Anda di halaman 1dari 7

A.

PENGERTIAN

Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi

pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta

berat janin diatas 500 gram. (Hanifa Wiknjosastro, 1994)

Seksio sesaria adalah tindakan untuk melahirkan bayi perabdominan atau pervaginam

dengan membuka dinding uterus.

B. KLASIFIKASI

Seksio sesaria ada tiga jenis yaitu :

1. Seksio sesaria transperitoneal profunda

2. Seksio sesaria corporal (klasik)

3. Seksio sesaria ekstra peritoneal : per abdominam, per vaginam.

Berdasar saat dilakukan seksio sesaria dibagi atas :

1. Seksio sesaria primer : direncanakan pada waktu “antenatal care”

2. Seksio sesaria sekunder : tidak direncanakan terlebih dulu, sewaktu masuk telah

termasuk kasus emergency.

C. INDIKASI

a. Indikasi ibu

1. Disproporsi sefalo pelvic

2. Plasenta previa

3. Letak lintang
4. Tumor jalan lahir

5. Parut bekas seksio sesaria yang tidak baik

6. “incordinate uterine action”

7. Solusio plasenta

8. Preeklamsi dan eklamsi

9. Infeksi intrepartum 

b. Indikasi janin

1. Gawat bayi

2. Prolapsus funikuli

3. Primigravida tua

4. Kehamilan dengan diabetes mellitus

5. Infeksi intra partum

Pada umumnya seksio sesaria tidak dilakukan pada :

 Janin mati

 Syok, anemia berat, sebelum diatasi

 Kelainan congenital berat (monster)

Keuntungan dan kerugian Seksio sesaria transperitoneal profunda (TPP) dan corporal /

klasik adalah :

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG POST SC


1. Darah lengkap : Hb, Ht, Lekosit

2. Urin kultur

3. Darah vagina & lochea

E. PENATALAKSANAAN POST OP SC
1. Pasien tidur miring dengan dimonitor tanda-tanda vital tiap 15 menit untuk jam I,

kemudian tiap 30 menit untuk jam II, dan tiap 1 jam berikutnya.

2. Pertahankan jalan nafas tetap terbuka

3. Tungkai atas dalam posisi fleksi

4. Beri analgetik

5. Pasien dapat duduk pada jam ke 8 -12 dan 24 jam post op boleh jalan

6. Setelah 6 jam post op, jika peristaltic positif dapat diberi minum

7. Klien dapat makan lunak hari I, infuse dapat di aff setelah 24 jam post op.

8. Kateter dapat dicabut 24 jam post op.

9. Luka operasi harus dilihat hari I post op, bila kotor kasa diganti, biasanya balutan

diganti pada hari ke 3-4.

10. Jahitan dapat dibuka hari ke-5 post op.

11. Pasien dapat digabung dengan bayi untuk memberikan ASI

12. Pemeriksaan lab : Hb, Ht, biasanya terjadi penurunan 2 %

13. Bila turun < 8% perlu untuk tranfusi.

F. PERSALINAN SUNGSANG
Jenis pimpinan persalinan sungsang adalah :

1. Persalinan per vaginam

Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan

pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Persalinan spontan (spontaneous breech)

Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri

b. Manual aid (partial breech extraction)

Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan

tenaga penolong

c. Ekstraksi sungsang (total breech ekstraction)

Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.

2. Persalinan per abdominam (seksio sesaria)

G. PATHWAY
H. PENGKAJIAN
1. Sirkulasi : darah yang hilang akibat operasi

2. Integritas ego

3. Eliminasi

4. makanan / cairan

5. Neuro sensori

6. Nyeri

7. Pernafasan

8. Keamanan (keadaan balutan)

9. Seksualitas

10. Keadaan umum

11. Tanda-tanda vital

12. Payudara

13. Kulit
14. Abdomen

15. Lochea

16. Perineum

17. Vesika urinaria

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskuler yang berlebih

Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan

Kriteria hasil :

- Hidrasi adekuat : dengan terabanya nadi

- Pengisian kapiler normal

- Membran mukosa lembab

Intervensi

a. Monitor tanda-tanda vital

b. Monitor intake dan out put

c. Pertahankan pemberian cairan parenteral

d. Berikan cairan peroral sesuai kondisi klien

e. Observasi adanya perdarahan

f. Kolaborasi pemeriksaan Hb, Ht

g. Kolaborasi untuk pemberian tranfusi

2. Nyeri b.d luka operasi

Tujuan : Nyeri hilang, berkurang

Kriteria hasil :

- Klien mengungkapkan nyeri berkurang

- Klien tampak tenang

Intervensi :

a. Kaji karakteristik, skala nyeri

b. Berikan informasi sebagai antisipasi penyebab nyeri

c. Evaluasi tanda-tanda vital

d. Anjurkan penggunaaan teknik relaksasi

e. Anjurkan untuk ambulasi dini

f. Anjurkan menghindari makanan yang mengandung gas

g. Kolaborasi pemberian analgetik


3. Cemas b.d ketidaktahuan regimen operasi

Tujuan : Cemas hilang, berkurang

Kriteria hasil :

- Klien menyatakan tidak cemas

- Klien merasa tenang

Intervensi :

a. Kaji respon psikologis pasien

b. Tetap bersama klien dan tunjukkan empati

c. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya

d. Ajarkan mekanisme koping yang positif

4. Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan / intervensi pembedahan, terpasang kateter

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :

- Tidak ada tanda-tanda infeksi

- Penyembuhan jaringan

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi :

a. Monitor tanda-tanda vital

b. Observasi luka terhadap tanda-tanda infeksi

c. Ganti balut sesuai indikasi

d. Rawat kebersihan kateter

e. Beritahu doketer terhadap adanya tanda-tanda infeksi

f. Kolaborasi terhadap pemberian antibiotik

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, 1998. Seri Skema diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetri. Ed2. Binarupa

Aksara. Jakarta

Hanifa W. 1996; Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,

Jakarta

Purnawan J. dkk. 1997; Kapita selekta Kedokteran. Ed2. Media Aesculapeus, FKUI, Jakarta

Marylin Doengoes, 2001; Rencana Keperawatan Maternal / Bayi, EGC, Jakarta

Susan Martin Tucker, 1999; Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta


Posted by Wirawan Lesmana at 12:36 AM

Anda mungkin juga menyukai