Anda di halaman 1dari 16

NAMA : HASIHOLAN TUA

X IPS

 Tindakan-tindakan dan upaya yang sifatnya memulihkan


martabat manusia sebagai citra Allah

1. Menghargai Perbedaan Warna Kulit

Semua manusia pada dasarnya sama. Membeda-bedakan perlakuan


terhadap sesama manusia karena warna kulit atau bentuk fisik lainnya
adalah sebuah kesalahan. Tuhan menciptakan manusia berbeda dan
beragam. Perbedaan itu adalah anugerah yang harus kita syukuri. Mengapa
kita harus bersyukur dengan keragaman itu? Dengan keragaman, kita
menjadi bangsa yang besar dan arif dalam bertindak. Agar keberagaman
bangsa Indonesia juga menjadi sebuah kekuatan, kita bangun keberagaman
bangsa Indonesia dengan dilandasi persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.Persatuan dan kesatuan di sebuah negara yang
beragam dapat diciptakan salah satunya dengan perilaku masyarakat yang
menghormati keberagaman bangsa dalam wujud perilaku toleran terhadap
keberagaman tersebut. Sikap toleransi berarti menahan diri, bersikap sabar,
membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap
orangorang yang memiliki pendapat berbeda. Toleransi sejati didasarkan
sikap hormat terhadap martabat manusia, hati nurani, dan keyakinan, serta
2.

keikhlasan sesama apa pun agama, suku, golongan, ideologi atau


pandangannya.
Perilaku Toleran Dalam Kehidupan Beragama

Semua orang di Indonesia tentu menyakini salah satu agama atau


kepercayaan yang ada di Indonesia. Pemerintah Indonesia mengakui enam
agama yang ada di Indonesia. Agama tersebut adalah Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Bukankah kalian sejak kecil sudah meyakini
dan melaksanakan ajaran agama yang kalian anut.Negara menjamin warga
negaranya untuk menganut dan mengamalkan ajaran agamanya
masingmasing. Dalam kehidupan berbangsa, seperti kita ketahui
keberagaman dalam agama itu benar-benar terjadi. Agama tidak mengajarkan
untuk memaksakan keyakinan kita kepada orang lain. Oleh karena itu, bentuk
perilaku kehidupan dalam keberagaman agama di antaranya diwujudkan
dalam bentuk:

 menghormati agama yang diyakini oleh orang lain;


 tidak memaksakan keyakinan agama kita kepada orang yang
berbeda agama;
 bersikap toleran terhadap keyakinan dan ibadah yang
dilaksanakan oleh yang memiliki keyakinan dan agama yang
berbeda
 melaksanakan ajaran agama dengan baik
 tidak memandang rendah dan tidak menyalahkan agama yang
berbeda dan dianut oleh orang lain.
Perilaku baik dalam kehidupan beragama tersebut sebaiknya kita
laksanakan, baik dikeluarganya, sekolah, masyarakat maupun dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Perilaku Toleran Terhadap Keberagaman Suku Dan


Ras

Perbedaan suku dan ras antara manusia yang satu dengan manusia yang lain hendaknya
tidak menjadi kendala dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
maupun dalam pergaulan dunia. Kita harus menghormati harkat dan martabat manusia
yang lain. Marilah kita mengembangkan semangat persaudaraan dengan sesama
manusia dengan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Perbedaan kita dengan orang lain
tidak berarti bahwa orang lain lebih baik dari kita atau kita lebih baik dari orang lain.
Baik dan buruknya penilaian orang lain kepada kita bukan karena warna, rupa, dan
bentuk, melainkan karena baik dan buruknya kita dalam berperilaku. Oleh karena itu,
sebaiknya kita berperilaku baik kepada semua orang tanpa memandang berbagai
perbedaan tersebut. Sikap dan keadaan seperti tersebut di atas harus dijunjung tinggi
serta dilestarikan. Untuk lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, kita
dapat melaksanakan pertukaran kesenian daerah dari seluruh pelosok tanah air. Dengan
adanya kegiatan pertukaran kesenian daerah tersebut dan memberikan manfaat bagi
bangsa Indonesia, antara lain:

• Dapat saling pengertiaan antarsuku bangsa

• Dapat lebih mudah mencapai persatuan dan kesatuan


4.

• Dapat mengurangi prasangka antar suku

• Dapat menimbulkan rasa kecintaan terhadap tanah air dan bangsa

Menghargai Hari Raya Masing-Masing Umat


Beragama

Kerukunan umat bragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam
kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat
dan bernegara. Umat beragama dan pemerintah harus melakukan upaya bersama
dalam memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan
pemberdayaan. Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah ibadah harus
memperhatikan pertimbangan Ormas keagamaan yang berbadan hukum dan telah
terdaftar di pemerintah daerah.

Momentum perayaan hari besar agama ini tentunya harus dilandasi saling menghormati
antar umat yang berbeda keyakinan satu sama lain. Umat Nasrani harus menghormati
Umat muslim ketika sedang mengadakan peringatan seputar hari besarnya, begitupun
sebaliknya. Hal ini sudah membudaya di dalam diri setiap insan masyarakat
Indonesia.Terbukti dari terciptanya suasana damai dan tentram ketika perayaan hari
besar kegamaan di Indonesia. Masing-masing masyarakat melaksanakan perayaan
kegamaan sesuai dengan keyakinannya tanpa khawatir akan gangguan dari lain pihak.

keharusan saling menghargai ajaran dan prinsip agama masing-masing adalah kunci
membuka perdamaian antar umat beragama untuk tidak saling berprasangka tidak baik
terhadap sesama.Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan
individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial
dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang
berbeda warna dengannya salah satunya adalah perbedaan agama. Dalam rangka
menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling
menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat
menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga
hak dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya. • Kata
“citra” dapat diartikan sebagai gambar (Image), yang menunuk pada identitas atau cirri
seseorang atau kelompok. Biasanya, kata “citra” dikaitkan dengan suatu niali yang
dianggap ideal dan baik, dan umumnya terkait erat dengan tindakan, sifat, atau karakter
seseorang. Kalau kita megnatakan citra masyarakat tertentu, maka yang dimaksud
adalah gambaran positif tentang nilai-nilai, karakter, atau kebiasaan masyarakat yang
mampu member ciri yang jelas dan tegas tentang masyarakat itu sehingga bisa
dibedakan dari masyarakat yang lain, Oleh karena itu, kita mengenal juga ada citra yang
baik dan citra yang buruk tentang seseorang atau kelompok masyarakat tertentu.
• Kata “citra” juga mempunyai makna keserupaan, gambaran, atau kemiripan
antara seseorang atau kelompok yang dicitrakan. Misalnyam seorang anak merupakan
citra atau gambaran orang tuanya karena mempunyai keserupaan, gambaran, atau
kemiripan dalam hal-hal tertentu. Ia pun sekaligus mempunyai tanggung jawab
menampilkan citra orang tuanya sebaik mungkin. Dengan kata lain, gambaran tentang
orangtua bisa dikenali melalui ciri-ciri fisik atau pola tindakan anaknya. Demikian pula
halnya citra masyarakat tercermin dalam prilaku setiap anggota masyarakatnya.
• Dalam kisah penciptaan dikatakan bahwa manusia diciptakan sebagai citra Allah,
artinya serupa dan segambar dengan Allah sendiri. Kata “serupa”Dan “segambar”
sekaligus melukiskan secara tepat bahwa manusia dengan Allah berbeda, tetapi ada juga
persamaannya.
• Sejauh terlukiskan dalam Kitab Suci, istilah citra Allah hanya dikenakan pada
manusia, tidak dikenakan pada ciptaan Tuhan lainnya. Hanya manusialah yang disebut
citra Allah.
• Karena Mansuia diciptakan sebagai citra Allah, maka manusia memiliki martabas
sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seseorang. Ia mengenal dirinya
sendiri, menjadi tuan atas dirinya sendiri, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup
dalam kebersamaan dengan orang lain, dan berkat rahmat ia dipanggil membangun
relasi dengan Allah, Pencipta-Nya.
6.

• Sebagai citra Allah, manusia diberi karunia khusus berupa akal budi, kebebasan,
dan hati nurani. Kemampuan-kemampuan dasar itulah yang membedakan antara
manusia dan ciptaan Tuhan lainnya. Manusia adalah ciptaan Allah yang bermatrabat
luhur. Siapa pun dia, ia adalah citra Allah, serupa dan segambar dengan Allah, ia wakil
Allah di dunia ini.
• Sebagai citra Allah, Manusia sangat dikasihi oleh Allah (lih.Gaudium et Spes Art.
12). Manusia “di dunia merupakan mahluk yang dikehendaki Allah demi diri-Nya” (lih.
Gaudium et Spes Art. 24) Manusia dipanggil untuk mengambil bagian dalam kehidupan
Allah sendiri.
• Karena semua manusia adalah citra Allah, berasal dari Allah yang sama dan
sama=sama dikasihi Allah, maka semua manusia mempunyai ikatan kesatuan. Merka
harus saling mengasihi, menghormati, tidak saling menghina dan merendahkan serta
hidup sebagai saudara satu terhadap yang lain.
Pribadi kita sebagai manusia yang berharga, kita diciptakan Allah sebagai citra-Nya.
Sepantasnyalah kita setiap manusia saling menghormati dan menghargai, walaupun ada
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam perbedaan itu manusia diajak untuk
menyadari bahwa setiap pribadi mempunyai keutuhan, tidak hanya secara fisik, tetapi
juga rohani. Setiap manusia mempunyai pikiran, perasaan, kehendak, dan tindakan,
segalanya tak hanya bersifat fisik dan mekanis, tetapi didasari olah jiwa yang membuat
manusia berperasaan dan berkehendak, keluhuran martabat inilah yang seharusnya
menyadarkan kita untuk selalu mengembangkan dan mempersembahkan segala yang
telah dikaruniakan Allah kepada kita dengan sebaik mungkin.
A. Semua Manusia Secitra
Pribadi manusia merupajan pribadi yang secitra dengan Allah. Allah menganugerahkan
berkat pada setiap pribadi tanpa terkecuali, walaupun dengan keterbatasan masing-
masing. Semua manusia adalah satu saudara dan luhur adanya.
1. Semua Manusia Sesama dan Saudara dalam Allah.
Kita semua adalah pribadi manusia yang diciptakan Allah. Setiap dari kita adalah pribadi
yang paling luhur, menjadi berkat bagi sesame. Dalam Kitab Nabi Yeremia dikatakan,
“Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau,
dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah
menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” (Yer 1:5). Dengan demikian
dapat dikatakan lewat kutipan teks tersebut mau mengatakan betapa Allah telah
memberikan karunia keluhuran bagi setiap pribadi. Anugerah yang diberikan sebelum
kita di lahirkan di dunia. Anugerah, bahwa kita semua berarti dan dipilih oleh Allah
dalam situasi apapun, dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki.
Dalam kekurangan dan kelebihan itu baik secara fisik, tetaplah merupakan pribadi yang
bermartabat. Martabat itu tentu bukan diukur dari segi badan dan lahiriah, tetapi dari
siapakan diri kita sebenarnya, yaitu pribadi yang telah diciptakan Allah sesuai dengan
citra-Nya (seturut gambar dan rupa-Nya). Citra Allah menunjukkan bahwa kita sebagai
makhluk ciptaan yang paling mulia, kita menyerupai Allah (bdk. Mzm 8:5). Citra itu
pancaran. Manusia mencerminkan atau merupakan pancaran dari Allah. Artinya, bahwa
di dalam martabat setiap pribadi manusia, dapat dilihat gambaran dan pantulan rupa
Allah. Semua pribadi manusia tercipta baik adanya, dengan segala kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki, manusia tetap manusia yang bermartabat. Dalam diri setiap
pribadi, kita percaya ada pancaran kebaikan-kebaikan Allah. Ada beberapa sebab yang
dapat memunculkan konflik. Salah satu sebab munculnya konflik adalah perbedaan,
perbedaan yang dibawa setiap individu dalam suatu interaksi bersama orang lain. Sebab
lain adalah perasaan terancam, orang atau golongan yang merasa teracam akan
cenderung bersikap fanatik, misalnya munculnya isu Kristenisasi atau Islamisasi dapat
membuat kedua kelompok bersikap fanatik.
Banyak cara telah dilakukan demi perdamaian. Dialog menjadi tema utama dalam setiap
penyelesaian konflik. Yang diharapkan bahwa dialog bukan semata-mata pertemuan dua
kelompok atau lebih, melainkan tindakan nyata dan konkret demi terciptanya
perdamaian. Jika cara berfikir kita hanya sebatas, bahwa orang lain adalah “obyek”,
maka orang lain dipandang selalu sebagai “yang lain”. Jika demikian, maka yang terjadi
adalah bahwa kita selalu menolak keberadaan pribadi orang lain sebagai seseorang yang
berharga dan sederajat dengan kita. Sehingga kita melihat orang lain lebih rendah, tidak
bermarabat, tidak bermoral dan sebagainya. Dampak dari sikap ini adalah kekerasan,
pembunuhan, bahkan penghancuran kelompok tertentu. Kekerasan yang terjadi ini
sebenarnya dilatarbelakangi atas proses berfikir yang sempit, yaitu bagaimana manusia
memandang sesame sebagai hubungan subyek dan obyek.
Melalui konflik, seharusnya kita disadarkan betapa pentingnya kita saling mengoreksi
diri, betapa masih banyak kekurangan yang ada dalam diri kita berhubungan dengan
orang lain. Keterbukaan hati untuk saling memahami, menjadi titik awal bagaimana
sebuah kedewasaan dibangun. Membangun sikap positif dalam berkomunikasi dengan
orang lain, menghormati dan menghargai orang lain secara tulus memungkinkan
kesalahpahaman dan konflik dapat dihindari. Bersikap dan berfikir positif terhadap
orang lain mempunyai unsur-unsur, diantaranya kesediaan mendengarkan, menghargai
pendapat, dan melibatkan diri (berempati). Dengan ini orang akan memiliki harga diri
sehingga akan membantu menciptakan komunikasi yang bermakna dan mendalam.
Sikap ini perlu diperkuat dengan cara pandang kita untuk menjauhkan diri dari sikap
8.

yang berlebihan. Menghargai kemajemukan dengan berfikir dan bersikap terbuka atau
inklusif.
Dalam Kitab Suci digambarkan dengan jelas bagaimana manusia yang diciptakan secitra
dan segambar dengan Allah itu diharapkan mampu memancarkan kasih Allah kepada
sesama.
a. Kesetaraan martabat, setiap manusia memiliki kesataraan martabat dan hak asasi
dihadapan Allah. Manusia diciptakan sebagai “Citra Allah” (Kej 1:27), atau “Gambaran
Allah yang tak kelihatan (Kol 1:15), yang dipanggil untuk menjadi “Anak Allah” (Yoh 3:1-
2)
b. Pluralisme atau kemajemukan adalah suatu kenyataan. Perbedaan yang ada sebagai
salah satu jalan untuk menyempurnakan satu sama lain. Seperti halnya tubuh, banyak
anggota tetapi satu tubuh. Beberapa talenta, kurnia dan panggilan, tetapi satu rekan
sekerja Allah (1Kor 1:10 ; Rom 12)
c. Ada perbedaan, dapat membantu orang untuk mawar diri, sehingga tidak mudah
untuk menghakimi atau mengadili orang lain. Serahkan penghakiman itu pada Allah.
Hendaknya kita suka mengampuni orang lain, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah
mengampuni kita (Mat 7:1-5; Luk 6:37-42; Ef 4:32)
d. Hukum cinta kasih, adalah dasar utama mengapa kita harus toleran kepada sesama.
Cinta berarti menerima orang lain apa adanya sesuai dengan identitasnya yang berbeda
atau justru karena identitasnya yang berbeda. Yesus mengajarkan kita untuk saling
mencintai tanpa syarat. (Luk 10:25-37).
Dengan demikian menjadi jelas, orang diharapkan mampu memancarkan kasih Allah
kepada sesame, dengan sikap dan tindakan itu manusia menunjukkan tugasnya yang
utama sebagai citra Allah.
3. Upaya Menjaga Keluhuranku Sebagai Manusia.
Hidup kita sebagai manusia merupakan anugerah yang luar biasa yang patut untuk
diperjuangkan. Kehidupan demikian besar artinya “Hidup ditandai ciri yang tak
terhapuskan, yaitu kebenarannya sendiri, dengan menerima karunia Allah, manusia
wajib mempertahankan hidup dalam kebenaran itu yang memang hakiki baginya (EV.
Art 48). Perjuangan kita untuk mempertahankan hidup betapa hakikinya kehidupan ini,
menjadi tonggak yang tak pernah ada habisnya. Kalau kita melihat perjalanan sejarah,
muncul begitu banyak persoalan yang menghancurkan harkat dan martabat serta
keluhuran manusia, di satu sisi. Banyak orang yang berjuang untuk mengatasi ancaman
tersebut. Ketidakadilan dan penindasar harkat manusia terjadi, disitulah muncul
perlawanan. Kita lihat peristiwa di Amerika Latin, terjadi penindasan terhadap kaum
miskin, oleh para tuan tanah dan penguasa. Di mana peristiwa tersebut melahirkan
pengorbanan Uskup Oscar Romero dan beberapa Jesuit dan perempuan. Peristiwa ini
melahirkan refleksi yang mendalam betapa perjuangan mempertahankan keadilan
menuai tantangan yang begitu besar, butuh pengorbanan. Mahatma Gandhi,
mengusahakan sebuah gerakan “ahimsa”, betapa melalui kekerasan yang begitu besar,
kelembutan dan cinta damai menjadi bagian perjuangan yang harus diangkat. Bunda
Teresa dari Kalkuta, memberikan tangannya dalam mengabdikan diri kepada kehidupan,
kepad mereka yang miskin dan tersingkir, untuk mengangkat mereka supaya
bermartabat seperti manusia yang lainnya. Kehidupan adalah milik Allah sebagai sumber
segala kehidupan. Allah senantiasa berbelas kasih kepada manusia untuk mengangkat
manusia ke dalam kemuliaan. Dan setiap orang menurut kodratnya memiliki hak hidup,
hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, aman, dan damai, tempat tinggal yang
nyaman. Hak untuk tumbuh dan berkembang secara penuh, memperolah keadilan dan
cinta, perlindungan dan segala sesuatu yang membuat sesorang merasa terlindungi.
Setiap orang memiliki kesetaraan martabat dan hak asasi di hadapan Allah. Manusia
diciptakan sebagai “citra Allah” (Kej 1:27).
B. Aku Memiliki Roh, Jiwa, dan Raga, yang Berkemampuan Memiliki Pikiran, Perasaan,
Kehendak.
Pribadi manusia tidak hanya fisik, tetapi juga jiwa dan roh. Kita mempunyai pikiran,
perasaan, kehendak dan tindakan. Hal inilah yang menjadikan manusia seseorang yang
bermartabat.
1. Struktur Dasar Manusia: Roh, Jiwa, dan Raga
Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengatakan, raga atau tubuh
sebagai persembahan yang hidup kepada Allah. Keberadaan kita di dunia ini, untuk
memperbaharui budi dan mengetahui serta selalu mencari kehendak Allah dalam
menemukan yang baik dan sempurna.
Bahwa kita manusia ini hanya sebatas raga atau tubuh jasmaniah yang tanpa arti. Raga
atau jasmaniah ini hanyalah seonggok daging yang sama dengan makhluk lain. Tetapi
kita perlu melihat ke dalam, bahwa di dalam raga jasmaniah ini ada jiwa dan roh yang
selalu membuat kita menjadi lebih sempurna dan baik adanya.
Paus Yohanes Paulus II mengajak kita menghargai raga atau tubuh jasmaniah ini dalam
satu kesatuan yang mendalam, bahwa di dalam tubuh ada kesucian yang harus
senantiasa kita junjung, karena Allah telah menciptakan kita dengan rencana yang
indah, “…..tubuh sesungguhnya mampu membuat kita melihat apa yang tidak kelihatan,
yang spiritual dan yang ilahi. Tubuh telah diciptakan untuk menyalurkan ke dalam dunia
yang kelihatan ini, misteri yang tersembunyi sejak awal dalam diri Allah…. Dan karena
10.

itu tubuh menjadi tanda bagi misteri itu. Raga atau tubuh jasmaniah merupakan tanda
pernyataan diri Allah dan rencana-Nya bagi umat manusia”.
2. Kemampuan dasar Manusia, Pikiran, Perasaan, Kehendak, dan Tindakan.
Roh, jiwa, dan raga tak terpisahkan dan menjadi satu kesatuan did ala tubuh kita. Kita
bukanlah seperti robot, pribadi yang tak bernyawa, tetapi mempunyai pikiran, perasaan,
kehendak, dan tindakan. Karena mempunyai pikiran, prasaan, kehendak, dan tindakan
inilah yang membuat manusia “lebih” dibandingkan dengan segala makhluk yang ada di
bumi. Banyak gambaran yang muncul mengenai manusia. Manusia sering disebut
sebagai homo ssapiens, yang berarti manusia yang arif, karena memiliki akal budi dan
mengungguli makhluk yang lain. Manusia sering juga disebur sebagai homo faber,
karena mampu menggunakan berbagai alat yang ada dan menciptakannya. Sering juga
manusia disebut sebagai homo ludens, yaitu makhluk yang suka bermain. Begitu juga
dengan sebutan lain, homo symbollicum dan homo socio-economicus, karena manusia
mampu mencipta dan berkomunikasi dengan symbol-simbol, dan mengelola materi
hidupnya.
Manusia mempunyai pikiran dan kehendak. Kehendak merupakan bentuk dorongan hati
untuk melakukan sesuatu hal, baik itu dipengaruhi oleh nilai-nilai positif kebajikan atau
memang negatife. Di dalam kehendak ada kemauan dan keinginan. Kemauan lebih
merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu karena ada pengaruh dari luar diri.
Kemauan mengindikasikan adanya suatu tindakan yang akan dilakukan sebagai reaksi
atas tawaran tertentu dari luar dirinya. Sementara keinginan, dari kata dasar ‘ingin’,
menunjukkan adanya suatu kebutuhan terhadap sesuatu, bukan hanya kebutuhan
melainkan juga adanya dorongan untuk memuaskan diri. Kehendak manusia memiliki
dua pemahamam. Pertama, bahwa kehendak itu bersifat dorongan fitrah atau naluriah
yang bersifat sosial. Kedua, sering disebut sebagai keinginan. Biasanya menggambarkan
kehendak yang bersifat lebih egoistik.
Pemikiran dan kehendak inilah yang membawa kita menjadi manusia yang juga
berperasaan dan sekaligus mampu untuk bertindak. Perasaan yang ada bukan hanya
terbatas pada cinta, marah dan sedih, namun banyak ungkapan perasaan. Perasaan
menggambarkan ungkapan hati seseorang yang kuat akan suatu hal, baik yang bersifat
menyenangkan atau menggelisahkan. Perasaan inilah yang membuat kita luhur,
bermartabat, dan unik. Tentu semua itu dilatarbelakangi oleh pemikiran hati yang ada di
dalam diri kita. Setiap perbuatan atau tindakan kita selalu dituntun oleh hati dan pikiran
kita. Pikiran yang memerintahkan sesuatu di dalam diri kita untuk melakukan sesuatu.
Apa pun sisi perintahnya, hati dan pikiran selalu mempengaruhinya. Kualitas tindakan
kita sangat tergantung pada kualitas hati dan pikiran kita. Benar atau salahnya
ditentukan oleh penilaian pikiran. Baik atau tidaknya berada di bawah wewenang hati.
Dalam Ijil Matius dikatakan, “Mata adalah pelita tubuh, jika matamu baik, teranglah
seluruh tubuhmu, jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu…”. Pikiran dan hati
merupakan ‘mata’ bagi diri kita dalam melakukan tindakan yang berikutnya, apakah itu
baik atau buruk.
Dengan kesadaran, manusia dapat memahami semua perilaku dan tindakannya. Hanya
saja untuk selalu bertindak dan berperilaku baik, manusia harus memiliki tidak saja
kesadaran semata tetapi lebih dari itu yaitu kesadaran moral. Atas kesadaran moral
itulah manusia dapat memilih itndakan yang baik dan buruk. Dengan kesadaran moral
ini manusia akan merasa wajib untuk berbuat baik tanpa paksaan dan tekanan dari
manapun juga, semua didasarkan atas keputusan hati nuraninya.
C. Aku Mengembangkan Karunia Allah.
Setiap manusia mempunyai kemampuan, dan bakat dalam ukurun dan lingkungan
tertentu, dengan sifat, karekter, pemikiran, dan perasaannya masing-masing.
Kemampuan dan bakat seseorang haruslah dikembangkan dan digunakan karena
merupakan Tuhan yang luar biasa yang selalu harus dikembangkan.
1. Belajar Mengembangkan Bakat, Pengetahuan, Kerohanian dan Ketrampilan
Perlu disadari bahwa kita mempunyai kekuatan (pengetahuan dan bakat), sifat, dan
karakter pribadi yang unik, yang telah ada dan berkembang di dalam diri kita. Segala
kemampuan dan bakat tersebut, hendaknya dikembangkan dan digunakan karena
merupakan anugerah dari Allah yang pantas kita syukuri. Allah menghendaki agar bakat,
kemampuan, kekuatan atau “talenta” yang kita punyai, terus dikembangkan dan
digunakan. Dalam Injil; Matius (Mat 25:14-30). Perumpamaan ini menceritakan tentang
seorang tuan yang mempercayakan uangnya kepada ketiga hambanya. Hamba yang
pertama dipercayakan lima talenta, yang kedua dipercayakan dua, yang ketiga
dipercayakan satu. (dalam kitab Lukas disebutkan sang tuan membagikan sepuluh mina
kepada sepuluh hambanya, masing-masing menerima satu mina, namun pada akhirnya
hanya tiga pula yang diceritakan). Setelah itu sang tuan pergi. Diceritakan hamba yang
pertama yang dipercayakan lima talenta berhasil memperoleh laba lima talenta,
sementara hamba yang kedua yang dipercayakan dua talenta berhasil memperoleh laba
dua talenta, namun hamba yang ketiga yang dipercayakan satu talenta
menyembunyikan uangnya sehingga tidak mendapat laba apa-apa. (dalam kitab Lukas
disebutkan hamba I memperoleh laba 10 mina, hamba II memperoleh laba 5 mina,
sedangkan hamba III juga menyimpan uangnya.) Setelah sang tuan kembali dan bertemu
dengan hamba pertamanya, maka sang tuan memberinya tanggung jawab yang lebih
besar (dalam kitab Lukas disebutkan ia diberikan sepuluh kota), lalu hamba keduanya
12.

juga diberikan tanggung jawab yang lebih besar (dalam kitab Lukas disebutkan ia
diberikan lima kota), tetapi hamba yang ketiga dihukum, dan uang yang dipercayakan
kepadanya diberikan kepada hamba yang pertama.
Perumpamaan itu menyadarkan kita agar selalu mengembangkan segala hal yang sudah
kita punyai dan kita dapatkan demi perkembangan diri kita sendiri dan orang lain di
sekitar kita. Kita hendaknya percaya, bahwa kita telah diberkati dengan karunia yang
berbeda-beda sesuai kemampuan kita masing-masing. Karunia-karunia itu harus kita
gunakan untuk melayani Allah dan sesame kita. Sebab dengan menggunakan dan
mengembangkan talenta sebagaimana mestinya adalah panggilan dan tuntutan
kristiani. Menolak kehendak Allah atas diri kita dapat menjadi penghalang bagi
kemajuan diri kita sendiri dan menjadi rintangan jalan kita menuju Allah. Kita hendaknya
menerima kehendak Allah yang nyata dalam diri kita. Kita percaya bahwa “Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana-Nya (Lih Rom 8:28).
Menerima kehendak Tuhan berarti menerima bimbingannya, karena Dia akan
mengantar kita setapak demi setapak melalui keadaan konkrit diri kita dan lingkungan
kita menuju ke keselamatan. itu semua akan terjadi sejauh kita menerima dan
melaksanakan kehendak-Nya. Itu semua akan terjadi sejauh kita mampu
mengembangkannya. Selain bakan dan ketrampilan, kita juga memiliki pengetahuan dan
kerohanian, yang senantiasa harus dikembangkan pula. Seperti yang telah dikatakan St.
Paulus bahwa kita harus terus mengusahakan pembaharuan akal budi kita, agar akal
budi kita lelalu diresapi oleh nilai-nilai kebaikan. “Janganlah kami menjadi serupa
dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan
yang sempurna” (Rm 12:2).
2. Bersyukur dan Mempersembahkan Hidup berdasarkan Karunia Allah.
Menjadi yang terbaik merupakan keinginan dan harapan banyak orang, tetapi tidak
semua orang akhirnya mampu meraihnya. Kadang kita berfikir, menjadi terbaik itu
bukan milik semua orang. Tetapi, kita harusnya menyadari bahwa kita semua diberkati
dan diberi karunia yang luar biasa dari Allah. Dalam Suratnya kepada jemaat di Roma
Santo Paulus mengajarkan, yang penting bukan menjadi yang terbaik, tetapi
mempersembahkan yang terbaik dari diri kita (Rom 12:1-8). Allah mengaruniakan
talenta, yang berbeda-beda kepada setiap orang, dan kita perlu mengenalinya,
mempergunakan dan memperkembangkannya untuk melakukan yang terbaik dalam
melayani Allah dan sesame, agar mampu menjadi berkat. Malakukan yang terbaik sesuai
dengan talenta atau kemampuan kita merupakan wujud dari rasa syukur atas karunia
yang sudah kita terima dari Allah, secara terus menerus.
Kita bersyukur dan mempersembahkan karunia yang kita punyai sesuai dengan
panggilan hidup kita. Paus Benediktus XVI, menyadarkan kita, bahwa panggilan hidup
adalah inisiatif Allah, prakarsa Allah, anugerah Allah. Manusia menjawab panggilan
Allah, bekerka sama dengan rahmat dalam sikap I,am, percaya, pasrah diri, dan dengan
penuh harapan mengusahakan pembaruan secara terus-menerus. Semua dari kita
dipanggil untuk menjadi Anak Allah. Menjadi Anak Allah sesungguhnya merupakan kasih
karunia Allah, bukan hanya karena diciptakan oleh Allah, melaikan karena dicintai dan
diberi hidup oleh Allah.
Pertikaian dan pertengkaran, bahkan memunculkan peperangan dipicu dari 2 hal yaitu
adanya diskriminatif dan fanatisme yang berlebihan. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia diskriminasi diartikan sbb: diskriminasi adalah pembedaan perlakuan thd
sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dsb);
diskriminasi kelamin pembedaan sikap dan perlakuan thd sesama manusia berdasarkan
perbedaan jenis kelamin; diskriminasi ras anggapan segolongan ras tertentu bahwa
rasnya itulah yg paling unggul dibandingkan dng golongan ras lain; rasisme; diskriminasi
rasial pembedaan sikap dan perlakuan thd kelompok masyarakat tertentu krn
perbedaan warna kulit; diskriminasi sosial pembedaan sikap dan perlakuan thd sesama
manusia berdasarkan kedudukan sosialnya; mendiskriminasikan sebagai kata kerja
berarti melakukan atau membuat diskriminasi: di negara kita masih banyak pola tingkah
laku sosial yg mendiskriminasi perempuan. Sedangakan Fanatik berarti teramat kuat
kepercayaan (keyakinan) thd ajaran (politik, agama, dsb): tokoh partai itu berada di
tengah-tengah pengikutnya yg fanatik; memfanatiki dapat diartikan meyakini (ajaran,
kepercayaan, dsb) dng teramat kuat: segelintir orang cenderung mendukung, membela,
dan memfanatiki ajaran sesat yg dibawa oleh pendatang baru itu.
A. Sebab munculnya sikap-sikap diskriminatif dan fanatic.
Ada beberapa hal yang menjadi sebab munculnya sikap diskriminatif dan fanatic yang
berlebihan. Pertama karena kebodohan, kekurang pahaman dan kepicikan. Hal-hal
tersebut menjadi aspek yang paling besar, dimana seseorang dapat dipengaruhi karena
pengetahuannya yang kurang, atau hanya setengah-setengah. orang yang sungguh
cerdas dan bijaksana tidak akan bersikap fanatic dan diskriminatif. Kedua, Adanya
perasaan terancam. Misalnya adanya isu Kristenisasi atau Islamisasi dapat membuat
orang Kristen dan Islam bersikap fanatik
14.
Saling Tolong Menolong Kepada Semua Orang Tanpa
Membeda-Bedakan

Manusia dikatakan mahluk sosial yaitu mahluk yang di dalam hidupnya tidak bisa
melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di
karenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang
lain. Seringkali didasari oleh kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Dengan
demikian sesama manusia harus saling memiliki rasa mengasihi, menghormati agar
selalu tentram, damai dan bisa saling bantu. Bayangkan jika banyak permusuhan dengan
sesama, maka tidak akan terbentuk kerjasama juga sulit untuk mendapatkan hidup yang
tentram. budaya tolong menolong merupakan sesuatu yang sangat lazim dan akrab
dengan kehidupan kita. Budaya tolong menolong ini sudah dari dulu dipraktekkan oleh
orang tua atau nenek moyang kita. Gotong royong ada dan muncul dari masyarakat
tradisional, dimana masyarakat pada saat itu secara bersama-sama, saling membantu
dan bergantian menggarap tanah, mencangkul, menanam benih, mengatur saluran air,
memupuk, memanen tanaman mereka bahkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang lainnya,
seperti membangun rumah, dll. Didalam gotong royong masyarakat menunjukkan suatu
tindakan yang dilakukan bersama-sama dan saling, yaitu saling membantu dalam
melakukan pekerjaan-pekerjaan diatas. Hidup bersama dapat diibaratkan sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama-sama untuk mencapai sebuah tujuan. Masing-masing
anggota tim menjadi rekan bagi anggota yang satu dengan yang lainnya. Dengan profesi
dan peran yang berbeda-beda masing-masing tim bekerja bersama-sama dan saling
berhubungan serta membutuhkan satu dengan yang lainnya. Seperti contoh, dalam
sebuah manajemen industri, ada bagian perencanaan, bagian produksi, bagian promosi,
bagian keuangan, dll. Semua bagian ini terintegrasi satu dengan yang lain, saling
membutuhkan dan saling membantu satu dengan yang lainnya. Kegiatan saling tolong
menolong dilaksanakan secara bersama-sama. Oleh karena itu, sebagai mahluk sosial
15.
yang saling berhubungan dan saling membutuhkan maka diperlukan adalah saling
tolong menolong.
Kejujuran Yang Ada Dalam Diri Manusia

Orang yang jujur, menjadi patokan penting sehingga ia bisa dipercayai. Jujur
ini berarti kesesuaian antara apa yang diucapkan/dikatakan atau diperbuat
dengan kenyataan yang ada/benar-benar terjadi. Kejujuran itu ada pada
ucapan, adapula pada perbuatan, sebagaimana seseorang yang melakukan
suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Kejujuran
sangat di perlukan dalam berbagai aspek kehidupan. Dan dalam keluarga,
kejujuran sangat diperlukan agar rasa kekeluargaan yang ada dapat terjaga
dan tertuuk dengan baik. Jika kejujuran tidak di biasakan dalam lingkup
keluraga maka yang ada adalah pertengkaran dan akhirnya rasa kekelurgaan
akan renggang. Karena kejujuran satu pondasi iman yang mendasari iman
seseoarang karena ssesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalm hati
akan adanya Allah. Maka orang yang tidak jujur dalam kehidupanya ituu
oarng yang mehilangkan keimananya dalam hidupnya.

Penerapanya itu di mulai dari usia dini dan dan padaa keluarga bisa di
terapkannya sikap jujur supaya dalam keluarga tersebut bisa terjalin lebih
erat dan tidak ada kata bohong di dalam keluarga. Sikap jujur tersebut bisa
di terapkan jika seorang anak itu melakukan sesuatu yang terjadi antara lain:

 Jika bersalah harus mengakui kesalahanya


 Antara ucapan dan perbuatan harus sama
16.
 Memberitakan sesuatu hal baik ke orang tua ataupun kedalam
lingkungan masayarakat
 Memegang dan menjalankan amanah dengan baik

Anda mungkin juga menyukai