PROPOSAL
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2020
TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNAAN OBAT
ANTI TUBERKULOSIS PADA MAHASISWA
TINGKAT AKHIR PROGRAM SARJANA
KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANGARA
PROPOSAL
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2020
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM : 405180180
dengan ini menyatakan dan menjamin bahwa skripsi yang saya serahkan
kepada Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara berjudul:
Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis pada Mahasiswa
Tingkat Akhir Program Sarjana Kedokteran Universitas Tarumanagara
merupakan hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar dan tidak melanggar
ketentuan plagiarisme atau otoplagiarisme.
Penulis,
Universitas Tarumanagara ii
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 405180180
Program Studi : Ilmu Kedokteran
Mengetahui,
Ketua UPPI : Dr. dr. Meilani Kumala, MS, Sp.GK(K) ( )
Ditetapkan di
Jakarta, 14 Desember 2020
Universitas Tarumanagara iv
2.2.4 Resistensi Obat OAT ........................................................................................... 16
2.2.5 Paduan OAT yang digunakan di Indonesia ......................................................... 17
2.2.6 Dosis OAT Lini Pertama ..................................................................................... 17
2.3 Kerangka Teori............................................................................................................ 18
2.4 Kerangka Konsep ........................................................................................................ 19
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 20
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................................... 20
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................................... 20
3.2.1 Tempat Penelitian................................................................................................ 20
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................................. 20
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................................. 20
3.3.1 Populasi Target .................................................................................................... 20
3.3.2 Populasi Terjangkau ............................................................................................ 20
3.3.3 Sampel Penelitian ................................................................................................ 20
3.3.4 Cara Pengambilan Sampel .................................................................................. 20
3.4 Perkiraan Besar Sampel .............................................................................................. 21
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ....................................................................................... 21
3.5.1 Kriteria Inklusi .................................................................................................... 21
3.5.2 Kriteria Eksklusi .................................................................................................. 22
3.6 Cara Kerja Penelitian .................................................................................................. 22
3.7 Variabel Penelitian ...................................................................................................... 22
3.7.1 Variabel Bebas .................................................................................................... 22
3.7.2 Variabel Tergantung ............................................................................................ 22
3.8 Definisi Operasional .................................................................................................... 22
3.9 Instrumen Penelitian .................................................................................................... 23
3.10 Pengumpulan Data ...................................................................................................... 23
3.11 Analisis Data ............................................................................................................... 23
3.12 Alur Penelitian ............................................................................................................ 23
3.13 Jadwal Penelitian ......................................................................................................... 24
3.14 Anggaran ..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 25
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 27
Universitas Tarumanagara v
DAFTAR TABEL
Universitas Tarumanagara vi
DAFTAR GAMBAR
Universitas Tarumanagara 1
responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi.7
Ying Zhao dkk (2013) melakukan penelitian pada mahasiswa kedokteran di
Barat Daya Cina mengenai pengetahuan tuberkulosis, hasil penelitian tersebut
hanya 24,1% memiliki pengetahuan tentang gejala TB batuk/ batuk berdahak, dan
34,1% memiliki pengetahuan kebijakan pengobatan TB gratis, dari hasil ini
menunjukkan bahwa mahasiswa tidak memiliki penghetahuan yang memadai
mengenai tuberculosis.6
Rini (2018) melakukan penelitian pada mahasiswa mengenai tingkat
pengetahuan antibiotik hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan mahasiswa terhadap antibiotik tergolong cukup yakin (52,4%), baik
(27,2%), dan kurang (20,4%).4
Masih kurangnya penilitan mengenai tingkat pengetahun obat antituberkulosis
pada mahasiswa kedokteran dan lebih banyak pada penelitian tingkat pengetahuan
penyakit tuberkulosis, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan obat anti tuberkulosis pada
mahasiswa tingkat akhir program sarjana kedokteran Universitas Tarumanagara.
Universitas Tarumanagara 2
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan mengenai penyakit dan pengobatan
tuberkulosis oleh mahasiswa tingkat akhir program sarjana kedokteran
Universitas Tarumanagara.
1.4.2 Peneliti
Peneliti dapat mengetahui tingkat pengetahuan obat antituberkulosis pada
mahasiswa tingkat akhir program sarjana kedokteran Universitas
Tarumanagara, agar menjadi acuan sebagaia mahasiswa kedokteran.
1.4.3 Subyek
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi mengenai
tingkat pengetahuan obat antituberkulosis oleh mahasiswa tingkat akhir
program sarjana kedokteran Universitas Tarumanagara
Universitas Tarumanagara 3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya menginfeksi paru-paru (pulmonary TB)
tetapi juga dapat menginfeksi organ lain (extrapulmonary TB) seperti ginjal, tulang
belakang, dan otak.1,10 Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M.
tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. leprae, yang juga dikenal sebagai Bakteri
Tahan Asam (BTA) dan bakteri ini berbentuk batang.7,8 Kelompok bakteri
Myobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan
gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan
pengobatan TB.8
Terdapat 2 jenis penderita TB, yang pertama penderita dengan infeksi TB
yang tidak memiliki tanda dan gejala karena bakteri belum aktif (dorman) yang
disebut dengan infeksi TB laten, dan yang kedua penderita yang terinfeksi dan sakit
yang ditandai dengan adanya tanda dan gejala yang muncul karena bakteri sudah
berkembang di dalam tubuh yang disebut dengan penyakit TB.10
Orang dengan penderita TB yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang
lemah, terutama mereka yang terinfeksi HIV memiliki resiko terkena penyakit TB
jauh lebih tinggi daripada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang
normal. Faktor resiko penderita TB dengan HIV lebih tinggi diantara orang yang
dipengaruhi oleh faktor resiko seperti kurang gizi, diabetes, merokok dan konsumsi
alkohol.1,10
2.1.2 Etiologi
Penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
yaitu kuman berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron dengan lebar 0,2-0,6
mikron. Kuman ini bersifat tahan asam dalam pewarnaan Ziehl Neelsen berwarna
Universitas Tarumanagara 4
merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop dan memerlukan media khusus
untuk biakan seperti Lowenstein Jensen atau Ogawa. Kuman ini tahan terhadap
suhu rendah pada suhu antara 4ºC - minus 70ºC dan dapat bertahan hidup dalam
jangka waktu lama, sangat peka terhadap panas, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Bila terpapar langsung oleh sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan
mati dalam waktu beberapa menit. Pada suhu 30ºC-37ºC kuman dalam dahak akan
mati dalam waktu kurang lebih 1 minggu dan kuman ini dapat bersifat dormant.11
2.1.3 Patofisiologi
Bakteri TB menular melalui udara/droplet dari orang yang menderita TB
paru pada saat batuk, berbicara, ataupun bernyanyi ke orang sekitar yang menghirup
bakteri ini dan menjadi terinfeksi. Droplet ini dapat berada di udara selama
beberapa jam sehingga memungkinkan seseorang yang berada dekat dengan
penderita TB dapat menghirupnya.10
Begitu seseorang menghirup droplet yang mengandung bakteri M.
tuberculosis, droplet tersebut berjalan ke trakea dan masuk ke paru-paru dan
berkumpul di kantung alveolar. Setelah berada di kantung alveolar, bakteri mulai
berkembang biak, sistem kekebalan tubuh akan mulai bekerja dan makrofag mulai
mengelilingi bakteri.10
Granuloma terbentuk untuk mencegah terjadinya penyebaran bakteri agar
tubuh terlindung dari bakteri TB walaupun bakteri tetap berada di paru-paru. Dalam
8-10 minggu, orang tersebut kemungkinan besar akan mendapatkan hasil tes positif
untuk infeksi TB laten. Perkembangan dari infeksi TB laten menjadi penyakit TB
terjadi ketika granuloma pecah dan bakteri TB berkembang biak dan kemudian
orang tersebut menjadi sakit TB. Perkembangan ini dapat terjadi segera setelah
terinfeksi, bertahun-tahun kemudian, atau bahkan tidak sama sekali.10
Ketika bakteri keluar dari granuloma dan mulai menghancurkan paru-paru
seseorang, maka itu disebut TB paru (pulmonary TB). Bakteri TB juga dapat masuk
ke aliran darah dan berpindah ke bagian tubuh lainnya seperti ginjal, tulang
belakang, dan otak yang dapat menyebabkan TB luar paru (extrapulmonary TB).10
Universitas Tarumanagara 5
Pada tahap awal infeksi, kuman TB diambil oleh makrofag alveolar dan sel
dendritik yang memicu respon inflamasi. Antigen yang menyajikan sel dendritik
mengaktifkan limfosit T di kelenjar getah bening yang kemudian berpindah ke
tempat infeksi dan berkembang biak mengarah ke pembentukan granuloma. Sekitar
10% pasien yang terinfeksi kuman TB menunjukkan aktivitas aktif kuman TB,
sedangkan sisanya hanya ada dalam keadaan laten tanpa gejala klinis. Infeksi TB
yang laten dapat aktif kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Pada penilitan
telah dilaporkan bahwa laki-laki beresiko lebih tinggi terinfeksi TB dibandingkan
perempuan terkait respon imun yang berbeda karena pengaruh hormon seks pada
sistem kekebalan tubuh yang diberikan melalui sitokin.12
Sitokin dapat bersifat proinflamasi yang membantu mengendalikan kuman
TB. Respon imun terhadap bakteri TB diregulasi oleh produksi sitokin anti-
inflamasi seperti IL-4, IL-10, dan TGF-β. Pada pasien TB, pola sitokin dan kemokin
dideteksi pada sirkulasi darah dapat membuktikan infeksi dan atau penyakit tanpa
analisis jaringan langsung pada organ target seperti biopsi paru.12
Orang dengan penyakit TB paling memungkinkan menularkan pada orang
yang menghabiskan banyak waktu dengan penderita setiap hari, termasuk anggota
keluarga, teman, rekan kerja atau teman sekolah. TB tidak ditularkan melalui
berjabat tangan, berbagi makanan/minuman, menyentuh seprai atau kursi toilet dan
berciuman.10
Universitas Tarumanagara 6
5. Infeksi HIV. Seseorang dengan HIV yang terinfeksi kuman TB berisiko
20-37 kali terkena penyakit TB disbandingkan dengan yang tidak
terinfeksi HIV.
6. Tinggal atau bekerja dengan penderita TB.
7. Diabetes mellitus.
8. Penyakit ginjal yang parah.
9. Berat badan rendah.
10. Silikosis.
11. Kanker kepala dan leher.
12. Perawatan khusus rheumatoid arthritis.
13. Transplatasi organ.
14. Sosial ekonomi
Universitas Tarumanagara 7
2.1.6 Diagnosis Tuberkulosis
Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan:8
1. Keluhan dan hasil anamnesis. Keluhan yang dirasakan pasien serta
anamnesis yang dilakukan berdasarkan keluhan yang meliputi
pemeriksaan klinis berdasarkan tanda & gejala TB.
2. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium meliputi:
a. Pemeriksaan Bakteriologi
a) Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menetukan
potensi penularan dan menilai keberhasilan obat.
Pemeriksaan dahak dilakukan dengan cara
mengumpulkan 2 contoh uji dahak berupa dahak
sewaktu dan dahak pagi yang dilakukan segera
setelah bangun tidur.
b) Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (CTM) TB
Pemeriksaan TCM merupakan sarana untuk
penegakan diagnosis, namun tidak dapat
dimanfaatkan untuk evaluasi hasil pengobatan.
c) Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan dapat dilakukan dengan media
padat (Lowenstein-Jensen) dan media cair
(Mycobacteria Growth Indicator Tube) untuk
identifikasi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
b. Pemeriksaan Uji Kepekaan Obat
Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya
resistensi Mycobacterium tuberkulosis terhadap obat anti
tuberkulosis (OAT). Pemeriksaan ini harus dilakukan di
laboratorium yang telah lulus uji pemantapan mutu.
c. Pemeriksaan Serologis
Sampai saat ini belum direkomendasikan.
Universitas Tarumanagara 8
d. Pemeriksaan Foto Toraks
Pemeriksaan foto toraks dapat dilakukan pada posisi
posteroanterior (PA), lateral, dan lordotik apikal.
Pada anak-anak terdapat hilar lymphadenopathy yang berada
dimana saja. Pada dewasa biasanya berada di zona atas atau
bawah dan ditemukan infiltrat atau nodul.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang lainnya yaitu pemeriksaan histopatologi
pada kasus yang dicurigai TB ekstraparu.
3. Alur Diagnosis TB pada Orang Dewasa
Universitas Tarumanagara 9
2.1.7 Klasifikasi Tuberkulosis
1. TB Terkonfirmasi Bakteriologis11
Pasien TB yang dikelompokkan berdasarkan hasil pemeriksaan contoh uji
biologinya dengan pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan atau tes
diagnostik cepat. Termasuk kelompok ini adalah:
a. Pasien TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru hasil biakan Mycobacterium tuberculosis positif
c. Pasien TB paru hasil tes cepat Mycobacterium tuberculosis positif
d. Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik
dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan yang
terkena.
e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.
2. TB Klinis11
Pasien yang terdiagnosis secara klinis yaitu pasien yang tidak memenuhi
kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien
TB aktif dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB. Termasuk
kelompok ini adalah:
a. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto toraks
mendukung TB.
b. Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun
laboratoris dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.
c. TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.
Universitas Tarumanagara 10
2.2.1 Tahapan Pengobatan TB
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2016 Tentang Penaggulangan Tuberkulosis, pengobatan TB harus selalu
melalui:8
1. Tahap Awal yaitu pengobatan yang diberikan setiap hari, dengan tujuan
untuk meminimalisir kuman yang mungkin sudah resisten sebelum pasien
mendapat pengobatan. Pengobatan tahap awal pada pasien baru harus
diberikan selama 2 bulan.
2. Tahap Lanjutan yaitu bertujuan untuk membunuh sisa-sisa kuman yang
masih ada dalam tubuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Universitas Tarumanagara 11
• Farmakodinamik
Isoniazid memiliki efek utama menghambat biosintesis asam
mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding
sel mikobakterium. Resistensi terhadap Isoniazid biasanya
terjadi dalam beberapa minggu setelah pengobatan dimulai.
• Dosis dan Sediaan
Isoniazid terdapat dalam sediaan bentuk tablet 50, 100, 300, dan
400 mg serta sediaan sirup 10mg/L yang biasanya diberikan
dalam dosis tunggal per orang setiap hari. Dosis Isoniazid
biasanya diberikan 5mg/kgBB dengan maksimum 300mg/hari.
Pemberian Isoniazid harus bersamaan dengan Piridoksin (B6).
• Efek Samping
Efek samping dari Isoniazid yaitu neuropati perifer, psikosis
toksis, gangguan fungsi hati, kejang, mulut terasa kering, rasa
tertekan pada ulu hati, methemoglobinemia, tinnitus, dan retensi
urin.8,9
2. Rifampisisn (R)
• Farmakokinetik
Rifampisin yang diberikan per oral menghasilkan kadar puncak
2-4 jam dalam plasma. 30% Rifampisin diekskresi melalui urin
yang mengakitbatkan urin berwarna merah dan setengahnya
merupakan rifampisin utuh sehingga pasien dengan gangguan
ginjal tidak memerlukan penyesuaian dosis.
• Farmakodinamik
Rifampisin aktif terhadap sel yang sedang bertumbuh. Dimana
kerjanya menghambat DNA-dependent RNA polymerase dari
mikrobakteria dan mikroorganisme lain dengan menekan mula
terbentuknya (bukan pemanjangan) rantai dalam sintesis RNA.
Inti RNA polymerase dari berbagai sel eukariotik tidak mengikat
rifampisin dan sistesis RNAnya tidak dipengaruhi.
Universitas Tarumanagara 12
• Dosis dan Sediaan
Rifampisin terdapat dalam bentuk kapsul 150 dan 300 mg serta
sediaan tablet 450 dan 600 mg serta suspensi yang mengandung
100mg/5mL rifampisin. Obat ini biasanya diberikan satu kali
sehari dan sebaiknya diberikan satu jam sebelum makan atau dua
jam setelah makan.
• Efek Samping
Efek samping dari Rifampisin yaitu flu syndrome, gangguan
gastrointestinal, urin berwarna merah, gangguan fungsi hati,
mual dan muntah, trombositopeni, demam, skin rash, sesak
nafas, anemia hemolitik.8,9
• Interaksi Obat
Pemberiaan rifampisin bersamaan dengan para-amino salisilat
(PAS) akan menghambat absorpsi rifampisin yang
mengakibatkan kadar rifampisin dalam darah tidak cukup.
Rifampisin merupakan pemacu metabolisme obat yang cukup
kuat, sehingga beberapa obat seperti obat hipoglikemik oral,
kortikosteroid, dan kontrasepsi oral dapat berkurang
efektivitasnya bila diberikan bersamaan dengan rifampisin.
Disulfiram dan probenesid juga dapat menghambat ekskresi
rifampisin melalui ginjal.
3. Pirazinamid (Z)
• Farmakokinetik
Pirazinamid mudah diserap di dalam usus dan tersebar luas ke
seluruh tubuh. Masa paruh pirazinamid yaitu 10-16 jam.
Pirazinamid hanya diberikan selama 2 bulan pertama
pengobatan. Pirazinamid diekskresi melalui filtrasi glomerulus.
• Farmakodinamik
Pirazinamid adalah analog nikotinamid yang telah dibuat
sintetiknya dan obat ini tidak larut dalam air. Pirazinamid di
Universitas Tarumanagara 13
dalam tubuh dihidrolisis oleh enzim pirazinamidase menjadi
asam pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulostatik hanya pada
media yang bersifat asam. Mekanisme kerja Pirazinamid belum
diketahui.
• Dosis dan Sediaan
Pirazinamid terdapat dalam bentuk tablet 250 dan 500 mg. Dosis
Pirazinamid diberikan secara oral 20-35 mg/kgBB dengan
maksimum 3g yang diberikan dalam satu atau beberapa kali
sehari.
• Efek Samping
Efek samping dari Pirazinamid yaitu gangguan gastrointestinal,
gangguan fungsi hati, gout arthritis, antralgia, anoreksia, mual
dan muntah, malaise, dan demam.8,9
4. Streptomisin (S)
• Farmakokinetik
Streptomisin bersifat bakterisidal yang memiliki waktu paruh 2-
3 jam pada orang dewasa normal. 50-60% Streptomisin
diekskresi melalui filtrasi glomerulus dalam bentuk utuh dalam
waktu 24 jam pertama yang sebagian besar diekskresi dalam
waktu 12 jam.
• Farmakodinamik
Streptomisin secara klinik dinilai efektif namun sebagai obat
tunggal bukan merupakan obat yang ideal. Resistensi terhadap
Streptomisin kemungkinan disebabkan oleh mutasi yang terjadi
secara kebetulan.
• Dosis dan Sediaan
Streptomisisn terdapat dalam bentuk bubuk injeksi dalam vial 1
dan 5 gram. Dosis Streptomisin 20mg/kgBB secara IM dengan
maksimum 1 gram/hari selama 2 sampai 3 minggu yang
Universitas Tarumanagara 14
kemudian frekuensi pemberian dikurangi menjadi 2-3 kali
seminggu.
• Efek Samping
Efek samping dari Streptomisin yaitu nyeri ditempat suntikan,
gangguan keseimbangan dan pendengaran, reaksi anafilaktif,
anemia aplastik, agranulositosis, dan trombositopeni.8,9
• Interaksi Obat
Interaksi obat pada streptomisin dapat terjadi dengan obat
penghambat neuromuscular berupa potensial penghambatan.
Selain itu, interaksi obat juga terjadi pada obat yang bersifat
ototoksik seperti asal etakrinat dan furosemide, dan juga terjadi
pada obat yang bersifat nefrotoksik.
5. Etambutol (E)
• Farmakokinetik
75-80% pemberian Etambutol diserap dari saluran cerna dan
memiliki kadar puncak 2-4 jam setelah pemberian. 50%
Etambutol diekskresi dalam bentuk asal melalui urin, 10%
sebagai metabolit dalam waktu 24 jam.9
• Farmakodinamik
Etambutol tetap menekan pertumbuhan kuman tuberkulosis
yang resisten terhadap isoniazid dan streptomisin yang akan
menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel
terhambat dan sel mati.9
• Dosis dan Sediaan
Etambutol terdapat dalam bentuk tablet 250 dan 500 mg dan
adapula sediaan yang sudah dicampur dengan isoniazid dalam
bentuk kombinasi tetap. Dosis Etambutol biasanya 15 mg/kgBB
yang diberikan sekali sehari, dan adapula dosis 25 mg/kgBB
selama 60 hari pertama yang selanjutnya diturunkan menjadi 15
mg/kgBB.9
Universitas Tarumanagara 15
• Efek Samping
Efek samping dari Etambutol yaitu penurunan ketajaman
penglihatan, buta warna, ruam kulit, demam, pruritus, nyeri
sendi, sakit kepala, rasa kaku dan kesemutan di jari yang sering
terjadi.9
Universitas Tarumanagara 16
2.2.5 Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan obat yang digunakan adalah:8
1. Kategori 1 : 2(HRZE)/ 4 (HR)3 atau 2(HRZE)/ 4 (HR). Diberikan pada
pasien baru.
2. Kategori 2 : 2(HRZE)S/ (HRZE)/ 5(HR)3E3 atau 2(HRZE)S/ (HRZE)/
5(HR)E. Diberikan pada pasien kambuh, pengobatan gagal, atau pasien
putus berobat.
3. Kategori Anak : 2(HRZ)/ 4(HR) atau 2HRZE(S)/ 4-10HR
4. Untuk pasien TB resisten obat : terdiri dari OAT lini ke 2 yaitu
Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin,
Moksifloksasin, PAS, Bedaquilin, Clofazimin, Linezolid, dan
Delamanid.
Kriteria Sembuh:
Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada awal
pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan
menjadi negatif dan pada salah satu pemeriksaan sebelumnya.
2.2.6 Dosis OAT Lini Pertama
Paduan OAT Lini Pertama yang digunakan di Indonesia dapat diberikan dengan
dosis harian ataupun intermiten (3 kali perminggu). Dosis OAT Lini Pertama yang
direkomendasikan untuk dewasa:8
Tabel 2. 1 Dosis rekomendasi OAT Lini pertama untuk dewasa
Universitas Tarumanagara 17
Adapula paduan OAT yang disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis
tetap (OAT-KDT) yang terdiri dari kombinasi 2 dan 4 jenis obat dalam satu tablet
yang dosisnya disesuaikan dengan berat badan penderita. yaitu:8
Tabel 2. 2 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1
Universitas Tarumanagara 18
2.4 Kerangka Konsep
Universitas Tarumanagara 19
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Universitas Tarumanagara 20
3.4 Perkiraan Besar Sampel
Perkiraan besar sampel dihitung menggunakan rumus data kategorik
terhadap satu sampel tunggal:
zα2 PQ
𝑛=
𝑑2
Keterangan:
n = Besar sampel
Zα = Tingkat kemaknaan, ditetapkan (1,96)
P = 0,50
Q = 1-P
d = Tingkat ketepatan absolut, ditetapkan (0,10)
Universitas Tarumanagara 21
3.5.2 Kriteria Eksklusi
1. Jawaban kuesioner tidak lengkap.
Universitas Tarumanagara 22
2. Mahasiswa
Definisi : Mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara yang telah lulus Blok Respirasi.
Cara ukur : Angket
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Kategorik
Hasil ukur :
1. Mahasiswa tingkat akhir
Melakukan
analisa data Mengolah data
Universitas Tarumanagara 23
3.13 Jadwal Penelitian
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian
Kegiatan 2020/2021
Bulan
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Pembuatan
proposal
Pengumpulan
proposal
Pembagian
kuesioner
Pengolahan dan
analisi data
Penyusunan
laporan
Sidang
3.14 Anggaran
No Keterangan Harga
1. Biaya operasional Rp. 100.000
2. Souvenir Rp. 200.000
Total Rp. 300.000
Universitas Tarumanagara 24
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Tarumanagara 25
9. Setiabudy R. Farmakologi dan Terapi Edisi 6. Badan Penerbit FKUI,
Jakarta. 2016;618-625.
Universitas Tarumanagara 26
LAMPIRAN
Universitas Tarumanagara 27
Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup
Data Pribadi
Nama Lengkap : Sely Nur Fauzy
NIM : 405180180
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 09 Februari 1999
Agama : Islam
Alamat : Kp. Menak RT 01/04 No. 59 Desa Sukawangi
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
No. Telp : 085720771768
E-mail : sellynurfauzy@gmail.com
Pendidikan Formal
2018 – sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
2013 – 2016 : SMA Negeri 1 Cianjur
2010 – 2013 : SMP Negeri 1 Cianjur
2004 – 2010 : SDN IBU DEWI 4 Cianjur
2003 – 2004 : TK Kartika XIX Cianjur
Pengalaman Organisasi
2018 – 2019 : Anggota AMSA UNTAR
2019 – 2020 : Vice Excecutive Board FR AMSA UNTAR
Universitas Tarumanagara 28