BIOSURFAKTAN
BIOSURFAKTAN
BIOSURFAKTAN
www.aiyushirota.com
1
Biosurfaktan
BIOSURFAKTAN PADA AKUAKULTUR :
BUSA PUTIH DI AIR KOLAM
• BIOSURFAKTAN
• BAKTERI PENGHASIL BIOSURFAKTAN
• BIOSURFAKTAN DALAM EKOSISTEM KOLAM
• SIFAT ANTIPATOGEN, ANTIFUNGAL DAN ANTIVIRAL BIOSURFAKTAN GENERA BACILLUS
• SURFACTIN UNTUK PENGENDALIAN CYANOBACTERIA
Biosurfaktan
Surfactant singkatan dari surface active agent , surfaktan adalah zat yang dapat menurunkan
tegangan permukaan fasa cair sehingga efek penolakan (adhesi) dalam campuran fasa dapat hilang
dan terjadi penempelan/pencampuran sempurna. Molekul surfaktan mempunyai dua ujung terpisah
; ujung polar (hidrofilik) dan ujung non polar (hidrofobik). Sabun/deterjen merupakan salah satu
contoh surfaktan. Cara kerja surfaktan adalah dengan mengaitkan erat ujung polar hidrofiliknya
pada medium air sementara ujung non polar hidrofobiknya pada medium non polar seperti
karbohidrat, protein, lemak, hidrokarbon dll. Mekanisme sabun/deterjen dalam membersihkan
kotoran dari baju adalah dengan mengaitkan erat ujung non polar hidrofobik molekul sabun pada
noda (berupa lemak/protein/karbohidrat/pigmen dll) dan menariknya terlepas ke dalam air karena
daya tarik ujung polar molekul sabun/deterjen di sisi lainnya yang bersifat menarik kuat (kohesi) ke
molekul air rendaman baju, hingga noda dapat copot terlepas dari baju dan tersuspensi dalam air
rendaman. Meski surfaktan tidak identik dengan busa, namun kebanyakan surfaktan membentuk
busa pada proses pembasahan dan penempelannya pada substrat/media yang ditempelinya. Sedikit
atau banyaknya busa tergantung jenis molekul/senyawa penyusunnya.
Biosurfaktan adalah senyawa surfaktan yang dihasilkan oleh mikroorganisme, terutama dari
golongan bakteri. Berbeda dengan surfaktan dari bahan kimia biasa, biosurfaktan yang dihasilkan
oleh bakteri bersifat tidak beracun (atau berefek racun lemah) dan mudah terurai di alam
(biodegradable). Sifat pengemulsinya yang kuat dimanfaatkan dalam skala industri untuk
menggantikan surfaktan kimia di bidang bioremediasi tanah, pengolahan limbah minyak, agrikultur,
bioproses, farmasi, industri makanan, dermatologi dan kosmetik.
Ujung non polar molekul biosurfaktan disusun oleh senyawa hidrokarbon, sementara ujung polarnya
disusun oleh senyawa karbohidrat, peptida, asam amino, atau posfolipid. Biosurfaktan mempunyai
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
2
Biosurfaktan
sifat antiviral, antifungal, antifouling, antitumor dan algasida. Sebagai algasida, biosurfaktan dari
bakteri digunakan pada pengendalian HAB (harmfull Algae bloom).
Biosurfaktan dibagi atas beberapa golongan :
1. Glycolipids :
a. Rhamnolipids
b. Trehalose lipids
c. Sophorolipids
d. Mannosylerythritol lipids
2. Lipopeptides :
a. Surfactin‐Iturin‐Agrastatins
b. Viscosin
c. Lichenysin
d. Serrawettin
3. Phospholipids
4. Surface active antibiotics :
a. Gramicidin
b. Polymixin
c. Antibiotik TA
5. Fatty acids/neutral lipids
6. Polymeric surfactants :
a. Emulsan
b. Alasan
c. Liposan
d. Lipomanan
7. Particulate biosurfactants :
a. Vesicles
b. Microbial cells
Golongan glikolipid (glycolipids) sangat banyak digunakan dalam dunia kosmetik sebagai pelembab,
anti kerutan kulit dan anti penuaan (anti ageing).
Golongan lipopeptida, posfolipid dan surfaktan antibiotik digunakan sebagai antibakteri dan
antialgae.
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
3
Biosurfaktan
Rumus b
bangun bebeerapa biosurffaktan penting :
Rhamnoolipids :
Trehalosse lipids :
Sophoro
o lipids :
Mannon
nsylerythrito
ol lipids :
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
4
Biosurfaktan
Surfactin
n :
Iturins :
Agrasta
atins/Plipasta
atins :
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
5
Biosurfaktan
Bakteri penghasil biosurfaktan
Ada banyak golongan bakteri yang dapat menghasilkan biosurfaktan, namun yang terumum dan
terbanyak digunakan adalah dari golongan Bacillus sp dan Pseudomonas sp.
Golongan biosurfaktan siklik lipopeptida seperti antibiotik gramicidins, antibiotik polymyxins,
surfactin dan lichenysin dihasilkan oleh Bacillus sp terutama dari spesies subtilis, licheniformis dan
polymyxa. Biosurfaktan yang dihasilkan bersifat stabil terhadap suhu, pH dan salinitas.
Spesies lainnya dari Bacillus seperti megaterium, circulans, cereus, coagulans juga dapat
menghasilkan biosurfaktan, tapi pada kenyataanya biosurfaktan yang dihasilkan tidak seaktif dan
sebanyak spesies subtilis, licheniformis dan polymyxa.
Type and microbial origin of surfactants (Mulligan 2005)
Type of biosurfactant Microorganism
Trehalose lipids Arthrobacter paraffineus, Corynebacterium sp., Mycobacterium sp.,
Rhodococcus erythropolis, Norcardia sp.
Rhamnolipids Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas sp., Serratia rubidea
Sophorolipids Candida apicola, Candida bombocola, Candida lipolytica, Candida
bogoriensis
Glycolipids Alcanivoras borkumensis, Arthrobacter sp., Corynebacterium sp., R.
erytropolis, Serratia marcescens, Tsukamurella sp.
Cellobiose lipids Ustilago maydis
Polyol lipids Rhodotorula flutinus, Rhodotorula graminus
Dyglycosyl diglycerides Lactobacillus fermentii
Lypopolysaccharides Acinetocbacter calcoacetius (RAGI), Pseudomonas sp., Candida
lypolytica
Arthrofactin Arthrobacter sp.
Lichenysin A, Lichenysin B Bacillus licheniformis
Surfactin Bacillus subtilis, Bacillus pumilus
Viscosin Pseudomonas fluorescens
Omithine, lysyne peptides Thiobacillus thiooxidans, Streptomyces stoyaensis, Gluconobacter
cerinus
Phosopolipids Acinetocbacter sp.
Sulfonylipids T. thiooxidans, Corynebacterium alkanolyticum, Capnocytophaga sp.
Fatty acids (Corynornycolic acids, Penisillium spiculisporum, Corynebacterium lepus, arthrobacter
spiculisporic acids, etc) paraffineus, Talaramyces trachyspermus, Norcadia erythropolis
Alasan Acinetobacter radioresistens
Streptofactin Streptomyces tendae
Particulate surfactant (PM) Pseudomonas marginalis
Biosur PM Pseudomonas maltophila
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
6
Biosurfaktan
Biosurfaktan dalam ekosistem kolam
Cyanobacteria pada lapisan dinding sel bagian dalam dan luarnya dilapisi oleh senyawa eksopolimer
berupa eksopolisakarida, senyawaan ini dapat menggabungkan beberapa individu sel menjadi flok
cyanobacteria dan membentuk scum/klekap dan mengapung di atas permukaan air karena adanya
butiran lemak (lipid) yang dikandungnya. Partikulat terapung berwarna hijau atau coklat, bersifat
viscous (kental) dan licin jika diraba dan gelembungnya stabil, tidak mudah pecah. Scum/klekap
berupa eksopolisakarida karena pengaruh enzim akan terhidrolisis menjadi senyawa gula sederhana
berupa glukosa dan menarik perhatian semut untuk memakan scum / klekap yang diangkat ke atas
tanggul. Senyawa eksopolimer / ekso polisakarida ini tidak bersifat toksik.
Berbeda dengan cyanobacteria, bakteri Bacillus sp membentuk biosurfaktan dengan penampakan
busa berwarna putih dengan ukuran gelembung pada air relatif kecil dan mudah pecah. Busa putih
memanjang di depan kincir dan mendominasi permukaan air kolam menandakan kehadiran
biosurfaktan golongan Bacillus sp dalam jumlah banyak.
Surfactin, sebagai biosurfaktan dominan yang dihasilkan oleh genera Bacillus sp lebih jauh akan
mengikat eksopolisakarida pada dinding sel cyanobacteria menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangbiakan cyanobacteria akan terganggu.
Meski penampakan busa putih berkorelasi positif dengan kehadiran biosurfaktin dari genera Bacillus,
namun belum tentu berkorelasi positif dengan kondisi kolam yang baik.
Surfactin subtilisin dihasilkan oleh Bacillus subtilis pada kondisi air dan sedimen oksik, teraerasi
dengan baik oleh oksigen dengan potensial redoks tinggi.
Surfactin lichenysin dihasilkan oleh Bacillus licheniformis pada kondisi air dan sedimen anoksik,
kurang teraerasi dengan potensial redoks rendah. Kelimpahan Bacillus licheniformis yang tinggi
dalam air menunjukkan adanya pelumpuran dalam jumlah besar pada dasar kolam yang
menyebabkan potensial redoks sedimen dan air jatuh.
Penetapan kelimpahan Bacillus subtilis terhadap Bacillus licheniformis dalam air/sedimen kolam
secara PCR pada air kolam dengan penampakan biosurfaktan yang melimpah dapat menjadi
pedoman kondisi kolam dalam kondisi oksik atau anoksik.
Pseudomonas juga dapat menjadi indikator kondisi oksik/anoksik kolam, Pseudomonas hanya dapat
membentuk biosurfaktan pada kondisi air dan sedimen aerob.
Eksopolisakarida dari cyanobacteria dihasilkan selama fase log pertumbuhbiakan selnya, sementara
biosurfaktan dari genera Bacillus lebih banyak dihasilkan pada fase stasioner pertumbuhbiakan
selnya. Fermentasi Bacillus yang dipertahankan selama mungkin pada fase stasioner (pasca 12 jam
fermentasi) selama 24 – 48 jam pada pH 6,5 – 7,0 akan mengandung banyak biosurfaktin, iturin dan
agrastatins.
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
7
Biosurfaktan
Sifat aantipato
ogen, anttifungal d
dan antiiviral bio
osurfaktaan
generra Bacilluus
Surfactin
n dari Bacillu
us subtilis (su
ubtilisin) :
Surfactin
n dari Bacillu
us licheniform
mis (Lichenyssin) :
Polymyxxin dari Bacillus polymyxaa :
Gugus aktif lipopeeptida : 7‐m methyloctan noyl‐Tyr‐Ser‐‐Leu‐Trp‐Argg pada bio osurfaktan subtilisin,
s
lichenyssin dan polym
myxin terbukti secara medis
m efektif berfungsi seebagai anti p
patogen, antti fungal,
anti viraal, anti tumorr dan anti heemolisis, digu
unakan padaa bidang farm masi dan kedokteran.
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
8
Biosurfaktan
Surfactin untuk pengendalian cyanobacteria
Penggunaan surfactin dengan aktifasi penambahan ion Ca2+ 40 – 80 ppm pada pH 8‐9, dengan dosis
penambahan 10 mg/L ke dalam air yang berisi sel cyanobacteria terbukti mereduksi 80% sel
cyanobacteria selama 2 hari kontak. Namun rendahnya rendemen surfactin dari biakan massal
Bacillus sp dan mahalnya ongkos proses pemurnian, kurang memungkinkan bagi penerapan aplikasi
surfactin di lapangan untuk pengendalian cyanobacteria.
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com