Dalam dunia kedokteran umum, banyak orang yang sudah mengetahui bahwa profesi dokter
dibedakan menjadi dokter umum dan dokter spesialis. Dokter umum mempelajari berbagai ilmu
kedokteran dalam kurun waktu masa pendidikan kurang lebih 5 (Lima) tahun, sedangkan dokter
spesialis harus menempuh pendidikan lanjut lagi selama beberapa tahun tergantung bidang yang
diambilnya.
Begitu juga dalam dunia kedokteran gigi, terdapat dokter gigi umum dan juga dokter gigi spesialis. Ini
yang mungkin jarang diketahui banyak orang. Dokter gigi pun memiliki bidang spesialisasi sesuai
dengan berbagai macam penyakit dan kelainan dalam rongga mulut. Penanganan penyakit pada gigi
dan mulut tidak hanya dilakukan dokter gigi umum saja, untuk kasus yang lebih kompleks serta
spesifik, dokter gigi umum akan merujuk kasus-kasus tersebut kepada dokter gigi spesialis.
Sama halnya dengan dokter spesialis, seseorang sebelum menjadi dokter gigi spesialis harus
menjalani kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi selama kurang lebih 8 (Delapan) semester untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi atau SKG. Kemudian dilanjutkan dengan kerja praktik
sebagai co-ass selama kurang lebih 2 (Dua) tahun, menjalani ujian kompetensi, baru akhirnya
menjadi dokter gigi.
Seorang dokter gigi, jika ingin memperdalam suatu kasus penyakit gigi dan mulut,harus menjalani
program pendidikan profesi dokter gigi spesialis, dimana tiap bidang spesialisasi kedokteran gigi
memiliki lama tahun pendidikan yang berbeda-beda. Selain itu, ada ujian kompetensi juga yang
harus dilalui untuk mendapat gelar dokter gigi spesialis.
Ada 8 (Delapan) bidang spesialisasi gigi sesuai dengan keahliannya dalam penanganan kondisi
penyakit gigi dan mulut yang lebih spesifik:
Dalam praktiknya, untuk kasus-kasus tertentu, terkadang perlu kerja sama antara dokter gigi dengan
dokter gigi spesialis; antara dokter gigi spesialis satu dengan dokter gigi spesialis lainnya; ataupun
antara dokter spesialis dengan dokter gigi spesialis melalui kerja sama interdisiplin maupun
multidisiplin. Dokter gigi umum, jika menemukan kasus pada rongga mulut di luar kompetensi yang
dimilikinya, akan merujuk kasus tersebut ke dokter gigi spesialis.
Contoh kerjasama lainnya yaitu pada kasus pasien yang menderita celah langit dan bibir disertai
dengan kelainan pada posisi gigi-gigi, diperlukan kerja sama multidisiplin antara dokter gigi spesialis
bedah mulut ataupun spesialis bedah plastik dengan dokter gigi spesialis ortodonti. Diperlukan juga
kerjasama dengan dokter spesialis rehab medik untuk melatih kejelasan bicara pada pasien celah
langit dan bibir.
Demikian ulasan mengenai berbagai dokter gigi spesialis. Masyarakat sebaiknya perlu tahu berbagai
dokter gigi spesialis, agar dapat memilih dokter gigi yang tepat sesuai jenis kelainan atau penyakit
gigi yang diderita. Semoga artikel ini bermanfaat.