Anda di halaman 1dari 4

Sejarah SDK Hati Kudus

Pagi itu hujan rintik, namun setiap jengkal di Jalan SMPN 8 Rapak Dalam, Samarinda
Seberang, sudah basah, bahkan sedikit genangan air masih jelas. Mungkin genangan ini
merupakan sisa hujan semalam.
Beberapa ekor anjing penjaga milik warga di sekitar jalan menuju SDK Hati Kudus
tampak di pinggir jalan memperhatikan siapa saja yang melintas. Sekolah Dasar ini berlokasi di
ujung Jalan SMPN 8, Gg Firdaus, tepatnya di RT 07, Kelurahan Rapak Dalam, Kecamatan Loa
Janan Ilir, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.
Lokasi Sekolah Dasar ini masih asri dan alami karena di ujung jalan. Bagian samping
kanan dan belakang sekolah merupakan bukit dan aneka pepohonan, sehingga kedepan sekolah
ini juga cocok dipadukan dengan sekolah alam.
Ketika memasuki pintu utama pagar SDK Hati Kudus pagi itu, sejumlah pekerja
bangunan sudah mulai beraktivitas dengan perlengkapannya seperti cangkul, cetok, tangga dan
kereta dorong pengangkut semen atau pasir.
Menurut Kepala Sekolah SDK Hati Kudus Samarinda Sr. M. Bernadine SPM, S.Pd,
pembangunan SDK Hati Kudus diawali dari perencanaan pembangunan gedung TKK Hati
Kudus pada 2010.
Sementara pembangunan gedung TKK Hati Kudus pada bulan Juli 2011 telah berdiri 2
ruang yang kemudian ditempati untuk pembelajaran SDK Hati Kudus sambil melanjutkan
pembangunan ruang lainnya.
Pembangunan gedung sekolah tersebut difasilitasi oleh Perkumpulan Santa Perawan
Maria (SPM) di Probolinggo.
Pada tanggal 11 Juli 2011 SDK Hati Kudus resmi dimulai proses belajar dan mengajar
angkatan pertama tahun pelajaran 2011/2012 di SDK Hati Kudus, Loa Janan Ilir.
Diangkatan pertama itu terdapat 41 siswa yang orang tua mereka mempercayakan
anaknya dididik dan dibimbing di bawah asuhan Sr.M. Bernadine. Jumlah siswa angkatan
pertama sebanyak 41 anak ini merupakan kebanggaan, karena tidak banyak sekolah dasar swasta
yang begitu dibuka langsung mendapatkan jumlah siswa cukup banyak.
Kebanyakan sekolah swasta yang memulai tahun pelajaran baru hanya ada beberapa
siswa, paling banter belasan siswa karena sekolah tersebut harus membuktikan diri tentang apa
programnya dan keberhasilan apa yang dicapai, baru kemudian masyarakat percaya dengan
kualitas sehingga mereka kemudian mempercayakan anaknya masuk di sekolah tersebut.
Namun hal itu berbeda dengan fakta yang terjadi di SDK Hati Kudus Samarinda. Ini
terjadi lantaran berkat Perkumpulan Dharmaputri yang mempercayakan kepada kegigihan Sr. M.
Bernadine dalam memajukan pendidikan bernuansa Kristiani.
Di sekolah ini, pengurusnya lebih mampu meyakinkan kepada orang tua tentang kualitas
pendidikan akademik, kedisiplinan, pendidikan mental, pendidikan agama, tentang
ekstrakurikuler, bahkan tentang program kedepan hingga dampak positif anak setelah lulus SD
untuk menyongsong pendidikan lanjutan dan menghadapi kehidupan masyarakat.
Menurut Sr. M. Bernadine, sesuai dengan cita-cita awal pendirian SDK Hati Kudus,
yakni untuk menuju Sekolah Unggul Berbasis Nilai, maka yang ingin diwujudkan Perkumpulan
Dharmaputri tentu bukan hanya unggul dari sisi akademis.
Namun unggul yang diinginkan adalah unggul dibanyak hal, seperti unggul nilai budi
pekerti kepada teman sebaya, teman lebih muda, kakak kelas, menghormati yang lebih tua,
hormat kepada orang tua, guru dan unggul dalam kasih saying sesama.
Hal lain lagi yang juga penting adalah unggul dalam persiapannya menghadapi
kehidupan sesungguhnya, yakni kehidupan menghadapi lingkungan dan bermasyarakat, karena
kehidupan setiap manusia bukan hanya ditentukan keberhasilannya dalam sekolah, tetapi yang
lebih penting adalah kehidupan bermasyarakat yang jangkanya lebih lama ketimbang hidup di
sekolah.
Keunggulan lain yang ingin ditonjolkan adalah keimanan terhadap Tuhan sebagai
perantara pencipta, sehingga sekolah berciri khas Katolik ini mengajarkan tentang garis-garis
besar hubungan antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan Tuhan. Sesuai
dengan konsep Kristiani tentang hidup yang berpusat pada Kristus.
Pendidikan ini mengajarkan bahwa Kristus menjadi pondasi dari kegiatan pendidikan di
sekolah Katolik,bahkan Kristus memberikan arti baru bagi hidup dan membantu semua pihak
yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar untuk mengarahkan diri pada Kristus.
“Tugas pembentukan karakter anak terhadap nilai-nilai agama tidak selalu dapat
diberikan oleh keluarga atau orang tua, karena bisa saja akibat kesibukan orang tua. Untuk itu,
melalui sekolah ini kami wajib menanamkan nilai unggul karakter Kristiani sesuai ajaran
Kristus,” kata Sr.M. Bernadine.
Sr. M. Bernadine kemudian mengenang awal-awal perpindahan dari menumpang di TKK
Hati Kudus kegedung sendiri milik SDK Hati Kudus yang lokasi hanya beberapa ratus meter.
Waktu itu pertengahan 2014 atau memasuki tahun ajaran 2014/2015.
Saat pertama kali pindah gedung itu, jalan masih tanah sehingga jika lama tidak hujan
maka debu akan menghiasi setiap langkah kaki dan putaran roda sepeda motornya.
Sebaliknya, jika musim hujan, maka jalan menjadi becek dan licin sehingga siapapun
yang lewat harus berhati-hati, namun ia sempat 3 kali terjatuh dihari yang berbeda ketika jalan
sedang licin-licinnya.
“Masa-masa sulit kami lalui sejak mulai berdirinya SDK Hati Kudus sampai pada ketika
pertama pindah kegedung baru ini. Waktu itu bahkan saya bersama guru dan orang tua murid
menggendong anak-anak untuk sampai ke sekolah karena mereka kesulitan jalan kaki. Kini jalan
sudah bersemen, jadi sudah lebih enak. Jauh lebih enak ketimbang pertama merintis dulu,”
katanya.
Sr.M. Bernadine ingin pendidikan unggul bukan hanya bisa dinikmati oleh warga di
perkotaan, tetapi warga yang bermukim di pinggiran Kota Samarinda juga memiliki hak yang
sama dalam memperoleh pendidikan yang layak dan unggul. Itulah salah satu konsep dan
semangatnya untuk mendirikan SDK Hati Kudus di pinggiran Kota Samarinda.
“Puji Syukur kepada Tuhan karena dari perencanaan hingga pendirian gedung SDK Hati
Kudus ini relatif cepat, yakni mulai dibangun Juli 2013 dan pada Juli 2014 sudah bisa digunakan
tempat belajar mengajar. Sampai sekarang kami masih terus melakukan pengembangan
pembangunannya,” katanya lagi.
Diakuinya tiap aktivitas mesti ada tantangan, termasuk tantangan di SDK Hati Kudus
yang dipimpinnya ini. Tantangan pertama adalah sekolah tersebut harus bersaing dengan sekolah
negeri yang bebas biaya karena semuanya telah dijamin pemerintah, sedangkan di sekolah
swasta tidak semua dijamin pemerintah sehingga orang tua siswa masih dikenai pembayaran.
Namun demikian, tantangan itu justru menjadikan pihaknya harus aktif dan kreatif dalam
meningkatkan mutu sekolah dan kualitas anak didik, sehingga kondisi inilah yang menjadi
keunggulan tersendiri baginya untuk menciptakan kepercayaan orang tua mempercayakan di
sekolah yang alamnya masih asri tersebut.
Tantangan lainnya adalah, sekolah ini terletak di pinggiran, tidak seperti sekolah lain
yang berada di pinggir jalan protocol yang merupakan sekolah masih disukai kebanyakan orang
tua, sehingga kondisi ini juga merupakan tantangan baginya untuk memberi pemahaman kepada
masyarakat bahwa sekolah pinggiran merupakan sekolah yang ideal karena tidak terganggu oleh
ramainya lalu lintas dan aktivitas lain yang kerap terjadi di jalan besar.
Tantangan tersebut kemudian diubah menjadi peluang, diantara caranya adalah dengan
meyakinkan dan membuktikan kualitas sekolah sehingga secara perlahan masyarakat menjadi
yakin. Alhasil, dari beberapa upaya yang dilakukan itu, maka dari tahun ke tahun jumlah siswa di
sekolah ini terus bertambah sehingga ditahun pelajaran 2015/2016 telah memiliki siswa
sebanyak 239 anak yang terdiri dari 116 laki-laki dan 123 perempuan.
Kedepan, manajemen Perkumpulan Dharmaputri akan terus berinovasi guna mewujudkan
pendidikan unggul dari berbagai sudut. Tujuan adalah untuk menciptakan generasi berkarakter,
cerdas, dan memiliki daya saing tinggi. Hal ini sesuai dengan motto yang dianut, yakni “Tumbuh
dalam Kasih Unggul dalam Prestasi”.

Anda mungkin juga menyukai