Anda di halaman 1dari 60

AKUNTANSI AKTIVA TETAP

DAN AKTIVA TIDAK TETAP


A.AKUNTANSI AKTIVA TETAP
1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva
Aktiva perusahaan dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu aktiva berwujud (tangible assets) dan aktiva
tidak berwujud (intangible assets). Aktiva berwujud adalah
aktiva yang wujud fisiknya ada, dapat dilihat atau diraba.
Aktiva tidak berwujud adalah aktiva yang secara fisik tidak
dapat dilihat atau diraba (bersifat abstrak).
Aktiva tetap (Fixed Assets) atau disebut juga Plant Assets,
adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
kegiatan usaha perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang
dapat digolongkan sebagai aktiva tetap adalah aktiva yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a) Mempunyai bentuk fisik.
b) Dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan
(dalam kegiatan usaha normal tidak dimaksudkan untuk
dijual).
c) Mempunyai masa (usia) kegunaan lebih dari satu tahun
Contoh aktiva tetap suatu perusahaan pabrik (manufaktur)
antara lain tanah tempat bangunan pabrik, bangunan pabrik,
mesin-mesin dan peralatan pabrik lainnya, gedung kantor,
kendaraan dan peralatan kantor. Sementara dalam perusahaan
dagang antara lain tanah, gedung toko, peralatan toko, peralatan
kantor, kendaraan dan sebagainya.
2. Penilaian Aktiva Tetap
Aktiva tetap lazimnya dicatat sejumlah harga perolehannya. Yang
dimaksud dengan harga perolehan adalah jumlah uang yang
dikeluarkan atau hutang yang timbul untuk memperoleh aktiva tetap,
sampai aktva tetap yabg bersangkutan siap dioperasikan. Dengan
demikian sehubungan dengnan proses perolehannya, harga perolehan
aktiva tetap ditetapkan sebagai berikut :
a. Aktiva tetap yang diperoleh dalam bentuk siap pakai, harga
perolehan ditetapkan berdasarkan harga beli ditambah dengan
biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan usaha menempatkan
aktiva tetap yang bersangkutan pada tempat dan kondisi yang siap
untuk digunakan, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN), biaya
pengangkutan, biaya masuk, biaya pemasangan, biaya percobaan
dan lain sebagainya.
b. Aktiva tetap yang dibangun sendiri, harga perolehan ditetapkan
berdasarkan biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan
pembangunan aktiva tetap yang bersangkutan hingga siap
dipergunakan. Dengan demikian meliputi biaya bahan langsung,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya-biaya tidak langsung
(overhead)
c. Aktiva tetap yang diperoleh melalui pertukaran non
kas, harga perolehan ditetapkan atas dasar harga pasar
aktiva yang diserahkan atau harga pasar aktiva yang
diterima, tergantung harga mana yang dianggap lebih
wajar.
d. Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan, harga
perolehan ditetapkan atas dasar harga pasar aktiva yang
diterima atau harga taksiran yang wajar.
e. Aktiva tetap yang diperoleh secara gabungan, harga
perolehan masing-masing aktiva ditentukan atas dasar
alokasi harga perolehan gabungan dengan perbandingan
yang wajar.
3. Pencatatan transaksi perolehan aktiva tetap
Aktiva tetap suatu perusahaan dapat diperoleh dengan beberapa cara.
Berikut ini ilustrasi pencatatan transaksi perolehan aktiva tetap :
a. Pencatatan transaksi pembelian tunai
Semua pengeluaran kas yang dilakukan sehubungan dengan
perolehan aktiva tetap, dicatat debet pada akun aktiva tetap yang
bersangkutan. Sebagai contoh, misalnya untuk memperoleh sebuah
mesin, suatu perusahaan membayar biaya-biaya sebagai berikut :
- Harga pembelian menurut faktur Rp 100.000.000,00
- Pajak Pertambahan nilai (PPN) 10% Rp 10.000.000,00
- Biaya pengangkutan dan bongkar muat Rp 13.000.000,00
- Biaya pemasangan Rp 12.000.000,00
- Biaya percobaan Rp 3.000.000,00
Jumlah Rp 138.000.000,00

Jurnal untuk mencatat harga perolehan diatas, sebagai berikut :


Mesin Rp 138.000.000,00 -
Kas - Rp 138.000.000,00
Dalam praktek, biaya-biaya tersebut diatas mungkin saja dibayarkan
kepada pihak-pihak yang berlainan, walaupun demikian jumlah
masing-masing dicatat debet pada akun “Mesin” dan kredit pada akun
“Kas”.
Dalam hal aktiva tetap dibeli secara gabungan, misalnya pembelian
tanah dengan gedung yang ada diatasnya, harga perolehan dapat
dialokasikan berdasarkan perbandingan harga pasar masing-masing
atau berdasarkan harga taksiran kantor pajak.
Contoh :
Pada tanggal 10 Januari 1999, suatu perusahaan membeli tanah
berikut bangunan diatasnya dengan harga Rp 450.000.000,00
(termasuk biaya-biaya yang berhubungan dengan perolehannya).
Menurut taksiran Kantor Pajak aktiva tersebut dinilai sebagai berikut :
Harga tanah Rp 180.000.000,00
Harga bangunan Rp 120.000.000,00
Jumlah Rp 300.000.000,00
Berdasarkan harga taksiran diatas, harga perolehan aktiva dialoksikan
sebagai berikut :
- Harga perolehan tanah
Rp 180.000.000,00 X Rp 450.000.000,00 = Rp 270.000.000,00
Rp 300.000.000,00
- Harga perolehan bangunan
Rp 120.000.000,00 X Rp 450.000.000,00 = Rp 180.000.000,00
Rp 300.000.000,00

Jurnal untuk mencatat transaksi pembelian tanah dan bangunan,


adalah sebagai berikut :
Jan.10 Tanah Rp 270.000.000,00 -
Bangunan Rp 180.000.000,00 -
Kas - Rp 450.000.000,00
b. Pencatatan transaksi pembelian secara kredit
Aktiva tetap yang dibeli secara kredit dicatat pada akun aktiva
yang bersangkutan seharga tunainya. Selisih antara harga kredit dan
harga tunai, dicatat sebagai beban bunga.
Sebagai contoh, misalnya pada tanggal 5 Januari 1999, suatu
perusahaan membeli sebuah kendaraan dengan harga Rp
75.0000.000,00. Sebagai pembayaran pertama diserahkan uang tunai
sebesar Rp 15.000.000,00 sisanya dibayar dalam 5 kali angsuran
bulanan. Harga tunai kendaraan yang bersangkutan Rp 67.500.000,00.
Kendaraan pada contoh diatas dicatat denga harga Rp 67.500.000,00.
Selisih dari biaya pembelian kredit sebesar Rp 7.500.000,00, dicatat
sebagai beban bunga. Dengan demikian jurnal yang dibuat sebagai
berikut :
Jan. 5. Kendaraan Rp 67.500.000,00 -
Beban bunga Rp 7.500.000,00 -
Kas - Rp 15.000.000,00
Hutang - Rp 60.000.000,00
Contoh lainnya, misalkan pada tanggal10 Januari 1999 suatu
perusahaan membeli sebuah kendaraan dengan syarat sebagai berikut :
Harga tunai Rp 120.000.000,00; Uang muka Rp 30.000.000,00;
Sisanya dibayar dalam 30 kali angsuran bulanan dengan tambahan
bunga 18% setahun atas sisa pinjaman; Jatuh tempo angsuran pertama
tanggal 10 Februari 1999.
Jurnal untuk mencatat transaksi pembelian kendaraan diatas sebagai
berikut :
Jan. 10. Kendaraan Rp 120.000.000,00 -
Kas - Rp 30.000.000,00
Hutang - Rp 90.000.000,00
Angsuran pertama tanggal 10 Februari 1999, dihitung sebagai berikut
:
Angsuran tiap bulan, Rp 90.000.000,00 : 30 = Rp 3.000.000,00
Bunga, Rp 90.000.000,00 x 1/12 x 18% = Rp 1.350.000,00
Jumlah yang dibayar = Rp 4.350.000,00
Jurnal untuk mencatat transaksi pembayaran angsuran pertama :
Feb. 10. Hutang Rp 3.000.000,00 -
Beban bunga Rp 1.350.000,00 -
Kas - Rp 4.350.000,00
Bunga yang dibayar pada angsuran pertama, dihitung dari sisa pinjaman
sebesar Rp 90.000.000,00. Lama sisa pinjaman tersebut selama 1 bulan,
karena sejak tanggal 10 Februari 1999 sisa pinjaman sudah berubah
menjadi Rp 90.000.000,00 – Rp 3.000.000,00 = Rp 87.000.000,00.
Jumlah ini pun selama 1 bulan, karena akan berubah setelah pembayaran
angsuran berikutnya. Dengan demikian jumlah yang dibayar pada
angsuran kedua dihitung sebagai berikut :
Angsuran = Rp 3.000.000,00
Bunga, Rp 87.000.000,00 x 1/12 x 18% = Rp 1.305.000,00
Jumlah = Rp 4.305.000,00
Jurnal untuk mencatat transaksi pembayaran angsuran kedua:
Maret. 10. Hutang Rp 3.000.000,00 - Beban bunga
Rp 1.305.000,00 -
Kas - Rp 4.305.000,00
c. Pencatatan transaksi pertukaran dengan aktiva non kas
Aktiva tetap yang diperoleh melalui pertukaran dengan aktiva
non kas, secara umum dicatat sebesar harga pasar aktiva tetap yang
diterima. Selisih antara harga pasar aktiva tetap yang diterima
dengan harga buku aktiva yang diserahkan, dicatat sebagai laba atau
rugi pertukaran. Yang dimaksud dengan harga buku adalah harga
menurut catatan, atau harga perolehan setelah dikurangi dengan
jumlah penyusutan (akumulasi penyusutan).
Sebagai contoh, misalnya pada tanggal 5 Maret 1999, suatu
perusahaan menukarkan sebuah mesin yang diperoleh dengan harga
Rp 150.000.000,00 dan telah disusutkan sebesar Rp 60.000.000,00,
dengan sebuah kendaraan angkutan. Harga pasar kendaraan yang
bersangkutan Rp 85.000.000,00.
Perhitungan laba rugi pertukaran pada contoh diatas sebagai
berikut :
Harga pasar kendaraan angkutan Rp 85.000.000,00
Harga buku mesin yang diserahkan :
-Harga perolehan Rp 150.000.000,00
-Akumulasi penyusutan(Rp 60.000.000,00)
Rp 90.000.000,00
Rugi pertukaran Rp 5.000.000,00

Jurnal untuk mencatat transaksi pertukaran diatas sebagai berikut :


Maret 5.Kendaraan Rp 85.000.000,00-
Akum.Penyusutan Mesin Rp 60.000.000,00-
Rugi Pertukaran Aktiva Tetap Rp 5.000.000,00-
Mesin - Rp 150.000.000,00
d. Pencatatan aktiva tetap sumbangan dari pihak lain
Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan pihak lain,
dicatat sebesar harga taksiran atau seharga pasar yang wajar,
yaitu dengan mendebet akun aktiva tetap yang bersangkutan dan
kredit pada akun “Modal Sumbangan”.
Sebagai contoh, misalkan pada tanggal 5 Juli 1999, suatu
koperasi menerima seperangkat peralatan kantor sebagai
sumbangan dari perusahaan rekannya. Harga pasar peralatan
kantor tersebut seharga Rp 3.500.000,00.
Jurnal yang harus dibuat oleh koperasi untuk mencatat transaksi
diatas sebagai berikut :
Juli 5. Peralatan Kantor Rp 3.500.000,00 -
Modal Sumbangan - Rp 3.500.000,00
4. Pengeluaran Sehubungan Dengan Penggunaan Aktiva Tetap
Pengeluaran pada dasarnya dapat dibedakan antara “pengeluaran
modal” (capital expenditures) dan “pengeluaran pendapatan” (revenue
expenditures). Pengeluaran modal adalah pengeluaran yang manfaatnya
dapat dinikmati dalam waktu lebih dari satu periode akuntansi.
Pengeluaran tersebut merupakan biaya yang harus menjadi beban
periode-periode selama umur manfaatnya.
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran yang manfaatnya
dinikmati (digunakan) hanya pada periode saat terjadi pengeluaran.
Pengeluaran pendapatan seluruhnya dapat dihubungkan dengan
pendapatan yang diperoleh pada periode yang sama, sehingga seluruhnya
menjadi beban periode saat terjadinya pengeluaran.
Berdasarkan keterangan di atas, dalam hubungannya dengan
penggunaan aktiva tetap, pengeluaran-pengeluaran modal diperlakukan
sebagai penambah harga perolehan (dikapitalisasi). Dengan kata lain harus
dicatat debet pada akun aktiva tetap yang bersangkutan, atau akumulasi
penyusutannya.
Pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan penggunaan
aktiva tetap, dapat diperlakukan sebagai pengeluaran modal,
biasanya harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Mengakibatkan penambahan terhadap manfaat dari aktiva
tetap yang bersangkutan, seperti penambahan usia
penggunaan, peningkatan kapasitas atau peningkatan mutu
produksi.
b. Menurut pertimbangan perusahaan, jumlahnya dianggap
cukup berarti (material) dipandang dari jumlah harga
perolehan aktiva tetap yang bersangkutan.
Pengeluaran-pengeluaran yang tidak memenuhi syarat seperti
yang disebutkan diatas, dicatat sebagai “beban” yaitu dengan
mendebet akun beban yang bersangkutan dan kredit pada akun
“kas” atau “hutang”.
Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan penggunaan
aktiva tetap, biasanya terdiri atas :
a. Pengeluaran untuk pemeliharaan (Maintenance)
Pengeluaran yang bertujuan untuk mempertahankan aktiva tetap
pada konsdisi tetap baik. Dengan demikian pengeluaran untuk
pemeliharaan tidak mengakibatkan penambahan terhadap manfaat
aktiva tetap yang bersangkutan, sehingga jumlah pengeluarannya
dicatat debet pada akun “Beban Pemeliharaan”.
b. Pengeluaran untuk reparasi (Repair)
Pengeluaran yang bertujuan untuk mengembalikan aktiva tetap
pada kondisi semula. Misalnya pengeluaran untuk mengganti
bagian-bagian yang rusak yang sifatnya biasa. Manfaat pengeluaran
ini hanya untuk kelangsungan jalannya operasi. Dengan demikian
jumlah pengeluaran untuk reparasi dicatat debet pada akun “Beban
Reparasi”.
c. Pengeluaran untuk mengganti komponen yang rusak (Replacement)
Pengeluaran untuk mengganti sebagian atau seluruh dari komponen
aktiva tetap yang rusak berat, biasanya mengakibatkan penambahan
terhadap usia penggunaan aktiva tetap yang bersangkutan. Di samping
itu juga jumlah pengeluaran biasanya cukup berarti. Oleh karena itu
pengeluaran demikian dicatat debet pada akun aktiva tetap yang
bersangkutan, atau debet pada akun akumulasi penyusutannya.
d. Pengeluaran untuk perbaikan (Betterment)
Pengeluaran yang bertujuan untuk meningkatkan aktiva tetap dari
kondisi semula, kepada kondisi yang lebih baik. Perbaikan yang
dilakukan bukan karena aktiva tetap dalam keadaan rusak, tetapi
pengeluaran dirancang untuk meningkatkan kapasitas, atau untuk
memperpanjang usia penggunaan aktiva yang bersangkutan. Pengeluaran
ini dicatat debet pada akun aktiva tetap yang bersangkutan.
e. Pengeluaran untuk penambahan (Addition)
Pengeluaran yang bertujuan untuk perluasan atau peningkatan
fasilitas yang sudah ada, misalnya untuk menambah bangunan sayap dari
suatu pabrik, perluasan tempat parkir dan sebagainya. Pengeluaran
semacam ini dicatat debet pada akun aktiva tetap yang bersangkutan.
5. Penyusutan Aktiva Tetap
Penyusutan aktiva tetap (depresiasi) adalah alokasi harga
perolehan aktiva tetap kepada periode-periode akuntansi dalam
masa penggunaannya. Menurut pandangan akuntansi, nilai aktiva
tetap setiap saat turun sehingga setelah habis masa
penggunaannya, dianggap sudah tidak mempunyai manfaat lagi
bagi perusahaan. Hal ini berarti aktiva perusahaan yang nilainya
sebesar harga perolehan aktiva tetap yang bersangkutan, dianggap
habis. Dengan demikian merupakan kerugian atau beban bagi
perusahaan, untuk masa selama penggunaannya.
Beban kerugian akibat turunnya nilai aktiva tetap lazimnya
dicatat pada setiap akhir periode akuntansi, yaitu dengan
mendebet akun “beban penyusutan” dan kredit akun “akumulasi
penyusutan”.
a. Faktor-faktor yang menentukan besarnya penyusutan
Besarnya penyusutan aktiva tetap yang menjadi beban setiap periode
akuntansi, tergantung kepada faktor-faktor sebagai berikut :
1) Harga perolehan
Seperti telah dijelaskan di muka, harga perolehan meliputi semua
pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penyiapannya,
sampai aktiva tetap yang bersangkutan siap dioperasikan.
2) Nilai sisa atau nilai residu
Nilai residu (residual value) adalah taksiran nilai akiva tetap setelah
habis masa penggunannya. Dengan demikian jumlah harga perolehan
dikurangi dengan nilai residu, adalah jumlah yang harus disusutkan.
3) Usia ekonomis atau usia manfaat
Usia ekonomis aktiva tetap adalah masa penggunaan aktiva tetap,
yaitu sejak mulai dioperasikan sampai saat aktiva tetap yang
bersangkutan secara ekonomis sudah tidak menguntungkan lagi. Usia
ekonomis aktiva tetap biasanya ditetapkan berdasarkan taksiran.
4) Metode penyusutan yang diterapkan
Terdapat beberapa metode penyusutan aktiva tetap yang dapat
digunakan untuk menentukan besarnya penyusutan yang menjadi beban
setiap periode akuntansi. Metode mana yang diterapkan, ditetapkan
dengan memperhatikan karakteristik aktiva tetap yang bersangkutan
dan ketentuan-ketentuan perpajakan yang berlaku.
b. Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Metode penyusutan aktiva tetap pada dasarnya dirancang
berdasarkan faktor waktu dan faktor penggunaan. Metode penyusutan yang
didasarkan kepada faktor waktu, antara lain teridiri atas :
1. Metode Garis Lurus
2. Metode beban menurun yang antara lain meliputi :
a) Metode Jumlah Angka Tahun
b) Metode Menurun Ganda
Metode penyusutan yang didasarkan kepada faktor penggunaan,
terdiri atas :
1. Metode Satuan Jam Kerja
2. Metode Satuan Hasil Produksi
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Dengan metode Garis Lurus, beban penyusutan tiap tahun pengguanaan
aktiva tetap jumlahnya sama, sehingga jumlah penyusutan tiap tahun
penggunaan dihitung sebagai berikut :

Penyusutan = Jumlah yang harus disusutkan

Usia Ekonomis

Atau

Penyusutan = HP - NR
n

Keterangan : HP = Harga perolehan aktiva tetap


NR= Nilai Residu atau nilai sisa
n = Taksiran usia ekonomis aktiva tetap
Contoh :
Pada tanggal 5Apri 1999, suatu perusahaan membeli sebuah mesin dengan
harga perolehan Rp 130.000.000,00. Usia penggunaan mesin tersebut ditaksir
selama 8 tahun, dengan nilai residu sebesar Rp 10.000.000,00
Berdasarkan data di atas , penyusutan tiap tahun penggunaan mesin
dihitung sebagai berikut :
Penyusutan = Rp 130.000.000,00 - Rp 10.000.000,00 = Rp 15.000.000,00
8
Beban penyusutan mesin untuk tahun 1999, untuk masa penggunaan selama
9 bulan (5 April - 31 Desember), adalah sebesar :
9 x Rp 15.000.000,00 = Rp 11.250.000,00
12
Jumlah tersebut pada tanggal 31 Desember 1999 dicatat dengan jurnal
sebagai berikut :
Des 31. Beban Penyusutan Mesin Rp 11.250.000,00 -
---Akum.Penyusutan Mesin - Rp 11.250.000,00
Beban penyusutan mesin untuk setiap periode penggunaannya adalah
sebagai berikut :
Tahun 1999 (dioperasikan selama 9 bulan) Rp 11.250.000,00
Tahun 2000 (dioperasikan 1 tahun penuh) Rp
15.000.000,00
Tahun 2001
Rp 15.000.000,00
Tahun 2002
Rp 15.000.000,00
Tahun 2003
Rp 15.000.000,00
Tahun 2004
Rp 15.000.000,00
Tahun 2005
Rp 15.000.000,00
Tahun 2006
Rp 15.000.000,00
Tahun 2007 (sisa usia mesin selama 3 bulan) Rp 3.750.000,00
Akumulasi penyusutan mesin setelah habis
2. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum-of-the years-Digits Method)
Dengan metode ini penyusutan untuk setiap tahun penggunaan aktiva
tetap jumlahnya menurun. Besarnya penyusutan tiap tahun penggunaan
akttiva tetap, dihitung sebagai berikut :

Penyusutan = Sisa usia aktiva tetap


pada tahun penggunaan
X Jumlah yang
harus disusutkan
Jumlah angka tahun aktiva tetap

Contoh :
Pada tanggal 10 juni 1999, suatu perusahaan membeli sebuah kendaraan
angkutan harga perolehan Rp 60.000.000,00. Taksiran usia penggunaan 6 tahun
dan nilai residu Rp 7.500.000,00. Kendaraan tersebut mulai dioperasikan pada
tanggal 10 juli 1999, dan disusutkan menurut metode Jumlah Angka Tahun.
Penyusutan tiap tahun penggunaan kendaraan pada contoh di atas,
dihitung sebagai berikut :
Tahun Angka Sisa Usia Perhitungan Penyusutan
Penggunaan Tahun Pada Tahun
Penggunaan
Ke-1 1 6 6 X Rp 52.500.000,00 = Rp 15.000.000,000
21
Ke-2 2 5 5 X Rp 52.500.000,00 = Rp 12.500.000,000
21
Ke-3 3 4 4 X Rp 52.500.000,00 = Rp 10.000.000,000
21
Ke-4 4 3 3 X Rp 52.500.000,00 = Rp 7.500.000,000
21
Ke-5 5 2 2 X Rp 52.500.000,00 = Rp 5.000.000,000
21
Ke-6 6 1 1 X Rp 52.500.000,00 = Rp 2.500.000,000
21
Jumlah 21 = Rp 52.500.000,00
Pada periode tahun 1999, kendaraan dioperasikan selama 6
bulan yaitu sejak bulan Juli sampai dengan Desember 1999.
Dalam hal ini aktiva tetap yang dioperasikan 15 hari atau lebih
pada bulan pertama, bulan pertama dapat dianggap dioperasikan
satu bulan penuh. Dengan demikian beban penyusutan periode
tahun 1999, dihitung sebesar :
3 X Rp 15.000.000,00 = Rp 7.500.000,00
12
Beban penyusutan kendaraan untuk periode tahun 2000, terdiri atas 6
bulan dari penyusutan tahun penggunaan pertama dan 6 bulan dari penyusutan
tahun penggunaan kedua, seperti tampak pada bagan dibawah ini :

Tahun ke-1 Tahun ke-2

Periode 1999 Periode 2000

1/7 1999 31/12 1999 1/7 2000 31/12 2000 1/7 2001

Kendaraan Pencatatan beban Pencatatan beban


mulai penyusutan penyusutan
dioperasikan periode 1999 periode 2000
Penyusutan tahun ke-1 sebesar Rp 15.000.000,00 pada perhitungan di
muka, adalah untuk masa sejak 1 juli 1999 sampai 1 juli 2000.
Sementara beban penyusutan untuk setiap periode akuntansi dicatat
setiap tanggal 31 Desember. Oleh karena itu seperti tampak dalam bagan,
penyusutan tahun ke-1 untuk 6 bulan menjadi beban tahun 1999 dan
untuk 6 bulan menjadi beban tahun 2000. Demikian pula penyusutan
tahun ke-2, untuk 6 bulan menjadi beban tahun 2000 dan 6 bulan
menjadi beban tahun 2001.
Dengan demikian beban penyusutan tahun 2000, dihitung sebagai
berikut :
Penyusutan tahun ke-1 : 6 X Rp 15.000.000,00 = Rp 7.500.000,00
12
Penyusutan tahun ke-2 : 6 X Rp 12.500.000,00 = Rp 6.250.000,00
12
Jumlah = Rp 13.750.000,00
Demikian pula beban penyusutan untuk tahun 2001, dihitung seperti
di atas yaitu 6 bulan dari penyusutan tahun ke-2 dan 6 bulan dari
penyusutan tahun ke-3. Beban penyusutan untuk setiap periode setelah
dihitung seperti diatas, akan tampak seperti tabel di bawah ini :

Periode Beban Akum. Penyusutan Harga Buku Kendaraan


Akuntansi Penyusutan Per 31 Desember Per 31 Desember
1999 Rp 7.500.000,00 Rp 7.500.000,00 Rp 52.500.000,00

2000 Rp 13.750.000,00 Rp 21.250.000,00 Rp 38.750.000,00

2001 Rp 11.250.000,00 Rp 32.500.000,00 Rp 27.500.000,00

2002 Rp 8.750.000,00 Rp 41.250.000,00 Rp 18.750.000,00

2003 Rp 6.250.000,00 Rp 47.500.000,00 Rp 12.500.000,00

2004 Rp 3.750.000,00 Rp 51.250.000,00 Rp 8.750.000,00

2005 Rp 1.250.000,00 Rp 52.500.000,00 Rp 7.500.000,00


Jumlah-jumlah pada kolom beban penyusutan akan dicatat di
debet pada akun “Beban Penyusutan Kendaraan”, dan kredit pada
akun “Akumulasi Penyusutan Kendaraan” setiap akhir periode
masing-masing. Dengan demikian saldo akun “Akumulasi
Penyusutan Kendaraan” akan bertambah pada setiap akhir periode
sehingga setelah masa penggunaan kendaraan habis, akun tersebut
akan menunjukkan saldo kredit sebesar Rp 52.500.000,00.
Jumlah Rp 52.500.000,00 pada kolom harga buku kendaraan
tabel di atas, menunjukkan harga buku kendaraan per 31
Desember 1999, yaitu harga perolehan sebesar Rp 60.000.000,00
dikurangi dengan akumulasi penyusutan Rp 7.500.000,00.
Sementara harga buku kendaraan pada akhir tahun 2005 sebesar
Rp 7.500.000,00 jumlah ini sama dengan taksiran nilai residu.
3. Metode Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)
Dengan metode ini penyusutan setiap tahun penggunaan aktiva
tetap, ditentukan berdasarkan prosentase tertentu yang dihitung dari harga
buku pada tahun yang bersangkutan. Prosentase penyusutan ditetapkan
sebesar dua kali prosentase penyusutan menurut metode Garis Lurus.
Contoh :
Sebuah mesin mulai dioperasikan pada tanggal 1 Oktober 1999.
Mesin tersebut diperoleh dengan harga Rp 100.000.000,00. Taksiran usia
ekonomis selama 10 tahun.
Besarnya penyusutan mesih setiap tahun penggunaan dari data
pada contoh di atas, dihitung sebagai berikut :
Menghitung besarnya prosentase penyusutan :
Usia penggunaan mesin 10 tahun. Jika disusutkan dengan metode
Garis Lurus, besarnya prosentase penyusutan tahunan adalah : 100% : 10 =
10%. Dengan demikian besarnya prosentase penyusutan menurut metode
Menurun Ganda, adalah 2 x 10% = 20%.
Berdasarkan besarnya prosentase penyusutan di atas, beban
penyusutan mesin setiap periode akuntansi selama masa penggunaannya,
dihitung seperti tampak dalam tabel di bawah ini :
Periode Perhitungan Akum.Penyusutan Harga Buku
Akuntansi Beban Penyusutan (Rp) Per 31 Des (Rp) Mesin Per 31 Des
(Rp)

1999 Dioperasikan selama 3 bulan : 3/12 x 5.000.000,00 95.000.000,00


20% x 100.000.000,00 = 5.000.000,00

2000 20% x 95.000.000,00 = 19.000.000,00 24.000.000,00 76.000.000,00

2001 20% x 76.000.000,00 = 15.200.000,00 39.200.000,00 60.800.000,00

2002 20% x 60.800.000,00 = 12.160.000,00 51.360.000,00 48.640.000,00

2003 20% x 48.640.000,00 = 9.728.000,00 61.088.000,00 38.912.000,00

2004 20% x 38.912.000,00 = 7.782.400,00 68.870.400,00 31.129.600,00

2005 20% x 31.129.600,00 = 6.225.920,00 75.096.320,00 24.903.680,00

2006 20% x 24.903.680,00 = 4.980.736,00 80.077.056,00 19.922.944,00

2007 20% x 19.922.944,00 = 3.984.588,80 84.061.644,80 15.938.355,20

2008 20% x 15.938.355,20 = 3.187.671,04 87.249.315,84 12.750.684,16

2009 Sisa usia penggunaan 9 bulan : 9/12 x 89.161.918,46 10.838.081,54


20% x 12.750.684,16 = 1.912.602,62
Besarnya penyusutan mesin mulai tahun 2004 pada tabel di
atas, dibulatkan ke atas menjadi kelipatan 1.000. Setelah habis masa
penggunaan mesin, harga buku mesin per 31 Desember 2009
menunjukkan jumlah Rp 10.836.000,00. Jumlah tersebut merupakan
nilai sisa mesin yang bersangkutan.
Dengan metode menurun ganda, tampak beban penyusutan yang
harus diperhitungkan sebanding dengan masa penggunaan mesin
adalah pada periode awal dan periode akhir penggunaan mesin.
Sementara untuk periode-periode lainnya tidak ada masalah, sebab
beban penyusutan mesin dihitung berdasarkan harga buku pada
periode yang bersangkutan.
4. Metode Satuan Jam Kerja (Service Hours Method)
Menurut metode satuan jam kerja, beban penyusutan ditetapkan
berdasarkan jam kerja yang dapat dicapai dalam periode yang bersangkutan.
Beban penyusutan suatu periode dihitung dengan cara sebagai berikut :

Penyusutan = Jam kerja yang dapat dicapai x Tarif penyusutan tiap jam kerja

Tarif penyusutan tiap jam kerja = Harga perolehan – Nilai residu


Taksiran jam kerja yang dapat
dicapai selama masa penggunaan
Contoh :
Sebuah mesin diperoleh dengan harga Rp 200.000.000,00. Mesin
tersebut ditaksir dapat dioperasikan selama 80.000 jam, dengan nilai residu Rp
20.000.000,00.
Tarif penyusutan tiap jam kerja mesin dari data di atas, adalah :
Rp 200.000.000,00 - Rp 20.000.000,00 = Rp 2.250,00
80.000
Dengan demikian setiap 1 jam mesin dioperasikan, penyusutan yang harus
dibebankan adalah sebesar Rp 2.250,00. Jika jam kerja yang sesungguhnya
dapat dicapai selama tahun 1999 sebanyak 7.200 jam, dan tahun 2000 sebanyak
7,600 jam, maka beban penyusutan tahun 1999 dan tahun 2000 dihitung sebagai
berikut :
Beban penyusutan tahun 1999 : 7.200 x Rp 2.250,00 = Rp 16.200.000,00
Beban penyusutan tahun 2000 : 7.600 x Rp 2.250,00 = Rp 17.100.000,00
Pada contoh di atas, tampak bahwa dengan metode Satuan Jam Kerja,
beban penyusutan untuk setiap periode bervariasi, besarnya akan sebanding
dengan jam kerja (kapasitas) aktiva tetap yang sesungguhnya dapat dicapai.
5. Metode Satuan Hasil Produksi (Productive Output Method)
Metode ini sama dengan metode satuan jam kerja, yaitu berdasarkan kepada
faktor penggunaannya. Dalam metode satuan hasil produksi, beban penyusutan
ditetapkan atas dasar jumlah satuan produk

Penyusutan = Jam kerja yang dapat dicapai x Tarif penyusutan tiap jam kerja

Tarif penyusutan tiap jam kerja = Harga perolehan – Nilai residu


Taksiran jumlah satuan produk ya
yang dapat dicapai selama usia peng
Contoh :
Sebuah mesin diperoleh dengan harga Rp 130.000.000,00. Selama usia
penggunaannya ditaksir dapat menghasilkan 400.000 unit produk. Taksiran
nilai residu sebesar Rp 10.000.000,00
Tarif penyusutan tiap unit produk yang dihasilkan, dihitung sebagai berikut
:
Rp 130.000.000,00 - Rp 10.000.000,00 = Rp 300,00
400.000
Dengan demikian setiap unit produk yang dihasilkan harus dibebani
dengan penyusutan mesin sebesar Rp 300,00. Jika pada periode 1999 produk
yang sesungguhnya dihasilkan sebanyak 38.000 unit dan pada periode 2000
sebanyak 42.000 unit, maka beban penyusutan untuk tahun 1999 dan tahun
2000, adalah sebagai berikut :
Beban penyusutan tahun 1999 : 38.000 x Rp 300,00 = Rp 11.400.000,00
Beban penyusutan tahun 2000 : 42.000 x Rp 300,00 = Rp 12.600.000,00
Seperti dalam metode jam kerja, dalam metode satuan hasil produksi
pun beban penyusutan setiap periode akan bervariasi, sebanding dengan jumlah
satuan produk yang dihasilkan.
6. Pencatatan Transaksi Penghentian Aktiva Tetap
Penghentian aktiva tetap adalah memberhentikan aktiva tetap
dari pemakaiannya, sehingga tidak digunakan lagi dalam kegiatan
operasi perusahaan. Banyak hal yang menjadi alasan penghentian
aktiva tetap, antara lain karena penjualan, karena kerusakan,
ditukar dengan aktiva lain dan karena sudah habis masa
penggunaannya.
Berikut ini ilustrasi pencatatan transaksi penghentian aktiva
tetap karena alasan-alasan tersebut di atas.
a. Pencatatan Transaksi Penjualan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang belum habis masa penggunaannya,
karena suatu hal mungkin saja dijual. Dalam hal demikian, harga
perolehan dan akumulasi penyusutan aktiva yang bersangkutan
harus dikeluarkan/ditutup dari catatan pembukuan. Selisih antara
hasil penjualan dengan harga buku aktiva yang dijual, dicatat
sebagai laba atau rugi penjualan aktiva tetap.
Contoh :
Sebuah kendaraan diperoleh dengan harga Rp 60.000.000,00,
dan telah disusutkan sebesar Rp 36.000.000,00. Pada tanggal 5
Januari 1999, kendaraan tersebut dijual dengan harga Rp
30.000.000,00.
Perhitungan laba rugi penjualan kendaraan dari data di atas,
sebagai berikut :
Hasil penjualan Rp 30.000.000,00
Harga buku kendaraan :
Harga perolehan Rp 60.000.000,00
Akumulasi penyusutan (Rp 36.000.000,00)
Harga buku kendaraan (Rp 24.000.000,00)
Laba penjualan aktiva tetap Rp 6.000.000,00
Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan kendaraan :
Jan 5. Kas Rp 30.000.000,00 -
Akum.Peny.kendaraan Rp 36.000.000,00 -
Kendaraan - Rp 60.000.000,00
Laba Penjualan Ak.tetap - Rp 6.000.000,00
Dengan pos jurnal di atas, harga perolehan kendaraan yang
bersangkutan akan hilang dari catatan pada akun “Kendaraan”.
Demikian pula akumulasi penyusutannya akan hilang dari catatan
pada akun “Akumulasi Penyusutan Kendaraan”.
Dalam hal transaksi penjualan aktiva tetap terjadi dalam suatu
periode yang telah berjalan, dalam artian aktiva tetap yang dijual
telah dioperasikan beberapa bulan pada periode saat terjadinya
transaksi penjualan, maka penyusutan selama penggunaan dalam
periode tersebut harus dicatat lebih dahulu
Contoh :
Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 100.000.000,00,
disusutkan menurut metode Garis Lurus. Taksiran usia ekonomis 8 tahun
dan nilai residu Rp 16.000.000,00. Sampai dengan 31 Desember 1999
telah disusutkan sebesar Rp 43.750.000,00. Pada tanggal 5 juni 2000,
mesin tersebut dijual dengan harga Rp 50.000.000,00.
Penyusutan mesin sampai dengan 31 Desember 1999, Rp
43.750.000,00, pada saat mesin sudah tercatat pada akun “Akumulasi
Penyusutan Mesin”. Sementara penyusutan mesin untuk masa 1 Januari
sampai 5 Juni 2000 yaitu selama 5 bulan, pada saat mesin dijual belum
dicatat. Jumlah penyusutan mesin untuk masa tersebut adalah :
5 X Rp 100.000.000,00 – Rp 16.000.000,00 = Rp 4.375.000,00
12 8
Jumlah tersebut dicatat lebih dahulu dengan jurnal :
Jun 5. Beban penyusutan mesin Rp 4.375.000,00 -
Akum.Penyusutan mesin - Rp 4.375.000,00
Dengan pos jurnal di atas, penyusutan mesin yang dijual sampai
saat transaksi penjualan, sudah tercatat dalam akun “Akumulasi
Penyusutan Mesin”. Dengan demikian laba rugi pejualan mesin
dihitung sebagai berikut :
Hasil penjualan mesin Rp 50.000.000,00
Harga buku kendaraan pada saat dijual :
Harga perolehan Rp 100.000.000,00
Jumlah penyusutan saat penjualan :
s.d 31 Des 1999 = Rp 43.750.000,00
Tahun 2000, = Rp 4.3750.00,00
(Rp 48.125.000,00)
(Rp 51.875.000,00)
Rugi penjualan aktiva tetap Rp 1.875.000,00
Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan mesin :
Juni 5. Kas Rp 50.000.000,00 -
Akum.Peny.kendaraan Rp 48.125.000,00 -
Rugi penjualan aktiva tetap Rp 60.000.000,00 -
Mesin - Rp 6.000.000,00
Anggaplah pada tanggal 1 Januari 2000 saldo akun “Mesin”
sebesar Rp 350.0000.000,00 dan akun “Akumulasi Penyusutan
Mesin” Rp 120.000.000,00. Setelah penjualan mesin tanggal 5 Juni
2000, akun-akun tersebut akan tampak sebagai berikut :
Nama Akun : MESIN
Saldo
Tgl. Keterangan Ref Debet Kredit
Debet Kredit
2000 Saldo - - 350.000.000 -
Jan 1
Jan 5 Penjualan - 100.000.000 250.000.000 -
Nama Akun : Akumulasi Penyusutan Mesin
Saldo
Tgl. Keterangan Ref Debet Kredit
Debet Kredit
2000 Saldo - - - 120.000.000
Jan 1
Jun 5 Penyesuaian - 4.375.000 - 124.375.000
Jun 5 Penjualan 48.125.000 - - 76.250.000

Setelah transaksi penjualan mesin, baik saldo akun mesin


maupun saldo akun akumulasi penyusutan mesin, pada akun-akun di
atas tampak berkurang, masing-masing dengan jumlah harga
perolehan dan akumulasi penyusutan mesin yang dijual.
b. Pencatatan Transaksi Penghentian Aktiva Tetap Karena
Kerusakan
Dalam hal aktiva tetap diberhentikan dari pemakaiannya
karena alasan kerusakan, harga perolehan dan akumulasi
penyusutan aktiva yang bersangkutan harus dihilangkan dari
catatan pembukuan. Harga buku aktiva pada saat dihentikan
pemakaiannya, dicatat sebagai kerugian pemberhentian aktiva
tetap. Jika aktiva tetap itu dibuang atau dipindahkan, biaya untuk
memindahkan atau membuangnya juga dicatat sebagai kerugian
pemberhentian aktiva tetap.
Contoh :
Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 60.000.000,00
rusak berat, sehingga harus diberhentikan dari pemakaiannya.
Akumulasi penyusutan mesin tersebut berjumlah Rp
48.000.000,00. Biaya untuk pemindahan dibayar tunai sebesar Rp
1.000.000,00.
Kerugian akibat pemberhentian mesin pada contoh di atas
adalah :
- Harga buku mesin :
Rp 60.000.000 – Rp 48.000.000,00 = Rp 12.000.000,00
- Biaya pemindahan mesin = Rp 1.000.000,00
Jumlah = Rp 13.000.000,00

Jurnal untuk mencatat penghentian mesin dari pemakaiannya :


Akumulasi penyusutan mesin Rp 48.000.000,00 -
Rugi pemberhentian mesin Rp 13.000.000,00 -
Mesin Rp 60.000.000,00
Kas Rp 1.000.000,00
C. Pencatatan Transaksi Pertukaran Dengan Aktiva Lain
Sering terjadi aktiva tetap yang belum habis masa
penggunaannya ditukar dengan aktiva tetap yang baru, semetara
harga kekurangannya dibayar dengan uang tunai. Transaksi
demikian biasa disebut dengan transaksi “Tukar Tambah” (Trade
In). Dalam hal ini terjadi transaksi tukar tambah, harga perolehan
aktiva tetap yang diterima adalah harga pasarnya. Selisih antara
harga buku aktiva tetap yang diserahkan dengan harga
pertukarannya, dicatat sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva
tetap.
Apabila dalam transaksi pertukaran disertai dengan tambahan
uang tunai, harga pertukaran aktiva tetap yang diserahkan, adalah
selisih antara harga pasar aktiva yang diterima dengan jumlah
tambahan yang diserahkannya.
Contoh :
Pada tanggal 5 Januari 1999 PT “NIAS” menukarkan sebuah
kendaraan lama dengan kendaraan baru yang harga pasarnya Rp
55.000.000,00. Harga perolehan kendaraan lama Rp 40.000.000,00, sampai
dengan 31 Desember 1998 telah disusutkan sebesar Rp 15.000.000,00.
Dalam pertukaran tersebut PT “NIAS” menyerahkan tambahan uang tunai
Rp 28.500.000,00.
Laba rugi pertukaran pada contoh di atas, dihitung sebagai berikut :
Harga perolehan kendaraan lama Rp 40.000.000,00
Akum.penyusutan saat pertukaran (Rp 15.000.000,00)
Harga buku kendaraan lama pada saat pertukaran Rp 25.000.000,00
Harga pertukaran kendaraan lama :
Harga pasar kendaraan baru Rp 55.000.000,00
Tambahan yang diserahkan (Rp 28.500.000,00)
Harga pertukaran kendaraan lama Rp 26.500.000,00
Laba pertukaran aktiva tetap Rp 1.500.000,00
Jurnal untuk mencatat transaksi pertukaran kendaraan :
Kendaraan baru Rp 55.000.000,00 -
Akum.penyusutan kendaraan Rp 13.000.000,00 -
Kendaraan lama Rp 40.000.000,00
Kas Rp 28.500.000,00
Laba pertukaran aktiva tetap Rp 1.500.000,00
Jika pada saat pertukaran terdapat beban penyusutan yang belum
dicatat, misalnya karena pertukaran terjadi pada periode yang telah
berjalan beberapa bulan, beban penyusutan sejak 1 Januari periode yang
bersangkutan sampai tanggal pertukaran harus dicatat lebih dahulu.
Contoh :
Pada tanggal 25 Juni 1999, PT SINAR SAKTI menukarkan sebuah mesin
lama dengan mesin baru yang harga pasarnya Rp 140.000.000,00. Dalam
pertukaran tersebut PT SINAR SAKTI menambah dengan uang tunai
sebesar Rp 70.000.000,00. Data mengenai mesin lama sebagai berikut :
Harga perolehan Rp 110.000.000,00, mulai dioperasikan tanggal 1 Mei
1995. Taksiran usia ekonomis 10 tahun, dengan nilai residu Rp
20.000.000,00, disusutkan dengan metode Garis Lurus.
Pada contoh di atas, akumulasi penyusutan mesin lama saat pertukaran
belum diketahui sehingga laba rugi pertukaran dihitung sebagai berikut :
Penyusutan tahunan menurut metode Garis Lurus :
Rp 110.000.000,00 - Rp 20.000.000,00 = Rp 9.000.000,00
10
Laba rugi pertukaran mesin :
Harga perolehan mesin lama Rp 110.000.000,00
Akumulasi penyusutan sampai saat pertukaran :
1995, 8 bulan = Rp 6.000.000,00
1996, 12 bulan = Rp 9.000.000,00
1997, 12 bulan = Rp 9.000.000,00
1998, 12 bulan = Rp 9.000.000,00
1999, 6 bulan = Rp 4.500.000,00 +
(Rp 37.500.000,00)
Harga buku mesin lama saat pertukaran Rp 72.500.000,00
Harga pertukaran mesin lama ;
Harga pasar mesin baru = Rp 140.000.000,00
Tambahan yang diserahkan = Rp 70.000.000,00 (-)
Rp 70.000.000,00
Rugi pertukaran aktiva tetap Rp 2.500.000,00
Jurnal yang lebih dulu harus dibuat adalah sebagai berikut :
Juni 25. Beban penyusutan mesin Rp 4.500.000,00-
Akum.penyusutan mesin - Rp 4.500.000,00

Selanjutnya jurnal untuk mencatat transaksi pertukaran mesin


sebagai berikut :
Juni 25. Mesin baru Rp 140.000.000,00 -
Akum.penyusutan mesin Rp 37.500.000,00 -
Rugi pertukaran aktiva tetap Rp 2.500.000,00 -
Mesin lama - Rp 110.000.000,00
Kas - Rp 70.000.000,00
d. Pencatatan Transaksi Penghentian Aktiva Tetap Karena Habis
Masa Peggunaannya
Aktiva tetap yang telah habis masa penggunaannya, dapat
saja diperlakukan sebagai berikut :
1. Dijual
2. Disingkirkan (dibesi-tuakan)
Sebagai contoh, misalnya peralatan kantor yang harga
perolehannya Rp 3.000.000,00 dan telah disusutkan Rp
2.500.000,00, dibesituakan karena usia penggunaannya telah
habis. Jurnalnya sebagai berikut ;
Akum.Penyusutan Peralatan kantor Rp 2.500.000,00-
Rugi Pemberhentian Aktiva tetap Rp 500.000,00-
Peralatan kantor - Rp 3.000.000,00
3. Diberhentikan dari penggunaannya, tetapi tidak dilepas
Sebagai contoh, misalnya sebuah mesin yang harga
perolehannya Rp 50.000.000,00 dan telah disusutkan sebesar
Rp 45.000.000,00, diberhentikan dari penggunaannya. Jika
mesin yang tersebut tidak dilepas, jurnal yang harus dibuat
adalah ;
Akum.penyusutan Mesin Rp 45.000.000,00 -
Mesin - Rp 45.000.000,00

Harga buku (harga perolehan yang tidak disusutkan) pada contoh


diatas sebesar Rp 5.000.000,00. Jumlah tersebut dilaporkan dalam
neraca dalam kelompok aktiva lain-lain, sebagai aktiva tetap yang
dihentikan penggunaannya.
AKTIVA SUMBER DAYA ALAM
Sumber daya alam (natural resources) merupakan sumber daya
yang mencakup yang di atas tanah dan di bawah tanah seperti minyak,
gas dan lainnya. Aktiva ini merupakan aktiva yang produktif dengan
memiliki dua karakteristik yaitu :
a. Secara fiik merupakan hasil kegiatan secara operasional
b. Hanya dapat digantikan oleh kekuatan alam

Harga perolehan aktiva sumber daya alam adalah harga yang


dikeluarkan untuk memperolehnya dan seluruh persiapan untuk
membuat aktiva tersebut siap digunakan.
Metode deplesi yang umum digunakan adalah metode satuan hasil
atau metode unit aktivitas karena deplesi adalah fungsi dari unit yang
telah diambil selama periode.
B.AKTIVA TIDAK BERWUJUD
1. Pengertian dan Jenis-jenis Aktiva Tidak Berwujud
Aktiva tidak berwujud (intangible assets) adalah aktiva yang wujud
fisiknya tidak dapat ditangkap dengan pancaindera.
Berdasarkan masa manfaatnya aktiva tidak berwujud digolongkan
sebagai berikut :
a. Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya dibatasi oleh
undang-undang, peraturan/persetujuan atau oleh sifat aktiva itu
sendiri.
1) Hak Patent
Patent adalah suatu hak yang diberikan oleh pemerintah kepada
pihak yang menemukan hal yang baru, untuk melakukan
pembuatan, penjualan atau pengawasan terhadap penemuannya
selama jangka waktu tertentu. Masa penggunannya dibatasi selama
17 tahun dan setelah habis masa penggunaannya, dapat saja
diperbaharui atau jika bisa diperpanjang. Hak patent dapat
digunakan sendiri atau dijual kepada pihak lain.
2) Hak Cipta
Hak cipta (Copy Rights) adalah hak yang diberikan oleh
pemerintah kepada pengarang, pencipta/musik atau seniman lainnya,
untuk menerbitkan/mempublikasikan, menjual atau mengawasi
ciptaannya. Masa penggunaannya dibatasi selama 28 tahun dan
dimungkinkan untuk perpanjangan selama 28 tahun lagi. Hak cipta
digunakan sendiri atau dijual kepada pihak lain.
3) Franchise
Franchise atau hak monopoli adalah hak-hak istimewa yang
diberikan pemerintah kepada suatu pihak untuk menggunakan
fasilitas milik negara bagi penyediaan jasa-jasa kepentingan umum,
misalnya untuk penimbunan sampah dan transportasi umum. Hak
monopoli dapat juga diberikan kepada suatu perusahaan untuk
menggunakan fungsi bisnis tertentu, misalnya penjualan produk
tertentu dalam suatu daerah geografis tertentu. Hak monopoli
biasanya diberikan dalam batas waktu tertentu.
b. Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak
terbatas
1) Merek Dagang (Trademarks)
2) Goodwill
Merupakan nilai lebih yang dimiliki oleh suatu
perusahaan yang timbul karena adanya kelebihan dalam
beberapa faktor, seperti nama yang terkenal, staf dan
personalia yang berkemampuan tinggi atau lokasi
perusahaan yang menguntungkan.
2. Amortisai Akitva Tidak Berwujud
Amortisasi diartikan sebagai alokasi harga peroleha aktiva tetap
tidak berwujud kepada periode-periode selama usia manfaatnya.
Pencatatan dan metode amortisasi aktiva tidak berwujud pada
umumnya adalah sebagai berikut :
a) Metode amortisasi biasanya digunakan metode garis lurus dengan
tidak memperhitungkan adanya nilai residu.
b) Beban amortisasi tidak setiap periode, dicatat debet pada akun
“Beban Amortisasi” dan dikreditkan langsung pada akun aktiva
tidak berwujud yang bersangkutan.
Contoh :
Suatu Hak Patent dimiliki dengan harga perolehan Rp
50.000.000,00. Ditaksir akan memberikan manfaat selama 10
tahun.
Jurnal penyesuaian untuk mencatat beban amortisasi patent pada
setiap akhir periode adalah sebagai berikut :
Des 31. Beban Amortisasi Patent Rp 5.000.000,00 -
Patent - Rp 5.000.000,00
3. Penyajian Akitva Tetap dan Aktiva Tidak Berwujud Dalam Neraca
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penyajian aktiva tetap
dan aktiva tidak berwujud dalam neraca adalah sebagai berikut :
a) Setiap jenis aktiva tetap seperti tanah/hak atas tanah, bangunan dan
lain sebagainya, harus dinyatakan dalam neraca secara terpisah atau
dirinci pada catatan atas laporan keuangan.
b) Aktiva tetap dinyatakan sebesar harga perolehannya, dan akumulasi
penyusutan dinyatakan sebagai pengurangan harga perolehan aktiva
tetap yang bersangkutan.
c) Masing-masing jenis aktiva yang tidak berwujud harus dinyatakan
dalam neraca secara terpisah.
d) Aktiva yang tidak berwujud harus dinyatakan sebesar nilai manfaat
yang tersisa.
Dari prinsip di atas, tampak bahwa aktiva tidak berwujud tidak perlu
dinyatakan sebesar harga perolehannya, tetapi dinyatakan sebesar nilai
manfaat yang tersisa. Jika taksiran nilai manfaat yang tersisa ternyata
lebih rendah daripada harga bukunya, selisih yang terjadi dicatat
sebagai kerugian.

Anda mungkin juga menyukai