Anda di halaman 1dari 17

NILAI TAMBAH PENGOLAHAN JAMUR TIRAM MENJADI STICK JAMUR

TIRAM DAN SALURAN PEMASARAN

(Studi Kasus : Jl. Surdirman No.9 Proklamasi, Kecamatan Siantar Barat, Kota
Pematang Siantar, Sumatera Utara )

PROPOSAL

Oleh

MARTIN MANULLANG

218320016

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2022
NILAI TAMBAH PENGOLAHAN JAMUR TIRAM MENJADI STICK JAMUR
TIRAM DAN SALURAN PEMASARAN

(Studi Kasus : : JL.Surdirman No.9 Froklamasi, Kecamatan Siantar Barat, Kota


Pematang Siantar, Sumatera Utara )

PROPOSAL

Proposal adalah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian dalam
Menyusun Skripsi untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Methodist Indonesia

Oleh
MARTIN MANULLANG

218320016

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2022
Judul Skripsi : Nilai Tambah Jamur Tiram Menjadi Stick Jamur
Tiram Dan Saluran Pemasaran
Studi Kasus :Jl. Surdirman No.9 Proklamasi, Kecamatan Siantar

Barat,Kota Pematang Siantar,( Sumatera Utara )

Nama : Martin Manullang


NPM : 218320016

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

(Donny Ivan Simatupang, SP., M.Agb) (Medi Lilis W Nainggolan, SP., MP)
Ketua Anggota

Diketahui Oleh :

(Helena Tatcher Pakpahan, SP., M.Si)


Ketua Program Studi Agribisnis
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Di Indonesia, jamur mulai dikenal dan dibudidayakan pada tahun 1950-an. Jamur

konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan makanan sumber

protein yang cukup digemari masyarakat. Dalam skala industri atau semi-industri, terdapat

kurang lebih sepuluh macam jamur konsumsi yang sering di budidayakan. Pengolahan hasil

pertanian khususnya olahan jamur tiram merupakan salah satu alternatif dalam

mengantisipasi hasil produksi berlimpah yang tidak dapat dipasarkan lagi karena penurunan

mutu. Jamur tiram dapat diolah menjadi berbagai produk olahan yang memiliki nilai tambah,

seperti jamur tiram krispi, nugget jamur, atau makanan ringan lainnya.

Pada awalnya tumbuhan jamur kurang begitu diminati masyarakat, bahkan cenderung

dipandang sebagai komoditas yang tidak bernilai. Karena selain hanya tumbuh di hutan

tepatnya pada pohon kayu, tumbuhan jamur ini juga dipandang tak memiliki nilai gizi

maupun nilai ekonomi. Namun setelah banyaknya penelitian tentang manfaat dan nilai gizi

yang terkandung dalam jamur maka perlahan jamur menjadi suatu komoditas yang bernilai

ekonomis tinggi dan dicari. Salah satu jamur pangan yang berasal dari hutan adalah Jamur

tiram yang menjadi salah satu hasil hutan non kayu (Soemargono et al., 2020).

Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu

lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal

seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai

(stipe/stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5 – 15 cm dan permukaan

bagian bawah berlapis – lapis seperti insang berwarna putih dan lunak. Sedangkan tangkainya

dapat pendek atau panjang (2 cm – 6 cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang

mempengaruhi pertumbuhannya. Tangkai ini menyangga tudung agak lateral di bagian tepi

atau eksentris (Sary, 2016).


2

Pengolahan hasil pertanian khususnya olahan jamur tiram merupakan salah satu

alternatif dalam mengantisipasi hasil produksi berlimpah yang tidak dapat dipasarkan lagi

karena penurunan mutu (Hermida et al., 2017).

Di Provinsi Sumatera Utara perkembangan produksi jamur belum terlalu banyak.

Hanya beberapa daerah saja yang menghasilkan jamur untuk kebutuhan pangan akan jamur.

Daerah tersebut antara lain: Tanah Karo, Binjai, Tebing Tinggi, Deli Serdang, Pematang

Siantar dan Asahan (BPS Sumut 2014). Di Pematang Siantar, jamur tiram mulai banyak

dikenal oleh masyarakat luas walaupun merupakan bahan makanan yang enak dan bergizi

tinggi, tetapi sebagian besar masyarakat menganggap hal ini sebagai kebutuhan sekunder.

Akan tetapi aspek pemasaran merupakan kendala utama dalam pengembangan usaha jamur

tiram. Hal ini dikarenakan sifat produk yang tidak tahan lama dan mudah rusak dan

keberadaan pesaing lokal semakin memperketat persaingan dalam pemasaran produk.

Hasil prasurvey yang di lakukan oleh penulis di daerah penelitian bahwa usaha ini

sudah berjalan selama 8 tahun. Dalam proses pengolahan menggunakan bahan baku 45 kg

jamur tiram, untuk ukuran 50 gr per kemasan dengan harga Rp 15.000 dan omset penjualan

yang dihasilkan bisa mencapai Rp 17.000.000 s/d Rp 20.000.000 dalam sebulan.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai nilai

tambah jamur tiram menjadi stick jamur tiram dan saluran pemasaran.

1.2. Rumusan Masalah

1. Berapa nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan jamur tiram menjadi stick jamur tiram

ditempat penelitian

2. Berapa pendapatan pengolahan jamur tiram menjadi stick jamur tiram ditempat penelitian

3. Bagaimana saluran pemasaran jamur tiram layak diusahakan ditempat penelitian.

4. Bagaimana sistem pengelolaan usaha budidaya jamur tiram di “ Rumah jamur tiram Qorry”

Kecamatan siantar barat, pematang siantar ?


3

5. Bagaimana efisiensi pemasaran stick jamur tiram di “ Rumah jamur tiram Qorry”

Kecamatan siantar barat, pematang siantar ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengelolaan usaha budidaya jamur tiram di “ Rumah jamur tiram

Menganalisis Qorry” Kecamatan siantar barat, pematang siantar.

2. Untuk besar nilai tambah yang diperoleh dari usaha industri rumah tangga stick jamur

tiram di “ Rumah jamur tiram Qorry” Kecamatan siantar barat, pematang siantar.

3. Untuk mengetahui kelayakan usahatani stick jamur tiram di “ Rumah jamur tiram Qorry”

Kecamatan siantar barat, pematang siantar.

4. Untuk mengetahui pendapatan pengolahan jamur tiram menjadi stick jamur tiram

ditempat penelitian.

5. Untuk mengetahui saluran pemasaran jamur tiram didaerah tempat penelitian.

1.1 Manfaat Penelitian

1. Salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyasrakat umum maupun petani jamur tiram yang

tertarik dalam pengembangan usaha pengolahan jamur tiram menjadi stick jamur tiram.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang memiliki relefansi dengan tujuan

penelitian ini.

4. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan instansi terkait dalam menentukan

kebijakan atau program yang terkait dengan pengembangan usaha jamur tiram menjadi

stick jamur tiram.

5. Menambah wawasan kepada para pembaca untuk menambah sumber literatur mengenai

jamur tiram menjadi stik jamur tiram sehingga dapat menambah wawasan baru bagi

masyarakat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian Jamur Tiram

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dinamakan demikian karena bentuknya seperti tiram

atau oyster mushroom. Jamur tersebut merupakan jamur kayu yang tumbuh berderet

menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar

membentuk corong dangkal seperti kulit kerang. Tetapi ada yang menyebut sebagai jamur

barat. ada beberapa jenis jamur tiram yaitu jamur tiram putih susu, jamur tiram merah

jambu, jamur tiram kelabu dan jamur tiram coklat jamur tiram putih yang paling dikenal

enak dan disukai masyarakat.

Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu

lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal

seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai

(stipe/stalk).

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) tergolong kedalam jamur pangan yang tudungnya

berbentuk setengah lingkaran seperti pada cangkang tiram dan pada bagian tengah tudung

terdapat cekungan. Pada tubuh buah jamur tiram memiliki batang yang berada di posisi

pinggir tudung (Pleurotus), selain itu juga bentuk dari jamur ini menyerupai tiram

(Ostreatus), maka dari itu jamur tiram memiliki nama binomial yaitu Pleurotus ostreatus

(Cookson & Stirk, 2019).

2.1.2 Jamur Tiram Menjadi Stick Jamur Tiram

Stick jamur tiram adalah jenis makanan ringan yang terbuat dari olahan jamur tiram

dan di campuran bahan-bahan lain seperti tepung terigu, tepung tapioka, tepung beras,

ketumbar,kaldu jamur,garam,gula dan minyak goring (Salma, 2021).


BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode penentuan daerah penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Pemantang Siantar Jamut Tiram, Jl. Sudirman No.9

proklamasi, Kecamatan Siantar Barat, Kota Siantar, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

dilakukan secara “purposive” (Sengaja). Alasan objektif peneliti ingin melakukan penelitian

di daerah penelitian, dikarenakan Kecamatan siantar barat merupakan salah satu kecamatan

yang memiliki industri pengolahan jamur tiram menjadi stick jamur tiram yang digemari oleh

konsumen. Adapun alasan subjektif peneliti ingin melakukan penelitian di daerah penelitian

dikarenakan lokasi daerah penelitian tidak jauh dari tempat tinggal penulis sehingga dapat

menghemat biaya, waktu dan tenaga selama penelitian.

3.2. Metode panentuan sempel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang membudidayakan jamur tiram di

Rumah Jamur Tiram Qorry di Kecamatan Siantar Barat, Pematang Siantar. Metode penarikan

sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sensus. Menurut Sugiyono (2010)

menyatakan bila populasi relatif kecil kurang dari 30 maka semua anggota populasi

digunakan menjadi sample. Berdasarkan pendapat diatas penulis mengambil semua populasi

petani jamur tiram sebagai sampel penelitian.

3.1 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Data primer

diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar

pertanyaan (kuesioner) yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder adalah data

yang telah diperoleh dari publikasi–publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik

Indonesia dan instansi lain yang terkait dalam penelitian ini serta studi literatur dari berbagai

sumber bacaan baik media cetak maupun media elektronik.


6

3.4 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasi dan selanjutnya dianalisis sesuai

dengan hipotesis masing-masing

Untuk rumusan masalah satu dianalisis secara deskriptif dengan cara mengamati

dan mengidentifikasi bagaimana tahapan pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur

Tiram di daerah penelitian.

Untuk rumusan masalah kedua yaitu dianalisis nilai tambah usaha pengolahan

Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram di daerah penelitian maka digunakan rumus

perhitungan nilai tambah. Nilai tambah yang dihitung dalam penelitian yaitu nilai tambah

netto, sehingga biaya penyusutan peralatannya dihitung juga. Rumus perhitungan nilai

tambah netto yaitu :

NT = NP – (NBB + NPB + NPP)

Keterangan :

NT = Nilai Tambah (Rp/Kg)

NP = Nilai Produk Olahan (Rp/Kg)

NBB = Nilai Bahan Baku (Rp/Kg)

NBP = Nilai Bahan Penunjang (Rp/Kg)

NPP = Nilai Penyusutan alat

Total Nilai Tambah


Rasio nilai tambah = x 100%
Total NilaiOutput

Kategori :

Rasio > 50% maka nilai tambah tergolong tinggi

Rasio < 50% maka nilai tambah tergolong rendah

Untuk rumusan masalah ketiga yaitu untuk menganalisis besarnya biaya,

penerimaan, pendapatan pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram di daerah

penelitian dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


7

a. Untuk menghitung besarnya total biaya yang diperoleh dengan cara menjumlahkan

biaya tetap dengan biaya variabel. Total cost (TC) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

Rumus : TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC = Biaya total usaha pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram (Rp/Kg)

TFC = Biaya tetap usaha pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram

(Rp/Kg)

TVC = Biaya variabel usaha pengolahan Jamur Tiram menjadi Stick Jamur Tiram

(Rp/Kg)

a. Perhitungan total penerimaan adalah perkalian antara jumlah produksi (Y)

Dengan harga jual (Py) dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

TR = Py x Y

Keterangan :

TR = Total revenue (penerimaan total)

Py = Harga produk jamur tiram /Kg

Y= Jumlah produksi jamur tiram

b. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan total biaya (TC) dinyatakan

dalam rumus :

Π = TR –TC

Dimana : TR = P x Q

TC = FC + VC

Keterangan :

P = Harga Output (Rp/ Kg)


7

Q = Jumlah Produk (Kg)


8

FC = fixed cost ( Biaya tetap)

VC = Variabel cost ( biaya tidak tetap)

Π = Pendapatan bersih

TR = Total Revenue (Penerimaan usaha jamur tiram Rp/ Bungkus )

TC = Total Cost (Total biaya usaha jamur tiram Rp/ Bungkus )

Untuk rumusan masalah keempat yaitu untuk menganalisis layak atau tidaknya

usaha pengolahan jamur tiram menjadi stick jamur tiram dapat diketahui dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

c. R/C rasio

R/C adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya

Total Penerimaan
R/C rasio =
Total Biaya

Keterangan :

Penerimaan (Revenue) = Besarnya penerimaan yang diperoleh

Biaya (cost) = Besarnya biaya yang dikeluarkan

Ada tiga kriteria dalam perhitungannya, yaitu :

R/C rasio > 1 berarti usaha pengolahan layak untuk diusahakan

R/C rasio = 1 berarti usaha pengolahan mencapai titik impas (tidak untung/ tidak rugi)

R/C rasio < 1 berarti usaha pengolahan tidak layak untuk diusahakan

b Break Even Point (BEP)

Break Even Point merupakan suatu keadaan impas atau keadaan kembali modal,

sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan biaya yang

dikeluarkan. Rumus perhitungan BEP produksi dan BEP harga adalah sebagai berikut :

total biaya (TC)


BEP Produksi =
harga penjualan(Py)

total biaya (TC)


BEP Harga =
jumlah produksi ( y)
9

BEP > 1, usaha untung (tambahan manfaat lebih besar dari tambahan biaya)

BEP < 1, usaha rugi (tambahan biaya lebih besar dari tambahan manfaat)

BEP = 1, usaha impas (tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya).

Suatu usaha layak diusahakan apabila BEP produksi lebih kecil dari hasil produksi dan BEP

harga lebih kecil dari harga jual.

Untuk rumusan masalah kelima yaitu untuk mengetahui saluran pemasaran jamur

tiram di daerah penelitian dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

Saluran Pemasaran

Mengetahui saluran pemasaran jamur tiram di daerah penelitian dengan deskriptif

berdasarkan survey pengamatan yang dilakukan.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dan kesalahpahaman dalam pembahasan

hasil penelitian, maka digunakan beberapa defenisi dan batasan sebagai berikut :

1. Produsen merupakan petani yang melakukan usahatani budidaya jamur tiram.

2. Produksi usahatani merupakan hasil dari usaha budidaya jamur tiram dalam bentuk segar

yang dihitung dalam satuan kilogram.

3. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan petani jamur tiram untuk usahatani

jamur tiram selama proses produksi berlangsung sampai siap untuk dipanen.

4. Biaya terbagi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang

selalu berubah sesuai dengan tingkat produksi yang ingin dicapai. Biaya tetap adalah

biaya yang secara tetap dibayar dan dikeluarkan oleh produsen tidak dipengaruhi oleh

tingkat output.

5. Penerimaan merupakan perkalian antara produksi (Kg) dengan harga jual (Rp) dalam

satuan rupiah per sekali panen.


10

6. Pendapatan bersih usahatani petani jamur tiram diperoleh dengan mengurangkan jumlah

penjualan panen dengan modal dalam satuan rupiah. Jumlah penjualan (dalam satuan

kilogram) terlebih dahulu dikalikan dengan harga jual Rp per kilogram.

7. Pemasaran adalah Suatu kegiatan usaha/bisnis untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen melalui pendistribusian suatu produk.

8. Lembaga pemasaran adalah orang atau badan yang terlibat dalam proses pemasaran jamur

tiram di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

9. Share margin adalah yaitu bagian harga yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran

terhadap harga beli.

10. Biaya pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembagalembaga pemasaran

untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran.

11. Efisiensi pemasaran adalah suatu keadaan yang digunakan dalam penilaian prestasi kerja

proses pemasaran bagi semua lembaga yang terkait dalam.

3.1 Batasan

Adapun batasan operasional adalah sebagai berikut:

1. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2022 sampai selesai.

2. Data yang di gunakan adalah data proses produksi selama 30 kali produksi yaitu dari bulan

Maret s.d April 2022

3. Produk yang dibatas dalam penelitian ini adalah stick jamur tiram ukuran 120 gram
DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi, J., & Ratulangi, U. S. (2018). 1 , 2 1,2. 02(02), 493–496.


Astuti, S., A.S., S., & Fitra, N. (2017). Pengaruh Formulasi Jamur Tiram Putih (Pleurotus
oestreatus) dan Tapioka Terhadap Sifat Fisik, Organoleptik, dan Kimia Kerupuk. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan, 16(3), 163–173. https://doi.org/10.25181/jppt.v16i3.94
Belakang, L. (2015). Bab I 2504, 1–9.
ButarButar, Y. L., & Sitorus, N. V. (2017). Analisis Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik
di Kabupaten Deli Serdang. Pertanian Dan Tanaman Herbal Berkelanjutan Di
Indonesia, 20132(1), 253–261.
Cookson, M. D., & Stirk, P. M. R. (2019).No Title No Title No Title. 4–12.
Denpasar, D. I. K. (2016). Pola pemasaran jamur tiram di kota denpasar.
Farhah, Laapo, A., & Howara, D. (2017). Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram di Desa
Mpanau Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi. Agrotekbis, 5(3), 394–401
Ferhamsyah, E. (2012). Analisis Biaya Produksi Dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih
(Pleuratus astreatus sp) Studi Kasus Pada Petani Jamur Tiram Putih Di Kelurahan
Lempake Kecamatan Samarinda Utara. Jurnal Ekonomi Pembangunan & Pertanian,
9(1), 9–12.
H Kara, O. A. M. A. (2014).No Title No Title No Title. Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents, 7(2), 107–115.
Ii, B. A. B., & Tiram, A. J. (2008). 6 Bab Ii Tinjauan Pustaka a. Jamur Tiram (.
2012(Gambar 1), 6–20.
Jamur, U., & Kriuk, C. (2014). Kegiatan. 68.
Kirana, P. (2010). Aplikasi Pupuk Hayati untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan
Produktivitas Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus). 1–14.
Patel. (2019).No Title No Title No Title. 9–25.
Pramudya, F. N., & Cahyadinata, I. (2012). Analisis Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) Di Kecamatan Curup Tengah Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal
Agrisep, 11(2), 237–250. https://doi.org/10.31186/jagrisep.11.2.237-250
Rezzazusman. (2014). Pengertian Judul. Brainly.Co.Id, 26, 9–32.
https://brainly.co.id/tugas/1378290
SahaDewa, I. B., Dewi, R. K., & Dewi, I. A. L. (2019). Analisis Kelayakan Usahatani Jamur
Tiram (pleurotus ostreatus) Kasus: Petani Jamur Tiram di Desa Peguyangan Kaja
Kecamatan Denpasar Utara. Jurnal Agribisnis Dan Agrowisata (Journal of Agribusiness
and Agritourism), 8(2), 214. https://doi.org/10.24843/jaa.2019.v08.i02.p10
Salma. (2021). No Title. 6.
Sary, D. N. (2016). Jamur Tiram Segar Menjadi Jamur Tiram Crispy DI Kota Palembang
Value Added Analysis OF Processing Fresh Oyster MushRoom Be Crispy Oyster Dessy
Novita Sary Program Studi Agribisnis

Soemargono, S., Laksmono, R., & Suprianti, L. (2020). Jurnal Abdimas Teknik Kimia.
Jurnal Abdimas Teknik Kimia, 01(1), 6–11. file:///C:/Users/User/Downloads/43-Article
Text-141-1-10-20211129 (1).pdf
TOPÇU, G. Y., & IN. (2013). NoTitle. June.
Widodo. (2007). Jamur Tiram Putih Tinjaun Pustka. 7–20.
Zulfahmi, M., Khiari, Z., Ndagijimana, M., Betti, M., Tan, Y., & Chang, S. K. C. (2011).
Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Model Pusat Pelatihan
Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah [Skripsi]. Food Chemistry, 93(9), 176.
12

Anda mungkin juga menyukai