Anda di halaman 1dari 14

Rumah Sakit Emanuel

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT EMANUEL


Nomor :
Tanggal :
Tentang : SK Panduan Pelayanan ICU

RUMAH SAKIT EMANUEL


Telp: (0286) 479 030 | Fax: (0286) 479 032
Email: rsemanuelklampok@gmail.com
Web: rsemanuel.com

PANDUAN PELAYANAN ICU

Panduan Restrain i
Rumah Sakit Emanuel
Rumah Sakit Emanuel

LEMBAR PENGESAHAN

DOKUMEN : Panduan Pelayanan ICU

UNIT KERJA : Instalasi Terapi Intensif

NO DOKUMEN :
TANGGAL TERBIT DOKUMEN :

SAH UNTUK DITERBITKAN :

PENANGGUNG JAWAB
DOKUMEN NAMA LENGKAP TANDA TANGAN

PEMBUAT DOKUMEN
dr Ayu Esti Sunyoto,Sp.An, MSc

PENGELOLA DOKUMEN
Tatap Lasmaria A.Sitoroes
AKREDITASI

WAKIL DIREKTUR
dr. Darma Juang Bakti
PELAYANAN

DIREKTUR
dr. Yos Kresno W., Sp.An, MSc
RS EMANUEL

Panduan Pelayanan ICU iii


Rumah Sakit Emanuel
Rumah Sakit Emanuel

SURAT PENGESAHAN

Direktur RS Emanuel dengan ini mengesahkan dan memberlakukan buku


PANDUAN PELAYANAN ICU RUMAH SAKIT EMANUEL untuk dapat dipergunakan
sebagai PANDUAN PELAYANAN ICU DI RUMAH SAKIT EMANUEL

Demikian Panduan ini diterbitkan dan dikeluarkan untuk dapat dilaksanakan


sebagaimana mestinya.

Purwareja Klampok, 2022

Direktur RS Emanuel

(dr. Yos Kresno W., Sp.An, MSc)

Panduan Pelayanan ICU iv


Rumah Sakit Emanuel
Rumah Sakit Emanuel

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih-
Nya maka Panduan Pelayanan ICU ini dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan di Rumah Sakit Emanuel.

Panduan Pelayanan ICU ini disusun sebagai upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Emanuel dan sebagai acuan pelayanan di Unit
Kerja minimal dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sekali.

Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan maka diperlukan suatu Panduan


yang dapat dijadikan acuan bagi unit kerja yang bersangkutan dan semua Sumber Daya
Manusia (pemberi layanan) yang terkait dalam melaksanakan kerja di Rumah Sakit
Emanuel sesuai dengan gugus tugas, fungsi dan standar pelayanan yang benar.

Panduan Pelayanan ICU ini disusun dan dibuat dengan mengacu kepada
standar pembuatan Panduan yang telah ditetapkan oleh Manajemen Rumah Sakit
Emanuel.

Panduan ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila
ditemukan hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan kondisi Rumah Sakit Emanuel

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya


kepada Unit Kerja/Pokja/Tim/Komite yang dengan segala upayanya telah berhasil
menyusun Panduan Pelayanan ICU yang merupakan hasil kerja sama yang baik dari
semua pihak yang telah terlibat di dalamnya.

Purwareja Klampok, 2022

Direktur RS Emanuel

(dr. Yos Kresno W., Sp.An, MSc)

Panduan Pelayanan ICU v


Rumah Sakit Emanuel
Rumah Sakit Emanuel

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS EMANUEL ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
SURAT PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
BAB I DEFINISI 1
BAB II RUANG LINGKUP 2
BAB III KEBIJAKAN 4
BAB IV TATA LAKSANA 5
BAB V DOKUMENTASI 10

Panduan Pelayanan ICU vi


Rumah Sakit Emanuel
BAB I
DEFINISI

Intensive care unit (ICU)


Adalah sebuah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam
nyawa atau potensial mengancam nyawa  dan masih mempunyai harapan hidup.

Tujuan pelayanan intensive care


Adalah memberikan pelayanan medik tertitrasi dan berkelanjutan serta mencegah
fragmentasi pengelolaan pasien sakit kritis meliputi:
1. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter dan
perawat yang terkoordinasi dan berkelanjutan, sehingga memerlukan perhatian
yang teliti agar dapat dilakukan pengawasan yang konstan dan titrasi terapi.
2. Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensasi fisiologis dan karena
itu memerukan pemantauan konstan dan  kemampuan tim intensive care untuk
melakukan intervensi segera untuk mencegah timbulnya penyulit yang merugikan.
Rumah Sakit Emanuel

BAB II
RUANG LINGKUP

Klasifikasi pelayanan ICU


Tingkat pelayanan ICU disesuaikan dengan kelas rumah sakit. Tingkat
pelayanan ini ditentukan oleh jumlah staf, fasilitas, pelayanan penunjang, jumlah dan
macam pasien yang dirawat.klasifikasi pelayanan di RS Emanuel masuk dalam kategori
pelayanan ICU primer.
Pelayanan ICU primer mampu memberikan pengelolaan resusitasi segera untuk
pasien sakit kritis, tunjangan kardio-respirasi jangka pendek,dan mempunyai peran
penting dalam pemantauan dan pencegahan penyulit pada pasien medik dan pasien
bedah yang berisiko. Pada ICU primer dilakukan ventilasi mekanik dan pemantauan
kardiovaskuler sederhana selama beberapa jam.
Pelayanan ICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut :
1. Resusitasi jantung paru.
2. Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator
sederhana.
3. Terapi oksigen.
4. Pemantauan EKG, pulse oksimetri terus menerus.
5. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral.
6. Pemeriksaaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh.
7. Pelaksanaan terapi secara titrasi.
8. Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai dengan kondisi pasien.
9. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama transportasi
pasien gawat.
10. Kemampuan melakukan fisioterapi dada.

Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di ICU:

1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam


nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa
hari.
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik problema dasar.
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh :

a. Penyakit
b. Iatrogenik

4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang nyawanya pada saat itu
bergantung pada fungsi alat / mesin dan orang lain.

Panduan Restrain 2
Rumah Sakit Emanuel
Rumah Sakit Emanuel

Ketenagaan di ICU
Ketenagaan tergantung pada tipe ICU,pada ICU primer penanggung jawab
pasien adalah oleh dokter spesialis anestesiologi.
Tim dokter ICU harus mempunyai ketrampilan dalam bidang resusitasi lanjut dan
pengetahuan dasar critical care.
Tim perawat dengan rasio perawat: pasien = 1:2, bahkan rasio perawat:pasien  bisa
lebih dari 1:1 untuk kasus berat dan tidak stabil.
Peran perawat ICU diperluas dalam menangani pasien ICU, misalnya:
1. Dalam proses weaning ventilasi mekanik, dapat menyesuaikan pola, frekwensi
nafas atau tekanan dengan mengacu pada klinis, data laboratorium dan monitor
bedside.
2. Dalam terapi titrasi vasopresor, inotropik, sedasi, analgetik, insulin dll.dapat
dilakukan penyesuaian oleh perawat ICU berdasar data klinis dan laboratorium.
3. Pada kasus hipotensi dapat melakukan chalenge test lebih dahulu berdasarkan
data klinis dan monitor bedside.

Panduan Restrain 3
Rumah Sakit Emanuel
Rumah Sakit Emanuel

BAB III
KEBIJAKAN

1. KEBIJAKAN UMUM
a. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan
pasien.
b. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
d. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, etikket, dan
menghormati hak pasien.
e. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasisesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
f. Pelayanan unit dilaksnakan dalam 24 jam.

2. KEBIJAKAN KHUSUS
a. Rumah Sakit Emanuel mennyelengarakan unit terapi intensif sesuai dengan
standar peraturan perundang undangan yang berlaku.
b. Rumah Sakit Emanuel menetapkan kriteria pasien yang akan masuk ITI atau
keluar ITI dengan pedoman pelayanan khusus.
c. Rumah Sakit Emanuel menetapkan standar ketenagaan dalam suatu
pedoman pengorganisasian khusus.
d. Ada tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah sakit dan
dari luar rumah sakit.
e. Ada tata kelola staf medis yang mengatur tugas dan wewenang dokter :
DPJP, dokter konsultan maupun dokter bangsal / IGD.
f. Rumah Sakit Emanuel merawat pasien Covid -19 dengan kondisi kritis di
ruang isolasi ICU

Panduan Restrain 4
Rumah Sakit Emanuel
Rumah Sakit Emanuel

BAB IV
TATA LAKSANA

Tatalaksana pelaksanaan
Pasien yang masuk ICU dikirim oleh Dokter disiplin lain diluar ICU setelah
konsultasi dengan dokter ICU. Transportasi ke ICU masih menjadi tanggung jawab
dokter pengirim, kecuali bila transportasi pasien memerlukan bantuan khusus.
Sesuai dengan definisi ICU, maka pasien yang masuk ICU adalah pasien yang
dalam keadaan terancam nyawanya sewaktu-waktu karena kegagalan atau disfungsi
satu atau lebih organ atau sistem dan masih ada kemungkinan dapat sembuh kembali
melalui perawatan, pemantauan dan pengobatan intensif.
Suatu ICU mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam
bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat yang dibutuhkan untuk merawat
pasien sakit kritis. Keadaan ini memaksa diperlukannya mekanisme untuk membuat
prioritas pada sarana yang terbatas ini apabila kebutuhan ternyata melebihi jumlah
tempat tidur yang tersedia di ICU.
Dokter yang merawat pasien mempunyai tugas untuk meminta pasiennya
dimasukkan ke ICU bila ada indikasi segera memindah ke unit yang lebih rendah bila
kondisi kesehatan pasien telah memungkinkan. DPJP ICU bertanggung jawab atas
kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU. Bila kebutuhan masuk ICU melebihi
tempat tidur yang tersedia, DPJP ICU menentukan berdasarkan prioritas kondisi medik,
pasien mana yang akan dirawat di ICU. Prosedur untuk melaksanakan kebijakan ini
harus dijelaskan secara rinci untuk tiap ICU. Harus tersedia mekanisme untuk mengkaji
ulang secara retrospektif kasus-kasus dimana dokter yang merawat tidak setuju dengan
keputusan DPJP ICU.
Pengelolaan pasien yang mendapatkan perawatan di ruang ICU adalah sebagai
berikut;
1. Anamnesis (merupakan tindakan pengobatan sebelum diagnosis definitif
ditegakkan).
2. Serah Terima Pasien (bertujuan untuk mengetahui riwayat tindakan pengobatan
sebelumnya dan sebagai bentuk aspek legal).
3. Pemeriksaan Fisik (meliputi pemeriksaan fisik secara umum, penilaian neurologis,
sistem pernafasan, kardiovaskuler, gastro intestinal, ginjal dan cairan, anggota
gerak, haematologi dan posisi pasien).
4. Kajian hasil pemeriksaan / skrining test (meliputi biokimia, hematologi,Elektrolit,
Analisa gas darah, monitoring TTV,EKG, foto thorax, CT scan, efek pengobatan).
5. Pada masa pandemic Covid -19 pasien wajib melakukan Rapid Test Skrining Covid-
19, jika hasil skrining positif pasien dirawat di ruang isoasi ICU Covid-19 sesua
dengan Panduan Praktek Klinis Covid -19 RS Emanuel yang berlaku.

Panduan Restrain 5
Rumah Sakit Emanuel
Rumah Sakit Emanuel

Kriteria pasien masuk ICU


ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang
intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang memerlukan
terapi intensif (prioritas satu-1) didahulukan rawat ICU dibandingkan pasien yang
memerlukan pemantauan intensif (prioritas dua-2) dan pasien sakit kritis atau terminal
dengan prognosis yang jelek untuk sembuh (prioritas tiga-3). Penilaian obyektif atas
beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas
masuk pasien,yaitu :

1. Pasien prioritas 1 (satu)


Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif seperti dukungan / bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, dan
lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotoraksik,
atau pasien shock septic. Mungkin ada baiknya beberapa institusi membuat kriteria
spesifik untuk masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan
darah tertentu. Pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas ditinjau
dari macam terapi yang diterimanya.
2. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU. Jenis pasien ini
beresiko sehingga memerlukan terapi intensif segera, karenanya pemantauan
intensif menggunakan metoda seperti pulmonary arterial catheter sangat menolong.
Contoh jenis pasien ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung,
paru, atau ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major.
Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang diterimanya,
mengingat kondisi mediknya senantiasa berubah.
3. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien jenis ini sakit kritis, dan tidak stabil dimana status kesehatannya
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, baik masing-
masing atau kombinasinya, sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan
dan/atau mendapat manfaat dari terapi di ICU. Contoh-contoh pasien ini antara lain
pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial,
tamponade, atau sumbatan jalan napas, atau pasien menderita penyakit jantung
atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pasien-pasien prioritas 3
(tiga) mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut, tetapi usaha
terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi kardiopulmoner.

Panduan Restrain 6
Rumah Sakit Emanuel
Rumah Sakit Emanuel

Pengecualian pasien yang masuk ICU


Jenis pasien berikut umumnya tidak mempunyai kriteria yang sesuai untuk
masuk ICU, dan hanya dapat masuk dengan pertimbangan seperti pada keadaan luar
biasa, atas persetujuan DPJP ICU. Lagi pula pasien-pasien tersebut bila perlu harus
dikeluarkan dari ICU agar fasilitas yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien
prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga),yaitu :
1. Pasien yang telah dipastikan mengalami brain death. Pasien-pasien seperti itu
dapat dimasukkan ke ICU bila mereka potensial donor organ, tetapi hanya untuk
tujuan menunjang fungsi-fungsi organ sementara menunggu donasi organ.
2. Pasien-pasien yang kompeten tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif
dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien
dengan perintah “DNR”. Sesungguhnya pasien-pasien ini mungkin mendapat
manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan
kemungkinan survival-nya.
3. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
4. Pasien yang secara fisiologis stabil yang secara statistik resikonya rendah untuk
memerlukan terapi ICU. Contoh-contoh pasien kelompok ini antara lain, pasien
pasca bedah vaskuler yang stabil, pasien diabetic ketoacidosis tanpa komplikasi,
keracunan obat tetapi sadar, concusion, atau payah jantung kongestif ringan.
Pasien-pasien semacam ini lebih disukai dimasukkan ke suatu unit intermediet
untuk terapi definitif dan /atau observasi.

Kriteria pasien keluar ICU


1. Pasien prioritas 1 (satu)
Pasien prioritas 1 (satu) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif
telah tidak ada lagi, atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek
dengan kemungkinan kesembuhan atau manfaat dari terapi intensif kontinyu kecil.
Contoh-contoh hal terakhir adalah pasien dengan tiga atau lebih gagal sistim organ
yang tidak berespons terhadap pengelolaan agresif.
2. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien prioritas 2 (dua) dikeluarkan bila kemungkinan untuk mendadak memerlukan
terapi intensif telah berkurang.
3. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien prioritas 3 (tiga) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif
telah tidak ada lagi, tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan
kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensif kontinyu kecil. Contoh dari hal
terakhir antara lain adalah pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis,
penyakit jantung atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-
lainnya yang telah tidak berespons terhadap terapi ICU untuk penyakit akutnya,
yang prognosis jangka pendeknya secara statistik rendah, dan yang tidak ada terapi
yang potensial untuk memperbaiki prognosisnya.
Dengan mempertimbangkan perawatannya tetap berlanjut dan sering merupakan
perawatan khusus setara pasien ICU, pengaturan untuk perawatan non-ICU yang
sesuai harus dilakukan sebelum pengeluaran dari ICU.
4. Pengkajian ulang kerja
Setiap ICU hendaknya membuat peraturan dan prosedur-prosedur masuk dan
keluar, standard perawatan pasien, dan kriteri outcome yang spesifik. Kelengkapan-

Panduan Restrain 7
Rumah Sakit Emanuel
Rumah Sakit Emanuel

kelengkapan ini hendaknya dibuat tim multidisipliner yang diwakili oleh dokter,
perawat dan administrator rumah sakit, dan hendaknya dikaji ulang dan diperbaiki
seperlunya berdasarkan keluaran pasien (outcome) dan pengukuran kinerja yang
lain. Kepatuhan terhadap ketentuan masuk dan keluar harus dipantau oleh tim
multidisipliner, dan penyimpangan-penyimpangan dilaporkan pada badan perbaikan
kualitas rumah sakit untuk ditindak lanjuti.

Pasien berhak tahu apa terjadi pada dirinya. Demikian juga pasien atau keluarga
berhak mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap pasien. Apakah keuntungan
dengan perawatan ICU, apakah resikonya apabila tidak dilakukan. Apakah terdapat
upaya alternative lain yang mungkin bisa dilakukan. Apabila pasien / keluarga
menolaknya,maka rencana ke pasien tidak dapat dilakukan.

Panduan Restrain 8
Rumah Sakit Emanuel
Rumah Sakit Emanuel

BAB V
DOKUMENTASI

Sebelum mengirimkan pasien ke ruang ICU harus mempertimbangkan, apakah


pasien dalam kondisi tidak stabil misalnya pasien dalam keadaan syok, apnea,
hypoventilasi, hypoksemia berat dll ,maka terlebih dahulu harus diperbaiki kondisinya
dan dicatat dalam lembar integrasi. Dampingi dan antarkan pasien masuk ke ICU
bersama anggota tim transfer pasien kemudian lakukan serah terima pasien kepada
Perawat /Dokter yang bertugas di ICU menggunakan lembar transfer pasien, berikan
keterangan dan temuan penting yang ada di status rekam medis pasien.

Panduan Restrain 9
Rumah Sakit Emanuel

Anda mungkin juga menyukai