Barabah (MOTINGGO BUSYE)
Barabah (MOTINGGO BUSYE)
BARABAH Istri Banio; seorang wanita berumur 28 tahun, cantik, menarik dan mencintai
suaminya.
BANIO Suami Barabah; lelaki tua betubuh bongkok tapi kekar. Berumur sekitar 70an,
suaranya lantang dan sukar untuk tertawa
ADIBUL Lelaki besar tinggi, berusia 30 tahun, bekerja sebagai kusir sado.
ZAITUN Wanita montok, berusia 25 tahun, sikapnya ramah dan hangat. Ia adalah anak
Banio dari istri ke enam yang telah lama diceraikannya.
BANIO
BARABAH! (MELIHAT SEKELILING) O…BARABAH!
BARABAH
Tangan bapak luka!?
BANIO
Biar!
BARABAH
Ohh
BANIO
Iya. Tangan bapak luka
BARABAH
Benar? Tapi serbuk kopinya yang kemarin juga
BANIO
TIDAK PEDULI ITU SERBUK KOPI KEMARIN ATAU LIMA PULUH TAHUN LALU, AKU CUMA MENGATAKAN KOPI YANG KAU
BIKIN HARI INI ENAK. SUDAH, JANGAN TANYA LAGI!
BARABAH
Jangan Tanya lagi….
Banio memalingkan mukanya. Kemudian melirik ke arah Barabah yang merenda, Banio
menarik napas panjang.
BANIO (LEMBUT)
Barabah… .
BARABAH
Iya pak?
BARABAH
Apa mau dikerok lagi punggung itu?
BANIO
Ah, malu aku!
BARABAH
Kenapa?
BANIO
Punggungku sudah bongkok. Nanti engkau tahu punggungku bongkok
BARABAH
Ah, tidak.
BANIO (BERDIRI)
Siapa bilang tidak!? Lihat nih, lihat!
(BANIO DUDUK. BARABAH MASIH BERDIRI. BANIO MEMIJIT-MIJIT KENINGNYA SENDIRI DAN MELIHAT BARABAH MASIH
BERDIRI DARI SELA-SELA JEMARINYA)
BARABAH
Ibah kan mau mijit kening bapak
BANIO (LEMBUT)
Barabah… .
BARABAH
Ya, pak?
BANIO
Aku sudah tua ya?
BARABAH
Belum pak
BANIO
Bohong! Aku m-m-m-merasa sudah tua. Aku ini sudah tua, ya kan Barabah?
BARABAH
Belum pak.
(diam sejenak)
Mereka tidak memanggil ‘bapak’ kepada lakinya atau ‘pak’. Suatu kali aku dating ke rumah
orang Palembang, bininya memanggil ‘kak’ pada lakinya. Aku bertamu ke rumah orang jawa,
bininya memanggil ‘kang mas’ pada lakinya. Datang pula aku ke rumah orang Padang, Sutan
Mangkudung. Bininya memanggil ‘uda’ pada lakinya. Dan kalau ada orang dating ke rumah,
kau memanggil apa padaku?
BARABAH
Ibah akan tetap memanggil bapak
BANIO
Kenapa?
BARABAH
Karena Ibah tidak bias merubahnya lagi
BANIO
Bukan karena aku sudah tua Bangka?
BARABAH
Bukan!
BANIO
Bohong!
BARABAH
Betul!
BANIO
Bohong! Terang-terangan aku sudah tua bongkok!
BARABAH
Ibah berani sumpah, pak
BANIO
SUMPAH APA? KAU BERANI, NANTI MALAM DATING KEKUBURAN TIDAK PAKAI LAMPU? TENTU KAU TIDAK BERANI. AKU
SUDAH TUA YA BARABAH? (BARABAH DIAM SAJA) YA, AKU SUDAH TUA DAN SEBENTAR LAGI AKU AKAN MATI.
BARANGKALI LIMA ATAU ENAM TAHUN LAGI. KALAU AKU MATI, APA KAU AKAN MENANGIS BARABAH?
(Barabah terdiam)
Ya, aku sudah tua dan sebentar lagi aku akan mati. Barangkali lima atau enam tahun lagi.
Kalau aku mati, apa kau akan menangis Barabah?
BANIO
Sesudah kau menangis selama seminggu dan air matamu kering, kau akan menangis lagi?
Barabah?
BARABAH
Ibah akan nangis lagi kalau punya air mata lagi
BANIO
BOHONG! SESUDAH MATAMU BENGKAK KARENA MENANGIS SEMINGGU ITU, SEMINGGU KEMUDIAN KAU AKAN
DILAMAR ORANG.
(Barabah terdiam)
Ya, ya. Kau akan dilamar seorang lelaki. Laki-laki itu kra-kira lelaki mata keranjang. Ah,
bukan, bukan itu saja, dia lelaki pengangguran yang suka ongkang kaki dan tidur jam
delapan, lantas bangun dan makan jam sepuluh siang. Besoknya ia tidur jam delapan, bangun
dan makan jam dua belas siang. Dan sebelum umur empat puluh, lelaki itu mati. Ia mati di
tempat tidur
(Barabah tertawa)
BARABAH
Habisnya bapak lucu!
BANIO (MEMEKIK)
Apanya yang lucu? Ini tidak lucu!
(BEBERAPA SAAT HENING. LALU SENYUM MAHAL DARI BIBIR BANIO KELUAR JUGA)
Haha…. Memang lucu juga . karena aku dulu begitu. Ketika aku melarat waktu masih bujang
dulu, aku menunggu-nunggu seorang kakek yang punya bini muda. Aku mengharapkan
kakek itu lekas mati dan bininya akan jadi janda muda. Tapi sialan! Kakek itu tidak mati-mati
dan aku makin melarat.
BARABAH
Lucu!
BANIO
MEMANG LUCU. (LALU TEKANAN SUARANYA BERUBAH) BARABAH?
BARABAH
Ya, pak.
(Barabah tersenyum)
Kenapa kau tersenyum? Kau tertawa karena dari sebelas orang perempuan yang kukawini
aku tidak pernah dapat anak laki-laki? Aku dulu ahli penabuh gendering. Dram-tam-tam,
dram tam tam berjalan keliling kota dalam barisan dengan terompet tro titet trot titet dram
tam tam, dram tam tam. He, apa kau masih simpan tambur itu?
BARABAH
Masih ada di gudang
BANIO
AKU DULU LELAKI MATA KERANJANG. HE, KENAPA KAU TERTAWA? MEMANG DULU AKU DIBENCI GADIS-GADIS.
SEBETULNYA GADIS-GADIS ITU BUKAN BENCI, CUMA TAKUT AKU TIDAK MEMILIHNYA. KEBODOHAN GADIS-GADIS PADA
UMUMNYA SAMA DENGAN DUNIA PERJUDIAN. MEREKA JUDIKAN DIRINYA. MEREKA MENGIRA-NGIRA DIRINYA KERTAS,
KOMENTATOR SEOPAK BOLA. DULU AKU BUKAN JAGO TARUHAN, AKU DULU MALAH BINTANG LAPANGAN, BARABAH. HE
KAPAN PERTANDINGAN PSSI LAWAN HONGKONG LAGI? KALAU DAPAT RATUSAN RIBU LAGI SEPERTI SI MUIN, AKU AKAN
SUMBANGKAN SAJA KE DEPSOS.
BARABAH
Depsos, pak?
BANIO
DEPARTEMEN SOSIAL. BODOH. AKU TIDAK MAU REBUT-RIBUT LAGI SOAL PEMBAGIAN TANAH SEPERTI SI MUIN.
MEMANG MUIN ITU GOBLOK, SANGKANYA TANAH ITU MAU DIBAWANYA MATI SEHINGGA DIA BERTENGKAR DENGAN
UNDANG-UNDANG ALNDIPORM. DASAR MUIN GOBLOK! DALAM HIDUPNYA DIA BERANGAN-ANGAN AKAN MEMILIKI
TANAH, KALAU BIAS TANAH SEJAGAT INI. PADAHAL KALAU DIA MATI, ORANG CUMA MEMERLUKAN TANAH PALING
BANYAK DUA METER BUAT KUBURANNYA! BETUL JUGA USULMU DULU KETIKA AKU HAMPER BERKELAHI DENGAN POLISI.
HE, AKU TADI MAU CERITA APA?
BARABAH
Dunia kiamat
BANIO
O, IYA. DUNIA KIAMAT! YA, DUNIA AKAN KIAMAT SUATU KETIKA. DAN SAAT ITU, JANGANKAN BIAS MEMILIKI TANAH
DUA METER, DUA JENGKAL PUN TAK KEBURU LAGI BUAT KUBURANNYA!
BANIO
Godam?
BARABAH
Kan dulu bapak yang bilang anak laki-laki?
BANIO
Apa aku punya anak laki-laki selama ini?
BARABAH
Bapak sudah bilang padaku, kalau aku akan punya anak laki-laki
BANIO
OH IYA. IYA…IYA…. SI GODAM? SI GODAM YANG MAHIR MAIN TAMBUR? TRAM TAM TAM, TRAM TAM TAM. APA KAU
BIAS MENJAMIN BAHWA KAU AKAN BIAS MELAHIRKAN SEORANG ANAK LELAKI YANG NANTI BIAS PUKUL TAMBUR?
TUHAN MAHA TAHU!
BARABAH
Ya. Dulu bapak cerita bagaimana hebatnya si Godam memukul tambur; tram tam tam, tram
tam tam dan diapit bendera-bendera merah putih dan penonton bersorak sorai.
BANIO
“HIDUP GODAM! HIDUP GODAM!’ DAN ADA YANG BERKATA “ITU SI GODAM, ANAK LELAKI PAK BANIO DAN BARABAH”
KAU TAHU BARABAH, APA ARTINYA GODAM?
BARABAH
Palu yang berduri!
BANIO
PALU YANG BERDURI TAJAM! YA, YA, DI SANA RUMAH SI GODAM. DAN DIA TIDAK BOLEH BANYAK KAWIN SEPERTI
BAPAKNYA (MENUNJUK DIRINYA) DAN SI GODAM TIDAK BOLEH GAGAL DALAM PERKAWINAN. O IYA SIAPA NAMA BINIKU
YANG PERTAMA?
BARABAH (TERTAWA)
Kalau tak salah, namanya Jamilah!
BANIO
Penasaran aku sama dia! Nama istriku yang kedua?
BARABAH
Rabiatun!
BANIO
OH, IYA RABIATUN. KAU TAHU APA YANG DITANYAKAN PAMANNYA PADAKU? PAMANNYA BERTANYA “APAKAH KAMU
PEGAWAI NEGERI?” LALU KUJAWAB “SAYA MARSOSE” DAN PAMANNYA KEMBALI BERTANYA “BERAPA GAJI SEBAGAI
MARSOSE?”. INI ADALAH PERTANYAAN YANG PALING KUBENCI! AKU BENCI ADIK RABIATUN, KAKAK RABIATUN, KAKEK
RABIATUN, NENEK RABIATUN, KEPONAKAN RABIATUN DAN TENTUNYA PAMAN RABIATUN JUGA. MEREKA DATANG
MEMUJI-MUJI AKU KARENA AKU JADI RAJA KARET. TETAPI KETIKA GUBERNEMEN MENANGKAPKU DAN AKU JATUH
BARABAH (MEMOTONG)
Mereka semua lari tunggang langgang....!
BANIO
He.... apa sudah kuceritakan kisah Rabiatun itu?
BARABAH
Sudah sebelas kali
BANIO
Kau ingat nama istriku yang ketiga?
BARABAH
Bapak dulu bilang bapak lupa nama istri yang ketiga
BANIO
Yang keempat juga aku lupa....tapi yang kelima tidak.
BARABAH
YANG MAIN GILA SAMA LAKI-LAKI LAIN ITU?
BANIO
Iya. Iya. Perempuan memang berbahaya, Barabah!
BARABAH
Aku tidak mau!
BANIO
KENAPA “AKU TIDAK MAU”?
BARABAH
Ibah tidak pernah main gila
BANIO
Bukan kau Barabah. Kau baik. Namamu juga bagus; Barabah! Burung pemakan padi. Tapi
kau bukan burung pemakan padi, kau burung yang membenih padi
Kenapa senyum-senyum?
(DIAM )
BARABAH
Ingat, yaitu yang kawin dengan Belanda ketika bapak di tawan
BANIO
(Barabah terdiam)
BARABAH
Ibah cemburu!
BANIO
Cemburu? Kau juga ada rasa cemburu seperti kebanyakan perempuan?
BARABAH
Ibah cemburu bapak akan kawin lagi. Kaum perempuan cemburu kalau suaminya cerita
tentang perempuan lain.
BANIO
KAWIN LAGI? APA KAU PIKIR AKU INI AKAN MEREBUT REKOR PERKAWINAN TERBANYAK? SEPERTI ORANG-ORANG
MEREBUT PIALA JAGO ANGGAR?
BARABAH
Tapi bapak dulu pernah bilang mau kawin lagi
BANIO
Kapan? Coba kapan? Aku bisa marah ini...
BARABAH
Dua bulan yang lalu
BANIO
OOOOO..... ITU CUMA MAIN-MAIN. SUAMI PERLU SEKALI-KALI MENGUJI BININYA TOH. LAGIPULA AKU INI SUDAH TUA,
BARABAH. DAN INI ADALAH PERKAWINANKU YANG KEDUA BELAS KALI DAN TERAKHIR. AKU PIKIR ITU SENDIRI SUDAH
REKOR DAN AKU PANTAS DAPAT PIALA
Kenapa kau terdiam? Kau tentu setuju pada bini-biniku. Baik, baik Barabah, sebab kau
perempuan. Tapi jangan minta aku menangis tersedu-sedu seperti orang lain, sebab aku sudah
gagal selama ini.
(Banio menatap ke luar jendela)
Baru sekarang aku tahu, tanah-tanah itu subur...ketika aku sudah tua, bongkok dan ubanan
dan sebenarnya sudah tidak laku lagi. He, aku ini sudah tidak bakal laku lagi, meski
ditawar-tawar di pasar loakan. Tapi aku tidak peduli apakah aku tidak akan laku di pasaran
atau pegadaian. Biarpun kualitas loakan, yang penting masih punya semangat bunyi tambur.
Hee..bagaimana dengan sambel peteku? Aku mau bongkar rumputan alang itu
Alang-alang itu berbahaya betul untuk ladang, bahkan tanganku luka karenanya.
(KEMUDIAN BANIO MENGIKATKAN KAIN SARUNG KE PINGGANGNYA DAN KEMUDIAN MEMBERIKAN KEPADA ISTRINYA
TEMPAT TEMBAKAU ROKOK. BARABAH MENGGULUNGKAN DAUN ROKOK BUAT SUAMINYA)
BARABAH
Naik kapal terbang?
BANIO
IYA. CUMA ITU YANG BELUM PERNAH KUNAIKI. AKU SUDAH PERNAH NAIK MOBIL, SEPUR, KUDA, KERBAU DAN BAHKAN
NAIK GUNUNG. SEMUA SUDAH PERNAH, KECUALI NAIK KAPAL TERBANG. AKU MELIHAT POTO BUNG KARNO NAIK
HELIKOPTER.
BARABAH
Bapak bersihkan saja dulu alang-alang itu, biar kapal terbangnya bisa mendarat di stitu
BARABAH
Itu, di atas meja
(Barabah menyalakan korek api, tapi banio meniupnya. Terjadi beberapa kali. Setelahnya
barulah api korek itu membakar rokoknya)
ADEGAN II
BARABAH
Masuklah...
Ada apa?
ZAITUN
Saya melihat cicak
BARABAH
Cicak atau tikus?
BARABAH
Jodoh?
ZAITUN
Ya, jodoh. Ibu saya ahli sekali dalam hal bertenung kartu
BARABAH
Silakan duduk
ZAITUN (DUDUK)
Cicak-cicak itu firasat yang baik. Begitu saya masuk, begitu ada pertanda
BARABAH
Saya belum pernah mendengar takhayul seperti itu
ZAITUN
O, ibu saya ahli pertakhayulan. Cicak-cicak itu pertanda baik juga dalam takhayul, kecuali
kalau kucing berkelahi
BARABAH
Dan firasat yang tadi, apakah membaikkan bagi saya atau situ?
ZAITUN
Bagi saya
ZAITUN
BARABAH
Perkawinan siapa?
ZAITUN
Kalau menurut takhayul, yang melihatlah yang akan kawin
BARABAH
Siapa?
ZAITUN (GUGUP)
Tentulah....tentulah saya. Maaf, saya ingin bertanya dulu. Apa betul ini rumah pak Banio?
Sebenarnya saya tadi sudah menanyakan pada orang-orang di seberang jalan, Cuma saya takut
salah.
BARABAH
IYA BETUL. INI RUMAH PAK BANIO
ZAITUN
Bolehkah saya bertemu dengan pak Banio? Saya Zaitun.
(Barabah Terdiam)
Bilanglah ada tamu jauh. Katakan Zaitun datang, tentu beliau nanti akan tahu
BARABAH
Beliau sekarang ada di ladang
ZAITUN
Sedang apa beliau di sana?
BARABAH (KESAL)
Beliau di ladang sedang mencabuti alang-alang...!
ZAITUN
Oh.....rajinnya. ternyata meskipun sudah tua, beliau masih kuat
BARABAH
Kuat?
ZAITUN
IYA, KUAT MENCABUTI ALANG-ALANG. SEBENARNYA KAN ILALANG ITU SUKAR SEKALI DICABUT. MESTI PAKAI TRAKTOR,
BARU AKARNYA AKAN TERBONGKAR.
BARABAH
TAPI SUAMI SAYA MEMANG KUAT. BELIAU TIDAK PERNAH MEMERLUKAN TRAKTOR UNTUK MENCABUT AKAR-AKAR
ILALANG YANG BANYAK ITU. BELIAU PUNYA BANYAK PIARAAAN ILALANG DAN DAUN ILALANG ITU TAJAM-TAJAM BUKAN?
ZAITUN
O, tentu saja. Waktu kecil pun saya pernah menangis karena dilukai daun-daun ilalang, lalu
(ketawa)
O, saya lupa bertanya, piaraan? Apa ilalang itu dulu sengaja ditanam dan dibuat ladang?
BARABAH
Sengaja!
ZAITUN
masyaAllah
BARABAH
DI SITU JANGAN KAGET. SUAMI SAYA, MEMPUNYAI DUA BELAS LADANG ILALANG, ILALANG YANG TIDAK PERNAH
DIPELIHARANYA BAIK-BAIK, SEPERTI TERHADAP ISTRI-ISTRINYA. DAN SEKARANG, RUPA-RIPANYA BELIAU AKAN
MENCABUT RUMPUN ILALANG YANG KEDUA BELAS
ZAITUN
O, syukurlah...
BARABAH
Syukur?
ZAITUN
Ya, syukur.
Nantinya, tentu beliau akan menanam lagi ladang ilalang yang ke tiga belas. O, saya lupa
bertanya. Apa beliau sehat saja?
BARABAH
KALAU TIDAK SEHAT, MASA BELIAU SANGGUP MEMBIKIN LADANG ILALANG DUA BELAS KALI. DAN SEKARANG, SESUDAH
DI TANAM, YANG KEDUA BELAS ITU AKAN DICABUTNYA PULA. SEKARANG MAU CARI BIBIT ILALANG KETIGA BELAS!
ILALANG YANG MONTOK!
ZAITUN
O, begitu. Lucu juga beliau
BARABAH
MEMANG LUCU, SEHINGGA SEMUA KEJADIAN-KEJADIAN YANG BELIAU BIKIN ADALAH LELUCON BAGI SAYA. DAN
TERKADANG LELUCON ITU MENYAKITKAN HATI JUGA.
ZAITUN
Memang. Tapi tadi di atas kereta api, waktu saya mau kesini, ada lelucon
BARABAH
Hmmm....
ZAITUN
Ada dua orang muda-mudi, di atas kereta ketika ditanyai karcis, mereka pura-pura tidur
BARABAH
Hmmm, saya juga pernah melihat penipuan begitu. Tapi bukan anak muda. Yang menipu itu
adalah gadis, gadis montok
ZAITUN
Hah.... sepertinya lucu juga
BARABAH
Buat saya sendiri tidak lucu. Mereka itu setidak-tidaknya pernah sekolah, pernah diajar
gurunya, kalau naik kereta api mesti beli karcis. Malah mereka menyerobot macam garong
saja. Mereka itu harusnya ditangkap. Tidak peduli mereka itu siapa!
ZAITUN
Benar juga
BARABAH
Memang benar! Kecuali, kecuali....kecuali kalai kepala stasiun telah memberikan karcis
gratis. Tapi semestinya di zaman merdeka ini, tidak boleh ada karcis gratis. Itu korupsi halus!
Tidak demokratis!
ZAITUN
BETUL, SAYA SETUJU. ITU KORUPSI HALUS! MEMANG TIDAK DEMOKRATIS
BARABAH
Itu juga semacam garong di siang hari!
ZAITUN
Betul. Betul, itu garong di siang hari. Oh iya. Bapak mana ya? Apa bisa beliau dipanggil
sebentar? Saya ada perlu sekali
BARABAH
Perlu sekali? Soal apa kira-kira yang akan disampaikan?
ZAITUN
Sebenarnya saya malu mengatakannya bu...
BARABAH
Ah, jangan malu-malu, nanti saya katakan
ZAITUN (RAGU)
Ini....ini....Soal perkawinan
BARABAH
Perkawinan siapa?
ZAITUN
saya
| Lakon Barabah karya Motinggo Busye
(Barabah terdiam, mencoba menyembunyikan kegelisahannya dan pura-pura mendongakan
kepalanya ke arah jendela)
Iya, perkawinan
BARABAH
Apa sudah gawat betul?
ZAITUN
Dibilang gawat ya, tidak. Tapi ini penting
BARABAH
SOAL PERKAWINAN MEMANG PENTING, HARUS DIPIKIRKAN MASAK-MASAK. SAMA SEPERTI PARA PEREMPUAN
MENANAK NASI, KALAU KURANG MASAK, AKAN TERASA KERASNYA. KALAU TERLALU MASAK MALAH MUTUNG DAN
LAKI-LAKI AKAN MENCELA KITA. KATA MEREKA KITA SEMBRONO. LAKI-LAKI MEMANG CUMA TAHU MAKAN DAN
MENGOCEH SAJA PADA PEREMPUAN, BIAR PUN (MENDADAK BERURAI AIR MATA) BIARPUN KITA PEREMPUAN SUDAH
SUSAH PAYAH MEMASAKKAN NASI DAN MEMBIKINKAN SAMBEL PETE KESUKAANNYA.
(Zaitun merasa heran, lantas dia mencoba mendekati barabah bermaksud merujuk. Tapi
barabah tidak mau)
ZAITUN
Kenapa? Maaf kalau ada kata-kata menyinggung perasaan ibu
BARABAH
Perempuan tidak salah, laki-lakilah yang salah
ZAITUN
MEMANG LAKI-LAKI YANG SALAH DAN KITA BENAR. MAAF BU KALAU KATA-KATA SAYA TENTANG ANAK-ANAK YANG
TIDAK MEMBELI KARCIS KERETA API TADI MENYINGGUNG PERASAAN IBU
BARABAH
Jangan pidato panjang lagi di rumah ini. Kau juga tidak membeli karcis
BARABAH (MEMOTONG)
Jangan mulai pidato lagi! Kau telah membawa cicak-cicak ke rumah saya ini. Rumah ini
bukan rumah takhayul atau kantor nikah. Rumah ini rumah saya dan suami saya
ZAITUN
Saya tahu, saya tahu
BARABAH
SEJAK ENGKAU DATANG TAD, SAYA SUDAH SABAR-SABARKAN HATI. SAYA SUDAH MENYINDIR-NYINDIR TAPI RUPANYA
SAYA DIBIARKAN PANAS PENASARAN
Saya tidak mau melepaskan dia seperti sebelas istrinya yang lain itu
(Zaitun kaget dengan ucapan Barabah itu, ia beranjak ke pintu dan berdiam di situ.
Melihatnya Barabah makin kesal dan menantangnya)
Jangan lama-lama berdiri di situ! Saya sudah cukup sabar. Nanti kau melihat cicak di loteng
lagi dan kau akan berpidato lagi tentang kawin
ZAITUN
Ini tentang perkawinan saya, bukan perkawinan ibu!
BARABAH
Dikiranya aku ini masih boca atau nenek-nenek yang sudah lemah apa?
Barabah duduk di kursi dan tangannya mengambil gelas besar dan minum darinya. Ia tersadar
itu gelas kopi suaminya, lalu ditaruhnya kembali
Kopinya tak mau diminum lagi! Bukan laki-laki saja yang mata keranjang, perempuan juga
mata keranjang! Untung dia tidak lama-lama di sini. Dan untung pula tanganku tidak
memegang pisau penumis cabe. Kalau ada, sudah kupotong-potong dagingnya yang montok
itu dan kubumbui cabe! Biar dia tahu, aku ini perempuan yang bukan saja bisa
mengiris-ngiris cabe tapi juga...
(menangis lagi)
Tapi juga perempuan yang bisa mengiris perempuan. Biar dia tahu! Biar! Tidak peduli dia
mengadu pada polisi, biar!
BANIO
Ada apa semua ini?
BARABAH
Ibah tidak peduli apakah bapak akan memarahi saya, tapi dia telah saya usir!
MENGHINDARKAN DIRI
BANIO
Siapa? Laki-laki?
BARABAH
Perempuan
BANIO
O, kukira laki-laki
BARABAH
Katakan terus terang kalau bapak mau kawin lagi
BANIO
Siapa? Aku?
BARABAH
Iya! Siapa lagi!? Biar bapak dapat piala
BANIO
Barabah! Jangan sindir aku! Aku sudah tua!
BARABAH
Tapi buktinya, telah datang seorang perempuan menanyakan bapak! Dia memaksa saya untuk
memanggil bapak ke ladang. Tapi saya menolak! Saya tidak mau membiarkan suami saya
diambil seenaknya oleh perempuan lain.
BANIO
Siapa perempuan itu!?
BARABAH
Ibah hampir saja mengirisnya dengan pisau cap garpu yang bapak beli dulu
BANIO
O...TAK APA. ASAL JANGAN AKU YANG KAU IRIS
BARABAH
Tapi Ibah tak mau bapak direbutnya. Dia sudah kuusir dan tidak saya eprbolehkan menginjak
rumah ini lagi. Ibah berjanji akan mencakar mukanya! Ibah mau menangis lagi sekarang
BANIO
Karena apa?
BARABAH
Karena Ibah tidak mau jadi janda yang dicerai. Karena Ibah tidak mau kehilangan laki
BARABAH
Karena Ibah cemburu, marah, benci melihatnya!
BANIO (TERSENYUM)
Ini baru bini namanya. Semua biniku selama ini tidak ada yang berterus terang padaku,
kecuali kau Barabah.
BARABAH
Dia Cuma seorang perempuan
BANIO
Iya, siapa namanya?
BARABAH
Tidak ingat lagi. Ibah pening...
BANIO
Mari kupijit kepalamu yang pening itu
BARABAH
Ibah tidak pening lagi. Nama perempuan itu Zaitun
BANIO
Sebesar siapa dia? Darimana dia datang?
BARABAH
Sebesar Ibah, Cuma dia lebih montok
BANIO
Montok....kalau laki-laki melihat perempuan montok, terbakar hatinya sebab gairah. Tetapi
| Lakon Barabah karya Motinggo Busye
kalau perempuan melihat perempuan montok, terbakar hatinya sebab iri hati. Apa kau iri
Barabah?
BARABAH
Iya!
BANIO
Kau jujur! Aku senang manusia jujur biarpun dia bodoh. Sekarang katakan apa maksud ia
datang kemari.
BARABAH
MULA-MULA IA MELIHAT SEPSANG CICAK DI ATAS LOTENG RUMAH KITA ITU, LALU IA MEMPERSOALKAN JODOH. LALU
DIA CERITA SOAL TAKHAYUL DAN KEMUDIAN MENCERITAKAN TENUNG KARTU. DIA BIKIN LELUCON YANG TIDAK LUCU
TENTANG DUA PELAJAR YANG TIDAK MEMBELI KARCIS KERETA API.
BANIO
Jadi kalau begitu dia datang dengan kereta api
(tiba-tiba ingat)
Apa kau bilang? Bertenung dengan kartu? Ah, aku benci dengan perempuan yang bertenung
dengan dartu dan memang sudah sepantasnya dia kau usir. Aku benci sama
perempuan-perempuan yang suka takhayul dan ramalan-ramalan
BARABAH
Neneknya barangkali penjudi
BANIO
Tidak peduli biarpun nenek dan buyutnya sekalian. Pokoknya aku benci perempuan yang
menghabiskan waktunya sehari-hari dengan menghadapi kartu-kartu dan biasanya mereka
meramalkan suami atau pacarnya! Bukan lelaki saja yang mesti bekerja, perempuan juga. Dan main
tenung kartu itu adalah kerjaan yang kurang kerjaan
BARABAH
Dia datang ke sini mau kawin!
BANIO
Mau kawin?
BARABAH
Iya, kawin. Dia menanyakan bapak
BANIO
MENANYAKAN AKU!? HAH, PEREMPUAN MACAM APA ITU? SETAN BARANGKALI! KAU TIDAK SALAH LIHAT SIAPA YANG
DATANG TADI? BARANGKALI CUMA HAYALANMU SAJA. COBA KAU GOSOK-GOSOK MATAMU DULU.
(Diam sejenak)
Zaitun? Beribu-ribu orang yang bernama Zaitun di dunia tuhan ini! Nenek dan buyut ibuku
juga bernama Zaitun. Sekarang aku bertanya, ini Zaitun yang bagaimana dari ribuan orang
yang bernama Zaitun itu?
BANIO
Tidak mungkin, tidak mungkin. Aku sudah bersumpah tidak akan kawin-cerai lagi dan
engkau adalah perkawinanku kedua belas dan terakhir. Tapi sekarang aku bertanya, kau
masih cemburu?
BARABAH
Masih.
BANIO
Ini mesti diselesaikan hari ini juga kalau begitu. Apa sepeda masih ada dalam gudang?
BARABAH
Bapak mau kemana?
BANIO
MAU KE STASIUN DAN MENGUMUMKAN DI CORONG STASIUN UNTUK MEMANGGIL PEREMPUAN JAHANAM YANG BIKIN
KACAU ITU KESINI UNTUK DIPERIKSA APAKAH DIA SEHAT ATAU SINTING. HE, KENAPA KAU DIAM SAJA? APA KAU PIKIR SI
TUA INI TIDAK KUAT LAGI NAIK SEPEDA!? AKU PERNAH JADI JUARA LOMBA SEPEDA KETIKA BAN-BAN SEPEDA MASIH BAN
MATI. KAU TUNGGU SEBENTAR DI SINI.
BARABAH
MEMANG DIA PEREMPUAN JAHANAM, MAU MENYEROBOT LAKI ORANG. DULU KETIKA AKU KAWIN DENGAN DIA, AKU
BUKAN MENYEROBOTNYA. IA TELAH BERCERAI ENAM TAHUN LAMANYA DARI ISTRINYA YANG KE SEBELAS. AKU
DIPINANGNYA SEPERTI JEJAKA MEMINANG GADIS.
BANIO MUNCUL
BANIO
Kenapa kau ngomong sendiri? Nanti kau dianggap orang gila lagi. Aku berangkat.
ADEGAN III
BARABAH MENYAMBANGI PINTU, DIBUKA DAN NAMPAK ADIBUL YANG
TUBUHNYA KEKAR TAPI AGAK SEDIKIT BONGKOK. IA MELIHAT LOTENG
BARABAH
Apa saudara melihat cicak di situ?
BARABAH
Apa saudara polisi?
ADIBUL
Bukan. Saya kusir
BARABAH
Bohong! Pasti saudara polisi
ADIBUL
MEMANG SAYA DARI KANTOR POLISI, TAPI SAYA BUKAN POLISI. SAYA KUSIR SADO.
BARABAH
YA, YA. SAYA TAHU, SAUDARA ADALAH POLISI RESERSES SEPERTI KATA ORANG, YANG TIDAK MEMAKAI PAKAIAN DINAS.
BIAR PUN BEGITU, SAYA TIDAK TAKUT. MANA PEREMPUAN ITU! YA, YA, SAYA TAHU PEREMPUAN ITU TELAH MENGADU
KE KANTOR POLISI KALAU SAYA SUDAH MENGUSIRNYA, TAPI SAYA TIDAK TAKUT. SAYA TIDAK TAKUT, KEPADA SIAPA SAJA
YANG BERANI MELAWAN HAK SAYA. APALAGI KALAU HAK ITU MENYANGKUT SUAMI SAYA. DIA ADALAH SUAMI SAYA DAN
BUKAN SUAMI ORANG.
ADIBUL
Ya, itulah maksud saya
BARABAH
Apa maksud saudara?
ADIBUL
Ingin bertemu dengan suami ibu
BARABAH
Ingin bertemu dengan suami saya?
ADIBUL
Ya.
BARABAH (TEGAS)
Dia tidak ada!
ADIBUL
Kalau begitu, bolehkah saya menunggu sampai dia datang?
BARABAH
KITA ORANG TIMUR. TIDAK DEMIKIAN SEBENARNYA MAKSUD SAYA CARA MENERIMA TAMU. KAMI ORANG UDIK SEPERTI
DIKATAKAN ORANG-ORANG KOTA. TAPI DALAM SOAL TETEK BENGEK, KAMI TIDAK PERNAH MENGADU PADA POLISI,
KECUALI SOAL-SOAL PENCURIAN ATAU PEMBUNUHAN. TAPI SAYA PERCAYA, POLISI-POLISI KAMI TIDAK AKAN MELADENI
ADIBUL
Memang. Memang benar.
BARABAH
Kalau saya akan ditangkap soal pengaduan perempuan itu yang semuanya tentu hanya omong
kosong, saya terima. Dengan catatan kalau yang menangkap adalah polisi-polisi kami.
ADIBUL
SAYA AKAN MENANGKAP IBU? TIDAK. SUNGGUH MATI, TIDAK. MALAHAN SAYA YANG PERNAH DITANGKAP POLISI
SEWAKTU MENABRAK ANAK KECIL DENGAN SADO SAYA. SAYA INI KUSIR, TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN POLISI.
JIKALAU ADA, ARTINYA SAYA MELANGGAR PERATURAN LALU LINTAS.
BARABAH
BUNG, KITA INI ORANG TIMUR. SAYA BISA MENGHORMATI TAMU-TAMU SAYA. TAPI SUAMI SAYA MEMESANKAN,
JANGANLAH MENERIMA TAMU LELAKI KETIKA SUAMI TIDAK ADA DI RUMAH. SAUDARA SEPUPU SAYA YANG LELAKI SAJA
TERPAKSA SAYA SURUH BERKELILING DULU SEBELUM SUAMI SAYA DATANG.
ADIBUL
TAPI SAYA DATANG DENGAN MAKSUD BAIK. SAYA BUKAN LELAKI SEMBARANGAN
BARABAH
Saya juga bukan perempuan sembarangan! Suami saya sekarang tidak ada di rumah. Ia pergi
ke stasiun
ADIBUL
Mau apa ke stasiun?
BARABAH
Mau mencari perempuan jahanam itu. Ya, perempuan itu betul-betul ayam putih kesiangan!
ADIBUL
PEREMPUAN JAHANAM? SIAPAKAH NAMANYA?
BARABAH
Siapa namanya, tidak penting disebut. Sebab perempuan jahanam macam dia tidak perlu
punya nama. Karena mereka mencemarkan nama mereka sendiri dengan kelakuannya yang
terkutuk
ADIBUL
Oh, begitu.
BARABAH
Jangan berlagak bodoh bung. Saya memang boleh kau tuduh perempuan judes. Boleh saja.
Saya juga menghormati ada sopan santun, tapi itu pun ada batasnya. Saya dari tadi pusing
kepala memikirkan nasib saya.
(lesu)
Saya tidak peduli akan marah sama polisi atau pak kapten. Saya kalau marah, sering lupa diri.
ADIBUL
Memang begitu
BARABAH
SAYA PUSING KALAU MEMIKIRKAN LELAKI. SEMUA PEREMPUAN PUSING KALAU MEMIKIRKAN KELAKUAN SUAMINYA.
TIAP HARI SAYA MERENDA BAJU UNTUK ANAK SAYA YANG BAKAL LAHIR, BEGITU SETIANYA SAYA, TETAPI LELAKI TIDAK
PERNAH SEDIKITPUN BERTERIMA KASIH PADA PEREMPUAN. MALAH MEREKA MENGEJEK MASAKAN ISTRINYA, GULAI
YANG KEBANYAKAN SANTANLAH, IKAN ASIN YANG KELIWAT ASINLAH. MANA ADA IKAN ASIN YANG TIDAK ASIN?
ADIBUL
Semua ikan asin memang asin!
BARABAH
Tapi selalu kalian laki-laki mengatakan ikan asin kelewat asin! Itu kesalahan pabrik ikan
asinm, bukan kesalahan bini mereka!
ADIBUL
YA, MEMANG KESALAHAN PABRIKNYA. PABRIK-PABRIK ITU MESTI DIRITUIL, BU.
BARABAH
orang-orangnya juga mesti dirituil.seperti yang saya baca di koran
BARABAH
Ya. kalau saya pulang belanja di depan kantor penerangan
ADIBUL
Belakangan ini saya membaca sering terjadi penyelundupan beras
BARABAH
Itu kerjaan lelaki! Perempuan cuma tahu menanak nasi!
ADIBUL
Tapi lelaki yang menyelundupkan beras, kebanyakan atas anjuran istrinya
BARABAH
Iya, disitulah kesalahan perempuan. Itu saya akui
BANIO
Sial! Dia tidak ada di stasiun. Mana ban sepeda ku kempes lagi!
BANIO
Mana pakaian dinasmu kalau kau betul-betul polisi!?
BARABAH
Dia menyamar
BANIO
Menyamar? Oh, ya, iya. Laki-laki mata keranjang memang suka menyamar kalau datang ke
rumah bini orang. Busyet benar!
(Pada Barabah)
ADIBUL
Saya bukan polisi, saya kusir!
BARABAH
Diam kau! Saya tidak bertanya pada kau!
(Pada Barabah)
Inikah perempuan berkumis itu? Hmm, baru kali ini selama hidupku melihat perempuan
berkumis dan rambutnya seperti jambul kuda
ADIBUL
Memang saya saban hari bergaul dengan kuda, pak. Bagaimana bapak bisa tahu itu?
BANIO
DIAM! BUSYET, TERNYATA KAU INI BUKAN HANYA BERGAUL DENGAN KUDA, TAPI PANDAI JUGA BERGAUL DENGAN
PEREMPUAN. BARABAH! KAU MULAI MEMBOHONGIKU, SEPERTI JUGA ISTRIKU YANG KELIMA DAN KESEMBILAN! KAU
BETUL-BETUL BURUNG BARABAH; DIAM-DIAM MEMAKAN PADI!
BARABAH
Aku tidak berbuat apa-apa pak!
BANIO
bohong! Siapkan semua pakaian-pakaianmu dan masukan dalam keranjang!
BARABAH
Tapi....tapi saya malah mengusir dia!
ADIBUL
Ya, pak. Saya diusirnya!
BANIO
KAU LELAKI MATA KERANJANG YANG TOLOL! KALAU PEREMPUAN MENGUSIR, ITU TANDA PURA-PURA. KENAPA KAU
ADIBUL
Saya tidak membujuknya. Saya mau ketemu dengan pak Banio! Bapak sudah dikenal sampai
ke kota. Saya kenal bapak adalah seorang jagoan!
BANIO
TAPI KAU BERLAGAK JAGOAN HARI INI DENGAN KELAKUANMU! KALAU KAU MAU COBA? BOLEH, AKU BIKIN KAU MATI
SEKALIAN!
(PADA BARABAH)
BARABAH
Ibah tidak tahu. Dia polisi
ADIBUL
saya bukan polisi. Saya ini kusir bendi
BANIO
Diam kalian berdua! Kalian sudah salah bikin siasat! Harusnya kalian berdua berembuk dulu
soal pekerjaan kau
(MENUNJUK ADIBUL)
DAN KALAU PERLU PAKAI NAMA SAMARAN. DAN KAU JUGA BARABAH! KAU MESTINYA TIDAK SALAH MEENYEBUT
PADAKU KALAU DIA INI LAKI-LAKI DAN BUKAN PEREMPUAN. POTONG DULU KUMISNYA DAN PANJANGKAN DULU
RAMBUTNYA YANG SEPERTI KUDA JANTAN ITU, BARU KAU NAMAKAN DIA PEREMPUAN.
(PADA ADIBUL)
KAU JANGAN PERGI DULU KALAU KAU BETUL-BETUL LELAKI JANTAN. KAU TUNGGU DI LUAR
SAMPAI SAYA DAN BINI SAYA BERES!
ADIBUL
Tapi saya kusir dan saya datang ke sini untuk....
BANIO (Memotong)
Untuk apa ha? Untuk naik sado?
ADIBUL
Untuk mengurus perkawinan
BANIO
Tepat! Cocok! Nomor tebkan ini betul-betul tidak meleset!
ADIBUL
Saya tertawa sebab saya gembira
BANIO
Gembira? Gembira karena kau dapat merampas hak milik orang lain?
ADIBUL
bukan, bukan itu pak. Gembira sebab bapak bisa menebak!
BANIO
Kau pikir aku ini kakek-kakek linglung apa? Biarpun aku sudah tua, aku masih bisa menebak
gerak-gerik hati orang!
ADIBUL
YA, JUSTRU KARENA ITU! SAYA SENANG BAPAK BISA MENEBAK GERAK-GERIK HATI SAYA
BANIO
Bajingan kau!
(MENDEKATI ADIBUL DAN MENGUKUR KEKUATANNYA DENGAN DIRINYA YANG SUDAH TUA)
ADIBUL
Bukan pak. Tapi koran-koran di kota menulis bahwa saya jagoan
BANIO
Jagoan apa?
ADIBUL
Ya, cuma berkelahi dengan seekor harimau. Saya jadi malu dengan muka cacat saya ini!
BANIO
Jadi kau lah orangnya yang ditulis di koran-koran itu. Bagus! Tapi kau jangan sombong dulu.
Yang berdiri dihadapanmu ini
(MENEPUK DADA)
BUKAN SAJA TELAH MENYATE SEEKOR MACAN, TAPI TUJUH EKOR MACAN! KAU BELUM APA-APA SUDAH BERLAGAK
SEPERTI JAGOAN.
COBA KAU LIHAT PUNGGUNG DAN DADA SAYA INI
BELUM LAGI YANG DI PUNGGUNG SAYA. TUJUH EKOR MACAN SUDAH KUBUNUH, DAN COBA KAU PERIKSA GUDANG
BELAKANG, ADA TUJUH EKOR MACAN DAN SUDAH DITAWAR SEPULUH RIBU PER KEPALA.
TAPI AKU BUKAN ORANG SERAKAH MAU JUAL KEBANGGAANKU UNTUK SOMBONG. TAPI KAU
BARU SATU EKOR SUDAH BERLAGAK JADI JAGOAN! KAU LAGAK YA, MENTANG-MENTANG
ADIBUL
Saya tidak berlagak jadi jagoan pak, koran-koran itu yang menulis
BANIO
KORAN-KORAN MEMANG SUKA SENSASI. DULU AKU TIDAK TAHU ARTI PERKATAAN SENSASI. TAPI MELIHAT HUBUNGAN
ANTARA KAMU DAN BINI SAYA SEPERTI YANG SAYA LIHAT INI. KALAU SAYA WARTAWAN GOT, TENTU SAYA SUDAH BIKIN
SENSASI DI KORAN
ADIBUL
HUBUNGAN? HUBUNGAN APA? SAYA MALAH NAMA BINI BAPAK SAJA SAYA TIDAK TAHU.
BANIO
bohong!
(KEPADA BARABAH)
BARABAH
Betul. Saya juga tidak kenal namanya
BANIO
AH! KENAPA KALIAN TIDAK KOMPAK SEPERTI MODEL ZAMAN SEKARANG. SIALAN KALIAN! SIAL BETUL! KALIAN BERDUA
BETUL-BETUL GOBLOK!
ADIBUL
Saya tidak goblok!
BANIO
Siapa bilang kau tidak goblok!?
ADIBUL
Saya yang bilang
BANIO
Kau ngotot ya!? Mentang-mentang kau masih muda!? Baiklah, baik! Sekarang kau keluar!
Tapi….
ADIBUL (Heran)
Tapi….tapi apa pak?
BANIO
Ah, sudahlah! keluar! Keluar kataku sebelum saya naik pitam!
BANIO
Aku diam sebab kau tidak menangis. Aku menunggu kau menangis, seperti bini-biniku dulu
menangis untuk menyembunyikan kesalahannya. Kau lebih kuat, kau perempuan kuat. Akh,
biarpun marah, aku tetap kagum padamu, Barabah. Kau istriku berbeda dari yang lain.
(suaranya melembut)
Sekarang aku ingin bertanya padamu, Barabah. Siapa lelaki bertampang buruk itu?
BARABAH
Saya tidak tahu, pak
BANIO
Bohong!
(Berdiri, menatap wajah Barabah. Barabah membalas tatapan itu dengan tajam)
BARABAH
Kenapa bapak marah betul kelihatannya?
BANIO
Sebab aku cemburu
BARABAH (Kaget)
Hah? Bapak cemburu? Kenapa pula bapak cemburu?
BANIO
Sebab lelaki muda itu. Sebab kau juga muda. Kami yang tua-tua ini tak bias kembali muda. Sebab itu
aku cemburu!
BARABAH
Tapi dia dan saya tidak ada apa-apa. Ibah sudah berkata padanya sewaktu dia masuk
“Janganlah bertamu ke rumah orang, ketika suaminya tidak di rumah. Itu adat timur” kata
saya.
BANIO
Betul? Betul kau ingat pesan-pesan saya dulu?
BARABAH
Bagaimana Ibah akan memanggil dia. Ibah tidak tahu namanya!
BANIO
(Adibul masuk)
Ah, kau tidak pergi rupanya. Biasanya para pengecut itu pergi lari. Aku tadi Cuma
mengujimu
Kau nampak malu….kenapa? Duduk saja di kursi itu! Semua kursi-kursi sudah kutaruh di
gudang belakang, sejak orang-orang sekita tidak setuju dengan perbuatanku
ADIBUL
Apa itu pak?
BANIO
Orang-orang itu benci melihat aku membagi tanah, mematuhi undang-undang landriform
pemerintah. Mereka bilang aku cari muka! Coba kaupikir, buat apa cari muka, kalau aku mau
aku bias menjadi pegawai pemerintah kalau mau. Tapi bukan itu yang kuinginkan. Lagipula
aku sadar, pada akhirnya aku hanya butuh dua meter persegi saja.
ADIBUL
Tapi bapak awet muda. Dua puluh tahun lagi, pasti masih kuat!
BANIO
Kuat apa?
ADIBUL
Kuat untuk hidup
BANIO
Hidupku baru saja mulai. Ini memang hidupku. Aku bangga dengan sisa hidupku ini
ADIBUL
Kalau saya dapat mertua seperti bapak, saya akan senang
BANIO
Kenapa?
ADIBUL
Orang-orang tua di sini, kebanyakan sudah meneyerah pada nasib
BANIO
Ya, mereka pergi ke sana kemari dengan petuah-petuah using membawa wasiat-wasiat.
Sedangkan mereka sendiri sebenarnya masih bias mencangkul lading buat cucu-cucunya. He,
kau pintar bicara. Kau ini siapa sebenarnya? Betul kau polisi?
ADIBUL
Saya bukan polisi. Saya kusir sado
ADIBUL
Nama saya Adibul. Adibul congek orang-orang mengejek saya. Sebab waktu kecil, kuping
saya ini bernanah
BANIO
Jangan bercerita yang menjijikan! Aku bias muntah
ADIBUL
Tapi ini kenang-kenangan masa kecil saya pak
BANIO
Apa itu kenangan. Kau barangkali suka nonton film. Kata-kata itu Cuma diucapkan
bintang-bintang film di bioskop-bioskop. Tapi aku punya kenang—kenangan yang buruk.
Siapa tadi namamu?
ADIBUL
Adibul, pak
BANIO
Aku punya kenangan buruk, Adibul. Aku telah sebelas kali kawin cerai
ADIBUL
Saya sudah mendengarnya sebelum ini
BANIO
mereka yang bercerita padamu itu sebab iri hati saja. Dunia ini sudah sedemikian dipenuhi iri
hati, sehingga kita bosan. Tapi saya tidak bosan hidup. Apa pekerjaanmu? Apa kau
mencangkul saban hari, maka kau yang segini muda jadi bongkok?
ADIBUL
Pekerjaan saya kusir, pak
BANIO
Dari tadi aku mengujimu, kau tetap jujur. Kusir? Kusir yang begini?
ADIBUL
Cinta sekali
BANIO
Selama kau jadi kusir, berapa kali kau ditabrak mobil? Aku tidak bertanya berapa kali kau
menabrak orang. Camkan itu!
BANIO
Hebat kau! Hebat! Nah, dimana kau mandikan kudamu?
ADIBUL
Di kali pak
BANIO
Di kali? Apa di kali itu banyak orang yang mandi?
ADIBUL
Banyak juga pak. Terlebih kalau sore hari
BANIO
Siapa yang mandi, laki-laki atau perempuan?
ADIBUL
Kalau perempuan, mandinya di pancuran
BANIO (Ketawa)
Hahahahaa.....Lantas, bagaimana cara kau mandikan kudamu?
Berdirilah, jangan malu-malu. Coba tunjukan padaku cara kau mandikan kuda
Perempuan-perempuan itu mandi, bukan? Kau, ya matamu melihat ke sini. Jadi kau bukan
saja memandikan kudamu, tapi juga matamu kau pakai buat melihat-lihat
ADIBUL (Senyum)
Namanya juga orang muda, pak
BARABAH (Menggerutu)
Lelaki tak punya sopan santun
BARABAH
Lelaki tidak bersantun
BANIO
BARABAH
Aku tidak suka menerima tamu tidak sopan!
BANIO (Senyum)
Dia sebenarnya tidak galak. Barangkali saja sedang ngidam
ADIBUL
Tapi saya diusirnya tadi!
BANIO
Itu tandanya dia istri yang baik. Kalau kau kawin, carilah perempuan yang sebaik Barabah.
Dia bukan hanya bisa masak di dapur, dia juga pemberani dan suka memberi semangat. Dia
juga tidak mau kehilangan suami. Sebab itu aku senang padanya.
Kau pernah ikut latihan militer? Dulu aku pernah ditawan. Penjaralah yang membuatku
mencintai dunia ini. Aku dulu jago genderang , aku penabuh genderang yang disegani.
(Memanggil Barabah)
Barabah....Barabah....
(pada Adibul)
Coba kau lihat, muka dia pasti merengut. Laki-laki suka melihat istrinya merengut
dibikin-bikin
Kau tidak tahu bagaimana seharusnya menabuh genderang. Begini, berdiri tegap
dan....tramtamtam....tramtamtam...tot tit tet...tot tit teeeeet, dram tam tam dram tamtam.....
apa kau tahu kenapa aku suka bunyi genderang? Genderang itu bersemangat. Banyak orang
tua kehilangan semangat
(Barabah muncul membawa tambur, banio mengambilnya dan memasang tambur itu dan
berdiri. Banio menabuh tambur dan debu-debu pun beterbangan. Banio terbatuk-batuk)
ADIBUL
Boleh saya pinjam?
BANIO
Apa? Pinjam? Kau kan bisanya cuma (mencontohkan gaya kusir) Ssh, sshh, sssh.....
ADIBUL
Ijinkalah saya pinjam barang sebentar
BANIO
Cobalah sekali lagi, aku tak percaya kupingku
(Banio tertawa kencang untuk pertama kalinya. Barabah berdiri di pintu, Banio melihat ke
Barabah)
BARABAH
Rumah ini bukan panggung komedi pak
BANIO
Kenapa kau sekarang jadi pemarah!? Sialan! Kau pikir rumah ini tempat parlemen bertengkar
apa? Di rumah ini tak boleh ada pertengkaran. Biar orang lain yang bertengkar, kita jangan
ikut-ikutan. Bukan begitu, Adibul?
ADIBUL
Betul
BANIO
Hahahaa.... kau betul-betul hebat, Adibul. Waktu muda...eh, benar nama engkau Adibul? Aku
suka salah menyebut nama orang sehingga kalau aku marah pada Barabah, ku panggil dia
'Barakah” Hahahaaa... aku tadi cerita apa?
ADIBUL
Waktu muda...
BANIO
O ya, waktu muda aku suka menyenangkan hati orang tua, seperti yang barusan kau lakukan.
Kau seperti aku waktu muda. Ah, taruhlah dulu tambur ini di atas meja. (Mengambil tambur
dan menaruhnya di meja) Waktu muda aku hebat seperti kau, jagoan seperti kau. Dan
sekarang aku sudah tua, tapi aku tak mau mati lekas-lekas. Aku tidak mau seperti
Aku masih kuat melawan semua ini. Aku masih kuat bukan? Tapi kau diam-diam sudah
menggantikan kedudukanku!
ADIBUL
Saya hendak mengatakan sesuatu pada bapak. Ini penting, pak
BANIO
Jangan memotong pembicaraan orang tua, kami tak perlu kalian ajarkan bagaimana caranya
hidup! Kami sudah cukup pengalaman
ADIBUL
Saya tahu itu
BANIO
Jangan berlagak sok tahu. Kalau kau jatuh dari langit, bagaimana rasanya jatuh dari tempat
tertinggi di bumi ini?
ADIBUL
Saya pernah jatuh dari kapal terbang
BANIO (kaget)
Hah? Kau pernah naik kapal terbang?
ADIBUL
Pernah, waktu saya masih muda di zaman Jepang
BANIO
Kau naik kapal terbang, betul kau pernah naik kapal terbang?
ADIBUL
Ya, saya pernah naik kapal terbang
BARABAH
Dia bohong!
BANIO
Janganlah kau ikut campur
BARABAH
Laki-laki semua suka bohong!
ADIBUL
Saya betul-betul pernah naik kapal terbang!
BARABAH (MARAH)
Ini dia perempuan itu! Ini dia si tak tahu malu yang mau menjinakkan suami orang!
ADIBUL
Betul kau suka menjinakkan suami orang?
ZAITUN (kaget)
Tidak
BARABAH
Dia bohong! Dia datang kesini mau menguji hatiku dengan sindiran-sindiran.
BANIO
Siapa dia?
BARABAH
Ini dia perempuan yang tadi mencari bapak. Dia mencari-cari suamiku terang-terangan
BARABAHMENANGIS
ZAITUN
Saya datang bukan mencari suamimu. Saya datang mencari bapak saya
BANIO
Bapak? Siapa bapakmu? Siapa kau?
ZAITUN
Saya Zaitun
BANIO
Ada beribu-ribu Zaitun di dunia ini. Kau Zaitun yang mana dan Zaitun siapa?
BARABAH
Perempuan itu melihat kau dengan mesra
ZAITUN (Lirih)
Kaulah bapakku rupanya
BANIO
Aku?
BARABAH
Jangan percaya, pak. Itu siasat!
ZAITUN
Iya, dia bapakku!
ADIBUL
Iya, pak. Dia ini anak bapak
BARABAH TERKEJUT
BANIO
Anak saya? Saya punya berpuluh-puluh anak perempuan. Dia ini dari istri yang mana?
ZAITUN
Dari istri bapak yang ke enam, Ibu Rabiah!
BANIO
Rabiah!? He Barabah, kau ingat istriku yang keenam, Rabiah!?
BARABAH
Yang tukang tenung ramalan itu!?
BANIO (Tenang)
O, iya...ya... Tapi kalian ke sini mau apa?
ZAITUN
kami ke sini dengan kereta api
BANIO
Jangan menganga...nanti masuk nyamuk dalam mulut kalian. Aku sudah menyelidiki dengan
teliti, bahwa kau (menunjuk Zaitun) adalah anakku akan kawin dengan (menunjuk Adibul).
Kenapa dalam perkawinan zaman sekarang mesti membikin pemberitahuan pada orang tua?
ADIBUL
Itulah sebabnya saya datang
BANIO TERSENYUM
BANIO
Rupanya selama ini aku kelewat curiga dengan anak-anak muda. Masih ada juga anak muda
yang merundingkan soal perkawinan pada orang tuanya. Dan anak muda itu adalah kalian,
anak-anakku. Kenapa kalian semua terdiam? Kenapa? Apa kalian kira aku menyindir?
ADIBUL
kami sebenarnya mau mengatakan hal ini sejelas-jelasnya
BANIO
He, apa kau pikir aku ini sudah pikun? Aku bukan orang goblok yang membuat satu perkara
bertele-tele
ADIBUL
Ya, kami mau berterima kasih
BANIO
Perkawinan tidak perlu diawali dengan yang muluk-muluk dulu. Aku sudah cukup gagal
sebagai contoh. Apa yang kalian tunggu lagi? Aku bukan orang tua yang banyak cincong
minta ini minta itu pada calon mantu, yang kesemuanya akan kalian ungkit kalau bermasalah
denganku
ADIBUL
Kami akan ketinggalan kereta api terakhir
BANIO
O, cuma itu.
BANIO GELISAH
ZAITUN
Ibu melarang kami lama-lama sebenarnya, ibu khawatir
BANIO
O, sudah insyaf dia sekarang soal harga diri perempuan? Siapa laki ibumu sekarang Zaitun?
Betul kau bernama Zaitun?
ZAITUN
(Berubah sikap)
Apalagi yang kalian tunggu. Pergi cepat-cepat. Jangan bikin aku sedih berairmata. Buatku air
mata sangat mahal harganya. Kalau kau jadi istri, tirulah Barabah! Kau dengar!? Pergilah!
Ini uang lima ringgit buat jajan di kereta. Ini pertama kalinya aku memberimu uang selama
hidupku
ADIBUL
Zaitun!
(Zaitun dan Adibul pergi. Hening sesaat. Banio menarik napas panjang)
Barabah....
BARABAH
Ada apa pak
BANIO
Hari sudah sore rupanya. Tolong pijit kepalaku. Aku capek
(Barabah mendekati dan berdiri tegak di depannya. Banio melihat istrinya dari bawah
sampai atas)
BARABAH
BANIO
Memang aku tidak pernah menangis!
(Menarik napas)
Hari sudah sore, Barabah. Simpanlah genderang ini dan pemukulnya ke dalam gudang
(Barabah akan mengambil genderang di meja, tapi Banio menangkap tangan Barabah
dengan erat)
SELESAI