari satu bayangan dari keseluruhan bayangan-
bayangan yang mengembang di antara himpitan bayangan kecil, bagian
bayangan-bayangan tak terlihat dan mustahil. Semuanya nampak
serupa. Di atas pasir, di atas api, bergesek kemungkinan yang membikin
segalanya disebut-sebut sebagai kuda. Entahlah, kau tak pernah
meloncat segesit anjing mengejar kilat.
Bertemu waktu di tiga detik yang lalu? Katakan itu adalah pertanda.
Seperti anjing yang tiba-tiba menyeret tulang. Ada yang mau pada
[...]
21
postur otakmu. Semula rok kotak-kotak dan begitu dilepas, biru jamrud
memenuhi dua kelopak matamu. Melongok sedikit, kau tak akan dilirik
kesempatan. Tapi jika terus lurus, pencerahan dan pencerahan.
Peraturan kesepuluh (jika nama itu mesti sepuluh): jangan pernah
mengatakan apapun tentang apapun.
22
GADIS YANG MELINTASI BATAS KELELAHAN
23
Gadis itu menyebut apa yang telah kau lakukan pada kota ini
sehingga sesajen waktu, taman biru atau segala macam ritual
dengan sisa darah, menjelma gerimis membasahi peritirahatan
terakhirmu.
Barangkali, mimpimu terlelap, tanpa memperdulikan desah kota yang
hanya akan meninggalkan sebuah ingatan. Luka sejarah.
24
PASAR
25
ALMAGHFURLAH GANJA
26
ALMAGHFURLAH GANJA 2
27
DON SIMULAKRA
28
KUNJUNGAN KEKASIH GELAP
29
KEPADA PENGANTIN HUJAN
30
HAWA
31
GALAH DENAWA, lahir di Sukabumi tahun 1991. Kini menetap dan
berkegiatan di Jakarta.
NOTE:
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
..................................................................................................................
32