KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. A
• Alamat : Purwakarta
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Muntah darah
Anamnesis Khusus
Pasien datang dengan keluhan muntah darah sejak 1 hari yang lalu. Muntah darah
sebnayak 2x dan berwarna merah agak kehitaman. Keluhan disertai pusing, mual, dan lemas
badan. Keluhan juga disertai batuk sejak 1 minggu yang lalu dan demam sejak 2 minggu
yang lalu
Hipertensi (-)
Pernah muntah darah 1x pada saat 3 bulan yang lalu namun tidak berobat.
1
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien
• Kepala
• Thoraks :
2
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Hasil Laboratorium
Tanggal 06/12/2021
Tanggal 07/12/21
3
Serologi
HBs Ag Rapid Reaktif Non-reaktif
Tanggal 08/12/21
Kimia
SGOT 31 U/L < 37
SGPT 15 U/L < 40
Tanggal 09/12/2021
Hepatobiller:
Hepar lobus kiri sedikit membesar, permukaan hepar irregular, tekstur parenchim
inhomogen kasar. Tidak tampak nodul/massa. V porta dan V hepatica tak melebar.
Ductus biliaris intrra dan extra hepatal tak melebar, tak tampak batu. Tampak koleksi
4
Kd empedu: besar normal, dinding menebal, tampak 2 buah lesi hyperechoic dengan
Kesan:
5
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Sirosis hepatis merupakan konsekuensi dari penyakit hati kronis yang ditandai dengan
penggantian jaringan hati oleh fibrosis, jaringan parut dan nodul regeneratif (benjolan yang
terjadi sebagai hasil dari sebuah proses regenerasi jaringan yang rusak) akibat nekrosis
SH merupakan tahap akhir proses difus fibrosis hepar progresif yang ditandai dengan adanya
intrahepatik dan pembuluh darah hepar aferen (vena porta dan arteri hepatik) dan eferen
(vena hepatik)
Epidemiologi
- Penyebab kematian ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker pada usia 45-46
tahun
6
Etiologi
Klasifikasi
Berdasarkan klinis dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Sirosis Hati Kompensata; yang ditandai belum adanya gejala klinis yang nyata
2. Sirosis Hati Dekompensata; yang ditandai dengan gejala dan tanda klinis yang sangat
jelas
1. Mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di dalam septa parenkim hati
mengandung nodul halus dan kecil merata tersebut seluruh lobul. Sirosis mikronodular
besar nodulnya sampai 3 mm, sedangkan sirosis makronodular ada yang berubah menjadi
7
2. Makronodular
mengandung nodul (> 3 mm) yang besarnya juga bervariasi ada nodul besar didalamnya
ada daerah luas dengan parenkim yang masih baik atau terjadi regenerasi parenkim.
Diagnosis
Paling sering asimptomatik. Pada stadium kompensata sempurna kadang sangat sulit
biokimia, radiologi. Pada stadium dekompensata diagnosis tidak terlalu sulit karena gejala
8
Pemeriksaan laboratorium lain untuk mencari penyebabnya
Tatalaksana
1. Sirosis Kompensata
diantaranya: alkohol dan bahan-bahan lain yang toksik dan dapat mencederai hati
dihentikan penggunaannya.
• Pada hepatitis B, interferon alfa dan lamivudin (analog nukleosida) merupakan terapi
utama. Lamivudin sebagai terapi lini pertama diberikan 100 mg secara oral setiap hari
9
• Interferon alfa diberikan secara suntikan subkutan 3 MIU, tiga kali seminggu selama
4-6 bulan
standar. Interferon diberikan secara suntikan subkutan dengan dosis 5 MIU tiga kali
• Pada pasien sirosis hati terkornpensasi dapat diberikan protein 1,O-1,2 g/kgBB/hari,
sedangkan bila disertai malnutrisi dengan asupan tidak adekuat diberikan 1,5 g/
kgBB/hari.
2. Sirosis Dekompensata
pemberian spironolakton dengan dosis 100- 200 mg sehari. Respon diuretic bisa
dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1
kg/hari dengan edema kaki. Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat bisa
bisa ditambah dosisnya bila tidak ada respon, maksimal dosisnya 160 mg/hari.
Komplikasi
1. Hipertensi Portal
HP adalah peningkatan Hepatic Venous Pressure Gradient (HVPG) >5 mmHg. Bila
gradien tekanan portal (perbedaan tekanan antara vena porta dan inferior vena cava)
>10-12 mmHg
2. Ascites
10
- Tatalaksana :
- Tirah baring
- Respon diuretik dapat dinilai dengan BB yang menurun 0,5kg/hari tanpa edema dan
3. Varices Gastroesofagus
darah
- Diagnosis SBP dapat ditegakkan dengan sampel cairan ascites mengandung neutrofil
>250m m3
selama 5 hari
5. Enselopati Hepatikum
11
- Faktor risiko : infeksi, perdarahan, ketidakseimbangan elektrolit, dan kondisi
hiperammonia
untuk mencegah EH
6. Sindroma Hepatorenal
- SHR tipe 1 : gangguan progresif fungsi ginjal dan penurunan kreatinin clearance
Prognosis:
Tergantung pada sebab dan penanganan etiologic yang mendasari penyakit. Beberapa
prognosisnya. System skoring ini anatara lain skor CTP (Child Turcotte Pugh) dan
MELD (Model end stage liver disease), yang digunakan untuk evaluasi pasien dengan
12
• CTP-A (5-6 poin), penyakit terkompensasi baik, angka bertahan hidup tahun 1 dan 2
• CTP-B (7-9 poin) angka bertahan hidup tahun 1 dan 2 yaitu 81% dan 60%
• CTP-C (10-15 poin) angka bertahan hidup tahun 1 dan 2 yaitu 45% dan 35%
13