HAKIKAT PEMBELAJARAN
KELAS RANGKAP
KB 2
PRINSIP DIDAKTIK – METODIK
DAN PROSEDUR DASAR PKR
Katak II
Bapak Suruan hari itu memulai pengajarannya di kelas 4. Setelah mengucapkan salam
dan mengarahkan murid, kemudian pak Suruan menyuruh murid-murid mengeluarkan
buku catatan. Jam pertama adalah pelajaran IPS. Pak Suruan kemudian menyalin salah
satu bahan pelajaran IPS dan sementara menulis di papan tulis pak Suruan mengingatkan
supaya anak-anak juga mulai menyalin.
Kurang lebih lima belas menit, pak Suruan telah selesai menyalin kemudian
mengingatkan anak-anak untuk menyalin dengan rapi dan berpesan jangan ramai karena
bapak akan mengajar juga di kelas 5.
Selanjutnya pak Suruan masuk ke kelas 5 dan memberikan pelajaran IPA, tentu saja
waktu untuk kelas 5 sudah terulur selama kurang lebih lima belas menit. Kemudian pak
Suruan menyuruh murid-murid mengeluarkan buku catatan dan disuruh menyalin bahan
pelajaran IPA yang sedang ditulis pak Suruan di papan tulis sampai selesai.
Semua yang dilakukan oleh pak Suruan di dua kelas tadi disebabkan karena murid-
murid tidak mempunyai buku. Buku milik gurupun sangat terbatas sekali dan itupun
termasuk buku-buku lama. Di sekolah tersebut juga tidak mempunyai alat peraga, apalagi
alat-alat IPA.
Setelah Anda membaca cuplikan praktik pembelajaran yang dilakukan oleh pak Suruan,
maka Anda dapat menemukan jawaban mengapa sebagian besar murid-murid di kelas 4 dan
kelas 5 tidak dapat membaca? Padahal tulisan mereka banyak yang baik dan rapi.
Kebiasaan menyalin bahan pembelajaran yang dilakukan oleh murid-murid yang
mungkin sudah berlangsung lama sejak di kelas rendah mengurangi, bahkan dapat
menghilangkan kesempatan untuk membaca. Apakah ketiadaan buku harus diatasi dengan
cara menyalin? Apakah tidak ada alternatif lain yang dapat diupayakan oleh guru?
Kalau saja pak Suruan dapat lebih kreatif atau mau berusaha, maka sebenarnya pak
Suruan bisa menyuruh beberapa murid yang mempunyai tulisan baik untuk menulis salah
satu bahan ajar sebagai PR. Kemudian esoknya dibagikan kepada semua murid dan
kemudian menyuruhnya membaca dengan keras atau dalam hati.
Sebenarnya mengajar kelas rangkap bukan suatu keadaan yang pantas dituduh sebagai
penyebab rendahnya kemampuan murid rendah. Ketidak mampuan guru dan enggannya
guru berupaya lebih keras untuk membelajarkan siswa lebih pantas dikatakan sebagai
penyebab utamanya. Apalagi bila guru sudah kehilangan hasrat untuk mencari inspirasi/ide-
ide agar ia dapat menghasilkan sesuatu yang terbaik bagi anak didiknya.