(Skripsi)
Oleh
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA TERHADAP
GULMA UMUM PADA TANAMAN UBI KAYU
(Manihot esculenta Crantz.)
Oleh
Skripsi
pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
i
ABSTRAK
Oleh
Tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan tanaman pangan yang
hal yang penting untuk menjaga kualitas tanaman agar lebih baik. Gulma
merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
produksi akibat adanya kompetisi dalam penyerapan hara, air, cahaya dan ruang
aktif parakuat diklorida dan dosis parakuat diklorida yang tepat dalam
ini meliputi parakuat diklorida dosis 414 g/ha, 552 g/ha, 690 g/ha, 828 g/ha, 966
ii
g/ha, penyiangan mekanis dan kontrol (tanpa pengendalian gulma). Data yang
diperoleh diuji Bartlett untuk homogenitas ragam dan Uji Tukey untuk menguji
additivitas. Bila homogen, data dianalisis ragam. Bila uji F analisis ragam nyata,
dilanjutkan dengan uji BNT 5% untuk pemisahan nilai tengah. Hasil penelitian
setelah aplikasi (MSA) serta mampu mengendalikan gulma golongan daun lebar
Ipomoea triloba dan Richardia brasiliensis hingga 8 MSA serta gulma golongan
dosis 414 g/ha−966 g/ha tidak dapat mengendalikan gulma golongan rumput
By
Dini Ari Murti
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
Jalan Prof. Soemantri Brojonegoro, No.1 Bandar Lampung 35145
E-mail : diniarimurti065@gmail.com
Cassava (Manihot esculenta Crantz.) is a food crop because its product can be
made into several food products. Cultivation is important to keep the quality of
crop in a good condition. Weed management is important to keep the quality and
yield of cassava because weed competes for absorpsion of nutrition, water, light,
and growth the space. The objective of this study was to evaluate the efficacy of
paraquat dichloride herbicide and the right dose of paraquat dichloride for
University of Lampung research site at Natar, South Lampung and Weed Science
dichloride at 414 g/ha, 552 g/ha, 690 g/ha, 828 g/ha, 966 g/ha, mechanical
weeding and control (no weed control). The data were tested using Bartlett for
homogenity and Tukey test for additivity. If assumption were satisfied the data
iv
were analyzed using analysis of variance and means were separated using Least
Significant Difference (LSD) at 5%. The results showed that paraquat dichloride
herbicide at 414 g/ha−966 g/ha could be used to control weed total dry weight
until 8 Week After Application (WAA). The herbicide at 414 g/ha−966 g/ha
could also suppress broadleaf weed Ipomoea triloba and Richardia brasiliensis
until 8 WAA and grass weed Digitaria ciliaris until 4 WAA. However, paraquat
dichloride could not be used to control grass weed Echinochloa colonum from 2
WAA to 8 WAA.
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian
MEFTYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Nantk PIof. Dr. Ir. Setyo Dwl Utomo, j..jl
i..ri ri
,E
., .' ,' I i:., il, ll
',ii r' . ,
MENGDSAIII{AN :r l, l:
1. Tim Penguji
/, ,J2.-
Ketua : Prof. Dr. fr. Nanlk Srlyanl, lI.Sc.
tW nL
Selsetaris : Prof. Dr. Ir. Setyo Df,rt U
Pengqii
Bukan Pembimbing : Ir. Dad Keslworo J. Sembodo, M
ffi
^-"r4#.
illur-rl"
1'
./j
,
tas Pertanian
tr,
:Flr*:i[r. Wan Abbas Zakarla, II.S.
NrP 19610 826t987 02 1 00 1
l.: v,.
1 ':1.':
Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi yang beriudul
Tanaman Ubi Kayu (Manihot Esculentu Crantz.)" merupakan hasil karya Saya
sendiri dan bukan hasil karya orang lain. Semua hasil yang tertuang dalam skripsi
ini telah mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah Universitas Lampung. Apabila
di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil salinan atau dibuat
orang lain, maka Saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan ketentuan
;;;W1
Dini Ari Murti
NPM 111412t065
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada 9 Maret 1993 dan merupakan anak pertama dari
empat bersaudara pasangan Bapak Andi Idrus, S.E., dan Ibu Yuniani. Penulis
pada tahun 1999, kemudian lulus di Sekolah Dasar Negeri Cikuya II Tigaraksa
Bandar Lampung dan pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 8
Bandar Lampung.
asisten dosen untuk beberapa mata kuliah antara lain Fisiologi Tumbuhan, Ilmu
Bioteknologi.
Penulis juga terlibat dalam beberapa organisasi tingkat fakultas maupun tingkat
Staf Ahli Kementerian Luar Negeri BEM U KBM Unila pada periode 2012−2013,
Bendahara Umum Pencak Silat SH Terate Unila pada periode 2012−2013, Staf
ix
Ahli Kementerian Luar Negeri BEM U KBM Unila pada periode 2013−2014,
Sekretaris Umum Pencak Silat SH Terate Unila pada 2013−2014 dan Anggota
2014−2015. Pada tahun 2014 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata
Lampung Tengah.
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
Do not pray for an easy life, pray for the strength to endure a
difficult one
(Bruce Lee)
Aku persembahkan karya ini kepada
Kedua orangtuaku
Papa Andi Idrus, S.E., dan Mama Yuniani yang telah mencurahkan
Universitas Lampung
Universitas Lampung
SANWACANA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
Diklorida terhadap Gulma Umum pada Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz.)”. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat
dan menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita semua. Selama penelitian
dan penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, petunjuk, saran,
dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M. Sc., selaku pembimbing utama atas saran,
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku pembimbing kedua atas
skripsi ini;
3. Bapak Ir. Dad Resiworo Jekti Sembodo, M.S., selaku pembahas atas segala
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Soesiladi Esti Widodo, M.Sc., selaku dosen pembimbing
kegiatan perkuliahan;
Agroteknologi;
6. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
7. Orang tua tercinta, Papa Andi Idrus, S.E., dan Mama Yuniani serta
Surya Subrata atas doa, nasehat, kasih sayang, dan motivasi yang telah
9. Para tenaga di kebun, Mas Yono dan Mas Khoiri atas bantuan serta
penelitian;
10. Teman−teman seperjuangan penelitian: Hesti Tanu Ariani, Eka Erliyana, Dita
Paragon Ritonga, Ria Pratiwi, Chintya Ayu Alvionita, Deasy Maya Sari, dan
11. Wahyu Dian Saputra, Tias Apriyani, Amelia Virgiyani Sofyan, Eka Novia
13. Saudara-saudaraku di PSHT untuk rasa persaudaraan yang erat, semangat dan
14. Keluarga besar Racana Raden Intan dan Puteri Silamaya atas segala bantuan,
penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi dan penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita semua.
Aamiin.
Penulis,
Halaman
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
2.1 Botani Tanaman Ubi Kayu (M. esculenta Crantz.). .................... ........ 14
2.2 Syarat Tumbuh Ubi Kayu (M. esculenta Crantz.)........................ ........ 18
2.3 Gulma pada Lahan Ubi Kayu (M. esculenta Crantz.). ................. ........ 20
2.4 Pengendalian Gulma..................................................................... ........ 21
2.4.1 Teknik Pengendalian Gulma .............................................. ........ 21
2.4.2 Pengendalian Gulma dengan Herbisida ............................ ......... 21
2.4.3 Herbisida Parakuat Diklorida ............................................. ........ 22
Halaman
3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 27
3.4.1 Pembuatan Petak Percobaan............................................... 27
3.4.2 Pengolahan Tanah .............................................................. 28
3.4.3 Penanaman ......................................................................... ........ 29
3.4.4 Pemupukan ......................................................................... 29
3.4.5 Pemeliharaan ...................................................................... 30
3.4.6 Penyiangan Mekanis .......................................................... ........ 30
3.4.7 Aplikasi Herbisida.............................................................. ........ 30
3.4.8 Pengambilan Sampel Gulma .............................................. ........ 31
LAMPIRAN........................................................................................... ........ 59
xix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering gulma total (g/0,5 m2) ... 42
Tabel 11. SDR gulma awal pada petak penyiangan mekanis .......................... 60
Tabel 13. Analisis ragam penutupan gulma total (%) pada 2 MSA................. 61
Tabel 15. Analisis ragam penutupan gulma total (%) pada 4 MSA................. 62
Halaman
Tabel 17. Analisis ragam penutupan gulma total (%) pada 8 MSA................. 63
Tabel 19. Analisis ragam keracunan gulma total (%) pada 2 MSA................. 64
Tabel 21. Analisis ragam keracunan gulma total (%) pada 4 MSA................. 65
Tabel 23. Analisis ragam keracunan gulma total (%) pada 8 MSA................. 66
Tabel 24. Bobot kering gulma total (g/0,5 m2) pada 2 MSA ........................... 67
Tabel 25. Analisis ragam bobot kering gulma total (g/0,5 m2) pada 2 MSA... 67
Tabel 26. Bobot kering gulma total (g/0,5 m2) pada 4 MSA ........................... 68
Tabel 27. Analisis ragam bobot kering gulma total (g/0,5 m2) pada 4 MSA... 68
Tabel 28. Bobot kering gulma total (g/0,5 m2) pada 8 MSA ........................... 69
Tabel 29. Analisis ragam bobot kering gulma total (g/0,5 m2) pada 8 MSA... 69
Tabel 30. Bobot kering gulma I. triloba (g/0,5 m2) pada 2 MSA .................... 70
Tabel 31. Analisis ragam bobot kering gulma I. triloba (g/0,5 m2)
pada 2 MSA ..................................................................................... 70
Tabel 32. Bobot kering gulma I. triloba (g/0,5 m2) pada 4 MSA .................... 71
Tabel 33. Analisis ragam bobot kering gulma I. triloba (g/0,5 m2)
pada 4 MSA ..................................................................................... 71
Tabel 34. Bobot kering gulma I. triloba (g/0,5 m2) pada 8 MSA .................... 72
Tabel 35. Analisis ragam bobot kering gulma I. triloba (g/0,5 m2)
pada 8 MSA ..................................................................................... 72
Tabel 36. Bobot kering gulma R. brasiliensis (g/0,5 m2) pada 2 MSA ........... 73
xix
Halaman
Tabel 37. Analisis ragam bobot kering gulma R. brasiliensis (g/0,5 m2)
pada 2 MSA ..................................................................................... ........ 73
Tabel 38. Bobot kering gulma R. brasiliensis (g/0,5 m2) pada 4 MSA .......... 74
Tabel 39. Analisis ragam bobot kering gulma R. brasiliensis (g/0,5 m2)
pada 4 MSA ..................................................................................... 74
Tabel 40. Bobot kering gulma R. brasiliensis (g/0,5 m2) pada 8 MSA ........... 75
Tabel 41. Analisis ragam bobot kering gulma R. brasiliensis (g/0,5 m2)
pada 8 MSA ..................................................................................... 75
Tabel 42. Bobot kering gulma D. ciliaris (g/0,5 m2) pada 2 MSA .................. 76
Tabel 43. Analisis ragam bobot kering gulma D. ciliaris (g/0,5 m2)
pada 2 MSA ..................................................................................... 76
Tabel 44. Bobot kering gulma D. ciliaris (g/0,5 m2) pada 4 MSA .................. 77
Tabel 45. Analisis ragam bobot kering gulma D. ciliaris (g/0,5 m2)
pada 4 MSA ..................................................................................... 77
Tabel 46. Bobot kering gulma D. ciliaris (g/0,5 m2) pada 8 MSA .................. 78
Tabel 47. Analisis ragam bobot kering gulma D. ciliaris (g/0,5 m2)
pada 8 MSA ..................................................................................... 78
Tabel 48. Bobot kering gulma E. colonum (g/0,5 m2) pada 2 MSA ................ 79
Tabel 49. Analisis ragam bobot kering gulma E. colonum (g/0,5 m2) pada
2 MSA ............................................................................................. 79
Tabel 50. Bobot kering gulma E. colonum (g/0,5 m2) pada 4 MSA ................ 80
Tabel 51. Analisis ragam bobot kering gulma E. colonum (g/0,5 m2) pada
4 MSA ............................................................................................. 80
Tabel 52. Bobot kering gulma E. colonum (g/0,5 m2) pada 8 MSA ................ 81
Tabel 53. Analisis ragam bobot kering gulma E. colonum (g/0,5 m2) pada
8 MSA ............................................................................................. 81
Halaman
Tabel 55. Transformasi √ (x+0,5) tinggi tanaman ubi kayu (cm) pada
2 MSA ............................................................................................. 82
Tabel 56. Analisis ragam tinggi tanaman ubi kayu (cm) pada 2 MSA ............ 82
Tabel 58. Transformasi √ (x+0,5) tinggi tanaman ubi kayu (cm) pada
4 MSA ............................................................................................. 83
Tabel 59. Analisis ragam tinggi tanaman ubi kayu (cm) pada 4 MSA ............ 83
Tabel 61. Transformasi √ (x+0,5) tinggi tanaman ubi kayu (cm) pada
8 MSA ............................................................................................. 84
Tabel 62. Analisis ragam tinggi tanaman ubi kayu (cm) pada 8 MSA ............ 84
xxii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 10. Lahan yang telah ditanami ubi kayu Varietas UJ−3 (Thailand) .. 86
Gambar 11. Kondisi lahan yang ditumbuhi gulma saat 30 minggu setelah
tanam (MST) ................................................................................ 87
Gambar 12. Pemupukan pada tanaman ubi kayu dengan cara tugal................ 87
Gambar 13. Kondisi lahan sebelum aplikasi herbisida parakuat diklorida pada
tanaman ubi kayu ......................................................................... 88
xxii
Halaman
I. PENDAHULUAN
sebagian besar penduduk dunia dalam kurun waktu yang panjang. Salah satu
tanaman pangan yang mengandung karbohidrat tinggi adalah ubi kayu (Manihot
kebutuhan pangan sangat sulit dipenuhi karena makin berkurangnya areal lahan.
Di Indonesia luas panen ubi kayu pada tahun 2011 adalah 1.184.696 ha,
sedangkan pada tahun 2013 menurun menjadi seluas 1.065.752 ha (Badan Pusat
Statistik, 2013).
Tanaman ubi kayu merupakan tanaman pangan yang hasilnya dapat diolah
ubi kayu terus dilakukan. Pemeliharaan menjadi hal yang penting untuk menjaga
kualitas dan produksi tanaman agar lebih baik. Terdapat beberapa faktor yang
2
mempengaruhi produksi tanaman ubi kayu yaitu faktor lingkungan, genetik dan
Dalam teknik budidaya salah satu faktor yang mempengaruhi produksi tanaman
tumbuh tidak sesuai dengan tempatnya dan memiliki pengaruh negatif, sehingga
sebagai gulma bila tumbuh di tempat dan pada waktu yang salah (Rukmana dan
dan perkembangan pada tanaman ubi kayu karena dapat mengambil zat hara
dalam tanah sehingga tanaman ubi kayu terganggu. Meskipun gulma tidak
mengakibatkan kematian pada tanaman ubi kayu, tetapi akan menimbulkan hasil
yang kurang memuaskan karena terjadi persaingan pengambilan zat hara, cahaya
gulma kurang mendapat perhatian (Anwar, 2002). Oleh karena itu keberadaan
gulma perlu ditekan agar tidak mengganggu tanaman pokok. Kehilangan hasil
akibat gangguan gulma dapat berkisar antara 20%− 80%, tergantung pada jenis
dan kerapatan gulma serta waktu terjadinya gangguan gulma. Gulma dapat
menekan hasil tanaman ubi kayu sehingga keberadaan gulma perlu dikendalikan
Gulma harus dikendalikan karena gulma merupakan pesaing bagi tanaman ubi
kayu khususnya untuk mengambil hara, pupuk dan air. Kompetisi tanaman ubi
Menurut Listyobudi et al. (2011), waktu yang tepat untuk pengendalian gulma
yaitu:
• Tiga bulan pertama, hal ini disebabkan pertumbuhan gulma yang lebat,
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengendalian gulma pada tanaman ubi
pengendalian gulma secara kimia yang memiliki keuntungan terutama pada lahan
tanaman, efisiensi biaya, waktu dan tenaga kerja, mencegah pengaruh gulma sejak
dini dan menekan erosi serta mendukung olah tanah konservasi (Sembodo, 2010).
Hal ini disebabkan langkanya tenaga kerja, mudahnya mendapatkan herbisida, dan
Pada lahan ubi kayu banyak digunakan jenis herbisida pasca tumbuh yaitu
Parakuat diklorida merupakan salah satu herbisida kontak berspektrum luas yang
pada umumnya diaplikasikan secara pasca tumbuh pada lahan ubi kayu saat umur
tanaman berkisar 2−3 bulan. Selain mengendalikan gulma pada tanaman ubi
gulma pada tanaman sengon, cengkeh, kakao (TBM), kapas, jeruk, karet, kelapa
sawit, kelapa hibrida, kopi, lada, padi pasang surut, rosela, tebu, teh, jagung
(1990), herbisida kontak akan mengakibatkan efek seperti terbakar yang langsung
dapat dilihat terutama pada penggunaan dosis tinggi. Dosis herbisida parakuat
diklorida yang digunakan harus tepat yaitu tidak meracuni tanaman tetapi mampu
mengendalikan gulma sasaran secara efektif dan efisien. Bila aplikasi herbisida
parakuat diklorida pada lahan dengan dosis terendah dapat mengendalikan gulma
maka dosis tersebut merupakan dosis yang tepat untuk mengendalikan gulma.
memecahkan membran sel dan akhirnya merusak seluruh sel tanaman. Toksisitas
herbisida jenis parakuat dapat langsung terlihat tidak lama setelah aplikasi
Salam, 2008). Elektron bebas dari fotosistem I bereaksi dengan ion parakuat
radikal bebas ini dan dalam proses ini menghasilkan oksigen negatif. Adanya
reaksi kimia yang tinggi, oksigen negatif menyerang membran asam lemak tak
jenuh, dengan cepat membuka dan mendisintegasikan membran sel dan jaringan
(Sastroutomo, 1990).
molekul herbisida ini terkena sinar matahari setelah berpenetrasi ke dalam daun
atau bagian lain yang hijau maka molekul ini akan bereaksi menghasilkan molekul
hidrogen peroksida yang merusak membran sel dan seluruh organ tumbuhan.
Lalu semakin tinggi dosis yang diberikan maka herbisida yang diserap akan
semakin tinggi dosis herbisida yang diaplikasikan maka semakin peka gulma
terhadap herbisida sebab bahan aktifnya akan lebih banyak diserap sehingga
seperti terbakar (Syngenta Crop Protection, 2007). Hardiastuti dan Budi (2005)
mengering beberapa jam setelah aplikasi yang dimulai dengan nekrosis secara
menyeluruh dalam 1−3 hari. Lipid hidroperoksida yang merupakan cara kerja
daun akan menjadi layu dan mengering dengan cepat. Tingginya persentase
ubi kayu?
mengetahui:
adanya keberadaan gulma merupakan hasil akhir dari adanya kompetisi yang
7
terjadi antara tanaman pokok dengan gulma. Menurut Moenandir (1993) gulma
selalu berada pada fase tanaman tumbuh karena gulma selalu berasosiasi dengan
tanaman tertentu. Dengan sendirinya gulma juga ada di sekitar tanaman dan
saling berinteraksi. Kerugian akibat gulma diukur dengan penurunan jumlah atau
mutu hasil, serta tambahan biaya, maka konsekuensi ekonomis kehilangan akan
dikeluarkan melalui akar maupun daun yang disebut sebagai senyawa alelopati.
menggunakan herbisida antara lain praktis dan cepat terutama dalam keadaan
darurat, tidak tergantung dengan kerapatan gulma, fleksibel pada berbagai macam
produk dan formulasi yaitu mudah disesuaikan dengan kebutuhan, dan secara
parakuat diklorida di Lampung meningkat mencapai 100 ton lebih per tahun. Hal
ini karena kandungan racun dan bahan kimia yang dimiliki herbisida parakuat
diklorida mampu mengendalikan gulma lebih cepat, lebih ampuh dan harganya
8
efikasi (daya racun), keamanan bagi aplikator maupun lingkungan, dan aspek
kerjanya apabila digunakan sesuai dengan dosis rekomendasi yang dibuat untuk
tanaman utama, alat aplikasi, dan jenis herbisida yang digunakan (Barus, 2003).
Menurut cara kerjanya herbisida dibagi menjadi menjadi dua yaitu herbisida
Yakup, 2002).
Salah satu herbisida kontak yang diaplikasikan pasca tumbuh adalah parakuat
digunakan pada lahan tanaman ubi kayu untuk mengendalikan gulma yang berada
jaringan tanaman. Selain itu, peningkatan elektron oleh ion parakuat diklorida
pada tanaman ubi kayu (Wibawa, 2009). Parakuat diklorida cepat dan kuat
diserap oleh partikel tanah, terutama tanah liat (Muktamar et al., 2006). Residu
terikat tersebut tidak tersedia bagi tanaman, cacing tanah, dan mikroorganisme.
Residu parakuat diklorida dapat terikat bertahan lama pada lingkungan dalam
batas waktu tertentu (Alloub et al., 2000; Sasmita et al., 2005). Waktu paruh
Parakuat diklorida tidak bergerak di lumpur lempung dan tanah liat berdebu,
namun sedikit bergerak di tanah liat berpasir. Parakuat diklorida dapat diurai ke
produk akhir tidak beracun oleh bakteri tanah. Residu parakuat diklorida hilang
dengan cepat dari air. Parakuat diklorida stabil selama 30 hari. Parakuat diklorida
cepat mengadsorbsi partikel tanah, namun tidak mudah dekomposisi oleh sinar
Lethal Dosis (LD) 50 oral parakuat diklorida yang diuji pada tikus berkisar dari
tikus adalah 196 mg/kg berat badan, pada monyet 50 mg/ kg berat badan, dan
pada kucing 48 mg/kg berat badan. LD 50 oral parakuat diklorida pada sapi
adalah 50−75 mg/kg berat badan. LD 50 dermis pada kelinci adalah 236−325
Parakuat diklorida telah terdaftar dapat mengendalikan gulma pada tanaman ubi
kayu. Namun, penggunaan secara tidak terukur dan tidak memahami cara kerja
herbisida setiap 5 tahun sekali. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang
dalam mengendalikan gulma pada tanaman ubi kayu dan dosis parakuat diklorida
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka
Pada dasarnya persaingan yang ditimbulkan akibat gulma dengan tanaman pokok
dari hasil tanaman terjadi apabila gulma dibiarkan tumbuh dari minggu kedua
sampai minggu keempat dan waktu tersebut dapat disebut dengan periode kritis.
Pada fase awal keberadaan gulma dapat menghambat pertumbuhan daun baru
karena unsur hara yang diperlukan tanaman ubi kayu diserap gulma terutama pada
daerah perakaran sehingga unsur hara yang ada tidak sepenuhnya diserap oleh
tanaman. Pada tanaman ubi kayu yang telah menghasilkan umbi kehadiran gulma
dapat mempengaruhi pemeliharaan dan keadaan umbi. Banyak cara yang dapat
dilakukan dalam mengendalikan gulma, antara lain secara mekanis, kultur teknis,
digunakan karena mampu mengendalikan gulma pada areal lahan yang terbuka
sangat cepat oleh daun sehingga parakuat diklorida tidak mudah tercuci oleh air
12
hujan. Parakuat diklorida yang bersifat kontak dan tidak selektif akan bekerja
radikal bebas yang sangat reaktif. Radikal bebas yang terbentuk dapat
Ion parakuat diklorida memiliki daya pengikatan yang sangat tinggi terhadap
bebas peroksida (Kopytko et al., 2002). Dengan demikian, jika terdapat air maka
(H2O2) yang sangat beracun terhadap jaringan tumbuhan dan selanjutnya akan
menimbulkan efek terbakar pada bagian yang terkena (Wibawa et al., 2009).
Parakuat juga terikat kuat oleh koloid tanah. Oleh karena itu, jika parakuat
diklorida diaplikasikan pada gulma yang berada pada bagian bawah tajuk tanaman
ubi kayu maka parakuat diklorida diharapkan tidak akan meracuni tanaman ubi
kayu.
13
tanaman pada fase periode kritis dan menurunkan hasil produksi saat masa
diklorida ini diharapkan dapat membantu dan merupakan alternatif yang dapat
digunakan untuk mengendalikan gulma pada tanaman ubi kayu dan mampu
kayu.
1.6 Hipotesis
Tanaman ubi kayu merupakan tumbuhan perdu yang berasal dari Amerika.
Tanaman ini merupakan tanaman berkeping dua yang termasuk ke dalam famili
Bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif
Allem (2002), menjelaskan bahwa tanaman ubi kayu memiliki klasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan (cash crop). Sebagai
tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan starch, gaplek, tepung ubi kayu,
etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamat, tepung aromatik dan pellets.
Sebagai tanaman pangan, ubi kayu merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar
500 juta manusia di dunia. Di Indonesia, ubi kayu menjadi bahan pangan pokok
setelah padi dan jagung. Daun ubi kayu sebagai bahan sayuran berprotein cukup
tinggi. Batang ubi kayu digunakan sebagai pagar kebun atau di desa−desa
ubi kayu dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri
pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat−obatan (Prihandana et al.,
2007).
Tanaman ubi kayu dewasa dapat mencapai tinggi 1−2 m, walaupun ada beberapa
varietas yang dapat mencapai tinggi hingga 4 m. Batang ubi kayu berbentuk
silindris dengan diameter berkisar 2−6 cm. Warna batang sangat bervariasi, mulai
putih keabu−abuan sampai coklat atau coklat tua. Batang tanaman ini berkayu
dengan bagian gabus (pith) yang lebar. Setiap batang menghasilkan rata−rata satu
buku (node) per hari di awal pertumbuhannya, dan satu buku per minggu di
masa−masa selanjutnya. Setiap satu satuan buku terdiri dari satu buku tempat
menempelnya daun dan ruas buku (internode). Panjang ruas buku bervariasi
tergantung genotip, umur tanaman, dan faktor lingkungan seperti ketersediaan air
dan cahaya. Ruas buku menjadi pendek dalam kondisi kekeringan dan menjadi
panjang jika kondisi lingkungannya sesuai, dan sangat panjang jika kekurangan
Susunan daun ubi kayu pada batang (phyllotaxis) berbentuk 2/5 spiral. Lima daun
berada dalam posisi melingkar membentuk spiral dua kali di sekeliling batang.
Daun berikutnya atau daun keenam terletak persis di atas titik awal spiral tadi.
Jadi, setelah dua putaran, daun keenam berada tepat di atas daun pertama, daun
ketujuh di atas daun kedua, dan seterusnya. Daun ubi kayu terdiri dari helai daun
(lamina) dan tangkai daun (petiole). Panjang tangkai daun berkisar 5−30 cm dan
warnanya bervariasi dari hijau ke ungu. Helai daun memiliki permukaan yang
halus dan berbentuk seperti jari. Jumlah jari bervariasi antara 3, 5, dan 9
(biasanya ganjil). Warna rangka helai daun hijau sampai ungu. Bentuk helai
Daun ubi kayu termasuk daun tunggal. Daun tunggal tersusun secara spiral,
panjang tangkai daun 5−30 cm, helaian daun rata terbagi 3−10 sampai pangkal
daunnya. Pembungaan dalam tandan di ujung batang dengan panjang 3−10 cm.
Tanaman ini termasuk tumbuhan diskotil. Perdu yang tidak bercabang atau
kadang bercabang dua, tinggi bisa mencapai 4 m, bergetah putih dan mengandung
Ubi kayu bersifat monoecious, yaitu bunga jantan dan betina terdapat pada satu
pohon. Beberapa varietas berbunga secara teratur dan cukup sering, beberapa
varietas lain jarang berbunga atau bahkan tidak berbunga sama sekali. Produksi
oleh faktor lingkungan seperti banyaknya cahaya dan suhu. Bunga ubi kayu
17
rangkaian bunga, sedangkan bunga betina tumbuh dekat dasar rangkaian bunga.
Setiap bunga, jantan dan betina, memiliki 5 buah daun bunga terluar berwarna
kekuningan atau kemerahan. Bunga jantan memiliki 10 buah benang sari yang
benang sari berdiri bebas dan kepala benang sarinya kecil. Bunga betina memiliki
kecil, masing−masing dengan satu sel telur. Bunga betina mekar 1−2 minggu
serangga. Penyerbukan sendiri terjadi jika bunga betina dan bunga jantan yang
terletak pada dahan yang berbeda dan pohon yang sama mekar pada waktu yang
menjadi buah. Buah matang dalam waktu 70–90 hari. Buah yang sudah matang
berupa kapsul dengan diameter 1–1,5 cm akan pecah secara alamiah ketika kering
atau layu. Biji ubi kayu berbentuk oval dengan panjang 0,7–1,0 cm. Biji
memiliki kulit (testa) yang rapuh, mudah pecah. Biji berwarna abu−abu,
kecoklatan atau abu−abu tua dengan bintik−bintik gelap (Ekanayake et al., 1997).
Potongan melintang ubi kayu terdiri dari kulit luar (periderm), kulit dalam
(cortex), daging umbi (flesh) dan tali vaskular tengah (central vascular strands).
Kulit luar terdiri dari beberapa lapisan sel mati yang membungkus umbi ubi kayu.
Warnanya bervariasi, bentuk dan teksturnya kadang tebal dan kasar, kadang tipis
dan halus. Kulit dalam terletak di bawah kulit luar, terdiri dari sklerenkima,
parenkima kortikal, dan floem. Warna kulit dalam bervariasi dari putih atau krem
18
sampai merah muda (pink). Daging umbi terletak di tengah umbi dan sebagian
besar terdiri dari sel−sel parenkima tempat penyimpanan yang berasal dari
kambium.
memanjang, terdiri atas kulit luar tipis (ari) berwarna kecoklat– coklatan (kering),
kulit dalam agak tebal berwarna keputih–putihan (basah), dan daging berwarna
Daging umbi merupakan tempat penyimpanan utama tanaman ubi kayu yang
terdapat butir−butir pati. Warna daging umbi bervariasi dari putih sampai krem
atau kuning. Warna kuning menandakan kadar betakaroten yang tinggi. Benang
vaskular tengah terdiri dari bundel xylem. Kadar serat dan kekuatan benang ini
bergantung pada kondisi lingkungan dan umur tanaman. Umbi ubi kayu
al., 1997).
Kebutuhan akan sinar matahari sekitar 10 jam tiap hari. Tanaman ubi kayu hidup
tanpa naungan. Suhu yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman ubi kayu adalah
19
berkisar 18 ºC−35 ºC. Suhu udara minimal 10 ºC, sedangkan suhu optimalnya
adalah 25−27 ºC. Kelembaban udara yang optimal bagi tanaman ubi kayu
berkisar antara RH 60−65%. Curah hujan yang optimal untuk budidaya ubi kayu
adalah 750−1.000 mm/tahun. Tanaman ubi kayu dapat tumbuh pada ketinggian
Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah,
gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah
dengan struktur remah memiliki tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah
tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubi kayu
adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan
andosol. Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu
berkisar antara 4,5–8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada tanah ber−pH rendah (asam),
yaitu berkisar 4,0–5,5 tanaman ubi kayu ini pun dapat tumbuh dan cukup subur
bagi pertumbuhannya.
Tanaman ubi kayu sebagian besar dikembangkan secara vegetatif yaitu dengan
stek. Jenis varietas ubi kayu yang banyak ditanam di Lampung antara lain adalah
petani karena berumur pendek yaitu 8−10 bulan tetapi kadar pati yang lebih
penjualan hasil di pabrik. Produksi ubi kayu Varietas UJ−3 per ha nya yaitu
35−40 ton/ha.
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang
Moenandir (1993) gulma umum merupakan gulma yang berada pada lahan
budidaya dan selalu berada pada tanaman yang tumbuh karena selalu berasosiasi
dengan tanaman tertentu. Dengan sendirinya gulma juga ada di sekitar tanaman
dan saling berinteraksi. Persaingan gulma dalam memperebutkan unsur hara, air,
tanaman pokok (Tjitrosoedirdjo et al., 1984). Salah satu bentuk interaksi adalah
persaingan atau kompetisi. Menurut Utomo et al. (1992), ada beberapa spesies
gulma yang dinilai penting dan berpotensi merugikan serta menjadi masalah
conjugatum. Sedangkan gulma pada lahan ubi kayu yaitu Ageratum conyzoides,
Portulacca oleracea.
21
Gulma merupakan tumbuhan yang nilai negatifnya lebih besar dari pada nilai
antara lain menjadi pesaing tanaman dalam memperoleh sarana tumbuh, menjadi
inang hama, dan penyakit, menghambat proses pemupukan dan pemanenan, serta
kehilangan hasil panen yang cukup besar (Wudianto, 2001). Untuk mengatasi
menjadi tidak berarti. Teknik pengendalian gulma menurut Triharso (1994), dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu (1) preventif; (2) mekanik; (3) kultur
teknik; (4) biologi; (5) kimiawi dengan herbisida; dan (6) secara terpadu.
Herbisida adalah zat kimia yang dapat menekan pertumbuhan gulma sementara
2006).
Menurut Triharso (1994), saat ini kehadiran herbisida bukanlah menjadi barang
baru bagi petani. Banyaknya jenis gulma menuntut petani untuk menggunakan
herbisida yang tepat untuk gulma sasaran. Dalam mengendalikan gulma secara
kimiawi hal−hal yang perlu diperhatikan adalah efikasi (daya racun), keamanan
bagi aplikator maupun lingkungan, dan aspek ekonominya. Selain itu, salah satu
hal terpenting yang harus diperhatikan adalah bahan aktif yang terkandung di
dalamnya berkaitan dengan itu, banyaknya jenis gulma ternyata berimplikasi pada
dan meningkatkan komponen hasil tanaman ubi kayu (Adnan et al., 2012).
23
yang berperan sebagai penerima elektron sehingga parakuat diklorida berubah dan
membentuk peroksida hidrogen (H2O2). Pada akhirnya H2O2 bereaksi dengan sel
hijau tumbuhan dan merusak integritas sel (Beste, 1983). Nama kimia parakuat
2+
+2CI
HC3−N+ N+−CH3
Brachiaria mutica), dan teki (C. rotundus) pada tanaman cengkeh, kakao
tanaman belum menghasilkan (TBM), kapas, karet, kelapa sawit, kelapa hibrida,
kopi, lada, padi pasang surut, tebu, teh, ubi kayu, jagung tanpa olah tanah (TOT),
pisang, lahan tanpa tanaman, padi sawah (TOT), padi gogo (TOT), dan kedelai
juga bersifat kontak yaitu dapat mematikan seluruh bagian pada tumbuhan
berklorofil secara kontak langsung, baik itu gulma maupun tanaman lain.
Ciri−ciri fisiologis gulma yang rusak akibat kerja parakuat diklorida, cepat dapat
teramati beberapa jam setelah kontak. Bagian tumbuhan yang dipengaruhi ialah
hidrogen peroksida yang sangat beracun bagi jaringan tumbuhan (Hermania et al.,
sasaran yang terkena larutan herbisida, terutama pada bagian gulma yang
berwarna hijau yang aktif berfotosintesis. Herbisida ini bereaksi sangat cepat dan
efektif jika digunakan untuk mengendalikan gulma yang masih hijau, serta gulma
yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas. Herbisida parakuat diklorida
mengendalikan gulma secara cepat, 2−3 jam setelah disemprot gulma sudah layu
dan 2−3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus
tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan.
Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui floem, karena hanya mematikan
bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat.
memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata ke
seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek racun yang lebih baik. Herbisida
kontak hanya mematikan bagian tumbuhan hidup yang terkena larutan, jadi
bagian tanaman di bawah tanah seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi.
III. BAHAN DAN METODE
Universitas Lampung pada bulan November 2014 sampai dengan Maret 2015.
Bahan−bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman ubi kayu
aktif parakuat diklorida 276 g/l), cat, pupuk Urea, TSP, KCl dan air. Varietas
UJ−3 (Thailand) diperoleh dari lingkungan sekitar dengan memilih bibit yang
Alat−alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu knapsack sprayer, nosel
merah, gelas ukur 100 ml dan 1.000 ml, plastik besar, meteran, spidol, ember,
cangkul, kuadran, oven listrik, timbangan analitik, kamera, pipet, patok, dan alat
tulis.
27
terdiri atas 7 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga diperoleh 28 unit percobaan. Pada
setiap plot percobaan diambil 8 tanaman contoh yang dipilih secara acak dan
Keterangan :
Penyiangan manual dilakukan sebanyak 1 kali pada saat aplikasi herbisida.
minimal satu jenis gulma dominan dari jenis daun lebar, rumput dan teki. Lahan
yang diperkirakan memiliki penutupan gulma tidak kurang dari 75% yang
28
tanaman ubi kayu dengan jarak antar tanaman 1 m x 1 m. Lahan dibagi menjadi
sasaran relatif merata pada setiap blok. Letak petak percobaan dapat dilihat pada
P3 P7 P5 P4 P7 P2 P6 P1
P2 P6 P6 P3 P1 P4 P2 P5
P1 P5 P7 P2 P5 P3 P7
P4 P1 P6 P3 P4
Keterangan:
P1 = Parakuat diklorida 414 l/ha
P2 = Parakuat diklorida 552 l/ha
P3 = Parakuat diklorida 690 l/ha
P4 = Parakuat diklorida 828 l/ha
P5 = Parakuat diklorida 966 l/ha
P6 = Penyiangan mekanis
P7 = Kontrol (Tanpa Pengendalian Gulma)
3.4.3 Penanaman
Ubi kayu ditanam dalam petak percobaan menggunakan stek batang berukuran
10 m
1m
1m
6m
3.4.4 Pemupukan
Pemupukan dilakukan satu kali pada waktu tanam dengan dosis 20 kg N (43,478
3.4.5 Pemeliharaan
dan pengambilan bibit ubi kayu yang telah ditanam. Apabila tidak turun hujan
digunakan pestisida dalam penelitian ini karena tidak terdapat hama dan penyakit
diklorida yaitu saat tanaman berumur 2 bulan setelah tanam. Gulma yang ada di
Aplikasi herbisida parakuat diklorida dilakukan satu kali saat tanaman ubi kayu
keracunan tanaman karena umur tanaman yang telah cukup dan penutupan gulma
terlebih dahulu dengan metode luas untuk menentukan volume semprot. Volume
a. Sebelum Aplikasi
gulma dan mengetahui jenis gulma dominan. Data yang diperoleh kemudian
berdasarkan data bobot kering gulma dan frekuensi. Variabel yang diukur pada
biomasa dilakukan satu kali sebelum aplikasi herbisida. Gulma diambil dengan
percobaan.
32
b. Setelah Aplikasi
0,5 m pada 2 titik pada 2, 4, dan 8 MSA seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.
10 m
2 1
6m
0 3 0
3
2
1
Keterangan :
= Tanaman ubi kayu yang diamati fitotoksisitasnya
0 = Titik pengambilan sampel gulma pada petak penyiangan mekanis
sebelum palikasi herbisida
1 = Titik pengambilan sampel gulma 2 MSA
2 = Titik pengambilan sampel gulma 4 MSA
3 = Titik pengambilan sampel gulma 8 MSA
33
Gulma yang berada pada petak kuadrat dipotong tepat setinggi permukaan tanah.
Gulma yang telah dipotong lalu dipilah menurut spesiesnya kemudian dipisahkan
antara bagian gulma yang masih hidup/segar dengan yang telah mati/berwarna
3. 5 Pengamatan
3.5.1 Tanaman
a. Fitotoksisitas
Daya racun herbisida terhadap tanaman diamati secara visual pada 2, 4, dan 8
keracunan tanaman dinilai secara visual pada 2, 4 dan 8 MSA dan penilaian
1 = Keracunan ringan, >5−20% bentuk daun atau warna daun dan atau
2 = Keracunan sedang, >20−50% bentuk daun atau warna daun dan atau
3 = Keracunan berat, >50−75% bentuk daun atau warna daun dan atau
4 = Keracunan sangat berat, >75% bentuk daun atau warna daun dan atau
b. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh
10 m
4 3 2 11
6m
8 7 6 5
4 3 2 11
3.5.2 Gulma
Nilai SDR pada penelitian ini digunakan untuk menentukan jenis dan urutan
gulma dominan yang ada di lahan pertanaman ubi kayu pada pengambilan gulma
awal dalam petak penyiangan mekanis. Penilaian SDR dilakukan dengan metode
pengamatan bobot kering pada setiap unit percobaan (Tjitrosoedirdjo et al., 1984).
Nilai SDR dapat dicari setelah didapat nilai bobot kering gulma, nilai SDR untuk
masing−masing spesies gulma pada petak percobaan dicari dengan rumus berikut
Bobot kering gulma didapatkan sebelumnya dengan cara memotong gulma yang
masih segar pada permukaan tanah yang telah ditentukan dengan menggunakan
kuadran berukuran 0,5 m x 0,5 m pada 2 titik percobaan, tanpa menyertakan akar
gulma (Gambar 4). Kemudian dipilah berdasarkan jenis gulma dan dioven pada
suhu konstan 80 0C selama 48 jam dan kemudian ditimbang bobot kering gulma.
Bobot kering ini kemudian akan dianalisis secara statistika dan dari hasil
efikasi herbisida yang digunakan. Bobot kering gulma yang diamati adalah bobot
parakuat diklorida terhadap gulma pada lahan ubi kayu. Penilaian persentase
penutupan gulma total dilakukan pada 2, 4 dan 8 MSA dengan cara mengamati
visual pada setiap petak percobaan. Pengamatan visual dilakukan dibantu dengan
2 orang yang secara independen menilai persentase keracunan gulma total pada
gulma total bertujuan untuk menilai apakah herbisida parakuat diklorida mampu
meracuni gulma pada lahan ubi kayu. Penilaian persentase keracunan gulma total
dilakukan pada 2, 4 dan 8 MSA dengan cara mengamati perubahan gulma yang
Data yang diperoleh diuji Bartlett untuk homogenitas ragam dan Uji Tukey untuk
menguji additivitas. Bila homogen, data dianalisis ragam. Bila uji F analisis
ragam nyata, dilanjutkan dengan uji BNT 5% untuk pemisahan nilai tengah.
53
5.1 Kesimpulan
1. Herbisida parakuat diklorida dengan dosis 414 g/ha −966 g/ha mampu
2. Herbisida parakuat diklorida dengan taraf dosis 414 g/ha−966 g/ha mampu
namun demikian parakuat diklorida dosis 414 g/ha−966 g/ha tidak dapat
hingga 8 MSA.
5.2 Saran
diklorida pada tanaman ubi kayu yang berumur lebih dari 3 bulan.
53
musim berikutnya.
54
PUSTAKA ACUAN
Adnan, H., dan Manfarizah. 2012. Aplikasi Beberapa Dosis Herbisida Glifosat
dan Parakuat Diklorida pada Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) serta
Pengaruhnya terhadap Sifat Kimia Tanah, Karakteristik Gulma dan Hasil
Kedelai. J. Agrista 16 (3):135−145.
Anwar. 2002. Residu Herbisida Paraquat + Diuron pada Baby Corn. J. Akta
Agro 5 (1): 35−40.
Baharsjah, J. S., D. Suardi, dan I. Las. 1985. Kedelai. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor. Hlm. 87−102.
Darjanto dan Murjati. 1980. Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon.
Yayasan Dewi Sri. Bogor. Hlm. 55.
Erida, G., dan T. Chamzurmi. 2008. Aplikasi Herbisida Glifosat dan Parakuat
pada Berbagai Dosis serta Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Biduri. J.
Agrista 12 (3): 1−8.
Hardiastuti, S., dan S. Budi. 2005. Persiapan Lahan Tanpa Olah Tanah dengan
Menggunakan Herbisida Paraquat dan Sulfosat serta Cara Pengendalian.
Prosiding Konferensi Nasional XVII HIGI. Hlm. 31−35.
Ipor, I. B., and C. E. Price. 1991. Effect of Shading on The Uptake and
Translocation of 14C Paraquat and 14C Imazapyr in Paspalum
conjugatum (Berg). In: Lee, S.A. and K.F. Kon (eds.). Proc. 3rd
Tropical Weed Sci. Conf. Pp. 177–184.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. Hlm. 181.
Riry, J. 2006. Daya Saing Tanaman Kedelai Hasil Desikasi Herbisida Parakuat
dan Glifosat terhadap Cekaman Gulma. J. Agrista 10 (1): 21−26.
Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gamedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hlm. 916.
Sukman, Y, dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. Hlm. 131.
LAMPIRAN
60
Keterangan :
DM : Dominan Mutlak
DN : Dominansi Nisbi
FM : Frekuensi Mutlak
FN : Frekuensi Nisbi
NP : Nilai Penting
SDR : Summed Dominance Ratio
61
Tabel 13. Analisis ragam penutupan gulma total (%) pada 2 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 915,00 305,01 1,12 0,36*
Perlakuan 6 15.329,60 2.554,93 9,42 0,00*
Galat 18 4.881,60 271,20
Total 27 21.126,20
KK (%) 35,33%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
62
Tabel 15. Analisis ragam penutupan gulma total (%) pada 4 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 461,90 153,98 0,56 0,65ns
Perlakuan 6 9.365,60 1.560,93 5,63 0,02*
Galat 18 4.988,20 277,12
Total 27 14.815,70
KK 27,42%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
63
Tabel 17. Analisis ragam penutupan gulma total (%) pada 8 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 63,20 21,06 0,20 0,89ns
Perlakuan 6 10.750,50 1.791,75 16,68 0,00*
Galat 18 1.933,90 107,44
Total 27 12.747,60
KK 15,75%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
64
Tabel 19. Analisis ragam keracunan gulma total pada (%) 2 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 4.139,50 1.379,82 8,70 0,00*
Perlakuan 6 15.890,50 2.648,41 16,70 0,00*
Galat 18 2.854,70 158,59
Total 27 22.884,60
KK 38,54%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
65
Tabel 21. Analisis ragam keracunan gulma total (%) pada 4 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 1.760,20 586,74 4,15 0,02*
Perlakuan 6 8.943,40 1.490,56 10,55 0,00*
Galat 18 2.542,80 141,27
Total 27 13.246,40
KK 44,14%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
66
Tabel 23. Analisis ragam keracunan gulma total (%) pada 8 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 797,20 265,72 2,31 0,11*
Perlakuan 6 10.974,20 1.829,04 15,87 0,00*
Galat 18 2.074,90 115,27
Total 27 13.846,30
KK 39,58%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
67
Tabel 24. Bobot kering gulma total (g/0,5 m2) pada 2 MSA.
Dosis Ulangan Rata−rat
Perlakuan Total
(g/ha) 1 2 3 4 a
Parakuat Diklorida 414 10,93 23,13 17,24 11,45 62,75 15,69
Parakuat Diklorida 552 15,49 23,67 9,71 9,36 58,23 14,56
Parakuat Diklorida 690 10,10 17,24 9,42 14,81 51,57 12,89
Parakuat Diklorida 828 15,92 8,49 13,58 6,90 44,89 11,22
Parakuat Diklorida 966 18,22 10,84 5,46 11,14 45,66 11,42
Penyiangan Mekanis − 4,91 2,86 6,28 3,74 17,79 4,45
Kontrol − 68,35 87,79 97,72 59,54 313,40 78,35
Tabel 25. Analisis ragam bobot kering gulma total (g/0,5 m2) pada 2 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 255,30 85,11 1,42 0,27*
Perlakuan 6 15.542,30 2.590,39 43,15 0,00*
Galat 18 1.080,60 60,03
Total 27 16.878,30
KK 36,51%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
68
Tabel 26. Bobot kering gulma total (g/0,5 m2) pada 4 MSA.
Dosis Ulangan Rata−rat
Perlakuan Total
(g/ha) 1 2 3 4 a
Parakuat Diklorida 414 16,50 15,93 30,84 20,14 83,41 20,85
Parakuat Diklorida 552 24,62 26,63 41,50 42,47 135,22 33,81
Parakuat Diklorida 690 18,90 36,81 31,66 36,77 124,14 31,04
Parakuat Diklorida 828 15,25 18,16 18,65 23,33 75,39 18,85
Parakuat Diklorida 966 48,43 31,78 28,57 27,94 136,72 34,18
Penyiangan Mekanis − 3,51 3,19 19,14 13,24 39,08 9,77
Kontrol − 41,70 72,50 61,39 57,74 233,33 58,33
Tabel 27. Analisis ragam bobot kering gulma total (g/0,5 m2) pada 4 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 325,90 108,63 1,52 0,24*
Perlakuan 6 5.806,47 967,74 13,57 0,00*
Galat 18 1.283,72 71,31
Total 27 7.416,09
KK 28,58%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
69
Tabel 28. Bobot kering gulma total (g/0,5 m2) pada 8 MSA.
Dosis Ulangan Rata−rat
Perlakuan Total
(g/ha) 1 2 3 4 a
Parakuat Diklorida 414 34,15 18,13 56,20 15,49 123,97 30,99
Parakuat Diklorida 552 37,12 8,17 68,94 4,73 118,96 29,74
Parakuat Diklorida 690 34,92 20,99 35,59 8,23 99,73 24,93
Parakuat Diklorida 828 26,05 28,49 37,16 35,31 127,01 31,75
Parakuat Diklorida 966 54,00 34,90 25,75 60,00 174,65 43,66
Penyiangan Mekanis − 22,40 19,51 29,75 33,81 105,47 26,37
Kontrol − 76,11 61,71 69,09 74,62 281,53 70,38
Tabel 29. Analisis ragam bobot kering gulma total (g/0,5 m2) pada 8 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 1.415,50 471,83 2,16 0,13*
Perlakuan 6 6.134,40 1.022,40 4,67 0,00*
Galat 18 3.939,10 218,84
Total 27 11.489,00
KK 40,16%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
70
Tabel 30. Bobot kering gulma I. triloba (g/0,5 m2) pada 2 MSA.
Dosis Ulangan
Perlakuan Total Rata−rata
(g/ha) 1 2 3 4
Parakuat Diklorida 414 0,00 0,90 0,00 3,18 4,08 1,02
Parakuat Diklorida 552 0,00 4,73 0,00 0,33 5,06 1,27
Parakuat Diklorida 690 0,00 0,88 0,00 1,54 2,42 0,61
Parakuat Diklorida 828 0,32 0,68 0,00 0,03 1,03 0,26
Parakuat Diklorida 966 0,00 1,52 0,00 0,00 1,52 0,38
Penyiangan Mekanis − 0,00 0,00 0,26 0,00 0,26 0,07
Kontrol − 6,25 8,16 0,48 1,87 16,76 4,19
Tabel 31. Analisis ragam bobot kering gulma I. triloba (g/0,5 m2) pada 2 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 19.192,00 639.727,00 2,47 0,09*
Perlakuan 6 48.501,00 808.347,00 3,12 0,03*
Galat 18 46.567,00 258.704,00
Total 27 114.259,00
KK 41,73%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
71
Tabel 32. Bobot kering gulma I. triloba (g/0,5 m2) pada 4 MSA.
Dosis Ulangan Rata−rat
Perlakuan Total
(g/ha) 1 2 3 4 a
Parakuat Diklorida 414 1,08 0,18 0,00 0,21 1,47 0,37
Parakuat Diklorida 552 0,65 1,29 0,00 0,00 1,94 0,49
Parakuat Diklorida 690 0,33 1,41 0,55 0,87 3,16 0,79
Parakuat Diklorida 828 0,48 0,79 0,00 0,00 1,27 0,32
Parakuat Diklorida 966 0,00 1,86 0,06 0,00 1,92 0,48
Penyiangan Mekanis − 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Kontrol − 1,37 1,47 1,13 1,30 5,27 1,32
Tabel 33. Analisis ragam bobot kering gulma I. triloba (g/0,5 m2) pada 4 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 235.784,00 78.595,00 4,41 0,02*
Perlakuan 6 417.769,00 69.628,00 3,91 0,01*
Galat 18 320.489,00 17.805,00
Total 27 974.041,00
KK 20,33%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
72
Tabel 34. Bobot kering gulma I. triloba (g/0,5 m2) pada 8 MSA.
Dosis Ulangan Rata−rat
Perlakuan Total
(g/ha) 1 2 3 4 a
Parakuat Diklorida 414 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Parakuat Diklorida 552 0,00 0,00 0,00 0,67 0,67 0,17
Parakuat Diklorida 690 0,00 0,89 0,71 0,00 1,60 0,40
Parakuat Diklorida 828 0,43 1,49 0,00 0,00 1,92 0,48
Parakuat Diklorida 966 1,52 6,37 0,00 1,33 9,22 2,31
Penyiangan Mekanis − 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Kontrol − 3,96 5,83 0,81 5,67 16,27 4,07
Tabel 35. Analisis ragam bobot kering gulma I. triloba (g/0,5 m2) pada 8 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 126.312,00 421.039,00 2,57 0,09*
Perlakuan 6 576.433,00 960.722,00 5,85 0,02*
Galat 18 295.465,00 164.147,00
Total 27 998.210,00
KK 34,39%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
73
Tabel 36. Bobot kering gulma R. brasiliensis (g/0,5 m2) pada 2 MSA.
Dosis Ulangan Rata−rat
Perlakuan Total
(g/ha) 1 2 3 4 a
Parakuat Diklorida 414 1,60 12,25 3,57 5,08 22,50 5,63
Parakuat Diklorida 552 1,07 2,89 6,70 2,58 13,24 3,31
Parakuat Diklorida 690 1,00 2,56 3,16 8,73 15,45 3,86
Parakuat Diklorida 828 3,74 1,13 5,33 2,59 12,79 3,20
Parakuat Diklorida 966 5,53 3,71 0,37 5,47 15,08 3,77
Penyiangan Mekanis − 0,85 0,85 1,54 1,02 4,26 1,07
Kontrol − 20,61 46,33 30,86 25,64 123,44 30,86
Tabel 37. Analisis ragam bobot kering gulma R.brasiliensis (g/0,5 m2) pada 2 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 89,20 29.733,00 1,26 0,32*
Perlakuan 6 2.614,93 435.822,00 18,43 0,00*
Galat 18 425,70 23.650,00
Total 27 3.129,83
KK 15,18%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
74
Tabel 39. Analisis ragam bobot kering gulma R. brasiliensis (g/0,5 m2) pada 4 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 275,24 91.746,00 0,84 0,49*
Perlakuan 6 3.057,50 509.583,00 4,65 0,01*
Galat 18 1.974,64 109.702,00
Total 27 5.307,38
KK 22,37%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
75
Tabel 40. Bobot kering gulma R. brasiliensis (g/0,5 m2) pada 8 MSA.
Dosis Ulangan Rata−rat
Perlakuan Total
(g/ha) 1 2 3 4 a
Parakuat Diklorida 414 0,00 0,00 44,27 0,00 44,27 11,07
Parakuat Diklorida 552 2,95 0,00 12,72 0,00 15,67 3,92
Parakuat Diklorida 690 6,19 0,68 0,00 0,00 6,87 1,72
Parakuat Diklorida 828 5,47 2,43 0,00 20,11 28,01 7,00
Parakuat Diklorida 966 18,84 0,00 4,16 0,00 23,00 5,75
Penyiangan Mekanis − 0,05 0,00 23,12 0,00 23,17 5,79
Kontrol − 16,16 20,75 29,74 22,60 89,25 22,31
Tabel 41. Analisis ragam bobot kering gulma R. brasiliensis (g/0,5 m2) pada 8 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 657,89 219.296,00 2,05 0,14*
Perlakuan 6 1.123,91 187.318,00 1,75 0,16*
Galat 18 1.928,05 107.114,00
Total 27 3.709,84
KK 38,72%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
76
Tabel 42. Bobot kering gulma D. ciliaris (g/0,5 m2) pada 2 MSA.
Dosis Ulangan Rata−rat
Perlakuan Total
(g/ha) 1 2 3 4 a
Parakuat Diklorida 414 1,08 0,00 1,55 0,81 3,44 0,86
Parakuat Diklorida 552 1,26 2,48 0,00 0,00 3,74 0,94
Parakuat Diklorida 690 3,08 2,00 0,35 0,22 5,65 1,41
Parakuat Diklorida 828 0,64 1,34 0,48 2,08 4,54 1,14
Parakuat Diklorida 966 2,70 0,17 0,08 0,00 2,95 0,74
Penyiangan Mekanis − 1,69 0,00 1,38 0,30 3,37 0,84
Kontrol − 17,19 15,34 23,48 12,74 68,75 17,19
Tabel 43. Analisis ragam bobot kering gulma D. ciliaris (g/0,5 m2) pada 2 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 12.836,00 4.279,00 1,10 0,37*
Perlakuan 6 901.060,00 150.177,00 38,67 0,00*
Galat 18 69.907,00 3.884,00
Total 27 983.804
KK 26,65%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
77
Tabel 44. Bobot kering gulma D. ciliaris (g/0,5 m2) pada 4 MSA.
Dosis Ulangan Rata−rat
Perlakuan Total
(g/ha) 1 2 3 4 a
Parakuat Diklorida 414 2,76 1,39 1,11 5,51 10,77 2,69
Parakuat Diklorida 552 7,05 0,24 3,09 0,00 10,38 2,60
Parakuat Diklorida 690 1,53 0,00 0,00 2,33 3,86 0,97
Parakuat Diklorida 828 2,07 2,07 1,08 1,45 6,67 1,67
Parakuat Diklorida 966 0,00 2,20 0,72 0,00 2,92 0,73
Penyiangan Mekanis − 0,24 0,00 4,50 0,00 4,74 1,19
10,5
4,28 5,77 3,48 24,07 6,02
Kontrol − 4
Tabel 45. Analisis ragam bobot kering gulma D. ciliaris (g/0,5 m2) pada 4 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 8.317,00 27.724,00 0,56 0,65ns
Perlakuan 6 79.770,00 132.950,00 2,69 0,05*
Galat 18 88.849,00 49.361,00
Total 27 176.937,00
KK 41,70%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
78
Tabel 46. Bobot kering gulma D. ciliaris (g/0,5 m2) pada 8 MSA.
Dosis Ulangan Rata−rat
Perlakuan Total
(g/ha) 1 2 3 4 a
Parakuat Diklorida 414 0,00 0,00 0,03 0,07 0,10 0,03
Parakuat Diklorida 552 0,21 0,14 0,22 0,28 0,85 0,21
Parakuat Diklorida 690 3,00 3,63 4,26 3,63 14,52 3,63
Parakuat Diklorida 828 1,10 3,00 1,66 2,90 8,66 2,17
Parakuat Diklorida 966 11,38 7,40 3,42 7,40 29,60 7,40
Penyiangan Mekanis − 0,47 6,89 0,52 0,59 8,47 2,12
Kontrol − 5,21 6,36 8,96 5,30 25,83 6,46
Tabel 47. Analisis ragam bobot kering gulma D. ciliaris (g/0,5 m2) pada 8 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 5.958,00 19.860,00 0,52 0,68ns
Perlakuan 6 198.652,00 331.087,00 8,67 0,00*
Galat 18 68.701,00 38.167,00
Total 27 273.311,00
KK 25,39%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
79
Tabel 48. Bobot kering gulma E. colonum (g/0,5 m2) pada 2 MSA.
Dosis Ulangan
Perlakuan Total Rata−rata
(g/ha) 1 2 3 4
Parakuat Diklorida 414 0,56 0,27 2,30 1,95 5,08 1,27
Parakuat Diklorida 552 3,48 2,40 2,30 4,15 12,33 3,08
Parakuat Diklorida 690 0,00 9,00 0,68 1,43 11,11 2,78
Parakuat Diklorida 828 0,00 3,70 2,19 0,00 5,89 1,47
Parakuat Diklorida 966 0,00 1,40 0,00 4,13 5,53 1,38
Penyiangan Mekanis − 0,75 0,00 1,46 0,00 2,21 0,55
Kontrol − 1,55 5,45 7,48 2,93 17,41 4,35
Tabel 49. Analisis ragam bobot kering gulma E. colonum (g/0,5 m2) pada 2 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 18.462,00 615.390,00 1,33 0,30*
Perlakuan 6 41.941,00 699.009,00 1,51 0,23*
Galat 18 83.112,00 461.732,00
Total 27 143.514,00
KK 40,97%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
80
Tabel 50. Bobot kering gulma E. colonum (g/0,5 m2) pada 4 MSA.
Dosis Ulangan
Perlakuan Total Rata−rata
(g/ha) 1 2 3 4
Parakuat Diklorida 414 3,63 3,60 3,60 1,46 12,29 3,07
Parakuat Diklorida 552 0,03 0,06 0,00 0,00 0,09 0,02
Parakuat Diklorida 690 2,58 1,70 4,04 2,02 10,34 2,59
Parakuat Diklorida 828 3,67 2,63 2,63 1,59 10,52 2,63
Parakuat Diklorida 966 10,12 9,76 14,45 6,16 40,49 10,12
Penyiangan Mekanis − 0,19 0,00 0,00 0,00 0,19 0,05
Kontrol − 3,91 2,32 5,51 3,91 15,65 3,91
Tabel 51. Analisis ragam bobot kering gulma E. colonum (g/0,5 m2) pada 4 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 17.491,00 58.304,00 3,38 0,04*
Perlakuan 6 276.731,00 461.219,00 26,75 0,00*
Galat 18 31.037,00 17.243,00
Total 27 325.259,00
KK 14,02%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
81
Tabel 52. Bobot kering gulma E. colonum (g/0,5 m2) pada 8 MSA.
Dosis Ulangan Rata−rat
Perlakuan Total
(g/ha) 1 2 3 4 a
Parakuat Diklorida 414 2,21 1,47 0,74 1,47 5,89 1,47
Parakuat Diklorida 552 5,24 2,67 2,67 0,11 10,69 2,67
Parakuat Diklorida 690 1,83 2,74 3,66 1,83 10,06 2,52
Parakuat Diklorida 828 0,00 1,40 0,00 0,00 1,40 0,35
Parakuat Diklorida 966 2,26 2,62 2,26 1,91 9,05 2,26
Penyiangan Mekanis − 0,92 1,07 0,92 0,77 3,68 0,92
Kontrol − 1,45 1,54 1,62 1,04 5,65 1,41
Tabel 53. Analisis ragam bobot kering gulma E. colonum (g/0,5 m2) pada 8 MSA.
SK DK JK KNT F−hitung Peluang
Ulangan 3 41.483,00 138.276,00 1,73 0,19*
Perlakuan 6 179.171,00 298.618,00 3,74 0,02*
Galat 18 143.573,00 0,79763,00
Total 27 364.227,00
KK 20,67%
Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DK : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KNT : Kuadrat nilai tengah
KK : Koefisien keragaman
* : Terima HA pada p≤0,05
tn : Terima H0
82
Tabel 55. Transformasi √ (x+0,5) tinggi tanaman ubi kayu (cm) pada 2 MSA.
Dosis Ulangan
Perlakuan Total Rata−rata
(g/ha) 1 2 3 4
Parakuat Diklorida 414 6,81 7,30 7,04 7,07 28,21 7,05
Parakuat Diklorida 552 6,82 6,96 7,11 7,31 28,20 7,05
Parakuat Diklorida 690 6,87 6,93 7,32 7,98 29,10 7,28
Parakuat Diklorida 828 7,01 6,41 7,64 7,47 28,54 7,13
Parakuat Diklorida 966 7,09 6,27 6,93 7,16 27,46 6,86
Penyiangan Mekanis − 6,91 6,18 7,01 7,25 27,35 6,84
Kontrol − 6,99 6,75 7,12 7,04 27,91 6,98
Tabel 58. Transformasi √ (x+0,5) tinggi tanaman ubi kayu (cm) pada 4 MSA.
Dosis Ulangan
Perlakuan Total Rata−rata
(g/ha) 1 2 3 4
Parakuat Diklorida 414 7,40 8,62 7,98 9,39 33,39 8,35
Parakuat Diklorida 552 8,02 8,73 9,99 8,76 35,50 8,88
Parakuat Diklorida 690 8,06 8,09 8,90 9,09 34,14 8,53
Parakuat Diklorida 828 8,15 7,49 10,26 9,91 35,81 8,95
Parakuat Diklorida 966 9,42 8,10 7,86 8,46 33,84 8,46
Penyiangan Mekanis − 8,65 7,10 8,50 9,00 33,24 8,31
Kontrol − 7,44 7,98 8,32 8,25 31,99 8,00
Tabel 61. Transformasi √ (x+0,5) tinggi tanaman ubi kayu (cm) pada 8 MSA.
Dosis Ulangan Rata−rat
Perlakuan Total
(g/ha) 1 2 3 4 a
Parakuat Diklorida 414 8,30 10,16 9,28 84,00 111,73 27,93
Parakuat Diklorida 552 9,17 9,72 12,23 70,00 101,13 25,28
Parakuat Diklorida 690 9,64 9,55 11,25 57,50 87,94 21,99
Parakuat Diklorida 828 9,63 8,25 12,05 37,50 67,44 16,86
11,3
966 8,42 9,75 50,00 79,55 19,89
Parakuat Diklorida 9
10,7
10,40 10,17 62,50 93,85 23,46
Penyiangan Mekanis − 8
100,0
8,59 9,38 9,99 127,96 31,99
Kontrol − 0
Gambar 8. Bibit tanaman ubi kayu Varietas UJ-3 (Thailand) yang akan ditanam.
86
Gambar 10. Lahan yang telah ditanami ubi kayu Varietas UJ-3 (Thailand).
87
Gambar 11. Kondisi lahan yang ditumbuhi gulma saat 3 minggu setelah tanam
(MST).
Gambar 12. Pemupukan pada tanaman ubi kayu dengan cara tugal.
88
Gambar 15. Efikasi herbisida parakuat diklorida 4 minggu setelah aplikasi (MSA)
terhadap gulma pada budidaya tanaman ubi kayu.
91