Anda di halaman 1dari 15

BAB I

BAB II

BAB III

1
BAB IV
TAHAPAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK
IV.1 Prosedur dan Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktik
Adapun kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan Kerja Praktik yaitu:
1. Tahapan Persiapan Kerja Praktik
a. Pembuatan proposal Kerja Praktik.
b. Pengiriman proposal ke instansi atau perusahaan terkati.
c. Penerimaan persetujuan pengajuan propsal dari instansi atau perusahaan
terkait.
2. Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktik
a. Persiapan dengan melaksanakan studi literatur untuk melakukan kerja
praktik.
b. Menentukan topik kajian kerja praktik sesuai dengan fungsi PTPSW.
c. Pemberian materi mengenai penginderaan jauh oleh pembimbing kerja
praktik.
d. Pemberian materi mengenai Google Earth Engine oleh pembimbing kerja
praktik.
e. Melakukan pengembangan script GEE yang diberikan pembimbing kerja
praktik sesuai dengan tujuan topik kajian.
f. Melaksanakan presentasi progres selama berada di instansi PTPSW.
g. Melakukan visualisasi akhir dari pengembangan script GEE sesuai
dengan kreatifitas mahasiswa.
h. Melaksanakan presentasi akhir ke instansi PTPSW
i. Pembuatan laporan ke instansi PTPSW
3. Tahapan Penyusunan laporan Kerja Praktik
a. Penyusunan draft laporan kerja praktik
b. Asistensi dengan dosen pembimbing
c. Revisi draft laporan kerja praktik
d. Persetujuan draft laporan kerja praktik
4. Tahapan Evaluasi dan Penilaian Kerja Praktik

IV-1
IV.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik

Gambar IV-1 Gedung Geostech 820, PTPSW-BRIN


Tempat : Pusat Pengembangan Sumberdaya Wilayah Badan Riset dan
Inovasi Nasional
Gedung Geostech 820 Kawasan Puspitek Serpong
Telp. 021.75791377, 021.75751379; Ext. 9025/4404
Email: sekr-ptpsw@bppt.go.id
Waktu : Pelaksanaan selama ± 40 hari
Mulai Tanggal : 10 Januari 2022 - 25 Februari 2022 (disesuaikan oleh instansi)

IV-2
IV.3 Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktik

Gambar IV-2 Diagram Alir Persiapan KP

IV-3
Gambar IV-3 Diagram Alir Tahap Pelaksanaan KP

IV-4
IV.4 Tahapan Persiapan Pekerjaan Kerja Praktik
IV.4.1 Pembuatan Proposal Kerja Praktik
Pembuatan proposal Kerja Praktik (KP) adalah hal yang paling awal
dilakukan ketika hendak melakukan kerja praktik. Pembuatan proposal KP ini
berguna agar instnasi PTPSW-BRIN dan Tim Swakelola Undip dapat melihat
bagaimana nanti sasaran dari mahasiswa KP saat melakukan KP nanti. Untuk itu,
pembuatan proposal KP ini perlu dibuat dengan cermat dan teliti.
IV.4.2 Pengiriman Proposal ke Instansi PTPSW
Setelah pembuatan proposal dilakukan tahapan selanjutnya yaitu
mengirimkan proposal yang telah dibuat ke instansi PTPSW-BRIN. Pengiriman
proposal dilakukan dengan menggunakan pos dalam bentuk hardfile atau email
dalam bentuk softfile.
IV.4.3 Penerimaan Proposal oleh Instansi
Setelah melakukan pengiriman, tahap selanjutnya yaitu menunggu
persetujuan dari instansi PTPSW-BRIN. Apabila proposal disetujui maka tahap
selanjutnya yaitu tahapan pelaksanaan pekerjaan kerja praktik di instansi tersebut.
Namun, ketika proposal tidak disetujui maka kembali lagi ke tahap pembuatan
proposal dan seterusnya sampai disetujui oleh instansi yang bersangkutan.
IV.5 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Kerja Praktik
IV.5.1 Studi Literatur
Langkah awal dalam kegiatan Kerja Praktik ini adalah dengan studi
literatur. Dalam tahap ini mahasiswa disarankan untuk lebih banyak membaca
literatur yang ada seperti jurnal,buku,website,dll. Kegiatan studi literatur ini
bermanfaat untuk memperluas wawasan mahasiswa Kerja Praktik mengenai
penginderaan jauh. Studi literatur ini juga akan membuka pemikiran mahasiswa
Kerja Praktik untuk membantu dalam hal memilih topik kajian dalam kegiatan
Kerja Praktik. Setelah membaca berbagai literatur diperoleh bahwa kajian yang
difokuskan adalah identifikasi luasan mangrove di Nusa Lembongan dengan citra
satelit Landsat.
Tahapan studi literatur ini akan berfokus pada kawasan Nusa Lembongan
yang dimana kawasan ini merupakan kawasan ekowisata mangrove yang cukup

IV-5
populer di Indonesia. Dengan difokuskannya kawasan Nusa Lembongan ini akan
memperoleh berbagai data-data penelitian yang ada sebelumnya milik peneliti
maupun dinas terkait mengenai luasan hutan mangrove di Nusa Lembongan.
Identifikasi hutan mangrove ini digunakan dengan mengolah data citra
dengan platform Google Earth Engine. Dengan mengandalkan koneksi internet
maka dapat terhubung dengan server milik google dalam mengolah citra satelit
tanpa harus mengunduh raw data citra satelit. Berbagai script pada Google Earth
Engine dapat dilihat dibeberapa literatur yang ada, banyak para peneliti yang sudah
mempublikasikan hasil scriptnya melalui literatur yang ada.
IV.5.2 Pemilihan Satelit dan Data Vektor
Pemilihan satelit adalah langkah setelah melakukan studi literatur.
Tahapan pemilihan satelit ini adalah tahapan yang cukup penting dalam hal untuk
memilih jenis satelit haruslah sesuai dengan topik kajian yang ada. Satelit yang
sesuai dengan kajian identifikasi mangrove ini adalah satelit Landsat. Topik kajian
ini menggunakan 3 jenis citra landsat yaitu:
1. Landsat 5 TM ( Thematic Mapper )
2. Landsat 7 ETM (Enhanced Thematic Mapper)
3. Landsat 8 OLI ( Operational Land Imager )
Citra Landsat 5 TM ini dipergunakan untuk IDENTIFIKASI luasan hutan
mangrove di Nusa Lembongan pada tahun 2000. Citra Landsat 7 ETM
dipergunakan untuk IDENTIFIKASI luasan magrove pada tahun 2005 dan 2010.
Citra Landsat 8 OLI ini digunakan untuk mengetahui luasan magrove Nusa
Lembongan di tahun 2015, 2020 dan 2021. Citra Landsat ini dapat diolah secara
langsung dengan menggunakan platform Google Earth Engine. GEE ini sudah
memiliki akses yang terhubung ke lembaga pemilik citra satelit Landsat sehingga
para users tidak perlu lagi mengunduh raw data citra satelit lagi. Berikut ini
merupakan berbagai citra Landsat yang sudah tersedia di GEE :

IV-6
Gambar IV-4 Citra Landsat pada GEE
IV.5.3 Penggunaan Algorima Script di GEE untuk Identifikasi Mangrove
Selanjutnya adalah tahapan penggunaan algoritma script untuk
IDENTIFIKASI luasan mangrove dari tahun 2000-2021 di Nusa Lembongan
dengan menggunakan platform Google Earth Engine adalah sebagai berikut:

1. Memilih data citra Landsat dan data DEM yang digunakan untuk melakukan
identifikasi tiap tahunnya.

2. Penentuan batasan lokasi penelitian yaitu Pulau Nusa Lembongan.

3. Melakukan masking cloud pada citra landsat yang digunakan

IV-7
4. Membuat algoritma indeks vegetasi NDVI, MNDWI, NDMI dan GCVI

5. Memilih tahun citra yang akan diteliti sebagai contoh tahun 2020

6. Membuat variabel baru dengan algoritma bahwa citra yang digunakan sudah
terinput tahun citra, sudah masking cloud dan algoritma indeks vegetasi citra
sudah terinput pada variabel l8

7. Memotong citra variabel l8,dan hanya difokuskan pada kawasan Pulau Nusa
Lembongan saja.

8. Variabel ini adalah menyaring data dengan nilai NDVI yang lebih besar dari
0.33 dan nilai dari MNDWI lebih besar dari 0. Sehingga citra yang digunakan
adalah yang memiliki nilai NDVI>0.33 dan nilai MNDWI > 0

9. Memilih komposit band yang sesuai untuk identifikasi hutan mangrove,


pada Landsat 8 menggunakan komposit band 5 , band 6 dan band 4 dengan
maksimal parameter 0.35

IV-8
10. Menampilkan hasil dari beberapa script algoritma yang sebelumnya

Gambar IV-5 Hasil Komposit Band


11. Melakukan klasifikasi terbimbing dengan menambahkan geometry feature
classes Mangrove (warna hijau) dan NonMangrove(warna ungu).
Pengambilan sampel didasarkan karakteristik unik tiap kelas dari piksel-
piksel yang terampil pada Map Layer.

Gambar IV-6 Pengambilan sampling


12. Setelah pengambilan sampel maka dilanjutkan dengan pembuatan script
variabel baru, yaitu dengan memasukkan variabel bands yang baru dan
variabel sampel sesuai pengambilan kelas yang sebelumnya.

IV-9
13. Pembagian sampel secara acak dan menyisihkannya untuk memperoleh
akurasi dari pemodelan kelas Mangrove dan NonMangrove

14. Melakukan perintah mencetak hasil berapa banyak data sampel, training dan
testing yang telah digunakan

15. Membuat variabel klasfikasi hutan secara acaj yang dimana digunakan
untuk menjalankan model dengna model menggunakan 100 pohon dan 5
secara acak

IV-10
16. Variabel untuk validasi hasil klasifikasi dan untuk membuat nilai akurasi
sampel, serta perintah print berfungsi untuk menampilkan nilai akurasi

17. Variabel pixelcound dan countmask berfungsi untuk mengurangi eror yang
terdapat pada citra Landsat. Variabel classMask dan classed adalah variabel
yang berfungsi untuk menampilkan citra yang sudah dimasking pada Map
layer.

18. Menampilkan hasil klasifikasi mangrove pada tahun 2020 di Nusa


Lembongan dengan warna abu-abu.

Gambar IV-7 Kawasan mangrove Nusa Lembongan 2020


19. Setelah hasil klasifikasi hutan mangrove telah tertampil maka dapat
dilakukan perhitungan luasan mangrove dalam satuan hektar dengan script
dibawah ini:

IV-11
IV.5.4 Layouting Peta
Pembuatan layout peta adalah langkah visualisasi akhir dari tahapan
pengolahan deteksi mangrove ini. Tahapan ini menggunakan bantuan dari
software ArcGIS 10.7.1. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam tahapan
layouting peta sebagai berikut:
1. Melakukan export data hasil klasifikasi mangrove pada tahun 2020 dapat
dilakukan dengan script dibawah ini:

Gambar IV-8 Luas mangrove 2020 hasil export pada google drive
2. Import luas mangrove file ekstensi *tif dan data vektor *shp batas
administrasi Nusa Lembongan yang dapat diunduh melalui InaGeoportal
milik Badan Informasi Geospasial (BIG) pada software ArcGIS10.7.1 dan
lakukan layout sesuai dengan ketentuan kartografi.

IV-12
Gambar IV-9 Shapefile Hutan mangrove 2020
IV.5.5 Analisis Perubahan Luasan Mangrove
Tahapan ini adalah menganalisis hasil dari perubahan hutan mangrove dari
tahun 2000 sampai tahun 2021. Analisis ini dapat berfungsi sebagai acuan bagi
warga dan pemerintah setempat untuk mengambil langkah keputusan yang tepat
dalam pelestarian hutan mangrove ke depannya. Metode analisisnya adalah dengan
membaca literatur yang ada mengenai kejadian ataupun fenomena alam/buatan
IV.6 Tahapan Penyusunan Laporan Kerja Praktik
IV.6.1 Penyusunan Draft Laporan Kerja Praktik (KP)
Setelah melaksanakan Kerja Praktik (KP) di PTPSW-BRIN mahasiswa KP
membuat laporan hasil KP. Pembuatan laporan KP ini mencakup kegiatan
keseluruhan mengenai apa yang dilaksanakan oleh mahasiswa mulai dari awal
sampai akhir masa KP dari mahasiswa itu. Setelah laporan KP dibuat, mahasiswa
KP melakukan asistensi dengan dosen pembimbing masingmasing. Proses asistensi
dengan dosen pembimbing akan melewati tahap revisi sampai laporan tersebut
diterima oleh dosen pembimbing.
IV.6.2 Penyerahan Laporan Kerja Praktik (KP)
Laporan Kerja Praktik yang telah disusun sedemikian rupa oleh mahasiswa
dapat diserahkan kepada pihak instansi jika instansi memerlukan.

IV-13
IV.7 Tahapan Evaluasi dan Penilaian Kerja Praktik
Setelah mahasiswa melakukan tahapan-tahapan kerja praktik mulai dari
tahapan persiapan, pelaksanaan, penyusunan laporan kerja praktik maka yang
terakhir yaitu evaluasi dan penilaian kerja praktik. Penilaian kerja praktik terdiri
dari dua unsur, yaitu penilaian dari pihak instansi dan pihak Departemen Teknik
Geodesi Universitas Diponegoro. Penilaian tersebut akan keluar pada Kartu Hasil
Studi (KHS) mahasiswa yang telah melakukan Kerja P raktik.

IV-14

Anda mungkin juga menyukai