Anda di halaman 1dari 29

Tema : Sociopreneurship: Aktualisasi Paradigma Islam Sosial Profetik

dalam Menggagas Format Pengembangan Ekonomi Syariah

Judul

“Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi : Manifestasi Nilai Himpunan


Mahasiswa Islam terhadap Reaktualisasi Tata Nilai Pengembangan
Paradigma Ekonomi Profetik di Era Society 5.0”

Disusun untuk melengkapi persyaratan peserta

Latihan Kader II (Intermediate Training)

HMI Cabang Banyuwangi

Oleh :

CHANIFAN IBADI FAJAR HERLAMBANG

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG KEDIRI

KOMISARIAT (P) BRAWIJAYA KEDIRI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
segala rahmat, nikmat, taufiq serta hidayah-Nya kepada kita sehingga dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa kekurangan apapun yang insyaAllah
diridhoi oleh-Nya. Shalawat bermahkotakan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita, sang cendekiawan, Nabi besar Nabi Muhammad SAW, sang
revolusioner sejati yang telah membawa warna baru pada tatanan dunia dan telah
membawa umat Islam dari zaman kegelapan menuju zaman terang-benderang yang
penuh dengan keberkahan ilmu pengetahuan.

Suatu rahmat yang besar dari Allah SWT dengan kerja keras dan tetap
bertawakal kepada-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
yang berjudul “Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi : Manifestasi Nilai
Himpunan Mahasiswa Islam terhadap Reaktualisasi Tata Nilai
Pengembangan Paradigma Ekonomi Profetik di Era Society 5.0” yang menjadi
salah satu syarat untuk mengikuti LK II Cabang Banyuwangi pada tanggal 28
Agustus sampai dengan 3 September 2022.

Untaian terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, kakanda,


ayinda, adinda dan saudaraku kader HmI Komisariat Persiapan Brawijaya Kediri
Cabang Kediri dan semua pihak yang telah memberikan dukungan jasmani maupun
rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ilmiah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi teknis maupun substansinya, oleh
karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang membangun pada pembaca
untuk kesempurnaan karya-karya berikutnya. Semoga makalah ini mendapat ridho
Allah SWT sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai penambah wawasan
dan cakrawala pengetahuan.

Kediri, 17 Agustus 2022

Chanifan Ibadi Fajar Herlambang


“KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI : MANIFESTASI
NILAI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM TERHADAP
REAKTUALISASI TATA NILAI PENGEMBANGAN PARADIGMA
EKONOMI PROFETIK DI ERA SOCIETY 5.0”
Chanifan Ibadi F H

HMI Komisariat Persiapan Brawijaya Kediri,


Cabang Kediri
Jl. Argo Wilis Gg Tembus, Kec. Semen, Ds . Semen, Kabupaten Kediri, 64161
Telepon : 085791948011
Email : Fajarherlambang27@gmail.com
ABSTRAK
Era Society 5.0 dapat pula diartikan sebuah konsep masyarakat yang berpusat
pada manusia dan berbasis teknologi. Komponen utama dalam Society 5.0 adalah
manusia yang mampu menciptakan nilai baru memulai perkembangan teknologi
dapat meminimalisir adanya kesenjangan terhadap manusia dan masalah ekonomi.
Saat ini persoalan yang dihadapi umat mansuia adalah mengenai munculnya suatu
paham yang menempatkan aspek material yang bebas dari dimensi nilai pada
posisi yang dominan. Pandangan hidup ini berpijak pada ideologi materialisme
yang kemudian akan mendorong tingkah perilaku manusia menjadi pelaku ekonomi
yang cenderung hedonistik, sekularistik dan materialistik. Disinilah Islam akan
tetap memiliki peranan penting dalam upaya menciptakan keseimbangan suatu
sistem sosial-ekonomi yang terintegrasi dalam ekonomi syariah. Sociopreneurship
menjadi salah satu alternatif yang harus menjadi modal kader HMI dalam
keikutsertaannya dalam mengikuti perkembangan dunia modern dengan tetap
berpegang teguh terhap ketetapan-ketetapanNya dan Rasulnya dengan kata lain
harus memiliki sikap dan pandangan terhadap suatu sistem atau ekonomi syariah
melalui manifestasi nilai NDP keadilan sosial dan keadilan ekonomi yang
diintegrasikan dengan landasan Ilmu Sosial Profetik (ISP) Kuntowijoyo.
Kata Kunci : Ekonomi, profetik, NDP, HMI, Society 5.0
I. PENDAHULUAN
Saat ini manusia harus dihadapkan dengan era Society 5.0. Di mana
revolusi ini pada dasarnya tidak memiliki perbedaan yang jauh, namun
konsep Society merupakan bagian dari penyempurnaan dari konsep-konsep
yang telah ada sebelumnya. Seperti yang diketahui, Society 1.0 adalah pada
saat manusia masih berada dalam era berburu dan baru mengenal tulisan,
Society 2.0 adalah era pertanian dimana manusia sudah mengenal metode
bercocok tanam, Society 3.0 era manusia sudah memasuki dunia industri
yaitu ketika manusia sudah menggunakan mesin demi membantu aktivitas
sehari-hari, sementara Society 4.0 manusia sudah mengenal komputer
hingga internet atau dapat disimpulkan pada era ini cenderung
menitikberatkan pola digitalisasi dan otomasi disegala aspek kehidupan
manusia.1
Era Society 5.0 dapat pula diartikan sebuah konsep masyarakat yang
berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Komponen utama dalam
Society 5.0 adalah manusia yang mampu menciptakan nilai baru memulai
perkembangan teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan terhadap
manusia dan masalah ekonomi. Sementara Indonesia sebagai negara
berkembang masih terus beradaptasi dengan revolusi industri 4.0 dan terus
berupaya untuk mengejar ketertinggalannya dengan negara yang lebih dulu
menerapkan revolusi ini. Akan tetapi masyarakat di Indonesia dituntut
untuk tetap mampu menghadapi berbagai tantangan perkembangan sosial,
termasuk salah satunya dalam bidang Ekonomi terlebih adalah Ekonomi
Syariah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulnya
yakni Nabi Muhammad SAW.
Saat ini persoalan yang dihadapi umat mansuia adalah mengenai
munculnya suatu paham yang menempatkan aspek material yang bebas dari
dimensi nilai pada posisi yang dominan. Pandangan hidup ini berpijak pada
ideologi materialisme yang kemudian akan mendorong tingkah perilaku

1
Biro Administrasi Registrasi Kemahasiswaan dan Informasi Univeristas Medan Area. “Apa Itu Era
Society dan Apa Perbedaannya dengan Era Industri 4.0”, Diakses pada
https://barki.uma.ac.id/2022/01/11/apa-itu-era-society-5-0-dan-apa-perbedaannya-dengan-era-
industri-4-0/ , pada tanggal 15 Agustus 2022, pukul 1.34
manusia menjadi pelaku ekonomi yang cenderung hedonistik, sekularistik
dan materialistik.2 Adapun dampak yang akan ditimbulkan dari sudut
pandang inilah yang kemudian mampu membawa malapetaka serta bencana
dalam kehidupan sosial masyarakat sepertihalnya eksploitasi dan perusakan
lingkungan hidup, disparsitas pendapatan dan kekayaan antar golongan
dalam masyarakat dan antar negara di dunia, lunturnya sikap kebersamaan
dan persaudaraan, dapat mensinyalir munculnya penyakit-penyakit sosial,
serta revolusi sosial yang anarkis dan sebagainya.3
Perkembangan era globalisasi inilah yang telah menujukkan bahwa
kemajuan dunia dan teknologi telah merubah pola hingga tatanan kehidupan
masyarakat modern. Akan tetapi, banyaknya penggunaan masyarakat
terhadap teknologi akan berdampak dalam menjalani aktifitas kehidupan
sehari-hari tidak diimbangi dengan sikap dan pengetahuan literasi yang
baik. Telah banyak dijumpai bahwa saat ini perilaku sebagian besar
masyarakat tersebut menujukkan bahwa dengan manusia mampu beriringan
dengan perkembangan yang ada dan telah disepakati banyak orang adalah
sesuatu yang berpotensi membuat manusia itu sendiri terlena dengan nilai-
nilai kemanusiaan dan agama. Sebagai contoh adalah keberadaan media
sosial (medsos) sebagai media perantara serta media interaksi sosial
(bermuamalah) seringkali hanya dijadikan media instan tanpa menganalisa
dampak negatif serta positif dari penggunaan media sosial tersebut.
Seperti yang diketahui pula, media sosial juga memiliki peranan
penting dalam membangun perkembangan dan kemajuan dunia ekonomi.
Sebagian besar manusia saat ini telah menggunakan media sosial untuk
menjadi medium pasar elektoronik dalam sociopreneurship dikarenakan
dengan pemanfaatan media sosial dianggap mampu menggabungkan

2
Muhammad Iswadi. “Ekonomi Islam: Kajian Konsep dan Model Pendekatan”. Mazahib Vol. IV,
No. 1, Juni 2007
3
The International Forum On Globalization. Globalisasi Kemiskinan dan Ketimpangan. (Jakarta:
Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. 2003), hal. 25-32
konsep bisnis dengan sosial yang berusaha menggunakan berbagai cara
bisnis demi mengatasi suatu masalah bersama.4
Disinilah Islam akan tetap memiliki peranan penting dalam upaya
menciptakan keseimbangan suatu sistem sosial-ekonomi yang terintegrasi
dalam ekonomi syariah. Karena apabila suatu sistem ekonomi yang tanpa
diimbangi dengan pengetahuan serta nilai-nilai yang terkandung dalam al-
Qur’an, Hadis dan Sunnah akan berakibat munculnya ekonomi kapitalis
sekuler yang membedakan antara kesejahteraan secara material dengan
masalah ruhaniah akan menghambat bahkan mengenyampingkan
pendistribusian kesejahteraab yang adil dan seimbang di antara masyarakat.
Tujuan besar dari keseimbangan tersebut adalah demi mewujudkan suatu
tatanan masyarakat adil makmur yang di ridhai Allah SWT. Hermansyah
(2014) mengungkapkan disinilah Islam melontarkan kritik terhadap sistem
ekonomi kapitalis yang bertanggung jawab terhadap suatu perubahan arah,
pola, dan struktur perekonomian duni sekarang ini. Perlu ada suatu kajian
yang komprehensif dalam memberikan alternatif pandangan, rumusan dan
strategi pembangunan ekonomi yang lebih profetik dengan menggali
inspirasi yang terkandung dalam al-Quran, Hadis dan Sunnah, serta
khasanah pemikiran para cendekiawan muslim.5 Tentu dalam hal ini negara
juga memiliki kehidupan multikultural juga harus tetap bertanggung jawab
untuk menciptakan suatu negara yang Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun
Ghafur sesuai dalam Firman Allah dalam QS. Sabah 15:34.
HMI sebagai organisasi kemahasiwaan terbesar di Indonesia harus
mampu mendefinisikan berbagai masalah keadilan di Indonesia. Kader HMI
yang notabene merupakan organisasi perjuangan diharapkan mampu
berperan pula dalam mewujudkan sosial-ekonomi dalam menjawab
permasalahan perkembangan dunia modern dewasa ini. Penegakan keadilan
sosial-ekonomi bukan hanya sekedar kontrak sosial dalam bermasyarakat
melainkan reaktulaisasi dari rujuan HMI bahwa kader HMI dituntut untuk

4
Geofanni Nerissa Arviana. “Sociopreneurship: Pengertian, Karakteristik, dan Contohnya di
Indonesia”, diakses pada https://glints.com/id/lowongan/sociopreneurship-adalah/#.YvlLPHYxfrc
pada tanggal 15 Agustus 2022.
5
Hermansyah, H. (2014). Konsepsi Pemikiran Ekonomi Profetik. El-Hikam, 7(2), 217-240.
menjadi insan akademis, pencipta, dan insan pengabdi yang kemudian
mempertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Al-Quran sendiri yang
merupakan pedoman dari kader HMI menegaskan bahwa manusia itu harus
tetap memiliki sifat yang adil dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun
dalam menebar kebaikan.
Sociopreneurship menjadi salah satu alternatif yang harus menjadi
modal kader HMI dalam keikutsertaannya dalam mengikuti perkembangan
dunia modern dengan tetap berpegang teguh terhap ketetapan-ketetapanNya
dan Rasulnya dengan kata lain harus memiliki sikap dan pandangan
terhadap suatu sistem ekonomi syariah. Jika bisnis pada umumnya hanya
sekedar berusaha mengejar profit setinggi-tingginya, namun berbeda
dengan Sociopreneurship. Dikarenakan Sociopreneurship memiliki peranan
dalam menekankan isu sosial daripada keuntungan semata bukan berarti
pula Sociopreneurship mengabaikan keuntungan. Namun keuntungan
tersebut cenderung dimanfaatkan untuk membuat suatu aksi positif daripada
keuntungan pribadi. Hal ini sejalan dengan nilai yang terkandung dalam
Konstitusi HMI Pasal 4 AD tujuan HMI dan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan
(NDP) Bab VI yakni Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi.

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang berupa
kajian pustaka (library research) atau menganalisa suatu fakta yang
berkaitan dengan fenomena Society 5.0. Data utama penelitian ini, yakni
konstruksi tujuan HMI dalam Konsitusi HMI Pasal 4 AD dan Nilai-Nilai
Dasar Perjuangan Bab VI tentang Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi
dalam menggagas format pengembangan ekonomi syariah. Sementara itu,
data sekunder yang digunakan, yakni perbagai penelitian ilmiah yang
memiliki relevansi dengan fokus objek penelitian ini. Pendekatan penelitian
yang digunakan yakni pendekatan berbasis normatif filosofis. Teori yang
digunakan sebagai teori analisis adalah paradigma Ilmu Sosial Profetik yang
dicetuskan oleh Kuntowijoyo. Dalam teori tersebut terdapat tiga instrumen
dalam paradigma Ilmu Sosial Profetik meliputi nilai humanisasi, leberasi,
dan tresendensi. Ketiga nilai yang terkandung dalam paradigma tersebut
akan digunakan sebagai teori analisis dalam mengeksplorasi dan
mengidentifikasi nilai-nilai profetik yang termuat serta perlu untuk
diaktulisasikan dalam menjadikan Sociopreneurship sebagai solusi untuk
memanifestasikan nilai ke-HMI an yang tertuang dalam Konsitusi HMI
Pasal 4 AD dan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan Bab VI tentang Keadilan
Sosial dan Keadilan Ekonomi dalam menggagas format pengembangan
ekonomi syariah. Adapun sifat pendekatan penelitian ini, yakni deksriptif-
komparatif namun disisi lain juga bersifat argumentatif dalam memberikan
alternatif yang berangkat dari analisis pembahasan yang ada. Metode
penelitian ini dapat dituangkan dalam kerangka berfikir dibawah ini.

Era Society 5.0

NDP HMI BAB VI


ISP Kuntowijoyo “Keadilan Sosial dan
Keadilan Ekonomi”

Sociopreneurship

III. PEMBAHASAN
Pengembangan ilmu sosial-ekonomi sangat dipengaruhi oleh
perkembangan dunia modern dan tidak lepas dari sifat dasar manusia. Hal
yang menjadikan faktor utama dalam mepengaruhi perkembangan manusia
adalah ilmu sosial seperti halnya sosiologi, antropologi ataupun psikologi.
Oleh karenanya dalam menyeimbangkan sifat dasar manusia dengan
seluruh konsep dan teori yang ada, diperlukan suatu medium penunjang
keberhasilan manusia untuk terus berkembang serta membutuhkan suatu
metode yang benar sesuai dengan norma sosial dan ilmu pengetahuan
mendasar demi terwujududnya masyarakat yang adil makmur. Allah SWT
telah menurunkan wahyunya melalui perantara Malaikat jibril yang
disampaikan pada Nabi Muhammad SAW.
Pengembangan ilmu ekonomi sebagai ilmu sosial yang dibentuk
oleh pandangan, perilaku berdasarkan kebutuhan manusia dewasa.
Sehingga pandangan manusia telah melahirkan berbagai pemikiran tentang
masalah ekonomi serta solusi yang akan menjadikannya sebagai alternatif.
Namun demikian, pandangan manusia yang berdasarkan kebutuhan juga
tidak diperkenankan mengesampingkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Islam. Dalam al-Qur’an disebutkan dalam surat An-Nisa’ ayat 59 :

‫سو َل َواُو ِلى اْلَم ِر ِمن ُكم فَاِن‬ َ ٰ ‫ٰيْٓاَيُّ َها الَّذِينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِطيعُوا‬
َّ ‫ّللا َواَ ِطيعُوا‬
ُ ‫الر‬
ٰ ‫سو ِل اِن ُكنتُم تُؤ ِمنُونَ ِب‬
ِ‫اّلل‬ ُ ‫الر‬ ِ ٰ ‫تَنَازَ عتُم فِي شَيء فَ ُردُّوهُ اِلَى‬
َّ ‫ّللا َو‬

َ ‫اْل ِخ ِر ٰذلِكَ خَير َّواَح‬
‫س ُن تَأ ِوي ًل‬ ٰ ‫َواليَو ِم‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS. An-Nisa : 59)
Untuk itu internalisasi nilai-nilai ekonomi yang
berbasis Islam profetik merupakan suatu formula dalam memperbaiki
permasalahan ekonomi dengan basis ekonomi syariah. Sudah semestinya
paradigma Islam Sosial profetik mengajarkan dan
mengimplementasikan nilai-nilai keteladanan yang sudah di contohkan
oleh para nabi dalam menjalankan bidang ekonomi. Tentu solusi dari semua
permasalahan sosial ekonomi pasti diinginkan oleh semua sistem ekonomi,
baik itu sistem ekonomi dengan paham kapitalis, sosialis dan sistem
ekonomi Islam.6 Akan tetapi dalam sistem kapitalis justru cukup

6
Hermansyah, H. (2014). Konsepsi Pemikiran Ekonomi Profetik. El-Hikam, 7(2), 217-240
memberikan kebebasan yang relatif besar bagi pelaku-pelaku ekonomi agar
dapat melakukan keleluasaan bagi perorangan untuk memiliki sumberdaya,
seperti kompetisi antar individu dalam memenuhi kebutuhan hidup,
persaingan antar badan usaha dalam mencari keuntungan.7 Subandi (2005)
mengatakan prinsip “keadilan” yang dianut sistem kapitalis ini adalah setiap
orang menerima imbalan berdasarkan prestasi kerjanya. Dalam hal ini pula
campur tangan pemerintah sangat minim, sebab pemerintah berkedudukan
sebagai “Pengamat” dan “Pelindung” dalam perekonomian.

Islam sebagai ajaran wahyu terakhir berlaku universal melintasi


segala zaman dan tempat. Atas dasar inilah, penting untuk diketahui bahwa
universalisme Islam tidak berarti terletak pada aspek kedetailan ajarannya,
melainkan terkait ajaran universal Islam yang ditekankannya, seperti nilai
keadilan, kemaslahatan, dan karakter fleksibilitasnya dalam menyikapi
kondisi perkembangan kehidupan sosial umat Islam dengan berbagai
problem yang mengikutinya.8 Jalan masing-masing dari ketiga sistem itu
tentu akan sangat berbeda satu dengan yang lain pertanyaan selenjutnya,
dimanakah konsistensi serta efektivitas dari masing-masing sistem ekonomi
tersebut berjalan? Jika ia sistem sosialis, seberapa efektivitaskah sistem ini
menuju perekonomian sejahtera? Jika di sisi lain kita masih merasakan
keterkekangan jiwa sociopreneurship? Jika itu sistem kapitalis, seberapa
besarkah konsistensi sistem ini memperjuangkan sistem ekonomi
berkeadilan jika disatu sisi kita melihat adanya mekanisme yang
menjembatani terbentuknya suatu sistem konglomerasi dan monopoli dalam
segelintir orang yang bermodal? Namun pada faktanya sistem ekonomi
kapitalis telah gagal untuk berperan menyelesaikan persoalan kemanusiaan,
sosial hingga ekonomi. Memang kapitalis mampu mensejahterakan suatu
individu atau negara tertentu secara materi. Akan tetapi perlu diketahui dan
diingat bahwa kesejahteraan dan kemakmuran secara materialis tersebut

7
Agustiati, A. (2009). Sistem Ekonomi Kapitalisme. Academica, 1(2).
8
Athoillah Islamy, “ Landasan Filosofis dan Corak Pendekatan Abdurrahman Wahid Tentang
Implementasi Hukum Islam di Indonesia,” Jurnal Al-Adalah : Jurnal Hukum dan Politik Islam,
Vol.6, No.1 (2021): 61.
9
dibangun di atas penderitaan orang atau bahkan negara lain. Terlebih
kepitalis tidak mampu untuk menyelesaikan ketimpangan dan dan
kesenjangan sosial-ekonomi bahkan atau sebaliknya pun justru ia
mewujudkan dan melanggengkan kesenjangan tersebut untuk
mempertahankan esksistensinya.
Sementara dalam ruh sistem ekonomi Islam adalah keseimbangan
(pertengahan) yang adil. Ciri khas keseimbangan ini tercermin antara
individu dan masyarakat sebagaimana ditegakkanya dalam beberapa
pasangan, yaitu dunia dan akhirat, jasmani dan ruhani, akan dan nurani,
idealisme dan fakta, dan pasangan-pasangan lainnya yang disebutkan di
dalam kitab al-Qur’an. Sistem ekonomi Islam tidak menganiaya
masyarakat, terutama masyarakat terutama kaum Mustadh’afin, seperti
yang telah diakibatkan oleh sistem kapitalis. Di sisi lain sistem ekonomi
Islam juga tidak menindas hak-hak kebebasan individu, seperti apa yang
telah dilakukan oleh kaum komunis, terlebih kaum Marxisme.
Format pengembangan Ekonomis Syariah dalam reaktualisasi
paradigma Islam Sosial Profetik dapat dimanifestasikan dalam rumusan
Kuntowijoyo terhadap Ilmu Sosial Profetik (ISP). Kuntowijo10 merumuskan
tiga fundamental penting sebagai pijakan yang sekaligus menjadi unsur-
unsur muatan yang membentuk karakter paradigmatiknya, yaitu
humanisasi, liberasi, dan transendensi, suatu cita-cita profetik yang
diintegrasikan dari misi historis Islam sebagaimana terkandung dalam al-
Qur’an suar Ali-Imran, Ayat 10.
ٰ ‫ع ِن ال ُمنك َِر َوتُؤ ِمنُونَ ِب‬
ِ‫اّلل‬ َ َ‫ف َوتَن َهون‬ ِ ‫اس تَأ ُم ُرونَ ِبال َمع ُرو‬ ِ َّ‫ُكنتُم خَي َر اُ َّمة اُخ ِر َجت ِللن‬
ِ ‫َو َلو ٰا َمنَ اَه ُل ال ِك ٰت‬
َ‫ب َل َكانَ خَي ًرا َّل ُهم ِمن ُه ُم ال ُمؤ ِمنُونَ َواَكثَ ُرهُ ُم ال ٰف ِسقُون‬

Artinya : “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang

9
Pahami NDP BAB III dan V.
10
Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid…, hal. 364-365.
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Ali-
Imran : 10).

Unsur humanisasi merupakan redefenisi kreatif dari amar ma’ruf


yang makna asalnya adalah untuk menganjurkan atau mengekkan suatu
kebijakan. Dengan demikian dalam ilmu ekonomi profetik, humanisasi
artiya memanusiakan manusia, menghilangkan unsur “kebendaan”,
ketergantungan, kekerasan dan kebencian dari manusia.11 Apabila
humanisasi sesuai dengan semangat liberalisme Barat yang bertumpu pada
humanisme antroposentris, sementara konsep humanisme Kuntowijoyo
berakar dan berdasarkan teosentris. Karenanya, humanisasi tidak dapat
dipahami secara utuh tanpa memahami konsep transendensi yang menjadi
dasarnya. Di sisi lain huanisme Barat lahir daru pemberontakan terhadap
kekuasaan Gereja yang dianggap bersifat dogmatis pada abad Pertengahan.
Pandangan antroposentris beranggapan bahwa kehidupan tidaklah berpusat
pada Tuhan yang bersifat Absolut, melainkan pada manusia yang sifatnya
kenisbian. Titik tumpunya adalah semangat menghargai nilai-nilai yang
dibangun manusia sendiri. Peradaban antroposentris menjadikan manusia
sebagai tolak ukur kebenaran dan kepalsuan, guna memakai manusia
sebagai kriteria keindagan dan untuk memberikan nilai penting pada bagian
kehidupan yang menjanjikan terhadap sesuatu yang membuat terlena
manusia baik itu berupa kekuasaan dan kesenangan manusia.
Antroposentris menganggap manusia sebagai pusat dunia, karenanyalah
merasa cukup bangga dengan dirinya sendiri dan mengesampingkan ke
EsaanNya. Manusia antroposentris merasa menjadi penguasa bagi dirinya
sendiri, sehingga hal ini yang menunjukkan sifat kedominanan ego pada
dalam diri manusia.

Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Haneef Oliver dalam
bukunya “Invasi Barat : Ateis, Liberal, Sekuler, Humanis, Pluralis”
mengungkapkan bahwa menurut pandangan Liberal, tidakan (hukum)

11
Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid…, hal. 364-365.
politeisme12 terhadap sang Pencipta tidak dianggap sebagai kejahatan.
Sebaliknya, mereka menganjurkan politeisme dan menggap orang-orang
yang mempraktikkan aharan tersebut sama seperti penganut monoteisme13,
bahkan mereka lebih baik. Karena, orang-orang yang mengikuti ajaran Nabi
dengan meng-Esakan sang Pencipta dalam segala bentuk peribadatan
dianggap sebagai orang terbelakang dan sesat.

Terjadinya polemik antara ilmu sosial Barat dengan sosial Islam,


mendorong Kuntowijoyo menawarjan sebuah pemikiran ilmu sosial uang
dikenal sebagai Ilmu Sosial Profetik (ISP). Melalui ISP tersebut, ia berusaha
untuk membangun suatu penjembatan yang mampu menghubungkan antara
kecenderungan ilmu sosial sekuler dengan kecenderungan Islamisasi ilmu
sosial.14 Paradigma Ilmu sosial Profetik (ISP) sebenarnya bentuk daripada
saintifikasi (pengilmuan) yang dikembalikan pada ajaran Islam yang
bersumber dan berdasarkan teologis Islam. Lahirnya padadigma ISP ini
terinspirasi dari dua ilmuan besar, sekaligus cendekiawan Muslim yakni
(Muhammad Iqbal) dan seorang filosof Prancis (Roger Garaudy)15.

Kemudian Kuntowijoyo mengusulkan humanisme teosentris


sebagai pengganti humanisme antroposentris untuk mengangkat kembali
martabat manusia.16 Dengan konsep ini, manusia setidaknya harus
memusatkan diri pada Tuhan, tapi tujuannya adalah untuk kepentingan
manusia (kemanusiaan) sendiri. Perkembangan peradaban manusia tidak
lagi diukur dengan rasionalitas tapi transendensi. Humanisme diperlukan
karena adanua masyarakat yang sedang berada dalam tiga keadaan takut
yaitu dehumanisasi (obyektivikasi teknologis, ekonomis, budaya dan
negara), agresivitas (agresivitas kolektif dan kriminalitas) dan loneliness

12
Penyembah banyak Tuhan.
13
Penyembah satu Tuhan.
14
Lihar Ztf, P. B. (2011). Prophetic social sciences: toward an Islamic-based
transformative social sciences. Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 1(1),
95-121.
15
Athoillah Islamy, Nurul Istiani, “Aktualisasi Nilai-nilai Profetik dalam Pendidikan Kelaurga di
Tengah Pandemi Covid-19,” Mawa’iz : Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial
Kemanusiaan,Vol.11, No.2 (2020) :177.
16
Menyangkut humanisme teosentris ini lihat Kuntowijoyo, Paradigma Islam…, hal. 228-230.
(privatiasi, individuasi).17 Adapun penjelasan terkait tiga unsur fundamental
paradigma ilmu sosial profetik akan diuraikan sebagai berikut.

Pertama, humanisasi. Nilai humanisasi merupakan salah satu


pondasi paradgigma Ilmu Sosial Profetik (ISP) yang berlandaskan dari
ajaran islam berupa amar ma’ruf (menegakkan kebenaran).18 Menurut
Abdul Karim Syeikh, meski term ma’ruf seringkali dimaknai suatu
kebijakan, sejatinya mempunyai arti yang cukup bervariasi, diantaranya
yakni keutamaan, kebenaran, keadilan, kelayakan, pantas, patut dan bakti.19
Dalam ide corak humanisme teoantroposentris, Kuntowijoyo berupaya
untuk memprioritaskan kembali kesadaran manusia untuk lebih
memusatkan diri kepada Tuhan, dengan tetap fokus terhadap orientasi
kemaslahatan hidup manusia. Melalui pandangan tersebut, peradaban
manusia tentu tidak hanya diukur menggunakan kadar rasionalitas,
melainkan juga memfokuskan terhadap nilai transendensi yang bersumber
dari ajaran agam (Islam).20 Dari pemaparan di atas dapat dipahami bahwa
telah terdapat dua macam sumber pengetahuan berupa kebenaran yakni
bersumber dari landasan teologis dan rasionalitas dalam diri seorang
individu manusia sebagai seorang hamba Tuhan. Oleh karenanya,
perumusan kembali ilmu yang integralistik menjadi penting ditengah
kuatnya tuntutan, agar ilmu yang dibangun dalam Islam, selain berpijak
pada pandangan dunia Islam, juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan
kebutuhan umat Islam dalam menghadapi tantangan dan perubahan sebuah
zaman.21 Dengan gambaran tegas bahwa humanisme teosentris
Kuntowijoyo dan berbekal informasi yang disampaikan dalam al-Qur’an,
pandangan manusia dapat diluruskan. Keterbatasan akal pikiran manusia
kemudian dituntun oleh kebenaran wahyu Allah. Allah telah menjelaskan
pula berbagai potensi kehidupan manusia berupa akal, serta kebutuhan

17
Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, hal. 366-369
18
Muttaqin, H. (2015). Menuju Sosiologi Profetik. Jurnal Sosiologi Reflektif, 10(1), 219-240.
19
Syeikh, A. K. (2018). Rekonstruksi Makna Dan Metode Penerapan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Berdasarkan Al-Qur’an. Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam, 2(2), 1-22.
20
Muttaqin, H. (2015). Menuju Sosiologi Profetik. Jurnal Sosiologi Reflektif, 10(1), 219-240.
21
23Muhammad Zainal Abidin, Paradigma Islam dalam Membangun Paradigma Ilmu Integralistik
: Membaca Kuntowijoyo, 145.
jasmani dan naluri. Bingkai inilah yang kemudian semestinya digunakan
untuk dasar pengkajian tentang manusia.22

Jadi demikian apakah diperlukan untuk beralih dari pandangan Barat


dan menjadikan pandangan Islam tentang manusia sebagai landasan
pengembangan ilmu sosial dan ilmu ekonomi?23 A.M Saefudin menilai
bahwa pandangan ilmu ekonomi tentang manusia sekarang ini penuh
dengan kultur Barat sehingga perlu diganti dengan homo Islamicus. Barat
menetapkan manusia sebagai “homo economicus” (makhluk ekonomi),
yang dalam hidupnya hanya memperlihatkan kepada hal-hal yang bersifat
materialistis belaka, tidak peduli soal moral atau bahkan agama. Mereka
hanya mengedepankan keuntungan materi dengan prinsip “mendapatkan
keuntungan semaksimal mungkin dengan biaya seminimal mungkin”.24 Ini
merupakan pandangan yang cenderung materialitstik sekuleristik. Meski
demikian, masih terdapat golongan yang keberatan dengan gagasan
implementasi pandangan Islam mengenai manusia dalam penelitian sosial
dengan mengemukakan bahwa alasan pandangan yang diajarkan oleh
agama atau budaya tertentu merupakan value-judgement yang tidak berlaku
secara universal.25

Kedua, adalah liberasi. Liberasi merupakan nilai di dalam unsur


paradigma ISP yang bersumber dari pemaknaan kreatif terhadap ajaran
Islam yang berupa nahi munkar yakni mencegah kemunkaran26.Liberasi
dalam ilmu ekonomi profetik sesuai dengan prinsip sosialisme (marxisme,
komunisme, teori ketergantungan, teologi pembebasan). Akan tetapi ilmu
ekonomi profetik tidak berkehendak menjadikan liberasinya sebagai
ideologi sebagai komunisme. Liberasi ekonomi profetik adalah dalam
konteks ilmu, ilmu yang didasari nilai-nilai luhur transendental. Jikai nilai-
nilai liberatif dalam teologi pembebeasan dipahami dalam konteks ajaran

22
Hermansyah, H. (2014). KONSEPSI PEMIKIRAN EKONOMI PROFETIK. El-Hikam, 7(2), 217-240.
23
Ibid.
24
Saefuddin, M. (1987). Ahmad, Ekonomi Masyarakat dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta:
Rajawali.
25
Hermansyah, H. (2014). KONSEPSI PEMIKIRAN EKONOMI PROFETIK. El-Hikam, 7(2), 217-240.
26
Muttaqin, H. (2015). Menuju Sosiologi Profetik. Jurnal Sosiologi Reflektif, 10(1), 219-240.
teologis, maka nilai-nilai liberatif dalam ilmu ekonomi profetik dipahami
dan didudukkan dalam konteks ilmu sosial yang memiliki tanggung jawab
profetik untuk membebaskan manusia dari kekejaman dan kemiskinan,
perampasan kelimpahan, dominasi struktur yang menindas dan hegemoni
kesadaran palsu. Lebih jauh, jika Marxisme dengan semangat liberatifnya
justru menolak agama yang dipandangnya konservatif, padahal ilmi
ekonomi profetik justru mencari landasan semangat liberatifnya pada nilai-
nilai profetik transedental dari agama yang telah ditransformasikan menjadi
ilmu yang obyektif serta faktual.27

Terkait nilai yang terkandung dalam liberasi ini, terdapat empat


target yang menjadi orientasi. Pertama, liberasi pada sistem pengetahuan
yakni dimaksudkan untuk membaskan manusia dari sistem pengetahuan
yang materialistis, dan dari dominasi kelas sosial dan seks bebas. Kedua,
liberasi pada sistem sosial, yakni dimaksudkan guna memelihara eksistensi
manusia dari dampak buruk sistem sosial industrial. Ketiga, liberasi pada
sistem ekonomi yang berimplikasi buruk terhadap kesenjangan sosial
manusia. Keempat, liberasi pada sistem politik, yakni dimaksudkan agar
dapat membebaskan manusia dari sistem politik yang tidak baik, seperti
sistem politik otoriter, diktator, dan atau semacamnya.28 Berdasarkan
tempat orientasi tersebut, maka tidaklah berlebihan apabila nilai liberasi
dalam paradigma ISP memiliki titik temu dengan berbagai aliran pemikiran
sosialisme Barat, seperti Marxisme, komunisme, teologi pembebasan. Akan
tetapi dalam paradigma ISP, keberadaan nilai liberasi diorientasikan
terhadap paradigma ilmu yang bersandarkan pada berbagai nilai transdental
dalam ajaran Islam.29 Kuntowijoyo bahkan menggariskan keempat orientasi
tersebut menganggap bahwa sikap menghindar dari yang keabsolutan
menuju kenisbian merupakan salah satu metode berfikir berdasarkan mitos.
Lebih jauh, keempat orientasi tersebut menggariskan liberasi, yaitu sistem

27
Hermansyah, H. (2014). KONSEPSI PEMIKIRAN EKONOMI PROFETIK. El-Hikam, 7(2), 217-240.
28
Muhammad Zainal Abidin, Paradigma Islam dalam Membangun Paradigma Ilmu Integralistik :
Membaca Kuntowijoyo, 157.
29
Athoillah Islamy,“Paradigma Sosial Profetik dalam Kode Etik Politik di Indonesia,” Asy
Syar’iyyah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam, Vol.6, No.2 (2020): 166-167.
pengetahuan, sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem politik yang
membelenggu manusia sehingga tidak dapat diaktualisasikan serta
mengintegrasikan dirinya sebagai makhluk yang merdeka dan mulia.

Ketiga, ilmu ekonomi profetik adalah transendensi. Nilai ini


berlandaskan pada ajaran Islam yang berupa perintah terhadap keimanan.
Pada konteks transendensi, berbagai nilai keimanan dalam ajaran Islam
menjadi hal pokok yang digunakan sebagai basis pembangunan peradaban
sosial umat manusia.30 Transendensi dalam pandangan Kuntowijoyo
merupakan dasar dari dua unsur yang lain. Transendensi di artikulasikan
dari tu’minuna bi Allah (beriman kepada Allah). Transdenensi memiliki
tujuan menjadikan nilai-nilai transedental (keimanan) sebagai bagian
penting dari sebuah proses membangun peradaban. Transedensi
menempatkan agama (nilai-nilai Islam) pada kedudukan yang sangat
sentral, dalam ilmu ekonomi profetik. Ekses-ekses negatif yang ditimbulkan
oleh modernisasi mendorong terjadinya sebuah gairah untuk menangkap
kembali alternatif-alternatif yang ditawarkan oleh agama untuk
menyelesaikan persoalan tentang manusia. Manusia sebagai produk dari
renaissance adalah manusia antroposentris yang merasa menjadi pusat
dunia, cukup dengan dirinya sendiri. Melalui proyek rasionalisasi, manusia
memproklamirkan dirinya sebagai penguasa dari diri dan alam raya. Rasio
bukan cara hidup melainkan cara berpikir. Rasio menciptakan alat-alat
bukan kesadaran. Rasio mengajari manusia manusia untuk menguasai
hidup, bukan memaknainya.31 Dan sudah seharusnya manusia berhasil
memanusiakan manusia, menguasai hidup beserta maknanya, sehingga
berhasil menjadi manusia seutuhnya.

Di sinilah transedensi berperan penting dalam memberikan makna


yang akan menuntun tujuan hidup manusia, yakni mengharap Ridha-Nya.
Islam telah membawakan dunia yang sekarat, bukan karena kekurangan
suatu alat atau teknik, melainkan karena kekurangan maksud, arti dari suatu

30
Husnul Muttaqin, “Menuju Sosiologi Profetik 227-228.
31
Hermansyah, H. (2014). KONSEPSI PEMIKIRAN EKONOMI PROFETIK. El-Hikam, 7(2), 217-240
masyarakat yang ingin merealisir rencana Tuhan. Nilai-nilai transedental
keTuhanan inilah yang akan membimbing manusia menuju nilai-nilai luhur
terhadap kemanusiaan. Transendensi merupakan manifestasi dasar dari
humanisasi dan liberasi itu dilakukan. Transendensi dalam ilmu ekonomi
profetik di samping berfungsi sebagai kritik. Dengan kritik transendensi,
kemajuan teknik dapat diarahkan untuk mengabdi pada perkembangan
manusia, dan kemanusiaan, bukan pada kehancuran keduanya. Melalui
kritik inilah, masyarakat akan dibebaskan dari kesadaran yang bersifat
materialistik menuju kesadaran yang bersifat trasnsendental. Transendensi
sudah semestinya akan menjadi sebuah tolok ukur kemajuan dan
kemunduran manusia.32 Oleh karenanya, nilai transendensi sejatinya sudah
menjadi alasan utama dari dua nilai sosial profetik sebelumnya yakni
humanisasi dan liberasi. Dengan kata lain, nilai humanisasi, liberasi dan
transendsi merupakan tiga pilar penting dalam nilai paradigma Ilmu Sosial
Profetik yang bersifat integratif, saling berkaitan erat dan sinergis dalam
membumikan ajaran Islam dalam kehidupan sosial-ekonomi manusia.

Dalam penelitian ini, pendekatan tiga nilai fundamental Paradigma


Ilmu Sosial Profetik yang ditawarkan oleh Kuntowijoyo sebagaimana yang
diterangkan di atas akan digunakan sebagai teori analisis dalam,
mengeksplorasi, sekaligus dalam menggagas format pengembangan
ekonomis Syariah dalam paradigma Ilmu Sosial Profetik.

Reaktualisasi Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi Terhadap Nilai


HMI

Dalam lingkungan HMI, Cak Nur33 dianggap menjadi tokoh yang


sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan pemikiran HMI. Cak
Nur memang memiliki posisi yang cukup dominan dibanding dengan tokoh-

32
Ibid.
33
Prof. Dr. Nurcholish Madjid, M.A. atau populer dipanggil Cak Nur, adalah seorang pemikir Islam,
cendekiawan, dan budayawan Indonesia. Pada masa mudanya sebagai aktivis & kemudian Ketua
Umum Himpunan Mahasiswa Islam. Ia menjadi satu-satunya tokoh yang pernah menjabat sebagai
ketua Umum HMI selama dua periode. Diakses pada
https://id.wikipedia.org/wiki/Nurcholish_Madjid Pada 17 Agustus 2022..
tokoh yang lain, sehingga hal ini menimbulkan seolah menjadi sebuah
kritik bagi para kader HMI saat ini yang cukup bergantung pada sosok Cak
Nur. Selama aktif berorganisasi, Cak Nur menyusun sebuah dokumen yang
berorientasi untuk perkaderan HMI, salah satu karya Cak Nur yang
menyangkut materi keislaman yang dikenal dengan “Nilai-Nilai Dasar
Perjuangan, yang selanjutnya disingkat NDP HMI”. Dalam karya tersebut,
pemikiran-pemikiran yang dituangkan oleh Cak Nur berdasarkan ayat yang
terkandung dalam al-Qur’an, namun disisi lain nilai keislaman yang diusung
pun juga merujuk pada pandangan “Keislaman dan KeIndonesiaan.”

Jauh sebelum munculnya NDP, dalam perjalannya Cak Nur


menemukan sebuah buku yang ditulis oleh Willy Eicher dengan judul The
Fundamental and Basic Demand of Democratic Sosialism (Nilai-Nilai
Dasar dan Tuntutan-Tuntutan Asasi Sosialisme Demokrat). Dari buku
tersebut Cak Nur terinspirasi untuk mengambil istilah “Nilai-Nilai Dasar”.
Sedangkan kata “Perjuangan” diambil dari buku Syahrir yang berjudul
Perjuangan Kita, maka jadilah NDP tersebut Nurcholis Majid (dalam
Haryati, 2012). Sehingga konsep inilah yang dibawa ke Kongres HMI ke-
IX periode 1966-1969 yang bertempat di Malang untuk diformulirkan me
menjadi sebuah dokumen resmi HMI. Cak Nur menganggap, bahwa selain
KeIslaman dan Keindonesiaan, kualifikasi HMI adalah KeIslaman-
Kemahasiswaan, oleh karena itu harus berperan sebagai pendukung nilai-
nilai KeIndonesiaan dan Kemahasiwaan. Meskipun dukungan pada nilai-
nilai keislaman hal tersebut tetaplah dalam format yang tidak dapat
dipisahkan dari keindonesiaan dan kemahasiwaan. Dengan kata lain,
penghayatan nilai keislaman dalam HMI tidak terlepas dari lingkungan
keindonesiaan (antara lain demi efektifitas dan fungsionalitas keislamannya
itu sendiri), dan juga tidak lepas dari nilai kemahasiswaan (yaitu suatu pola
penghayatan keislaman yang lebih cocok dengan kelompok masyarakat
yang menikmati hak istimewa yang lebih cocok dengan kelompok
masyarakat yang menikmati hak istimewa sebagai anggota civitas
academica) Nurcholis Majid (dalam Haryati, 2012).
NDP, nilai-nilai yang digunakan sebagai alat melakukan peranan
HMI sebagai organisasi perjuangan, dimana di dalamnya berisi sebuah
rumusan tentang ajaran-ajran pokok keislaman sebagaimana yang
tercantum dalam al-Qur’an dan Hadis serta memiliki pembebeasan secara
fundamental dan substansial terkandung dalam tujuh bab yakni :

1. Dasar-Dasar Kepercayaan
2. Dasar-Dasar Kemanusiaan
3. Ikhtiar dan Takdir (kemerdekaan individu dan keharusan
universal).
4. Ke-Tuhanan yang Maha Esa dan Perikemanusiaan
5. Individu dan Masyarakat
6. Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi
7. Manusia dan Ilmu Pengetahuan

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebuah studi adalah nilai yang
terkandung dalam NDP HMI pada bab VI yakni Keadilan Sosial dan
Keadilan Ekonomi dalam reaktulisasi dan perannya terhadap perkembangan
di Era Society 5.0. Seperti yang telah diterangkan diatas, NDP memiliki
peranan yang penting bagi kader HMI dalam memegang teguh Keislaman-
Kemahasiswaan-Keindonesiaan. Dengan kata lain, kader HMI setidaknya
harus memiliki sebuah pandangan visioner terhadap nilai yang terkandung
di dalamnya, bagaimana setiap kader mampu mempertahankan idealisnya
untuk mewujudkan sebuah alternatif untuk menciptakan keadilan sosial dan
keadilan ekonomi. Namun, pada faktanya masih terdapat banyak kader HMI
yang lemah terhadap nilai ini. Padahal keadilan sosial dan keadilan ekonomi
merupakan sebuah tujuan yang mulia yakni selaras dengan tujuan dari HMI
itu sendiri yakni terciptanya masyarakat adil makmur yang di Ridhai Allah
SWT.

Di era Society 5.0 ini, HMI mampu merumuskan suatu pedoman


kader dalam mengikuti era tersebut. Salah satu alternatif yang dapat diusung
adalah dengan memasukkan pedoman tersebut sebagai muatan wajib pada
setiap pelaksanaan Basic Training atau Latihan Kader 1. Pedoman yang
berisikan tentang bagaimana kader HMI harus mampu bersaing tanpa
menjatuhkan dalam memajukan suatu sistem yakni sistem ekonomi yang
berkeadilan. Sebagaimana yang terkandung dalam surat Al-Ma’idah ayat 8
yakni :

‫شن َٰا ُن قَ ْوم‬َ ‫ْط َو ََل يَج ِْر َمنَّ ُك ْم‬ ِِۖ ‫ش َهدَ ۤا َء بِ ْال ِقس‬ ِ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ُك ْونُ ْوا قَ َّو ِاميْنَ ِ ه‬
ُ ‫ّلِل‬
َ‫ّٰللا َخبِي ٌْۢر بِ َما تَ ْع َملُ ْون‬ َ ‫ب ِللتَّ ْق ٰو ِۖى َواتَّقُوا ه‬
َ ‫ّٰللا ۗا َِّن ه‬ ُ ‫ع ٰلٰٓى اَ ََّل تَ ْع ِدلُ ْوا ۗاِ ْع ِدلُ ْو ۗا ه َُو اَ ْق َر‬
َ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak


keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah : 8).

Format perkaderan tersebut dintegrasikan dengan perkembangan


yang ada salah satunya adalah bagaimana setiap kader memiliki pandangan
terhadap menjadi insan paripurna HMI sebagai sociopreneurship dengan
tetap bersandarkan dengan yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadis.
HMI yang memiliki lembaga sebagai wadah untuk mengembangkan
keprofesian atau disebut dengan LPP, harus membuka sebuah pandangan
yang lebih universal lagi yang mampu menaungi berbagai kader terlepas
dari apa bidang jurusan yang diambil di kampus. Dalam hal ini, artinya
adanya suatu wadah dalam LPP tersebut secara terbuka memiliki orientasi
terhadap sociopreneurship dengan suatu dasar adalah berperan untuk
mereaktulisasikan nilai yang terkadung dalam Nilai-nilai Dasar Perjuangan
(NDP) HMI dalam bab VI yakni Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi.

Menuju Sistem Ekonomi Profetik atau Sistem Ekonomi Islam


(Syariah) di Era Society 5.0

Ekonomi profetik dimaksudkan sebagai suatu sistem ekonomi


dengan berparadigma ISP. Dengan demikian kita dapat menjadikan sesuatu
sebagai sandaran penting terhadap beberapa hal. Hermansyah (2014)
mengungkapkan beberapa hal tersebut yang pertama adalah bahwa
ekonomi profetik memiliki tiga unsur fundamental sebagai landasannya
yakni humanisasi, liberasi, dan transendensi. Ketiga nilai tersebut berfungsi
sebagai kritik pun akan memberikan suatu arah, bidang atau lapangan
penelitian. Kedua, secara epistemologis, sistem ekonomi profetik
berpegangan bahwa sumber pengetahuan ini ada tiga, yakni realitas empiris,
rasio, dan wahyu. Hal ini bertentangan dengan posisitivisme yang
memandang wahtu sebagai bagian dari suatu mitos. Ketiga, secara
metodologis ekonomi profetik jelas berdiri dalam suatu posisi yang
berhadap-hadapan dengan positivisme. Ekonomi profetik menolak klaim-
klaim positivis seperti klaim bebas nilai dan klaim bahwa yang sah sebagai
sumber pengetahuan adalah fakta-fakta yang terindra. Ekonomi profetik
juga menolak terhadap kecenderungan ilmu sosial yang hanya menjelaskan
atau memahami lalu memafaakannya. Akan tetapi ekonomi profetik juga
tidak hanya memahami melainkan juga memiliki sebuah cita-cita
transformatif yakni dalam bingkai (humanisasi, liberasi dan transendensi).
Keempat, ekonomi profetik memiliki peranan dalam berpihak etis bahwa
kesadaran (superstructure) menentukan basis materialnya (structure).34

Yang mengherankan dari pemikiran Kuntowijoyo adalah


gagasannya tentang paradigma al-Qur’an sebagai landasan perumusan teori.
Terdapat banyak tulisan mengenai ISP, gagasan tersebut dapat dipandang
sebagai salah satu dasar dari ide ilmu ekonomi profetik itu sendiri. Dari sini
kita dapat melihat bagaimana gagasan yang diusung oleh Kuntowijoyo
tersebut dapat dimulai baik itu dari realitas atau ide dalam perkembangan di
era Society 5.0? yang kemudian dapat dimutakhirkan untuk merumuskan
sebuah format sociopreneurship yang difungsikan dalam pedoman
perkaderan HMI. Hermansyah (2014) mengungkapkan bahwa benarkah kita
dapat sepenuhnya berangkat dari realitas yang saat ini ada? Karena dalam
kenyataannya, kita tidak bisa melakukan aktifitas ilmiah dalam ruang yang

34
Hermansyah, H. (2014). KONSEPSI PEMIKIRAN EKONOMI PROFETIK. El-Hikam, 7(2), 217-240.
hampa tanpa sebuah ide. Bahkan seorang peneliti pun tidak dapat masuk ke
dalam realitas dalam kondisi vacuum tanpa konsep apapun. Meskipun
konsep tersebut tidak dinyatakan secara eksplisit, akan tetapi dapat disadari
atau tidak, otak manusia adalah konstruksi dari berbagai macam ide yang
membentuk cara berpikirnya untuk berperilaku. Karena itu ide tidak bisa
dilepaskan begitu saja, sehingga ide yang berangkat dari realitas tersebut
adalah dialektis. Realitas yang mempengaruhi ide, ide juga turut berperan
dalam mengonstruksi realitas. Kita tidak perlu bersikukuh untuk berangkat
dari realitas karena pada dasarnya otak kita tidak pernah sepi dari sebuah
gagasan dan ide, Ide dan realitas sudah semestinya harus didialetikakan
dalam proses penelitian ekonomi.

Berangkat dari pemikiran diatas, kita dapat melihat realitas yang saat
ini ada pada tubuh HMI adalah minimnya sebuah orientasi terhadap suatu
gagasan dan ide yang tumbuh untuk mereaktulisasi suatu sistem ekonomi
tersebut. HMI perlu melakukan sebuah penelitian dan pendalaman terhadap
situasi dan kondisi yang ada, sehingga organisasi ini tidak mengalami
stagnansi yang hanya berorientasi pada hal-hal praktis yang menyebabkan
sempitnya pandangan yang seharusnya mumpuni untuk memahami suatu
kondisi kebutuhan umat saat ini. Terkhusus dalam HMI, setiap kader HMI,
dalam memenuhi kewajiban dan tanggung jawab dalam mereaktualisasikan
nilai yang terkandung dalam NDP yang dirumuskan oleh Cak Nur yakni
bertumpu pada keadilan sosial dan keadilan ekonomi yang nantinya
dikemas dalam suatu visi terbinanya insan akademis, pencipta dalam
bingkai pemikiran terwujudnya sistem ekonomi profetik yang diusulkan
oleh Kuntowijoyo yakni (humanisasi, liberasi, dan transendensi) yang
terintegrasi dalam gagasan sociopreneurship yang bersandarkan terhadap
al-Quran dan Hadis. Dengan begitu, rumusan format sociopreneurship ini
mampu untuk menjadi alternatif untuk terwujudnya suatu sistem Ekonomi
Profetik atau Ekonomi Syariah yang berangkat dari Ilmu Sosial Profetik.
IV. KESIMPULAN

Saat ini persoalan yang dihadapi umat mansuia adalah mengenai


munculnya suatu paham yang menempatkan aspek material yang bebas dari
dimensi nilai pada posisi yang dominan. Pandangan hidup ini berpijak pada
ideologi materialisme yang kemudian akan mendorong tingkah perilaku
manusia menjadi pelaku ekonomi yang cenderung hedonistik, sekularistik
dan materialistik. Disinilah Islam akan tetap memiliki peranan penting
dalam upaya menciptakan keseimbangan suatu sistem sosial-ekonomi yang
terintegrasi dalam ekonomi syariah. Karena apabila suatu sistem ekonomi
yang tanpa diimbangi dengan pengetahuan serta nilai-nilai yang terkandung
dalal al-Quran, Hadis dan Sunnah akan berakibat munculnya ekonomi
kapitalis sekuler yang membedakan antara kesejahteraan secara material
dengan masalah ruhaniah akan menghambat bahkan mengenyampingkan
pendistribusian kesejahteraan yang adil dan seimbang di antara masyarakat.
HMI sebagai organisasi kemahasiwaan terbesar di Indonesia harus mampu
mendefinisikan berbagai masalah keadilan di Indonesia. Kader HMI yang
notabene merupakan organisasi perjuangan diharapkan mampu berperan
pula dalam mewujudkan sosial-ekonomi dalam menjawab permasalahan
perkembangan dunia modern dewasa ini. Penegakan keadilan sosial-
ekonomi bukan hanya sekedar kontrak sosial dalam bermasyarakat
melainkan reaktulaisasi dari rujuan HMI bahwa kader HMI dituntut untuk
menjadi insan akademis, pencipta, dan insan pengabdi yang kemudian
mempertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Terkhusus dalam HMI,
setiap kader HMI, dalam memenuhi kewajiban dan tanggung jawab dalam
mereaktualisasikan nilai yang terkandung dalam NDP yang dirumuskan
oleh Cak Nur yakni bertumpu pada keadilan sosial dan keadilan ekonomi
yang nantinya dikemas dalam suatu visi terbinanya insan akademis,
pencipta dalam bingkai pemikiran terwujudnya sistem ekonomi profetik
yang diusulkan oleh Kuntowijoyo yakni (humanisasi, liberasi, dan
transendensi) yang terintegrasi dalam gagasan sociopreneurship yang
bersandarkan terhadap al-Quran dan Hadis. Dengan begitu, rumusan format
sociopreneurship ini mampu untuk menjadi alternatif untuk terwujudnya
suatu sistem Ekonomi Profetik atau Ekonomi Syariah yang berangkat dari
Ilmu Sosial Profetik.

V. DAFTAR PUSTAKA
Hermansyah, H. (2014). Konsepsi Pemikiran Ekonomi Profetik. El-Hikam, 7(2),
217-240.
Agustiati, A. (2009). Sistem Ekonomi Kapitalisme. Academica, 1(2).
Ztf, P. B. (2011). Prophetic social sciences: toward an Islamic-based transformative
social sciences. Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 1(1),
95-121.
Athoillah Islamy, Nurul Istiani, “Aktualisasi Nilai-nilai Profetik dalam Pendidikan
Kelaurga di Tengah Pandemi Covid-19,” Mawa’iz : Jurnal Dakwah dan
Pengembangan Sosial Kemanusiaan,Vol.11, No.2 (2020) :177.
Kuntowijoyo, Paradigma. Islam: Interpretasi Untuk Aksi, Bandung: Mizan, 1991.
Abidin, M. Z. (2016). Paradigma Islam Dalam Pembangunan Ilmu Integralistik:
Membaca Pemikiran Kuntowijoyo. IAIN Antasari Press.
Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, Bandung: Mizan, 2001.
Muttaqin, H. (2015). Menuju Sosiologi Profetik. Jurnal Sosiologi Reflektif, 10(1),
219-240.
Syeikh, A. K. (2018). Rekonstruksi Makna Dan Metode Penerapan Amar Ma’ruf
Nahi Munkar Berdasarkan Al-Qur’an. Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan
Administrasi Islam, 2(2), 1-22.
Saefuddin, M. (1987). Ahmad, Ekonomi Masyarakat dalam Perspektif Hukum
Islam. Jakarta: Rajawali.
Haryati, H. (2012). Implementasi Nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa
Islam Dalam Pembinaan Kader (Suatu Telaah Terhadap Pemikiran
Nurcholish Madjid Pada Himpunan Mahasiswa Islam Cabang
Palembang) (Doctoral dissertation, Uin Raden Fatah Palembang).
CURRICULUM VITAE
BIODATA
Nama lengkap : Chanifan Ibadi Fajar Herlambang
Nama panggilan : Chanifan
Jenis kelamin : Laki - Laki
Tempat, tanggal lahir : Kediri, 15 Juni 2001

Agama : Islam
Alamat asal : Kediri, Jawa Timur

No. HP : 0857 9194 8011


Email : Fajarherlambang27@gmail.com
Hobi : Kajian, diskusi dan Futsal
Motto hidup : Hidup adalah tentang perjuangan.

Riwayat Pendidikan
a. Formal
No. Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun
1. S1 Fakultas Peternakan – UB 2019
2. SMA Negeri 6 Kediri 2016
3. SMP Negeri 6 Kediri 2013
4. SD Negeri 3 Bandar Lor 2007
Kediri

b. Non Formal
No. Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun
Pandu Kemanusiaan Camp
1. Senyum Desa Indonesia 2021
(PKC)
2. Basic Training HMI FAPET UB 2020
3. Future Leader Challange Dompet Dhuafa 2020
4. Sekolah Kebangsaan Brawijaya EM UB 2019
5. Akademi Aktivis Brawijaya EKM UB 2019
Riwayat Pengalaman Organisasi
No. Jabatan Nama Instansi Tahun
Himpunan Mahasiswa Islam PSDKU 2022 –
1. Ketua Umum
Univ. Brawijaya Kediri Present
Menteri Koordinator Eksekutif Mahasiswa Universitas 2022 –
2.
Pergerakan Brawijaya Present
3. Presiden Ekesekutif Keluarga Mahasiswa UB 2021
Dirjen Kebijakan
4. Ekesekutif Keluarga Mahasiswa UB 2020
Wilayah Nasional
Himpunan Mahasiswa Islam FAPET
5. Kader 2020
UB
6. Staff Muda Kemenlu Ekesekutif Keluarga Mahasiswa UB 2019
Ekesekutif Keluarga Mahasiswa
7. Staff Muda PSDM 2019
FAPET UB
8. Dewan Penasihat OSIS PASKIBRA SMA Negeri 6 Kediri 2018
Koordinator Divisi
9. OSIS SMA Negeri 6 Kediri 2017
Pendahuluan Bela Negara
10. Sekertaris OSIS SMA Negeri 6 Kediri 2016

Riwayat Pengalaman Kepanitiaan


No. Jabatan Kegiatan Tahun
1. Divisi Acara Abdi Desa Brawijaya EKM UB 2020
2. Wakil Ketua Pelaksana Festival Brawijaya EKM UB 2020
3. Panitia Pengawas Pemilwa IKM UB 2019
Pengabdian Masyarakat PSDKU UB
4. Koordinator PDD 2019
Kediri
Seminar Kebangsaan Brawijaya EKM
5. Divisi Acara 2019
UB
Peringatan HUT RI OSIS SMA
6. Divisi Acara 2018
Negeri 6 Kediri
7. Divisi Perlengkapan Hari Kartini SMA Negeri 6 Kediri 2018
8. Wakil Ketua Pelaksana Dies Natalis SMAN 6 Kediri 2017
Peringatan HUT RI OSIS SMA
9. Divisi Acara 2017
Negeri 6 Kediri
10. Divisi Perlengkapan Hari Kartini SMA Negeri 6 Kediri 2017
Divisi Humas dan
11. Dies Natalis SMA Negeri 6 Kediri 2016
Sponsorship
Prestasi yang dimiliki
No. Prestasi Tingkat Tahun
1. Guest Announcer Radio Brass Kediri Karasidenan 2021
Eksekutif Keluarga
2. Badan Pengurus Harian Terbaik 2020
Mahasiswa UB
3 Staff Muda Teraktif EKM UB 2019
4. Juara III PORKOT Cabor Pencak Silat Kota 2017
5. Juara III O2SN Cabor Pencak Silat Kota 2015
Juara III Kompetisi Sepakbola antar
6. Kota 2013
SSB
Juara II Kompetisi Sepakbola antar
7. Kota 2012
SSB
8. Juara I Kompetisi Sepakbola antar SSB Karasidenan Kediri 2012

Pengalaman Pemateri/Panelis
No. Kegiatan Instansi Tahun

1. Diskusi Publik PTN-BH FPIK UB 2022


Komersialisasi atau Berdikari
Public Speaking & Design Class
2. KIM FAPET UB 2022
Training
Public Disscusion Forum 1.0 “Menanti HUMANISTIK FIA
3. 2022
Lentera Menyala di Ibukota Nusantara” UB
4. Training Organization BEM FP UB 2022
Basic Training (Kepemimpinan dan
5. HmI Peternakan UB 2022
Manajemen Organisasi)
6. Training Organization EKM UB 2022
7. Training Organization EM UB 2022
8. Training Organization BEM DPM FIA UB 2022
9. Talkshow Expo Kampus SMKN 2 Kediri 2022
Basic Training (Kepemimpinan dan
10. HmI Peternakan UB 2021
Manajemen Organisasi)
PLKM (Pendidikan dan Latihan BEM Universitas
11. Kepemimpinan Mahasiswa) Materi : Pendidikan Indonesia 2021
Manajemen Advokasi Mahasiswa PSDKU Serang
EKM Fakultas
12. Training Organization 2021
Pertanian UB
Bedah Buku : HmI
13. HmI Peternakan UB 2021
Candradimuka Mahasiswa
14. Diskusi Publik : Perkuliahan EKMF Pertanian 2021
Hybrid Siapkah ?
Diskusi Publik : Semester Baru
15. EKM UB 2021
Gedung Baru ?
Diskusi Publik : Alih Status Kantor Layanan
16. 2021
Pegawai KPK Jilid II Hukum UB
Debat terbuka Ramadhan Ikatan Senat
17. Series : Potensi Bisnis Broiler Mahasiswa 2021
& Layer di Masa Mendatang Peternakan Indonesia
Diskusi Publik : Semester
18. EKM UB 2021
Baru Gedung Baru ?
Training Organisasi
19. Kepemimpinan dan EKM UB 2021
Manajemen Organisasi
20. Akademi Aktivis Brawijaya EKM UB 2020
Diskusi Publik : Ada apa
21. EKM UB 2020
dengan Omnibus Law?

Pengalaman Bidang Pergerakan Sosial


No. Kegiatan Tahun
1. Desa Binaan EKM UB 2021
2. Diari Brawijaya EKM UB 2021
3. Volunteer Senyum Desa Indonesia 2021
4. Abdi Desa Brawijaya 2020
Tim penelitian sosial mengenai Model Integrative Penanggulangan
5. Kemiskinan Pada Masyarakat Pedesaan di Kecamatan Pager Wojo 2020
Kabupaten Tulungagung

Anda mungkin juga menyukai