Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN OBSERVASI PESANTREN DAN MADRASAH MA AL-ISHLAH

SENDANGAGUNG – PACIRAN – LAMONGAN


TERHADAP FASILITAS AL-ISHLAH

Dosen Pengampu:
Agus Santoso

Oleh:
Aulia Asmi Nursani (B93218129)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
BIOGRAFI PENDIRI PP AL-ISHLAH
SENDANGAGUNG – PACIRAN – LAMONGAN

Drs. Muhammad Dawam Saleh

Muhammad Dawam Saleh, karib disapa Kiai Dawam, lahir di Sendangagung, Paciran,
Lamongan, Jawa Timur, 9 November 1953. Selama sepuluh tahun menjadi santri di pesantren
Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Ia melahap buku-buku puisi baik berbahasa Indonesia
maupun berbahasa asing. Setamat dari pesantren Gontor, ia masuk Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Sembari kuliah di fakultas filsafat, Kiai Dawam mengabdikan ilmu di Pesantren
Pabelan, Muntilan, Magelang.

Pada 1983, Kiai Dawam meninggalkan Pabelan dan merintis sebuah pesantren di desa
kelahirannya yang kemudian diberi nama Al-Ishlah, 1986. Kini, selain mengasuh sekitar
2.300 santri dan memenuhi undangan pengajian di berbagai daerah, Kiai Dawam juga gemar
menulis puisi dan artikel di berbagai media massa lokal dan nasional. Dan beberapa antologi
puisinya yang telah diterbitkan antara lain: Di Telaga Kepasrahan (Pustaka Jaya, 2003),
Antologi Bintang Reformasi (Java Pustaka, 2006), Mimpi Anak Ibu Pertiwi (kanzun Books,
2009), Sang Pembawa Wahyu (Kanzun books, 2009), Antologi Puisi Selembar Daun Guru
Impian (Forum Pustaka, 2010), Pohon Tak Berkah (PT. Mentari Pantura Timur, 2012),
Century dalam Puisi (2013), Agaer Petruk Tak Lagi Duduk di Tampuk (2019).

Adapun karyanya yang lain dalam bentuk non-sastra adalah Jalan Ke Pesantren
(Pustaka Jaya,2005). 1

1
Muhammad Dawam Saleh, “Jerit Tangis Anak Negeri”, 2020, hal.108
SEJARAH BERDIRINYA PP AL-ISHLAH

SENDANGAGUNG – PACIRAN – LAMONGAN

Seperti dikatakan Muhammad Dawam, keinginan untuk mendirikan pesantren


sebenarnya telah muncul pada dirinya sejak masih belajar di Pondok Modern Gontor,
Ponorogo. Saat menjalani masa pengabdiannya sebagai guru di Kulliyatul Muallimin Al-
Islamiyah (KMI) Pondok Modern Gontor antara 1972-1977 itulah keinginan untuk
mendirikan pesantren itu lahir. Keberhasilan K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fannani dan
K.H. Imam Zarkasyi dalam membangun Pondok Gontor sebagai salah satu pesantren
terkemuka di Indonesia, agaknya yang memberi inspirasi kuat kepadanya untuk mendirikan
pesantren seperti Gontor.

Sebelum merealisasikan cita-citanya, Muhammad Dawam sempat mencari


pengalaman di Pondok Pesantren Pabelan, Magelang, selama lima beberapa tahun. Selain
membantu mengajar, ia bersama beberapa rekannya alumni Gontor seperti M. Amin
Abdullah (kemudian menjadi Rektor UIN Yogyakarta) dan Habib Chirzin (kemudian menjadi
ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, juga membantu K.H. Hamam Dja’far dalam
menangani berbagai kegiatan. Selama di Pabelan pula, Muhammad Dawan menyempatkan
diri untuk melanjutkan kuliahnya di Fakultas Filsafar UGM Yogyakarta.

Muhammad Dawam baru pulang kampung setelah menyelesaikan kuliahnya di UGM


Yogyakarta (1982). Ia kembali ke kampung halamannya di Desa Sendangagung, Kecamatan
Paciran, Kabupaten Lamongan, dengan satu tekad, mendirikan pesantren. Hanya saja,
perjalanan untuk mewujudkan cita-cita tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Proses
panjang harus dilaluinya sebelum akhirnya ia berhasil menemukan titik terang di tahun 1986.
FASILITAS PP AL-ISHLAH

SENDANGAGUNG – PACIRAN – LAMONGAN

fasilitas yang tersedia di pondok pesantren Al-Ishlah sendangagung – paciran –


lamongan diantaranya:

1. Kampus seluas 2 (dua) hektar di pedesaan yang asri.


2. Masjid berlantai dua dengan kapasitas 2000 jamaah
3. Aula berkapasitas 300 orang
4. Ruang belajar, 25 lokal
5. Asrama putera, 20 kamar
6. Asrama puteri, 24 kamar
7. Pos Kesehatan Pesantren
8. Dapur dan Kantin
9. Toko koperasi
10. Wartel (KBU), Warnet
11. Perpustakaan
12. Laboratorium Komputer
13. Laboratorium Fisika
14. Laboratorium Kimia
15. Laboratorium Biologi
16. Laboratorium Bahasa
17. Ruang Keterampilan Tata Busana
18. Studio Musik
19. Lapangan olahraga sepak bola, basket, voli, basket, badminton, dll
LEMBAR OBSERVASI

FASILITAS PP AL-ISHLAH

SENDANGAGUNG – PACIRAN – LAMONGAN

NO FASILITAS PENILAIAN KETERANGAN

I II III IV
1. Kampus seluas 2 (dua) hektar di • Suka karena masih
pedesaan yang asri. banyak persawahan dan
ladang.
2. Masjid berlantai dua dengan • Sejuk, bisa berkumpul
kapasitas 2000 jamaah dengan keluarga,
kebersihan terjaga
3. Aula berkapasitas 300 orang • Kurangnya kesadaran
akan kebersihan
4. Ruang belajar, 25 lokal • Tidak terawat dan usang

5. Asrama putera, 20 kamar • Kamar yang kreatif.

6. Asrama puteri, 24 kamar • Terdapat jadwal tiket


untuk membersihkan
asrama
7. Pos Kesehatan Pesantren • Pelayanan yang kurang
menyenangkan
8. Dapur dan Kantin • minimnya sadar akan
higenisdan kebersihan
9. Toko koperasi • kurang suka karena
barang yang dijual mahal
10. Wartel (KBU), Warnet • Karena minimnya
prasarana dan sempit,
tidak semua komputer
dapat di rawat dengan
baik
11. Perpustakaan • Banyak koleksi buku
yang dapat dipinjam
12. Laboratorium komputer • Koneksi jaringan yang
stabil dan tempat yang
sejuk
13. Laboratorium Fisika • Ruangan lengkapdan
agak sedikit terawat
14. Laboratorium Kimia • Ruangan tidak bersih dan
tidak terawat
15. Laboratorium Biologi • ruangan pengap dan
tidaka da yang piket
16. Laboratorium bahasa • Karpet tidak terawat dan
banyak sampah di lacinya
17. Ruang keterampilan tata busana • Banyaknya ilmu yang
bisa di dapat
18. Studio musik • Terdapat beberapa alat
musik
19. Lapangan olahraga sepak bola, • lapangan terawat dan
basket, voli, basket, badminton, dll bersih karena terdapat
jadwal piket para santri
dalam merawat lapangan

Keterangan:

I = Sangat tidak baik

II = Tidak baik

III = Baik

IV = Sangat baik

Anda mungkin juga menyukai