Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM

Penilaian dan Pengukuran Aspek Pengelolaan Limbah Cair

A. Pendahuluan
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domestik cair yakni
buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis
yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas
cucian luka, cucian darah dll.; air limbah laboratorium dan lainnya.
Limbah cair yang dikeluarkan oleh rumah sakit bersumber dari hasil
berbagai macam kegiatan antara lain kegiatan dapur, laundry, rawat inap, kantor,
laboratorium, air limpasan tangki septik, air hujan dan lainnya. Pada dasarnya
pengelolaan limbah cair rumah sakit disesuaikan dengan sumber serta karakteristik
limbahnya.
Untuk limbah cair yang berasal dari dapur, laundry, kantor, ruang rawat
inap, dan air limpasan tangki septik umumnya mengandung polutan senyawa
organik yang cukup tinggi sehingga proses pengolahannya dapat dilakukan dengan
proses biologis.
Untuk limbah cair rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya
banyak mengandung logam berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan ke
dalam proses pengolahan secara biologis, logam berat tersebut dapat mengganggu
proses pengolahannya. Oleh karena itu, untuk pengelolaan limbah cair rumah sakit
yang berasal dari laboratorium dilakukan dengan cara dipisahkan dan ditampung,
kemudian diolah secara kimia-fisika, selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-
sama dengan air limbah yang lain, dan selanjutnya diolah dengan proses
pengolahan secara biologis. Pengelolaan limbah cair yang berasal dari kegiatan
laboratorium dapat juga dilakukan dengan cara ditampung di dalam tangki
penampungan dan selanjutnya dikirim ke tempat pengolahan limbah B3 yang ada.
Untuk limbah cair rumah sakit yang berupa pelarut jika dibuang bersama-
sama dengan limbah cair yang dapat mengganggu proses biologis di dalam
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), oleh karena itu pengelolaannya dapat
dilakukan dengan cara pembakaran pada suhu tinggi dengan incinerator atau dapat
dilakukan dengan cara dikirim ke tempat pengolahan limbah B3.
Limbah cair rumah sakit dapat juga berasal dari air hujan, dan umumnya
dapat dibuang langsung ke saluran umum atau dapat diresapkan melalui sumur
resapan sedangkan air limpasannya dibuang kesaluran umum. Idaman Said, Nusa.
(2006). Paket Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit yang Murah dan
Efisien. Vol.2 52-65. https :// ejurnal.bppt.go.id>JAI>article>view.
Menurut PERMENKES No. 07 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, pengamanan limbah cair adalah upaya kegiatan
penanganan limbah cair yang terdiri dari penyaluran dan pengolahan dan
pemeriksaan limbah cair untuk mengurangi resiko gangguan kesehatan dan
lingkungan hidup yang ditimbulkan limbah cair. Penyelenggaraan pengelolaan
limbah cair harus memenuhi ketentuan menurut Permenkes RI No. 07 Tahun 2019
di bawah ini:
1. Rumah sakit memiliki Unit Pengolahan Limbah Cair (IPAL) dengan
teknologi yang tepat dan desain kapasitas olah limbah cair yang sesuai dengan
volume limbah cair yang dihasilkan.
2. Unit Pengolahan Limbah Cair harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang
sesuai dengan kebutuhan.
3. Memenuhi frekuensi dalam pengambilan sampel limbah cair, yakni 1 (satu)
kali per bulan.
4. Memenuhi baku mutu efluen limbah cair sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
5. Memenuhi pentaatan pelaporan hasil uji laboratorium limbah cair kepada
instansi pemerintah sesuai ketentuan minimum setiap 1 (satu) kali per 3 (tiga)
bulan.
6. Unit Pengolahan Limbah Cair:
a. Limbah cair dari seluruh sumber dari bangunan/kegiatan rumah sakit
harus diolah dalam Unit Pengolah Limbah Cair (IPAL) dan kualitas
limbah cair efluennya harus memenuhi baku mutu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum dibuang ke lingkungan
perairan. Air hujan dan limbah cair yang termasuk kategori limbah B3
dilarang disalurkan ke IPAL.
b. IPAL ditempatkan pada lokasi yang tepat, yakni di area yang jauh atau
tidak mengganggu kegiatan pelayanan rumah sakit dan diupayakan dekat
dengan badan air penerima (perairan) untuk memudahkan pembuangan.
c. Desain kapasitas olah IPAL harus sesuai dengan perhitungan debit
maksimal limbah cair yang dihasilkan ditambah faktor keamanan ( safety
factor ) +10%.
d. Lumpur endapan IPAL yang dihasilkan apabila dilakukan pembuangan
atau pengurasan, maka penanganan lanjutnya harus diperlakukan sebagai
limbah B3.
e. Untuk rumah sakit yang belum memiliki IPAL, dapat mengolah limbah
cairnya secara off-site bekerjasama dengan pihak pengolah limbah cair
yang telah memiliki izin. Untuk itu, maka rumah sakit harus menyediakan
bak penampung sementara air limbah dengan kapasitas minimal 2 (dua)
kali volume limbah cair maksimal yang dihasilkan setiap harinya dan
pengangkutan limbah cair dilaksanakan setiap hari.
f. Untuk limbah cair dari sumber tertentu di rumah sakit yang memiliki
karakteristik khusus harus dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-
treatment) sebelum disalurkan menuju IPAL. Limbah cair tersebut
meliputi:
 Limbah cair dapur gizi dan kantin yang memiliki kandungan minyak
dan lemak tinggi harus dilengkapi pre-treatment berupa bak
penangkap minyak/lemak;
 Limbah cair laundry yang memiliki kandungan bahan kimia dan
deterjen tinggi harus dilengkapi pre-treatment berupa bak pengolah
deterjen dan bahan kimia;
 Limbah cair laboratorium yang memiliki kandungan bahan kimia
tinggi harus dilengkapi pre-treatment nya berupa bak pengolah bahan
kimia.
 Limbah cair rontgen yang memiliki perak tinggi harus dilengkapi
penampungan sementara dan tahapan penanganan selanjutnya
diperlakukan sebagai limbah B3.
 Limbah cair radioterapi yang memiliki bakteri bahan radioaktif
tertentu harus dilengkapi pre-treatment berupa bak penampung untuk
meluruhkan waktu paruhnya sesuai dengan jenis bahan radioaktifnya
dengan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Jaringan pipa penyaluran limbah cair dari sumber menuju unit
pengolahan air limbah melalui jaringan pipa tertutup dan dipastikan
tidak mengalami kebocoran.
7. Kelengkapan Fasilitas Penunjang Unit Pengolahan Limbah Cair
a) IPAL harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Kelengkapan fasilitas penunjang tersebut adalah:
1) Bak pengambilan contoh air limbah yang dilengkapi dengan tulisan
``Tempat Pengambilan Contoh Air Limbah Influen`` dan/atau
``Tempat Pengambilan Contoh Air Limbah Efluen``.
2) Alat ukur debit air limbah pada pipa inflen/dan atau pipa efluen.
3) Pagar pengaman area IPAL dengan lampu penerangan yang cukup dan
papan larangan masuk kecuali yang berkepentingan.
4) Papan tulisan titik koordinat IPAL menggunakan Global Positioning
System (GPS).
5) Fasilitas keselamatan IPAL.
8. Penataan frekuensi pengambilan contoh limbah cair sebagai berikut:
a) Setiap rumah sakit harus melakukan pemeriksaan contoh limbah cair di
laboratorium, minimal limbah cair efluennya dengan frekuensi setiap 1
(satu) kali per bulan.
b) Apabila diketahui hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kualitas
limbah cair tidak memenuhi baku mutu, segera lakukan analisis dan
penyelesaian masalah, dilanjutkan dengan pengiriman ulang limbah cair
ke laboratorium pada bulan yang sama. Untuk itu, pemeriksaan limbah
cair disarankan dilakukan di awal bulan.
9. Penataan kualitas limbah cair agar memenuhi baku mutu limbah cair sebagai
berikut:
a) Dalam pemeriksaan kualitas air limbah ke laboratorium, maka seluruh
parameter pemeriksaan air limbah baik fisika, kimia dan mikrobiologi
yang disyaratkan harus dilakukan uji laboratorium.
b) Pemeriksaan contoh limbah cair harus menggunakan laboratorium yang
telah terakreditasi secara nasional.
c) Pewadahan contoh air limbah menggunakan jerigen warna putih atau botol
plastik bersih dengan volume minimal 2 (dua) liter.
d) Rumah sakit wajib melakukan swapantau harian air limbah dengan
parameter minimal DO, suhu dan PH.
e) IPAL di rumah sakit harus dioperasikan 24 (dua puluh empat) jam per hari
untuk menjamin kualitas limbah cair hasil olahannya memenuhi baku
mutu secara berkesinambungan.
f) Petugas kesehatan lingkungan atau teknisi terlatih harus melakukan
pemeliharaan peralatan mekanikal dan elektrikal IPAL dan pemeliharaan
proses biologi IPAL agar tetap optimal.
g) Dilarang melakukan pengenceran dalam pengolahan limbah cair, baik
menggunakan air bersih dan/atau air pengencer sumber lainnya.
h) Melakukan pembersihan sampah-sampah yang masuk bak penyaring kasar
di IPAL.
i) Melakukan monitoring dan pemeliharaan terhadap fungsi dan kinerja
mesin dan alat penunjang proses IPAL.

Pengawasan limbah cair


1. Pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung, diketahui konstruksi IPAL
memiliki kapasitas 125 m3 yang terdiri dari outlet 7.862 m3 dan inlet
4.644 m3.
2. Pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung memiliki IPAL sendiri.
3. Pada instalasi pengolahan air limbah di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Lampung diketahui pengolahannya meliputi Ruang Perawatan dan
Ruang Asrama.
4. Sebelum masuk ke inlet (penanganan khusus di dapur )dry step
pemisah lemak.
5. Dari laboratorium diolah menggunakan HMP yang berfungsi untuk
menurunkan logam berat dari limbah laboratorium.
6. Pada instalasi pengolahan limbah cair pada tangki bioreaktor 1
menggunakan blower. Sedangkan pada tangki bioreaktor 2 yang
terbagi menjadi 4 bagian terdapat biofilter sarang lebah fiber.
7. Pada instalasi pengolahan air limbah khususnya bagian dapur
Terdapat pengendapan lalu ke bak pengumpul yang umum.
8. Pada instalasi pengolahan air limbah di bagian laboratorium
Terdapat resin ( Anion Kation diganti dalam kurun waktu 1 tahun )
dan juga Acid diberikan dalam kurun waktu 1 bulan.
9. Sementara itu, pada instalasi pengolahan air limbah terdapat
pengendapan lalu.
10. Pada instalasi pengolahan air limbah di ruang NAPZA, pada pukul
06.00-10.00 digunakan mesin otomatis.
B. Hasil Praktikum

NO. VARIABEL YA TIDAK


1. Konstruksi tertutup
a. Kedap air 

b. Tidak tersumbat
c. Terpisah dengan saluran air

hujan
2. Rumah sakit memiliki IPAL sendiri 
3. Terdapat alat pengukuran air 
limbah
4. Saluran air limbah dan dapur 
dilengkapi bak penangkap lemak
5. Saluran air limbah harus 
dilengkapi/ditutup dengan grill
6. Air limbah yang berasal dari
laboratorium harus diolah di IPAL 

7. Frekuensipemeriksaan kualitas 
limbah cair terolah (effluent)
dilakukan setiap sebulan sekali
untuk dipantau dan minimal 3
bulan sekali.
Hasil Pemeriksaan Kualitas Limbah

Hari/Tanggal:

Titik Pengambilan Sampel:

Jumlah Sampel:

Lokasi Pemeriksaan Sampel:

Parameter Satuan Baku Mutu Hasil


Pemeriksaan
Suhu 0
C 30
pH - 6-9
BOD5 mg/L 30
COD mg/L 80
TSS mg/L 30
NH Bebas mg/L 0,1
PO mg/L 2
MPN-kuman MPN/100 ml 1000
golongan coli

Saran: Pada instalasi pengolahan air limbah di dapur, banyak lemak


menumpuk/menggumpal sehingga dapat menurunkan kualitas air limbah sehingga
harus diserok.

Anda mungkin juga menyukai