Anda di halaman 1dari 33

NILAI TAMBAH PENGOLAHAN JAMUR TIRAM MENJADI STICK

JAMUR TIRAM DAN SALURAN PEMASARAN

(Studi Kasus :JL.Surdirman No.9 Froklamasi, Kecamatan Siantar Barat,


Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara )

PROPOSAL

Oleh

MARTIN MANULLANG

218320016

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2022
NILAI TAMBAH PENGOLAHAN JAMUR TIRAM MENJADI STICK
JAMUR TIRAM DAN SALURAN PEMASARAN

(Studi Kasus : : JL.Surdirman No.9 Froklamasi, Kecamatan Siantar Barat,


Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara )

PROPOSAL

Proposal adalah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian


dalam Menyusun Skripsi untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia

Oleh
MARTIN MANULLANG

218320016

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2022
Judul Skripsi : Nilai Tambah Jamur Tiram Menjadi Stick Jamur
Tiram Dan Saluran Pemasaran
Studi Kasus :JL.Surdirman No.9

Froklamasi,Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematang Siantar, Sumatera

Utara )

Nama : Martin Manullang


NPM : 218320016

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

( Donny Ivan Simatupang, SP.M.Agb) (Medi Lilis W.Nainggolan,SP, MP)


Ketua Anggota

Diketahui Oleh :

(Helena Tatcher Pakpahan, SP, M.Si)

Ketua Program Studi Agribisnis


BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pengolahan hasil pertanian khususnya olahan jamur tiram merupakan salah

satu alternatif dalam mengantisipasi hasil produksi berlimpah yang tidak dapat

dipasarkan lagi karena penurunan mutu.Jamur tiram dapat diolah menjadi

berbagai produk olahan yang memiliki nilai tambah, seperti jamur tiram krispi,

nugget jamur, atau makanan ringan lainnya. Penelitian ini dilakukan di usaha kecil

jamur krispi Berkah Cinta Trenggalek dengan pertimbangan bahwa UMKM ini

merupakan salah satu UMKM unggulan yang ada di Kabupaten Trenggalek.

Produk dari usaha kecil stick jamur tiram Berkah Cinta Trenggalek yaitu “Jamur

Mantan” seringkali dijadikan sebagai produk oleh-oleh khas Trenggalek selain

tempe keripik dan alen-alen. Antusias masyarakat terhadap produk ini pun

terlihat sangat baik.(H Kara, 2014).

Pada awalnya tumbuhan jamur kurang begitu diminati masyarakat, bahkan

cenderung dipandang sebagai komoditas yang tidak bernilai. Karena selain hanya

tumbuh di hutan tepatnya pada pohon kayu, tumbuhan jamur ini juga dipandang

tak memiliki nilai gizi maupun nilai ekonomi. Namun setelah banyaknya

penelitian tentang manfaat dan nilai gizi yang terkandung dalam jamur maka

perlahan jamur menjadi suatu komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan dicari.

Salah satu jamur pangan yang berasal dari hutan adalah Jamur tiram yang menjadi

salah satu hasil hutan non kayu.(Soemargono et al., 2020).

Jamur adalah salah satu komoditas hortikultura yang dapat digunakan

untuk pangan dan nutraceutical (makanan dan minuman untuk pencegahan dan

pengobatan penyakit). Budidaya jamur memiliki prospek yang cukup cerah di


Indonesia karena kondisi alam yang sangat mendukung, selain itu bahan baku

membuat substrat atau log tanam jamur cukup berlimpah. Indonesia berpotensi

menjadi salah satu negara produsen jamur konsumsi (edible mushrooms) karena

memiliki berbagai macam jenis jamur yang bergizi tinggi dan dapat digunakan

sebagai produk kesehatan. Hal ini dapat menjadi salah satu potensi penerimaan

negara (Sary, 2016).

Pengolahan hasil pertanian khususnya olahan jamur tiram merupakan salah

satu alternatif dalam mengantisipasi hasil produksi berlimpah yang tidak dapat

dipasarkan lagi karena penurunan mutu (Hermida et al., 2017). Jamur tiram dapat

diolah menjadi berbagai produk olahan yang memiliki nilai tambah, seperti stick

jamur tiram, nugget jamur, atau makanan ringan lainnya. Penelitian ini dilakukan

di usaha kecil stick jamur tiram Berkah Cinta Trenggalek dengan pertimbangan

bahwa UMKM ini merupakan salah satu UMKM unggulan yang ada di

Kabupaten Trenggalek. Produk dari usaha kecil stick jamur tiram Berkah Cinta

Trenggalek yaitu “Jamur Mantan” seringkali dijadikan sebagai produk oleh-oleh

khas Trenggalek selain tempe,keripik dan alen-alen.Antusias masyarakat

terhadap produk ini pun terlihat sangat baik. (H Kara, 2014).

1.2. Rumusan Masalah

1. Berapa tahapan proses pengolahan Jamur Tiram menjadi stick jamur tiram

ditempat penelitian.

2. Berapa nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan Jamur Tiram menjadi

Stick Jamur Tiram ditempat penelitian.

3. Mengapa pendapatan pengolahan Jamur Tiram menjadi stick tiram ditempat

penelitian..
4. Apakah pengolahan Stick Jamur Tiram layak diusahakan ditempat

penelitian.

5. Bagaimana saluran pemasaran Jamur Tiram didaerah penelitian

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pengolahan Jamur Tiram Menjadi Stick Jamur

Tiram di tempat penelitian.

2. Untuk mengetahui pendapatan pengolahan Jamur Tiram Menjadi Stick

Jamur Tiram di tempat penelitian.

3. Untuk mengetahui nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan Jamur

Tiram Menjadi Stick Jamur Tiram di tempat penelitian.

4. Untuk menganalisis layak atau tidaknya industri pengolahan jamur tiram

menjadi Stick Jamur Tiram.

5. Untuk mengetahui saluran pemasaran Jamur Tiram didaerah tempat

penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada

program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Methodist

Indonesia.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyasrakat umum maupun petani jamur

tiram yang tertarik dalam pengembangan usaha pengolahan Jamur Tiram

Menjadi Stick Jamur Tiram.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang memiliki relefansi dengan

tujuan penelitian ini


4. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan instansi terkait dalam

menentukan kebijakan atau program yang terkait dengan pengembangan

usaha Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram.

5. Menambah wawasan kepada para pembaca untuk menambah sumber

literatur mengenai jamur tiram menjadi stik jamur tiram sehingga dapat

menambah wawasan baru bagi masyarakat.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian Jamur Tiram

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dinamakan demikian karena bentuknya

seperti tiram atau oyster mushroom. Jamur tersebut merupakan jamur kayu yang

tumbuh berderet menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh

buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang. Tetapi

ada yang menyebut sebagai Jamur Barat. Ada beberapa jenis jamur tiram yaitu

jamur tiram putih susu, jamur tiram merah jambu, jamur tiram kelabu dan jamur

tiram coklat jamur tiram putih yang paling dikenal enak dan disukai masyarakat.

Jamur tiram tumbuh sepanjang tahun diberbagai iklim. Budidaya menggunakan

media serbuk kayu sengon, ditumbuhkan di dalam rumah jamur intensitas cahaya

kurang dari 40 lux, penyinaran tidak langsung, dan kelembaban ruang 80-85%.

(Widodo, 2007).

Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada

batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar

membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah ini memiliki

tudung (pileus) dan tangkai (stipe/stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram

berukuran 5 – 15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis – lapis seperti insang

berwarna putih dan lunak. Sedangkan tangkainya dapat pendek atau panjang (2

cm – 6 cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi

pertumbuhannya. Tangkai ini menyangga tudung agak lateral di bagian tepi atau

eksentris. (Kirana, 2010).

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) tergolong kedalam jamur pangan yang


tudungnya berbentuk setengah lingkaran seperti pada cangkang tiram dan pada

bagian tengah tudung terdapat cekungan. Pada tubuh buah jamur tiram memiliki

batang yang berada di posisi pinggir tudung (bahasa Latin: Pleurotus), selain itu

juga bentuk dari jamur ini menyerupai tiram (Ostreatus), maka dari itu jamur

tiram memiliki nama binomial yaitu Pleurotus ostreatus. (Cookson & Stirk, 2019).

Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa

melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup

dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin, protein

dan senyawa pati dari organisme lain. Di alam, zat-zat nutrisi tersebut biasanya

telah tersedia dari proses pelapukan oleh aktivitas mikroorganisme (Kirana, 2010).

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) digolongkan ke dalam organisme

yang berspora, memiliki inti plasma, tetapi tidak berklorofil. Tubuhnya tersusun

dari sel-sel lepas dan sel-sel bergandengan berupa benang (hifa). Kumpulan dari

hifa yang menyusun tubuh buah disebut miselium. Hifa akan tumbuh bercabang-

cabang, sedangkan miselium membentuk gumpalan-gumpalan kecil sebagai awal

pembentukan tubuh buah. Lalu gumpalan-gumpalan tersebut bertambah besar dan

membentuk bulatan. Struktur yang berbentuk bulatan inilah yang akan menjadi

bakal tubuh buah jamur (Ii & Tiram, 2008).

2.1.2 Jamur Tiram Menjadi Stick Jamur Tiram

Stick jamur tiram adalah jenis makanan ringan yang terbuat dari olahan

jamur tiram dan di campuran bahan-bahan lain seperti tepung terigu, tepung

tapioka, tepung beras, ketumbar ,kaldu jamur,garam,gula dan minyak goreng.

(Salma, 2021).

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa usaha stick jamur tiram ini
bukanlah usaha yang benar-benar baru di pasaran. Hal ini dikarenakan saat ini

sudah ada usaia sejenis yang beredar di pasaran. Oleh karena itu, kami mencoba

untuk mengemas usaha stick jamur tiram "Kriuk" ini sebagai suatu bentuk usaha

yang berbeda dengan usaha sejenis yang sudah ada telebih dulu di pasaran. Usaha

stick jamur tiram "Renyah" ini mempunyai bebenpa keunggulan antara lain :

1. Variasi rasa yang berbeda dari produk sejenis di pasaran, seperti rasa pedas

odginal level l, pedas original level 2, pedas original level 3, dan lainlain

2. Aman untuk dikonsumsi bagi semua usia dan juga bermanfaat bagi kesehatan

karena berbagai kandungan gizi yang terdapat di dalamnya

3. Harga yang ditawarkan sangat terjangkau

4. Proses produksinya higienis Kemasan yang unik (Jamur & Kriuk, 2014)

Tiram putih adalah Sick Jamur Tiram, sosis jamur, bakso jamur dan nugget

jamur. Makanan ini termasuk makanan yang sehat bernilai gizi tinggi dan

dapat menjadi alternatif produk olahan bagi pengusaha mikro jamur tiram di

Kota Palangka Raya.

Stick Jamur Tiram akan dijalankan selama banyak konsumen atau peminat

yang ingin mengkonsumsinya, yang akan dilakukan adalah melakukan produksi

walaupun sedikit demi sedikit dengan modal yang dimiliki, mengenalkan produk

kepada konsumen melalui media sosial seperti Whatshapp, Instagram, Facebook.

menjual jamur krispie di tempat jualan Es thai tea dan dalgona.(Salma, 2021).

Stick jamur tiram, dan lain sebagainya. Sedangkan dulu jamur hanya

tumbuh menumpang pada batang-batang kayu yang sudah mati dan lapuk.

Sehingga pada jaman dahulu jamur susah sekali ditemukan. Namun, seiring

dengan berjalannya waktu, perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin maju,
sekarang jamur dapat dibudidayakan. Para ahli membuat semacam lingkungan

dimana jamur dapat tumbuh dan berkembang, walau dimusim kemarau sekalipun.

Lingkungan ini yaitu dengan membuat media tanam jamur yang disebut dengan

baglog jamur. Bahan yang digunakan dalam pembuatan baglog jamur atara lain,

serbuk kayu sisa gergajian sebagai bahan utamanya, kemudian dicampur

dedak/bekatul, tepung jagung, dan pupuk sebagai nutrisinya, kemudian ditambah

sedikit kapur untuk menetralisir tingkat keasaman/basa kayu. Setelah semua

komposisi tersebut tercampur dengan merata, kemudian dimasukan ke dalam

polibag untuk selanjutnya dipadatkan atau dipress. (L. Belakang, 2015).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Flavor Jamur

Jamur tiram termasuk bahan pangan yang mudah rusak. Beberapa hari

setelah panen, mutu jamur tiram turun dengan cepat sampai tidak layak dimakan.

Perubahan mutu yang terjadi antara lain layu, warna menjadi kecoklatan, lunak

dan cita rasanya berubah. Pengolahan bahan pangan merupakan salah satu fungsi

untuk memperbaiki mutu bahan pangan, memberikan kemudahan dalam

penanganan, efisiensi biaya produksi, memperbaiki cita rasa dan aroma dan

penganekaragaman produk. Pengolahan jamur tiram menjadi produk kerupuk

merupakan salah satu upaya diversifikasi produk olahan jamur. Kerupuk oleh

sebagian masyarakat Indonesia dikenal sebagai makanan ringan dan praktis tidak

memerlukan metode penyimpanan khusus dalam distribusi.(Astuti et al., 2017).

2.2.2 Agroindustri

Agroindustri Menurut beberapa ahli di bidangnya, agroindustri didefinisikan

secara berbeda-beda. Berikut beberapa definisi dari perancangan yang dijelaskan


oleh para ahli. Pengertian agroindustri merupakan pabrik yang mengelola bahan

baku hasil pertanian termasuk tanaman, ternak, dan tanah menjadi olahan produk

di antara intermediate produk ataupun produk akhiran. Arifin (2004). Agroindustri

adalah industri yang berperan dalam menyediakan bahan baku dari hasil produk

pertanian dan berperan dalam pengembangan sebagai kelanjutan dari

pembangunan di bidang pertanian. Agroindustri berperan penting dalam

pengembangan dan pembangunan pertanian. Hal itu dapat dilihat dari peranan

menambah pendapatan, menyediakan lapangan pekerjaan, dan menambah devisa

serta mendukung pertumbuhan industri lain. (Rezzazusman, 2014). Oleh karena

itu, dengan adanya agroindustry dapat mengolah hasil pertanian menjadi produk

baru yang lebih tahan lama dan siap dikonsumsi.(Astuti et al., 2017).

2.2.3 Nilai Tambah

nilai tambah pengolahan stick jamur tiram di daerah penelitian, dihitung

dengan menggunakan metode perhitungan nilai tambah hayami. Selain nilai

tamabah,metode perhitungan nilai tambah hayami juga menganalisis pendapatan

tenaga kerja, keuntungan pengusaha, serta dapat melihat margin yang diperoleh

dari pengolahan stick jamur tiram tersebut.Secara rinci, perhitungan nilai tambah

dengan menggunakan metode hayami berdasarkan data yang diperoleh dari

lapangan.(Akuntansi & Ratulangi, 2018).

Nilai tambah pengolahan stick jamur tiram di daerah penelitian, dihitung

dengan menggunakan metode perhitungan nilai tambah hayami. Selain nilai

tamabah, metode perhitungan nilai tambah hayami juga menganalisis pendapatan

tenaga kerja, keuntungan pengusaha, serta dapat melihat margin yang diperoleh

dari pengolahan stick jamur tiram tersebut.Secara rinci, perhitungan nilai


tambah dengan menggunakan metode hayami berdasarkan data yang diperoleh

dari lapangan.(Pramudya & Cahyadinata, 2012)

Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditi karena

mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dalam suatu proses

produksi. Definisi nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditi karena

adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan

(Hayami 1987). Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form

utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan (time

utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan

manajemen(Topcu & In, 2013).

2.2.4 Biaya Produksi

Sarana produksi yang diperlukan dalam usaha budidaya jamur tiram putih

antara lain bangunan, peralatan dan bahan-bahan.Budidaya jamur tiram putih

secara komersial memerlukan beberapa bangunan yang diperlukan dalam kegiatan

usahanya.Bangunan jamur sederhana dapat dibuat dari kerangka kayu ( bambu)

beratap daun rumbia,anyaman bambu atau anyaman jerami padi. Ukuran

kumbung yang ideal adalah 84m2 ( 12m x7m) dan tinggi 3,5m. Pada umumnya

kumbung atau bangunan jamur tiram terdiri atas beberapa ruangan,yaitu ruang

persiapan, ruang inokulasi,ruang inkubasi, ruang penanaman,dan ruang

pembibitan.(Zulfahmi et al., 2011).

Sebelum melakukan proses budidaya, Usaha jamur tiram perlu melakukan

persiapan sarana produksi. Hal tersebut dikarenakan, dengan adanya sarana

produksi yang memadai maka proses budidaya akan dapat berjalan dengan baik.

Sarana produksi tersebut mencakup pemilihan lokasi, rumah jamur, dan peralatan
yang dibutuhkan. (Topcu & In, 2013).

Produksi jamur tiram adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh petani

jamur tiram putih di Desa Giri Rejo Kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda

Utara kota Samarinda untuk menghasilkan dan menambah nilai guna dari jamur

tiram tersebut. Jumlah bag log yang dimiliki petani sebagai media tumbuh jamur

tiram putih sebanyak 1000 bag log dan setiap bag log dapat dipanen beberapa kali

selama 1-6 bulan. Setiap baglog ratarata menghasilkan jamur tiram putih sebanyak

2-3 ons. (Ferhamsyah, 2012).

2.2.5 Penerimaan

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa penerimaan usaha budidaya

jamur tiram di Kecamatan Curup Tengah diperoleh dari hasil kali antara produksi

jamur tiram dengan harga jual yang berlaku di tingkat konsumen. (Pramudya &

Cahyadinata, 2012).

Faktor produksi merupakan hal yang sangat penting dalam usahatani jamur

tiram putih. Faktor produksi yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi biaya

balog, bibit, biaya botol kaca, biaya kentang, biaya gula, biaya tepung jagung,

biaya plastik, biaya ring balok, tenaga kerja, dan biaya bekatul. Keseluruhan biaya

tersebut merupakan biaya variabel yang harus dikeluarkan pada setiap musim

produksi jamur tiram. Untuk penggunaan biaya tetap yang dianalisis dalam

penelitian ini meliputi : biaya abodemen listrik dan biaya listrik ditambah air yang

digunakan, serta biaya penyusutan alat yang digunakan. (Pramudya &

Cahyadinata, 2012).
2.2.6 Pendapatan

Keberhasilan kegiatan usahatani dapat dilihat melalui analisis pendapatan

usahatani. Pengeluaran total usahatani jamur tiram putih ini terdiri dari

pengeluaran tetap dan pengeluaran variabel. Pendapatan adalah selisih antara

penerimaan dengan biaya produksi. analisis pendapatan pada umumnya digunakan

untuk mengevaluasi kegiatan usaha pertanian dalam satu tahun, dengan tujuan

untuk membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Analisis pendapatan

usahatanai bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari

usaha yang dilakukan. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada petani jamur

tiram putih di Kecamatan Curup Tengah didapatlah data untuk analisis

pendapatan dengan menggunakan rumus untuk menghitung pendapatan.

(Pramudya & Cahyadinata, 2012).

Pendapatan usaha dari hasil pengolahan jamur tiram putih yang di dapat dari

hasil penjualan produksi stick jamur tiram dan nugget dikurangi dengan biaya

yang dikeluarkan dalam proses produksi dalam waktu satu bulan produksi dimana

Pd adalah pendapatan usaha pengolahan jamur tiram (Rp/Bulan), TR adalah total

penerimaan ( Rp/Bulan), TC adalah total biaya ( Rp/Bulan), Y adalah jamur tiram

(kg), Py adalah harga jamur tiram (Rp/kg), Y adalah Produksi usaha (kg/Bulan),

Px adalah harga input ( Rp), dan X adalah jumlah input.(Pramudya &Cahyadinata,

2012).

2.2.7 Kelayakam Usaha

Kelayakan usaha adalah suatu ukuran untuk mengetahui apakah suatu usaha

layak untuk dikembangkan. Layak dalam arti luas dapat menghasilkan

manfaat/benefit bagi petani. (Farhah et al., 2017).


Suatu usahatani yang akan dilaksanakan dinilai dapat memberikan

keuntungan atau layak diterima jika dilakukan analisis kelayakan usaha,kelayakan

usaha dapat diketahui dengan pendekatan R/C. R/C adalah singkatan dari Revenue

Cost Ratio atau dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara total penerimaan

(TR) dan total biaya (TC), (Farhah et al., 2017).

Usaha adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk mendapatkan

penghasilan, baik berupa uang ataupun barang yang digunakan untuk pemenuhan

kebutuhan dan mencapai kemakmuran yang diinginkan. Oleh karena itu sasaran

dari usaha yang kita lakukan adalah hasil atau keuntungan, baik diperoleh secara

langsung maupun tak langsung.(Farhah et al., 2017).

Dalam menganalisis kelayakan usahatani jamur tiram ini dipergunakan

beberapa perhitungan-perhitungan yang digunakan yaitu investasi, perkiraan

pembelian bibit atau baglog, perkiraan produksi, biaya operasional, penerimaan,

perhitungan kriteria investasi, dan analisis sensitivitas. (SahaDewa et al., 2019).

2.2.8 Defenisi Pemasaran

Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang

melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang mencakup

barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dengan tujuan

menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terkait. Manajemen pemasaran

dapat diterapkan pada semua bidang usaha. Dalam manajemen terdapat fungsi

penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan atau penerapan serta pengawasan.

Tahap perencanan merupakan tahap yang menentukan terhadap kelangsungan dan

kesuksesan suatu organisasi pemasaran. Proses perencanaan merupakan satu

proses yang selalu memandang ke depan atau pada kemungkinan masa akan
datang termasuk dalam pengembangan program, kebijakan dan prosedur untuk

mencapai tujuan pemasaran.

2.2.9 Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran merupakan serangkaian lembaga pemasaran yang

menyelenggarakan kegiatan pemasaran suatu produk/komoditi. Oleh karena itu,

berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa saluran pemasaran jamur tiram putih

organik di Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 4 (empat) saluran pemasaran

dengan keterlibatan beberapa pedagang perantara (middleman), antara lain

pedagang besar, pedagang pengumpul kecamatan, pengecer, dan pedagang jamur

crispy.(ButarButar & Sitorus, 2017).

Jamur di Kota Denpasar kebanyakan dipasarkan lewat pedagang perantara.

Munculnya pedagang perantara di Kota Denpasar disebabkan oleh beberapa hal

antara lain: lokasi usahatani jamur tiram terpencar-pencar, jamur termasuk bahan

pangan yang mudah rusak (perishable), oleh beberapa petani transportasi

merupakan kendala, dan juga adanya sikap petani yang enggan untuk membangun

jaringan bisnis langsung kepada konsumen akhir. (Denpasar, 2016).

2.3. Penelitian Terdahulu

Tujuan penelitan ini adalah bertujuan untuk melatih mahasiswa/i dalam

Berwirausaha, wirausaha adalah untuk kegiatan yang memerlukan sikap mental

yang kuat serta keberanian dan keuletan untuk mencoba, sehingga menciptakan

suatu produk yang dari tidak berharga menjadi berharga, dari tidak menarik

menjadi menarik, tentunya dalam suatu usaha harus adanya Skills (keterampilan).

Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali. Percobaan pertama yang dilakukan

gagal, percobaan kedua menghasilkn produk jamur krispie yang kurang gurih dan
uji coba ketiga dengan berhasil,tetapi bukan merupakan takaran yang pas untuk

menghasilkan 33 pcs jamur atau 2 Kg jamur krispie, percobaan keempat

menghasilkan produk jamur krispie 2 Kg yang siap di packing dan menghasilkan

33 pcs Agroindustri jamur tiram crispy saat ini sudah banyak dilirik oleh

masyarakat. (Salma, 2021).

Kelompok Tani Jamur Tiram Sangalang Hapakat adalah salah satu

kelompok tani yang khusus mengembangkan jamur tiram di Desa Tanjung

Sangalang, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Katingan, Provinsi

Kalimantan Tengah. Kelompok tani ini beranggotakan 9 orang di mana saat ini

telah melayani penjualan bibit, baglog, dan juga jamur tiram kepada masyarakat.

Dalam upaya diversifikasi produk jamur tiram dan penambahan pengetahuan

kelompok tersebut diperlukan pelatihan pengolahan pascapanen jamur tiram.

Oleh sebab itu pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pelatihan pengolahan

jamur tiram dalam rangka diversifikasi produk sehingga dapat memaksimalkan

keuntungan yang diperoleh. Pelaksanaan kegiatan dibagi dalam dua tahap, yakni

pengolahan jamur tiram dan pemasaran secara daring produk jamur tiram.

Pengolahan jamur tiram menjadi produk makanan komersial telah berhasil

dilaksanakan pada Kelompok Tani Jamur Tiram Sangalang Hapakat, Desa

Tanjung Sangalang. Semua anggota kelompok tani terutama ibu-ibu telah mampu

mengolah jamur tiram menjadi makanan rumahan atau untuk dikomersialkan.

Produk yang dihasilkan dari pelatihan ini adalah Stick jamur tiram, sate jamur,

risoles, dan abon jamur. Selain itu, dengan pelatihan pemasaran secara online

memberikan pengetahuan kepada kelompok tani tersebut dalam menjual

produknya di berbagai platform market online dan juga media sosial. Kondisi desa
yang masih kesulitan terhadap akses internet membuat hasil dari pelatihan

pemasaran online ini kurang maksimal, namun demikian kelompok tani tersebut

telah dapat memasarkan produk jamurnya secara online.(Soemargono et al., 2020)

2.4. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian gambaran kerangka berpikir menjelaskan bahwa Jamur

Tiram merupakan Jamur Tiram yang diusahakan oleh masyarakat UMKM

Pemantang Siantar. Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematang Siantar, Sumatera

Utara) Pengolahan Jamur Tiram menjadi Jamur Crispy memberikan nilai tambah

untuk Jamur Tiram itu sendiri, besarnya nilai tambah tergantung dari teknologi

yang di gunakan dalam proses produksi dan adaya perlakuan lebih lanjut pada

produk yang dihasilkan.

Hasil olahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram pada umumnya terdiri

atas beberapa saluran pemasaran hingga sampai ke konsumen akhir. Selama

proses itu, suatu usaha melakukan fungsi pemasaran seperti pembelian, penjualan,

sortasi, transportasi, penyimpanan dan lain-lain.

Biaya pemasaran sering diukur dengan margin pemasaran yang mana

merupakan perbedaan antara harga yang diterima oleh produsen dengan harga

yang harus dibayarkan oleh konsumen akhir. Besar kecilnya perbedaan harga

ditingkat konsumen akhir akan dipengaruhi oleh banyaknya lembaga pemasaran

yang ikut dalam proses pemasaran, panjang atau pendeknya saluran yang dilalui

dan jarak pasar. Maka perlu dihitung Farmer's Share dari harga jual yang diterima

oleh produsen dan pedagang perantara pada pemasaran Jamur Tiram. Dan untuk

memperoleh rasio keuntungan terhadap biaya dapat digunakan untuk mengetahui

tingkat efisiensi sistem pemasaran dengan membandingkan keuntungan


pemasaran yang diperoleh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh

lembaga pemasaran.

Harga jual yang telah ditetapkan oleh UMKM Pemantang Siantar Berkah

berpengaruh terhadap penerimaan yang nantinya akan dikurangi dengan biaya

selama proses produksi berlangsung sehingga terlihat berapa pendapatan dari

produksi tersebut.

Peningkatan nilai produk dapat meningkatkan pendapatan para pelaku di

dunia industri. Agar pendapatan yang diperoleh menguntungkan, maka produsen

harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah.

Pengolahan dengan teknologi yang baik akan menghasilkan produk dengan

kualitas baik sehingga produk olahan akan lebih tinggi dan dapat memperbesar

nilai tambah yang diperoleh. Adanya perlakuan terhadap produk yang dihasilkan

akan menunjukkan layak atau tidak layaknya suatu usaha untuk dilakukan. Secara

sistematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada skema gambar berikut.


Produsen

UMKM
Pemantang
Siantar

Jamur Tiram

Proses Produksi
Jamur crispy

Harga jual

Saluran
Pemasaran
Pemasaran

Margin
Biaya Produksi
Pemasaran
Pendapatan

Nilai Tambah

Kelayakan

Layak Tidak Layak

Gambar. 1. Skema Kerangka Pemikiran.


2.5. Hipotesis Penelitian

Rumusan masalah dan landasan teori diatas, maka hipotesis dari penelitian

ini, antara lain:

1. Nilai Tambah Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram tergolong tinggi.
2. Usaha Pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram layak untuk
diusahakan.
3. Nilai Tambah Pengolahan Jamur Tiram terhadap Saluran Pemasaran.
4. Nilai Tambah Pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram.
5. Perpanduan Nilai Tambah dengan Saluran Pemasaran terhadap Jamur Tiram
menjadi Stick Jamur Tiram.
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode penetuan daerah penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) penetuan

dilakuan di pamantang siantar jamur tiram, jl. Sudirman No proklamasi,

kecamatan siantar barat kota pematang siantar sumatra utara. Pemilihan secara

objektif karena pada kecamatan tersebut dapat ditemui perusahaan jamur tiram

menjadi Stick Jamur Tiram

3.2. Metode panentuan sempel

Populasi dalam sampel dalam penelitian ini dibagi atas dua jenis sampel.

Sampel Pertama Metode penentuan sampel akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah salah satu

teknik dalam penentuan sampel yang menggunakan pertimbangan tertentu dalam

pemilihan sampel. Purposive sampling adalah teknik untuk menentukan sampel

penelitian dengan beberapa representative. Sampel yang diambil dalam penelitian

ini adalah owner, dua orang karyawan, dan dua orang konsumen dari masing –

masing usaha Jamur Tiram Siantar. Sampel yang diambil dapat mewakili dari

masing – masing sampel yang dibutuhkan. Sampel merupakan informan kunci

yang dianggap paling tahu tentang informasi yang dibutuhkan.

Sampel kedua yaitu pedagang, dimana metode pentuan sampel yang

digunakan untuk pedagang ialah metode penelusuran (snowball sampling), yaitu

menelusuri pedagang yang terlibat didalam saluran pemasaran Jamur Tiram di

dilakukan di pamantang siantar jamur tiram, jl.Sudirman No proklamasi,

kecamatan siantar barat kota pematang siantar sumatra utara. dan pengambilan

selanjutnya ditentukan sesusai petenjuk sampel pertama, sampel kedua, sampel


ketiga dan seterusnya. Pengambilan sampel akan berhenti apabila peneliti sudah

merasa bahwa data yang dikumpulkan cukup memadai.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang di buat

terlebih dahulu. Data sekunder adalah data yang telah diperoleh dari publikasi-

publikasi yang terbitkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia dan instansi lain

yang terakait dalam penelitian ini serta studi literatur dari berbagai sumber

bacaaan baik media cetak maupun media eletronik.

3.4. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh terlebih dahulu di tabulasi dan selanjutnya dianalisis

sesuai dengan hipotesis masing-masing. Rumusan masalah satu dianalisis secara

deskriptif dengan cara mengamati dan mengidentifikasi bagaimana tahapan

pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram di daerah penelitian.

Rumusan masalah kedua yaitu untuk menganalisis besarnya biaya, penerimaan,

pendapatan pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram di daerah

penelitian dapat dihitung dengan menggumkan rumus sebagai berikut:

a. Menghitung besarnya total biaya yang di peroleh dengan cara menjumlahkan

biaya tetap dengan biaya variable. Total cost (TC) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

TC= FC + VC

Keterangan:

TC = Biaya total usaha pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram

(Rp/Kg)
FC = Biaya tetap usaha pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram

(Rp/Kg)

VC = Biaya variable usaha pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram

(Rp/Kg).

b. Perhitungan total penerimaan adalah perkalian antara jumlah produksi (Y)

Harga jual Py dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

TR = Py x Y

Keterangan:

TR = Total revenue (penerimaan total)

Py = Harga produk Jamur Tiram

Y = Jumlah produksi Jamur Tiram

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan total biaya (TC)

dinyatakan dalam rumus

II = TR-TC

Dimana; TR = P x Q

TC = FC + VC

Keterangan:

P = Harga Output (Rp//Kg)

Q = Jumlah Produk (Kg)

FC = Fixed cost (Biaya tetap)

VC = Variabel cost (Biaya tidak tetap)

II = Pendapatan bersih

TR = Total Revenue (Penerimaan usaha buah durian Rp/ Kemasan)

TC = Total Cost (Total biaya usaha buah durian Rp/ Kemasan)


Rumusan masalah ketiga yaitu analisis nilai tambah usaha pengolahan

Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram di daerah penelitian maka digunakan

rumus perhitungan nilai tambah yang dihitung dalam penellitian yaitu nilai

tambah netto, sehingga biaya penyusutan peralatannya dihitung juga. Rumus

perhitungan nilai tambah netto yaitu:

NT = NP – (NBB + NPP)

Keterangan:

NT = Nilai Tambah (Rp/Kg)

NP = Nilai Produk Olahan (Rp/Kg)

NBB = Nilai Bahan Baku (Rp/Kg)

NPP = Nilai Penyusutan Alat

Total Nilai Tambah


Rasio nilai tambah = x 100%
Total NilaiOutput

Kategori:

Rasio > 50% maka nilai tambah tergolong tinggi

Rasio < 50% maka nilai tambah tergolong rendah.

Rumusan masalah keempat yaitu untuk menganalisis layak atau tidaknya

usaha pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram dapat diketahui

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a. R/C rasio

R/C adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya

Total Penerimaan
R/C rasio =
Total Biaya

Keterangan:

Penerimaan (Revenue) = Besarnya penerimaan yang diperoleh


Biaya (Cost) = Besarnya biaya yang dikeluarkan

Tiga kriteria dalam perhitungan, yaitu:

R/C rasio > 1 berarti usaha pengolahan layak untuk di usahakan

R/C rasio =1 berarti usaha pengolahan mencapai titik impas (tidak untung/tidak

rugi)

R/C rasio < 1 berarti usaha pengolahan tidak layak untuk diusahakan.

b. Break Even Point (BEP)

Break even point merupakan suatu keadaan impas atau keadaan kembali

modal sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama

dengan biaya yang dikeluarkan. Rumus perhitungan BEP produksi dan BEP harga

adalah sebagai berikut:

total biaya (TC )


BEP Produksi =
harga penjualan( Py)

total biaya(TC )
BEP Harga =
jumlah produksi ( y)

BEP > 1, usaha untung (tambahan manfaat lebih besar dari tambahan biaya)

BEP < 1, usaha rugi (tambahan biaya lebih besar dari tambahan manfaat)

BEP = 1, usaha impas (tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya)

Usaha layak diusahakan apabila BEP produksi lebih kecil dari hasil

produksi dan BEP harga lebih kecil dari harga jual.

Rumusan masalah kelima yaitu untuk menganalisis saluran pemasaran,

margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan Jamur Tiram di daerah

penelitian dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut:


a. Saluran Pemasaran

Menganalisis saluran pemasaran Jamur Tiram di daerah penelitian diuji dengan

deskriptif berdasarkan survey pengamataan yang dilakukan.

b. Margin Pemasaran

Rumus:

Margin Pemasaran (MP) = Pr -Pf

Keterangan:

MP = Margin pemasaran (Rp)

Pr = Harga di tingkat konsumen (Rp)

Pf = Harga di tingkat produsen (Rp)

c. Farmer’s Share

Rumus Farmer’s:

pf
Rumus Fs = x 100 %
pr

Keterangan:

Fs = Bagian (share) yang diterima produsen (%)

Pr = Harga di tingkat konsumen (Rp)

Pf = Harga di tingkat produsen (Rp)

Kriteria:

Fs ≥ 50%: pemasaran dikatakan efisien

Fs < 50%: pemasaran dikatakan tidak efisien

d. Rasio Keuntungan

Rumus rasio keuntungan:


π π
Rasio Keuntungan = x 100 %
c ci

Keterangan:

Πx = Keuntungan lembaga pemasaran ke-i (Rp/Kg)

Ci = Biaya lembaga pemasaran ke-i (Rp/Kg)

Kriteria keputusan:

Πi/Cipositif : Efisien

Πi/Cinegatif : Tidak efisien (Kotler, 2015).

3.4 Defenisi dan Batasan Operasional


Menghindari kesalahpahaman mengenai istilah -istilah dalam penelitian ini

maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Defenisi
1. Produsen adalah pengusaha yang mengolah Jamur Tiram menjadi Stick

Jamur Tiram.

2. Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses pengolahan Jamur

Tiram yang besarnya tidak di pengaruhi oleh jumlah output yang di

hasilkan.

3. Biaya variabel adalah biaya yang besarannya dapat berubah-rubah sesuai

dengan hasil produksi.

4. Total biaya produksi adalah biaya-biaya yang digunakan dalam proses

pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram meliputi biaya bahan

baku, biaya penunjang, biaya tenaga kerja dan penyusutan alat yang

dinyatakan dalam satuan rupiah.

5. Harga bahan baku adalah harga Jamur Tiram yang akan di olah menjadi

Stick Jamur Tiram dalam kemasan nya.


6. Bahan penunjang adalah bahan yang diperlukan di luar dari bahan baku

selama proses pengolahan Jamur Tiram.

7. Penyusutan alat adalah harga awal dibagi tahun pemakaian selama proses

produksi.

8. Penerimaan adalah jumlah nilai atau hasil penjualan yang di terima dalam

menjalankan usaha.

9. Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang di peroleh dari hasil pekerjaan

dan biasanya pendapatan seseorang di hitung setiap tahun atau setiap bulan.

10. Konsumen adalah orang yang membeli Jamur Tiram dari pedagang

pengecer atau bahkan langsung dari produsen, dan bisa juga melalui social

media (online).

11. Saluran pemasaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mengalihkan kepemilikan Jamur Tiram kepada konsumen.

12. Margin pemasaran adalah perbedaan antara harga Jamur Tiram yang di

terima produsen dengan harga yang harus di bayar oleh konsumen terakhir.

13. Farmer’s share adalah bagian harga yang diterima oleh orang yang

memproduksi Jamur Tiram terhadap harga yang dibayarkan konsumen

diakhir pemasaran.

3.5.2 Batasan Operasional

Batasan operasional adalah sebagai berikut:

1. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan JULI 2022 sampai selesai

2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diambil saat

penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi, J., & Ratulangi, U. S. (2018). 1 , 2 1,2. 02(02), 493–496.


Astuti, S., A.S., S., & Fitra, N. (2017). Pengaruh Formulasi Jamur Tiram Putih
(Pleurotus oestreatus) dan Tapioka Terhadap Sifat Fisik, Organoleptik, dan
Kimia Kerupuk. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 16(3), 163–173.
https://doi.org/10.25181/jppt.v16i3.94
Belakang, A. L. (n.d.). Redin, dkk. Budi Daya Jamur Tiram. Jakarta: CV. Karya
Mandiri Pratama. 2009. h. 1 1. 1–11.
Belakang, L. (2015). Bab I 2504, 1–9.
ButarButar, Y. L., & Sitorus, N. V. (2017). Analisis Pemasaran Jamur Tiram
Putih Organik di Kabupaten Deli Serdang. Pertanian Dan Tanaman Herbal
Berkelanjutan Di Indonesia, 20132(1), 253–261.
Cookson, M. D., & Stirk, P. M. R. (2019).No Title No Title No Title. 4–12.
Denpasar, D. I. K. (2016). Pola pemasaran jamur tiram di kota denpasar.
Farhah, Laapo, A., & Howara, D. (2017). Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram
di Desa Mpanau Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi. Agrotekbis, 5(3),
394–401.
Ferhamsyah, E. (2012). Analisis Biaya Produksi Dan Pendapatan Usaha Jamur
Tiram Putih (Pleuratus astreatus sp) Studi Kasus Pada Petani Jamur Tiram
Putih Di Kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara. Jurnal Ekonomi
Pembangunan & Pertanian, 9(1), 9–12.
H Kara, O. A. M. A. (2014).No Title No Title No Title. Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents, 7(2), 107–115.
Ii, B. A. B., & Tiram, A. J. (2008). 6 Bab Ii Tinjauan Pustaka a. Jamur Tiram (.
2012(Gambar 1), 6–20.
Jamur, U., & Kriuk, C. (2014). Kegiatan. 68.
Kirana, P. (2010). Aplikasi Pupuk Hayati untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan
Produktivitas Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus). 1–14.
Pramudya, F. N., & Cahyadinata, I. (2012). Analisis Usaha Budidaya Jamur
Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Di Kecamatan Curup Tengah Kabupaten
Rejang Lebong. Jurnal Agrisep, 11(2), 237–250.
https://doi.org/10.31186/jagrisep.11.2.237-250
Rezzazusman. (2014). Pengertian Judul. Brainly.Co.Id, 26, 9–32.
https://brainly.co.id/tugas/1378290
SahaDewa, I. B., Dewi, R. K., & Dewi, I. A. L. (2019). Analisis Kelayakan
Usahatani Jamur Tiram (pleurotus ostreatus) Kasus: Petani Jamur Tiram di
Desa Peguyangan Kaja Kecamatan Denpasar Utara. Jurnal Agribisnis Dan
Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism), 8(2), 214.
https://doi.org/10.24843/jaa.2019.v08.i02.p10
Salma. (2021). No Title. 6.
Sary, D. N. (2016). Jamur Tiram Segar Menjadi Jamur Tiram Crispy Di Kota
Palembang Value Added Analysis Of Processing Fresh Oyster Mushroom Be
Crispy Oyster Dessy Novita Sary Program Studi Agribisnis.
Soemargono, S., Laksmono, R., & Suprianti, L. (2020). Jurnal Abdimas Teknik
Kimia. Jurnal Abdimas Teknik Kimia, 01(1), 6–11.
file:///C:/Users/User/Downloads/43-Article Text-141-1-10-20211129 (1).pdf
TOPÇU, G. Y., & IN. (2013). No Title. June.
Widodo. (2007). Jamur Tiram Putih Tinjaun Pustka. 7–20.
Zulfahmi, M., Khiari, Z., Ndagijimana, M., Betti, M., Tan, Y., & Chang, S. K. C.
(2011). Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Model
Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah [Skripsi].
Food Chemistry, 93(9), 176.

Anda mungkin juga menyukai