Anda di halaman 1dari 24

BAB I

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR


RUMAH SAKIT

Pengolahan limbah cair di rumah sakit menggunakan sistem


biologis dengan menggunakan jasa/bantuan mikroorganisme (bakteri-
bakteri) untuk mendegradasi limbah cair. Ada beberapa factor yang
sangat berpengaruh di dalam proses pengolahan limbah cair di rumah
sakit, yaitu :
1. Sumber Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit merupakan limbah cair
yang berasal dari beberapa sumber sebagai berikut :
1.1. Limbah Domestik
Berasal dari kantin, gizi, kitchen (dapur), kamar mandi, toilet.
1.2. Limbah Medis
Berasal dari pelayanan medis, ruang perawatan, ruang operasi, OK
sentral, ruang isolasi, bagian syaraf, mata, paru –paru, THT,
Poliklinik, Farmasi, kebidanan, radioterapi, bagian anak, bagian
internis, ruang janasah, ruang ICU.
2. Sistem Jaringan Pengumpul Limbah Cair Rumah Sakit
Jaringan pengumpul limbah cair di lingkungan rumah sakit
berfungsi untuk mangalirkan limbah cair yang dihasilkan. Sistem
jaringan pengumpul ini di bagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu: sistem
pemipaan limbah cair rumah sakit dan sistem pemipaan unit pengolah
limbah cair.
2.1 Pemipaan Limbah Cair Rumah Sakit
Sistem pemipaan limbah cair digunakan untuk mengalirkan
limbah yang berasal dari beberapa bagian di lingkungan rumah
sakit seperti : ruang perawatan, ICU, operasi, isolasi, bagian anak,
laundry, dapur (kitchen), kantin, kebidanan, farmasi, septic tank.
Sedangkan limbah yang berasal dari laboratorium harus dipisahkan
yaitu melalui jalur pemipaan ke bak penyimpanan atau bak
pengolahan khusus. Hal ini disebabkan limbah tersebut
mengandung bahan – bahan B3 (bahan berbahaya dan beracun)
1
atau logam berat yang justru sangat mempengaruhi proses
pengolahan limbah yang ada.
Material pipa yang digunakan adalah PVC. Keuntungan
material PVC diantaranya tidak korosif, tahan terhadap kondisi
limbah asam atau basa. Sistem pemipaan di bagi menjadi tiga (3)
bagian yaitu : sistem pemipaan primer, sistem pemipaan sekunder
dan sistem pemipaan tertier.
a. Pemipaan primer
Berfungsi sebagai sistem pengaliran limbah cair utama.
Semua limbah cair yang dikeluarkan atau dihasilkan oleh rumah
sakit akan bertemu dan dialirkan dalam pemipaan primer
menuju ke unit pengolahan limbah cair yang ada. Beberapa
tempat di lingkungan rumah sakit yang menghasilkan limbah
cair dan masuk ke dalam sistem jaringan pemipaan primer
adalah : dapur, laundry, ruang rawat inap, ruang emergency,
asrama, kamar mandi, ruang operasi. Hal yang perlu
diperhatikan adalah control/ pengecekan rutin dari pihak teknisi
rumah sakit pada setiap bak kontrol/ bak pengumpul yang
menghubungkan jaringan pemipaan primer dengan jaringan
pemipaan sekunder dan dengan unit pengolah limbah cair.
Masalah yang sering terjadi adalah penyumbatan pada bak
control/ bak pengumpul akibat adanya penumpukan sampah /
limbah padat, sehingga perlu sering dibersihkan sebab akan
berpengaruh terhadap aliran limbah cair di dalam jaringan
pemipaan.
b. Pemipaan sekunder
Jaringan Pemipaan sekunder berfungsi sebagai sistem
pengaliran limbah cair dari tempat penghasil limbah cair yang
kemudian dialirkan ke sistem jaringan pemipaan primer.
Pemipaan yang digunakan di dalam sistem jaringan pemipaan
sekunder menggunakan pipa ukuran yang lebih kecil dari sistem
perpipaan primer. Masalah yang sering terjadi adalah
penyumbatan pada pipa akibat sampah atau limbah padat yang
terbawa, akumulasi lemak yang mengeras dan juga akibat
tersumbatnya pipa di dalam bak control. Oleh sebab itu perlu
diadakan pengecekan rutin terutama pada bak-bak control, bak
2
pretreatment dapur dan bak pretreatment laundry. Bila terlihat
banyak terjadi penumpukan sampah / limbah padat / lemak di
bak control maka harus secepatnya diadakan pembersihan.
c. Pemipaan tertier
Berfungsi sebagai sistem pengaliran limbah cair yang
langsung berhubungan dengan tempat–tempat penghasilan
limbah cair seperti dapur, laundry, kamar mandi dan yang
lainnya. Sistem jaringan ini akan mengalirkan limbah cair
tersebut ke bak pretreatment dan bak kontrol yang berhubungan
dengan jaringan pemipaan sekunder.
2.2 Sistem Pemipaan Pada Unit Pengolah Limbah Cair
Pemipaan ini merupakan pemipaan yang ada pada masing-
masing proses dalam unit pengolahan limbah cair seperti :
pretreatment, netralisasi atau ekualisasi, sedimentasi, aerasi,
khlorinasi.
3. Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit
Berfungsi untuk memproses limbah cair rumah sakit secara fisik
dan biologis, sehingga kandungan limbah cair yang terdiri dari bahan-
bahan organic dapat didegradasi. Setelah melalui proses pengolahan
limbah cair dalam unit pengolahan limbah, maka hasil buangan yang
dihasilkan dapat memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah. Proses
pengolahan fisik meliputi : penyaringan dengan screen, sedimentasi
awal. Proses pengolahan biologis dengan menggunakan jasa mikroba
pendegradasi limbah cair. Berdasarkan proses pengolahannya maka
sistem IPAL dibagi dalam beberapa tahap.
3.1 Pretreatment ( Prapengolahan ) Limbah cair
Adalah pengolahan tahap awal yang dilakukan sebelum
limbah cair masuk ke dalam proses pengolahan utama. Dalam
tahap pretreatment ini beban kandungan limbah cair akan direduksi
yaitu COD dan BOD.
Proses pretreatment menggunakan proses fisika mekanika
dan bertujuan untuk :
a. Mengurangi beban limbah cair yang akan masuk ke dalam
proses pengolahan utama.
b. Menghomogenkan dan menetralisasi pH limbah cair.
3
c. Memisahkan / menyaring bahan-bahan/padatan-padatan/sampah
yang dapat mengganggu proses pengolahan utama maupun
mengganggu peralatan yang ada.
d. Memudahkan pemantauan/pengecekan limbah cair sebelum
masuk dalam proses pengolahan utama.
e. Mengatur jumlah limbah per-jam-nya yang akan diolah
sehingga tidak terjadi “over loading” yang dapat mengganggu
proses pengolahan limbah cair.
Dalam proses pretreatment di bagi dalam beberapa bagian:
a. Pretreatment Dapur (Automatic PTB kitchen)
Bertujuan untuk memisahkan lemak ataupun padatan/sampah
yang terbawa dalam aliran limbah cair dalam pipa, sehingga
dengan demikian dapat menghindarkan penyempitan/
penyumbatan pipa dan menurunkan beban polutan yang akan
diolah.
b. Pretreatment Laundry
Bertujuan untuk memisahkan padatan (suspended solid/SS),
lemak dan kotoran-kotoran lainnya, sehingga dapat menurunkan
beban limbah cair yang akan masuk ke dalam unit pengolahan
limbah cair.
c. Automatic Heavy Metal Precipitator (HMP)
Tujuan untuk menetralisir dan mereduksi kandungan logam
limbah kimia yang ada dalam limbah cair yang berasal dari
laboratorium.
d. Screening treatment
Tujuan untuk menyaring padatan/sampah yang terbawa dalam
limbah cair, sehingga proses pengolahan utama tidak terganggu
dan tidak terjadi penyumbatan pipa-pipa air limbah.
e. Ekualisasi
Tujuan untuk menghomogenkan kondisi limbah cair dan
menetralkan pH limbah yang ada dengan menggunakan H2SO4
atau NaOH. Setelah dihomogenkan dan dinetralkan, maka
limbah cair tersebut siap untuk diolah secara biologis.

4
3.2 Reaktor Utama Pengolahan Limbah Cair/Bio Strain Reaktor
Setelah melalui tahap pretreatment, kemudian limbah cair
dialirkan ke unit Bio-reactor untuk diproses secara biologis
menggunakan jasa mikroba (bakteri) aerobic pendegradasi polutan,
sehingga hasil olahan limbah cair yang dikeluarkan ke lingkungan
sudah memenuhi syarat standar baku mutu KEMENLH. Reduksi
beban polutan limbah cair di dalam tahap ini dapat mencapai nilai
yang optimum (dalam penguraian COD dan BOD).
3.3 Biomedia Filtration Technology
Mikroba (bakteri) pendegradasi limbah kemudian ditumbuh
kembangkan pada packing media khusus untuk optimalisasi
aktifitasnya dalam limbah cair.
3.4 Chlorinasi
Tujuan untuk limbah cair yang sudah melalui proses
pengolahan dan sudah layak dibuang ke lingkungan/badan air akan
melalui proses desinfektan dengan menggunakan khlorin untuk
membunuh bakteri-bakteri yang tersisa diantaranya bakteri koli.
3.5 Organic Reducing Apparatus
Unit ini dapat mengurangi resiko tercemar air sungai dari
bakteri koli dalam limbah cair bilamana kaporit atau Chlorine
Tablet mengalami kehabisan stock, sedangkan operator tidak /
kurang memperhatikan keadaan stock Kaporit / Chlorine tablet.
(back up system chlorinasi).

3.6 Sistem Pendukung


Sistem pendukung ini berfungsi untuk menunjang sistem
IPAL yang telah terpasang, dalam hal ini adalah kolam ikan, yang
fungsinya sebagai bioindikator effluent IPAL.
Bak ekualisasi untuk mengumpulkan semua limbah cair dari
ke empat sumber yang ada, jadi sebelum masuk ke pengolahan
utama semua air limbah di tampung ke dalam bak ekualisasi,
fungsi ekualisasi juga sebagai tempat penyaringan dimana
screening dilakukan di dalam bak ini, selain itu bak ekualisasi juga
untuk pengendapan awal sebelum masuk kedalam pengolahan
utama.
5
Bak control digunakan untuk pengontrolan dalam distribusi limbah
cair, dimana setiap persimpangan dan belokan digunakan bak
control yang dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya sumbatan pada saluran.

6
BAB II
UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR
LIMBAH RUMAH SAKIT

PT. Cahaya Mas Cemerlang merupakan perusahaan yang bergerak


dibidang penyediaan sistem pengolahan air limbah rumah sakit. Berbekal
pengalaman kami dibidang teknologi pengolahan lingkungan, yang
berfokus kepada teknologi pengolahan limbah. Kami telah
mengembangkan sistem pengolahan air limbah rumah sakit yang ramah
lingkungan dan efisien terhadap penggunaan energi. Kami menyediakan
berbagai macam pengolahan limbah, mulai dari kategori limbah padat,
cair sampai kepada pengolahan Limbah kategori B3. (dapat dilihat pada
halaman pertama buku ini).
Perkembangan teknologi dan kebutuhan dalam melindungi
lingkungan menyebabkan kami harus menyesuaikan diri dengan
permintaan pasar. Secara umum kami menyediakan sistem penanganan
limbah rumah sakit secara komperhensif dan terpadu, mulai dari influent
sampai pada memenuhi standard baku mutu effluent.

Dalam Pengolahan sistem limbah ini dilakukan dengan penitik


beratkan pada pengolahan domestic, yaitu pada limbah dapur dan cucian,
dan sumber air limbah pada pengolahan limbah ini dibagi ke dalam 3
(tiga) bagian :
1. Limbah yang berasal dari dapur dan tempat lain yang mengandung
buangan domestik/ minyak.
2. Limbah yang berasal dari tempat cucian (”menangkap busa”).
3. Limbah medis.
Ada pun unit-unit yang digunakan dalam Instalasi pengolahan air
limbah rumah sakit ini adalah :

A. Unit Prapengolahan Limbah Cair Dapur (Automatic PTB)


Unit prapengolahan limbah cair pada limbah rumah sakit
diperuntukan bagi limbah domestik, seperti dapur dan kantin, atau
limbah yang memiliki kadar minyak/lemak yang tinggi.
7
Gambar 2.2 Unit Prapengolahan Limbah Cair Dapur

B. Unit Prapengolahan Limbah Cair Cucian


Unit prapengolahan limbah cair pada limbah rumah sakit
diperuntukan bagi limbah domestik, seperti dapur dan kantin, atau limbah
yang memiliki kadar deterjen yang tinggi.

Gambar 2.3 Unit Prapengolahan Limbah Cair Loundry

8
C. Unit Prapengolahan Limbah Cair Laboratorium (Automatic
HMP).
Pada sistem pengolahan limbah cair salah satu unit yang digunakan
adalah unit penyerap kandungan logam berat atau Heavy Metal
Precipitator (HMP), fungsi dari HMP sendiri adalah dengan
menggunakan prinsip ion exchange. ion exchange adalah penukaran ion
muatan listrik yang dibawa oleh fluida dengan muatan ion pada resin
yang tersedia didalam tabung ion exchanger serta carbon filter. Secara
umum fungsi tabung ion exchange digunakan sebagai media purifikasi
dan filtrasi muatan ion mineral pada fluida yang tidak dikehendaki seperti
Calcium dan Magnesium dan menukarnya dengan Potasium dan
Hydrogen, sehingga fluida yang keluar dari tabung tersebut memenuhi
kriteria.

Gambar 2.4 HMP (Automatic Heavy


Metal Precipitator)

9
D. Screen
1. Bar Screen
Pada Unit pengolahan ini, air limbah dialirkan melalui
saringan kasar (bar screen) untuk menyaring sampah yang
berukuran besar seperti sampah daun, kertas, plastik dll. Setelah
melalui screen air limbah dialirkan ke Bar screen halus, untuk
mengendapkan partikel lumpur, kotoran lainnya.

Gambar 2.5 Bar Screen Kasar


2. Fine Screen
Pada Unit pengolahan ini, air limbah dialirkan melalui
saringan halus (bar screen) untuk menyaring sampah yang
berukuran besar seperti pasir dan batuan krikil. Setelah melalui
screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal, untuk
mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya.

Gambar 2.6 Bar Screen Halus

E. Pompa
i. Inlet Pump
Fungsi pompa tersebut pada sistem pengolahan limbah
cair dimana mengalirkan limbah dari bak penampung ke Reaktor
Utama (Unit Pengolah Limbah).

10
ii. Sludge Pump
Fungsi utama pompa ini adalah untuk mengalirkan sisa
lumpur hasil pengendapan dan dialirkan ke system pengolahan
lumpur (smash sludge).

Gambar 2.7 Pompa Inlet (kiri), Sludge Pump (kanan)


F. Blower (Air Supply)
Fungsi Blower pada sistem pengolahan limbah ini memberikan
udara (O2) pada sistem bioreaktor (proses aerob). Pada Blower ini
mempunyai kapasitas besar, mencakup ruangan yang lebih besar.
Mempunyai Static Pressure yang lebih besar. Daya tembak terhadap
kapasitas yang diambil lebih panjang. Digunakan bila kapasitas dari
ruangan tidak terlalu besar.

Gambar 2.8 Root Blower (kiri), Ring Blower (kanan)

11
G. Bio-Strain Reactor
Proses pengolahan ini terdiri dari bak kontaktor anaerob (anoxic)
dan bak kontaktor aerob. Air yang telah di treatment kandungan
logamnya melalui proses ionisasi kemudian dipompa dan dialirkan ke
Bioreaktor, kemudian dari bak penenang air limbah mengalir ke bak
kontaktor anaerob dengan arah aliran dari bawah ke atas (Up Flow). Di
dalam bak kontaktor aerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik.
Di dalam bak aerasi ini diisi dengan media dari bahan plastik
(polyethylene), sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga
mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam
air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan
demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang
tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media
yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat
organik, dan diteruskan ke effluent atau buangan limbah.

Gambar 2.9 Reaktor Utama Pengolahan Limbah Cair

H. Clorinator
Sistem dari olahan limbah cair adalah memberikan tekanan aliran
tangki clorine yang berasal dari olahan recycling/membrane , lalu dibantu
dengan Dosing pump selanjutnya dialirkan ke bak biasanya dalam bentuk
fish pond (kolam ikan).
12
Ditambah dengan bak chlorinasi yang berukuran.
P x L x T = 1.000 x 700 x 500 mm (disesuaikan)

Gambar 2.10 Dosing Pump dan Tangki Chlorine

I. Organik Reducing Apparatus (Alat Pengaman Habisnya Bahan


Desinfektan, Back up sistem untuk Clorinator)
Unit Organik Reducing Apparatus (Alat pengaman habisnya bahan
desinfektan) berfungsi sebagai sistem pengaman (Back up system) untuk
mengatasi habisnya bahan chlorine /kaporit dalam sistem pengolahan
limbah rumah sakit.

Gambar 2.11 Organik Reducing Apparatus

13
J. Control Panel
Sistem Control Panel yang berada pada satu badan dengan tangki
rektor yang dinamakan rumah panel (equipment room), sistem ini bekerja
pada sistem on/off atau manual yang ada didalam kotak seperti gambar di
bawah ini.

Gambar 2.13 Panel control untuk IPAL

K. Sistem Pendukung
Sistem pendukung ini berfungsi untuk menunjang sistem IPAL
yang telah terpasang, dalam hal ini adalah bak kontrol, bak ekualisasi dan
kolam ikan yang fungsinya sebagai bio-indikator effluent IPAL.
Ukuran Fish Pond (Kolam Ikan) :
 Dimensi : 3.000 x 1500 x 350 mm (disesuaikan)
Ukuran Bak Ekualisasi :
 Dimensi : 7.000 x 4.000 x 3.000 mm (disesuaikan)
Ukuran Bak kontrol :
 Dimensi : 400 x 400 x 1.000 mm (disesuaikan)
Ukuran Bak Chlorinasi :
 Dimensi : 1.000 x 700 x 500 mm (disesuaikan)

14
L. Vacuum Flate Membrane
Bio-Reaktor membrane (BRM) merupakan teknologi pengolahan
limbah yang mengkombinasikan proses biologis untuk mendegradasi
limbah dan proses membran untuk pemisahan biomassa. Membran
menggantikan peran kolam sedimentasi untuk memisahkan padatan dan
cairan pada teknologi konvensional (lumpur aktif). Dengan membran,
kinerja pemisahan menjadi lebih baik karena pemisahan tidak lagi
dibatasi oleh kondisi hidrodinamik lumpur seperti waktu tinggal lumpur
(SRT, sludge retention time), waktu tinggal cairan (HRT, hydraulic
retention time) serta laju pembuangan lumpur.

Gambar 2.14 Vacuum flat membrane

15
BAB III
OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN

A. OPERASIONAL IPAL SECARA AUTO/ MANUAL


1. Periksa panel control
a. Naikkan MCB main power
b. Naikkan MCB Blower, Submersible pump, sentrifugal pump,
dozing pump, Membrane pump dan mixer (alchimia).
c. Naikkan MCB Organic reducing apparatus dan control.
2. Setting timer 1 & 2 untuk sistem On-Off Blower, waktunya
tergantung yang kita inginkan misalkan 15 menit ON dan 15 menit
OFF secara bergantian.
3. Putar selector switch ke kanan untuk power, maka power control
panel bekerja.
4. Putar selector switch ke kanan untuk Blower, maka Blower bekerja
dan lampu indicator On menyala. Kemudian setel ball
valve/butterfly yang ada di pipa blower dalam keadaan terbuka.
5. Putar selector switch ke kanan untuk Submarsible Pump, maka
Submarsible Pump On dan lampu indicator On ( Hijau ) menyala.
Bila air di bak ekualisasi penuh, maka pompa akan hidup dan bila
di bak ekualisasi habis pompa mati sendiri, pompa dilengkapi
dengan level kontrol.
6. Putar selector switch ke kanan untuk Dozing pump, maka Dozing
pump On dan lampu indicator On ( Hijau ) menyala.
7. Putar selector switch ke kanan untuk pompa Membrane/Recycle,
maka pompa On dan lampu indicator On ( Hijau ) menyala.
8. Apabila IPAL tidak di operasikan, putar selector switch ke kiri
(posisi OFF) untuk blower, submersible pump, dozing pump,
mixer, dan pompa lumpur (sluge pump).
9. Putar cam switch ke posisi 0 dan semua beban OFF.
10.Matikan main breaker ke posisi OFF.
11.Apabila ingin mengoperasikan IPAL, Ikuti petunjuk dari No. 1
sampai No. 9

16
Catatan :
 Sentrifugal pump/ sluge pump di hidupkan secara manual diluar
sistem auto-manual dengan menggunakan selector switch.
 Sentrifugal pump di operasikan setiap 3-5 hari sekali dan
lamanya operasiannya selama 5-10 menit dengan cara memutar
selector switch ke kanan dan Sentrifugal pump On serta lampu
indicator On menyala.

B. CARA PENGOPERASIAN HMP (Automatic Heavy Metal


Precipitator)
1. Periksa panel control, yaitu :
a. Naikkan MCB main power.
b. Naikkan MCB pompa Submarsible
c. Naikkan MCB motor mixer.
d. Naikkan MCB pompa sirkulasi 1 & 2.
e. Naikkan MCB control.
2. Putar selector switch untuk power ke kanan, maka lampu indicator ON
menyala.
3. Putar selector switch untuk Pompa Submarsible ke kanan, maka
pompa Submarsible ON dan indicator ON ( hijau ) menyala. Pompa
Submarsible bekerja secara automatis, apabila bak control penuh maka
pompa inlet bekerja dan sebaliknya bak control kosong maka pompa
inlet OFF.
4. Putar selector switch untuk motor mixer ke kanan, maka motor mixer
ON dan indicator ON(hijau ) menyala.
5. Apabila selesai pengoperasian, matikan motor mixer dan pompa inlet
dengan memutar selector switch ke kiri.
6. Putar selector switch untuk power ke kiri, maka lampu indicator ON
mati.
7. Putar selector switch untuk pompa sirkulasi 1 dan 2 ke kanan, maka
pompa ON dan indicator ON (hijau ) menyala.
8. Selesai pengoperasian, matikan MCB main power.
9. Apabila ingin mengoperasikan kembali, ikuti langkah no.1 s/d 8.
17
C. CARA PENGOPERASIAN PTB DAPUR (Automatic PTB
Kitchen)
1. Periksa panel control, yaitu :
a. Naikkan MCB main power.
b. Naikkan MCB pompa Submarsible.
c. Naikkan MCB motor scruw
d. Naikkan MCB control.
2. Putar selector switch untuk power ke kanan, maka lampu indicator ON
menyala.
3. Putar selector switch untuk Pompa Submarsible ke kanan, maka
pompa Submarsible ON dan indicator ON ( hijau ) menyala. Pompa
Submarsible bekerja secara automatis, apabila bak control penuh maka
pompa inlet bekerja dan sebaliknya bak control kosong maka pompa
inlet OFF.
4. Putar selector switch untuk motor scruw ke kanan, maka motor ON
dan indicator ON(hijau ) menyala.
5. Apabila selesai pengoperasian, matikan MCB main power.
6. Apabila ingin mengoperasikan kembali, ikuti langkah no.1 s/d no.5

18
D. PEMELIHARAAN PERALATAN
1. Aklimatisasi bakteri pendegradasi limbah cair
Pada saat unit pengolah limbah cair akan mulai di operasikan
secara penuh, maka perlu diberikan ditambah bakteri pendegradasi
limbah cair sebagai starter untuk mempercepat perkembangbiakan,
pertumbuhan bakteri dan stabilisasi kondisi proses pengolahan. Hal
yang perlu diperhatikan adalah cara pemberian bakteri tersebut
tidak boleh langsung tetapi harus melalui proses aklimatisasi
dengan cara sebagai berikut:
1.1 Biakan bakteri padat dimasukkan ke dalam wadah/ember yang
berisi setengah air bersih dan setengah air limbah, kemudian
diaduk selama lebih kurang lima menit, misal gunakan bakteri
Bio Seed atau sejenisnya.
1.2 Biarkan biakan bakteri tersebut dalam wadah selama satu jam.
Pada saat ini bakteri akan mulai menunjukkan aktivitas
kehidupannya kembali dan siap berkembang biak dan
bertumbuh.
1.3 Bakteri kemudian dimasukkan ke dalam ruang aero-reactor.

2. Beberapa persyaratan agar aktivitas bakteri dapat optimum :


2.1 pH : 6 – 8 (optimum 7)
2.2 Kandungan oksigen terlarut ( D.O ) : min. 2 – 3 ppm
2.3 Temperatur : 25 – 300C
2.4 Kandungan N : min. 1 ppm

3. Beberapa ciri – ciri bakteri sudah bertumbuh secara stabil dapat


dilihat dari kondisi limbah cair yang ada di dalam unit pengolahan
limbah cair ( selain dengan analisa laboratorium )
3.1 Warna limbah : coklat tua
3.2 Busa : sedikit dan gelembung kecil
3.3 Bau : bau khas bakteri (bukan bau busuk)
3.4 Test settling : lama atau tidak bisa mengendap
Sedangkan ciri-ciri bakteri yang sedang mengalami stress (misal
akibat kenaikan/penurunan pH yang terlalu ekstrim, temperature di
19
atas 350C, beban polutan terlalu tinggi)
3.1. Warna limbah : Coklat muda
3.2. Busa : banyak dan gelembung besar
3.3. Test settling (pengendapan) : lama atau tidak bisa mengendap
Bila hal ini yang terjadi, maka perlu dilakukan adalah
menghentikan sementara inlet yang masuk, kemudian dicari
penyebabnya. Jika pH yang ekstrim perlu dinetralisasi dengan
asam/basa (misal: asam sulfat, air kapur, caustic soda)pada bak
ekualisasi; jika kurang nutrisi maka perlu penambahan nutrien
(misal : pupuk NPK, urea atau gula merah / sumber karbohidrat ).
Ciri-ciri bakteri yang mati adalah :
3.1. Warna limbah : hitam
3.2. Bau : busuk

4. Screen ( Bar Screen dan Fine Screen )


Perlu dikontrol minimal satu minggu sekali untuk menghindari
penumpukan sampah/padatan yang terlalu banyak. Bila sampah
atau padatan sudah banyak harus secepatnya diambil dengan alat
penyerok manual. Setiap enam bulan sekali perlu diadakan
pengurasan untuk membersihkan bak dari endapan-endapan
pasir,lumpur yang terjadi, sehingga tidak memenuhi bak.
Pembersihan Bak Bar Screen dan Bak Fine Screen
a. Tutup pada bak bar screen dan fine screen dibuka
b. Kotoran-kotoran terutama yang berupa bahan – bahan yang
tidak dapat hancur atau yang menyebabkan penyumbatan pipa
(plastic, karet, kertas, dll ) diambil dari dalam bak.
c. Pembersihan dilakukan 2 – 3 minggu sekali

5. Pompa Submersible ( Pompa Inlet )


Perlu diperhatikan supaya tidak ada sampah-sampah plastik / kain
yang masuk ke dalam pompa dan bersihkan lokasi dekat pompa
dari batu – batu kecil yang dapat mengganggu dan merusak
pompa.

20
6. Air Injection ( Root Blower/ Ring Blower )
Harus difungsikan terus menerus, jika memang ada satu dan lain
hal pertimbangan maka penghentian blower tidak boleh lebih dari 6
jam , sebab bakteri aerobik yang ada dalam kompak/reaktor akan
mati untuk stabilisasi kembali perlu waktu lama.
Pengecekan dan Penggantian Oli Blower
a. Tutup oli atas dibuka, bila masih ada oli dan daerah sekitar
blower tidak ada tumpahan oli berarti tidak terjadi kebocoran.
Bila terjadi kebocoran harus dilihat darimana asalnya, bila
berasal dari tutup/baut maka tutup/baut tersebut perlu diberi
selotip atau ring karet.
b. Pengisian oli blower dilakukan dengan membuka tutup/baut
bawah, supaya oli lama bias dibuang, kemudian tutup/baut
bawah diberi selotip/ring karet supaya tidak bocor. Oli
kemudian diisikan kedalam blower sampai batas maksimum
(dapat diketahui dengan membuka tutup/baut batas maksimum).
Bila oli yang diisikan melebihi batas maksimum, maka oli akan
keluar melalui lubang baut batas maksimum.
c. Pengisian oli blower maksimum setengah kapasitas tangki
blower (250 – 300 ml), sebab bila terlalu penuh akan
menyebabkan blower menjadi panas.
d. Pergantian oli pada blower 1 bulan sekali masing-masing 500cc.
Pakai oli mesran SAE 40/AW 10. Minimal 4 minggu sekali
dicek keadaan olinya.
e. Pengecekan fanbelt apabila tidak kencang/kendor setel baut,
minimal 3-4 minggu sekali, lihat keadaan karet fanbelt.
7. Chlorinator
Menggunakan chlorin tablet, oleh sebab itu setiap 3-5 hari sekali
perlu dilihat chlorine tabletnya dengan membuka tutup
housingnya/tangki chlorinenya.
8. Sampah / padatan / sisa-sisa lemak yang menumpuk pada bak
pretreatment dapur dan laundry perlu sering dibersihkan sebab bila
tidak akan mengeras saluran pipa dan bila lolos ke sistem jaringan
pemipaan akan menyumbat pipa dan mengganggu proses.

21
9. Pembersihan Bak Equalisasi.
a. Tutup pada bak ekualisasi dibuka, Bila ada sampah – sampah
padat yang tidak dapat hancur segera diambil supaya tidak
mengganggu sistem pemipaan unit pengolahan limbah cair
b. Pengecekan dilakukan minimal satu bulan sekali, sedangkan
pembersihan kotoran yang mengampung dibak dilakukan 3 hari
sekali dengan memakai alat saringan manual.
c. Bila ada kegiatan penyedotan/pengurasan dilakukan 1-2 tahun,
disesuaikan kapasitas tangki.
10. Pengisian Kaporit Tablet
a. Penambahan kaporit 3-5 hari sekali.
b. Bila kaporit habis, maka harus segera diberikan dengan kaporit
baru sebanyak 1 kg.
11. Penambahan Gemuk ( Greese ) Blower
a. Silencer/saringan udara dibuka dengan menggunakan kunci
pipa kemudian gemuk/greese dimasukkan ke dalam blower
melalui lubang atas ( tempat saringan )
b. Penambahan gemuk/greese dilakukan 3 – 4 minggu sekali.

12. Membersihkan PTB Kitchen 2 hari sekali.

13. Membershkan PTB Laundry 2 hari sekali.

14. Pembuangan Lumpur di tangki IPAL dengan membuka setiap


ball/gate valve yang ada selama 5 , menit 2 minggu sekali.
15. Pembersihan bak chlorinasi disesuaikan dengan penggunaan
chlorinasi yang ada, apabila habis maka waktu yang tepat untuk
membersihkan bak chlorinasi.
16. Pembersihan kolam ikan atau fish pond sebaiknya dilakukan 3-4
minggu sekali, disarankan ikan yang digunakan adalah ikan yang
cukup disesuaikan effluent ipal.

22
17. Vacuum Flat Membrane
Vacuum flat membrane pengecekan 8 bulan sekali.
Membrane akan mengalami kotor, akibat dari adanya material-
material yang tidak bisa lewat. Hal ini yang menyebabkan
tersumbatnya membran. Kotoran yang terbentuk gumpalan
kotoran, kerak atau hasil proses hidrolisa. Untuk mengembalikan
kekondisi semula dilakukan pembersihan dengan menggunakan
larutan pembersih.

Pada proses ultrafiltrasi pun akan menunjukan penurunan unjuk


kerja. Hal ini disebabkan adanya kotoran yang menyumbat pori-
pori.

Pembersihan membrane dilakukan dengan memasukan bahan


pembersih yang terbuat dari larutan caustic soda, sodium
hypochlorite, asam belerang atau survace activator lainnya.

Atau bisa juga dengan dicelupkan kedalam larutan pembersih dan


terakhir disemprot dengan tekanan cukup tinggi untuk
menghilangkan kotorannya.

23
IV. PENUTUP

Pengunaan buku manual ini harus disesuaikan dengan pelatihan yang


diberikan oleh teknisi kami, dimana sifat buku ini sendiri adalah
penunjang untuk melengkapi penggunaan sistem yang ada di lapangan.

semoga buku ini bermanfaat dan dapat membatu kelancaran penggunaan


sistem pengolahan air limbah dan penggunaan dalam melaksanakan
lingkungan yang bersih dan nyaman yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

24

Anda mungkin juga menyukai