Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN

PELACAKAN KASUS LAHIR MATI, KEMATIAN BAYI DAN ANAK BALITA


DI PUSKESMAS … KOTA SEMARANG TAHUN 2022

A. PENDAHULUAN
Penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu
prioritas program kesehatan karena merupakan indikator
keberhasilan pembangunan di sektor kesehatan. Sejalan dengan
tujuan nomor 3 SDG’s tahun 2030, yaitu menjamin kehidupan yang
sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia,
pemerintah bertekad untuk menurunkan Angka Kematian Neonatal
setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per
1.000 KH.
Situasi Kematian Bayi dan Balita di Kota Semarang cenderung
menurun secara lambat tiap tahun sehingga masih perlu
mendapatkan perhatian. Jika dibandingkan dengan angka kematian
bayi di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 24 per 1.000 kelahiran
hidup, AKB di Kota Semarang sudah jauh lebih rendah dan
menempati ranking 5 di Jawa Tengah di tahun 2020. Pada tahun
2021 Angka Kematian Bayi di Kota Semarang turun dari 6,09/ 1000
Kelahiran Hidup tahun 2020 menjadi 6,04/ 1000 Kelahiran Hidup
(133 kasus) dan Angka Kematian Balita (AKABA) turun dari 7,01 pada
tahun 2020 menjadi 6,95/1000 Kelahiran Hidup (153 kasus).
Berdasarkan hasil rekomendasi AMP kasus perinatal tahun
2021, sebesar 70% kasus yang dikaji dapat dicegah. Penyebab
Kematian bayi diantaranya karena Asfiksia sebesar 39% BBLR
sebesar 10%, Infeksi 7% dan kelainan Kongenital sebesar 22%, dan
penyebab lainnya 22% (muntah, aspirasi ASI, diare, kejang, sepsis,
KPD pada ibu, konstipasi). Penyebab kematian Post Neonatal antara
lain karena Pneumonia 7,14%, Diare sebesar 10,71%, Covid-19
sebesar 7,14% dan penyebab lain sebesar 75% meliputi dehidrasi,
tersedak, gagal nafas, hipertermi). Penyebab kematian anak balita
diantaranya adalah 15% karena Diare, 5% karena Demam Berdarah
dan penyebab lainnya sebesar 80% meliputi gangguan liver, tumor,
gangguan napas, infeksi, dehidrasi).
Sedangkan penyebab tidak langsung kematian bayi dan anak
balita di Kota Semarang antara lain kurangnya informasi/ pencatatan
hasil pelayanan kesehatan yang lengkap sehingga menjadi kendala
saat AMP, kurangnya komunikasi, kerjasama tim, sistem rujukan di
fasilitas kesehatan dan antar fasilitas kesehatan, kurangnya analisis

KERANGKA ACUAN PELACAKAN KEMATIAN BAYI DAN BALITA 1


deteksi risiko pada ibu dan bayi, dan faktor sosial budaya
masyarakat.

Saat ini baik pemerintah pusat maupun daerah berinovasi


mengembangkan upaya terobosan kegiatan yang terintegrasi dan
berkesinambungan untuk mengurai simpul permasalahan yang
menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian bayi
dan balita. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pengkajian Audit
Medik atau Audit Maternal dan Perinatal Surveilan dan Respon (AMP-
SR).
Upaya AMP-SR merupakan serangkaian kegiatan berkelanjutan
dan sistematik yang bertujuan untuk menyediakan informasi tentang
kejadian kematian maternal dan perinatal sedini mungkin (dilakukan
paling lambat dalam 3 x 24 jam setelah kematian terjadi sebagai
bagian dari pendekatan surveilans). AMP-SR dapat dimanfaatkan
untuk menggali permasalahan yang berperan atas kejadian
morbiditas maupun mortalitas yang berakar pada pasien/ keluarga,
petugas kesehatan, manajemen pelayanan, serta kebijakan
pelayanan. Kegiatan ini penting untuk menentukan faktor penyebab
yang bisa diperbaiki, menghasilkan rekomendasi yang berkualitas dan
mampu laksana serta memberikan arah tentang intervensi (respon)
yang tepat untuk mencegah terjadinya kematian di kemudian hari.
Dalam melakukan pengkajian, ada beberapa tahapan yang
harus dilakukan, diantaranya adalah melakukan kegiatan surveilans/
pelacakan kasus di masyarakat/ keluarga menggunakan formulir
Otopsi Verbal. Semakin lengkap data kematian maka perencanaan
dan strategi intervensi yang akan dilakukan akan semakin baik.
Jika ada informasi kematian di wilayah kerja puskesmas,
Bidan/ tenaga kesehatan puskesmas di wilayah tempat tinggal
(domisili) ibu atau bayi/janin yang meninggal melakukan wawancara
kepada keluarga yang meninggal (otopsi verbal) dengan menggunakan
Formulir Otopsi Verbal Perinatal/ OVP dalam kurun waktu 14 hari
atau dengan mempertimbangkan suasana berkabung. Pengisian
formulir OVP tersebut dilakukan untuk semua kasus lahir mati,
kematian neonatal.
Seiring berjalannya waktu, Kota Semarang berinovasi dengan
menerapkan kegiatan surveilans/ pelacakan untuk kasus kematian
Post Neonatal dan Anak Balita oleh petugas puskesmas sebagai
bentuk kepedulian terhadap upaya peningkatan kesehatan Bayi dan

KERANGKA ACUAN PELACAKAN KEMATIAN BAYI DAN BALITA 2


Balita sebagai bagian dari tindak lanjut rekomendasi AMP kasus
perinatal.
Menyikapi hal di atas, puskesmas perlu membentuk Tim
Surveilans Kematian Bayi dan balita yang bertugas melakukan
surveilans melalui kegiatan Pelacakan kasus Lahir Mati Kematian
Bayi dan Anak Balita hingga melakukan Audit Medik/ Sosial di
wilayah kerja Puskesmas se-Kota Semarang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menurunkan Angka Kematian Bayi dan Balita di Kota
Semarang
2. Tujuan Khusus
a. melakukan penelusuran data dan kronologi dan identifikasi
kasus lahir mati, kematian bayi dan anak balita
b. memperoleh kelengkapan data lahir mati, kematian bayi dan
balita sebagai bahan Audit Medik
c. meningkatkan peran aktif puskesmas dalam proses
pembelajaran kasus dan analisis lahir mati, kematian bayi dan
anak balita.
d. Meningkatkan perbaikan pelayanan kesehatan ibu, bayi dan
balita.
C. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Pemerintah, Dinas
Kesehatan, Puskesmas, Pemberi layanan KIA di fasilitas kesehatan,
masyarakat.
D. TAHAPAN DAN WAKTU PELAKSANAAN
1. Notifikasi informasi kasus Lahir Mati, Kematian Bayi dan Anak
Balita dan dicatat dalam daftar informasi kematian.
2. Verifikasi kasus melalui Data base Puskesmas (Sigaspol), Kader
dan Pembina wilayah setempat
3. Menyiapkan Formulir Pencatatan, Formulir OVP, Surat Penugasan
4. Kunjungan Surveilans/ Pelacakan
5. Melengkapi format Daftar Informasi kematian, OVP dan Kronologi
berdasarkan hasil pelacakan
6. Melakukan identifikasi penyebab kasus kematian melalui audit
medik/ pengkajian kasus.
7. Mengarsip dan melaporkan Daftar Informasi kematian, OVP,
Kronologi, hasil Audit Medik dan rekomendasi ke dinas kesehatan.

E. METODE

KERANGKA ACUAN PELACAKAN KEMATIAN BAYI DAN BALITA 3


1. Observasi Data Sekunder (Buku KIA, Hasil pemeriksaan
penunjang, dsb)
2. Wawancara
3. Tanya Jawab
4. Telemedicine

F. MONITORING DAN EVALUASI


Hasil pelacakan telah terlapor dan hasil audit medik dapat
ditindaklanjuti/ direspon.
G. WAKTU, TEMPAT DAN JADWAL PELAKSANAAN
BULAN
LOKASI JAN PEB MAR APR MEI JU JUL AGS SEP OKT NOV DES
KELURAHAN N
Kelurahan A V V V V V V V V V V V V
Kelurahan B

H. PETUGAS
1. A
2. B
F. SASARAN (menyesuaikan, diisi nama, alamat, tanggal meninggal)
1. LAHIR MATI :
2. NEONATAL DINI :
3. NEONATAL LANJUT :
4. POST NEONATAL :
5. ANAK BALITA :
G. SUMBER DANA
Biaya pelaksanaan kegiatan ini dibebankan pada Dana Alokasi
Khusus BOK Puskesmas …. Kota Semarang Tahun 2022

Demikian kerangka acuan ini kami buat, untuk dapat


digunakan sebagai pedoman.

Semarang, 31 Januari 2022

Kepala Puskesmas, Pelaksana

NAMA Tim Surveilans Kematian Bayi dan

KERANGKA ACUAN PELACAKAN KEMATIAN BAYI DAN BALITA 4


NIP Anak Balita Puskesmas

KERANGKA ACUAN PELACAKAN KEMATIAN BAYI DAN BALITA 5

Anda mungkin juga menyukai