Anda di halaman 1dari 57

Kuriake Kharismawan

e c o m pa
rag
ou

ss
c

i o n s t r e ng
Center for Trauma Recovery
Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata
th
Center for Trauma Recovery
CenterforTraumaRecovery
UnikaSoegijapranata
Boleh diperbanyak dengan tujuan nonkomersial
Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata
Daftar Isi
Pengantar .................................................................................... 2
Ucapan Terimakasih ..................................................................... 4

Memahami Pen ngnya Pemulihan ............................................... 6


Bentuk Kekerasan ........................................................................ 16
Dampak Kekerasan pada Anak .................................................... 22
Neuropsikologi Trauma karena Kekerasan..................................... 28
Tanda, Gangguan dan Pengukurannya .......................................... 36
Menggali Informasi pada Anak yang Mengalami Kekerasan .......... 48
Tahap Perkenalan ......................................................... 51
Tahap Membangun Rapport ........................................ 51
Tahap Stabilisasi ........................................................... 53
Tahap Penggalian Informasi ......................................... 54
Tahap Penutup ............................................................. 57
Intervensi Psikososial untuk Korban Kekerasan ............................ 58
Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Rasa Aman ............. 59
Pertolongan Pertama Psikologis untuk Anak ................ 60
Stabilisasi dan Relaksasi untuk Anak ............................. 62
Terapi Psikologi ............................................................ 64
Psikoedukasi ................................................................ 72
Pertumbuhan Paska Trauma pada Korban Kekerasan Masa Anak-
anak ............................................................................................. 76

Da ar Pustaka .............................................................................. 83
Berbagai teknik untuk menggali informasi pada anak ................... 85
Berbagai teknik untuk stabilisasi dan relaksasi .............................. 86
Contoh program reseliensi ........................................................... 87
Lembar observasi anak ................................................................. 88
Skala stress anak ........................................................................... 89
0
Pengantar kekerasan menit demi menit akan menjadi waktu yang merusak
seluruh metabolisme tubuhnya. Jiwa dan fisiknya akan hancur
perlahan.

Center for Trauma Recovery Fakultas Psikologi Unika terlibat


dalam berbagai pemulihan trauma akibat bencana maupun

S eorang yang tumbuh dengan kekerasan pada beberapa


tahun pertama paska kejadian mengalami penderitaan
besar yang akan mengubah kepribadian dan jalan hidup
mereka. Mereka akan tumbuh dengan kewaspadaan nggi, dan
kehidupan mereka didominasi oleh in nsct fight atau flight yakni
kekerasan di seluruh pelosok Indonesia. Tidak hanya korban
anak, namun juga remaja bahkan orang dewasa yang hidup
dengan mpang karena pengalaman trauma k yang mereka
alami saat kanak-kanak. Kami juga menemukan, berbagai
kerusakan jiwa yang telah terjadi dan dilakukan bukan hanya oleh
suatu dorongan dasar untuk bertahan hidup, menjadi pribadi pelaku, namun oleh keluarga yang memberikan perlakuan yang
yang sangat tertutup ataupun sebaliknya menjadi pribadi yang dak tepat paska kejadian trauma k, atau oleh ahli hukum yang
selalu gelisah. Pengalaman kekerasan, entah kekerasan fisik, mendampingi, polisi di unit Pelayanan Perempuan dan Anak,
emosional ataupun seksual dan penelantaran akan bahkan oleh konselor karena memaksa anak untuk menceritakan
meninggalkan jejak seumur hidup bagi yang mengalaminya. pengalaman trauma knya tanpa memberikan bantalan yang
aman.
Dengan menangis, seorang perempuan yang baru saja lulus
kuliah bercerita, tentang suatu pagi terburuk dalam hidupnya Pembelajaran yang CTR temui dalam mendampingi, kami kemas
saat ia masih berusia 11 tahun, ia diseret dan disekap dalam untuk dapat menjadi salah satu rujukan bagi psikolog, konselor
suatu kamar, mulutnya disumpal dengan celana dalamnya dan pendamping agar memahami dan mengetahui hal-hal
sendiri dan dia diperkosa. Pelaku mengancamnya agar ia dak prak s yang dapat dilakukan untuk membantu pemulihan anak
menceritakan kepada siapapun atau keluarganya akan ada dalam yang mengalami kekerasan. Memper mbangkan masih
bahaya. Selama 13 tahun, ia merahasiakan kejadian itu. Ia sedikitnya orang-orang yang memiliki pengetahuan dan
menjalini hidup selama 13 tahun dengan ketakutan dan ketrampilan dalam mendampingi korban kekerasan, maka buku
kemarahan. Ancaman dari pelaku membuat korban diam, ini boleh dicopy dan diperbanyak untuk kepen ngan non
merekapun berbohong untuk menutupi pengalaman kekerasan komersial.
yang dialami, mereka ketakutan namun juga malu. Seorang anak
yang lain, dirujuk karena gangguan psikosoma s akibat
kekerasan yang dilakukan oleh ayah rinya selama bertahun-
tahun. Ia mengeluh kepalanya seper tertusuk paku se ap Kuriake Kharismawan
mendengar suara keras, dan kerap mengalami gangguan Penulis
pernafasan se ap kali cemas. Anak yang hidup dengan pelaku

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

2 3
0
Ucapan Terimakasih

Kami mengucapkan terimakasih kepada,


Pak Abi, Pak Indra, Tika, Aulia, Eksi, Octa, Eve, Indra T, Mayi, Nana,
Oki, Rangga, Nilam, Veronika, Gita, Cahya, Yuka, Inez, Jaka,
“Pain that is not transformed
Rheyna, Sep an, Silver dan seluruh m CTR yang berkontribusi
dalam penulisan buku ini melalui sharing best prac ces dalam
is transferred”
mendampingi para korban kekerasan. Richard Rohr

Terimakasih juga kepada, Badan Pemberdayaan Perempuan


Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Provinsi
Jawa Tengah, PPT Kota Semarang “Seruni”, BP3AKB Kab.
Grobogan, Yayasan Setara, LBH Apik, Wahana Visi Indonesia ADP
Timor Tengah Utara, WVI ADP Timor Tengah Selatan, WVI ADP
Sikka, WVI ADP Sumba Timur, Dinsos Provinsi Jawa Tengah, Unit
Pelayanan Perempuan dan Anak Polres Semarang dan Ibu Anna
F.J. yang telah bermitra dengan kami dalam memulihkan masa
depan anak-anak Indonesia.

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

4
MEMAHAMI
PENTINGNYA PEMULIHAN
8 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus. BP3AKB
Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2014 mendata ada 1114 kasus
kekerasan anak, yang dilaporkan di PPT yang ada di kota
kabupaten Jawa Tengah. Tentu saja data ini hanyalah ujung
gunung es, karena batasan budaya dan sosial banyak kasus-kasus
kekerasan yang ditutup dan sembunyikan.

K esadaran masyarakat akan kekerasan pada anak mulai


beranjak naik. Kasus meninggalnya Angeline di Bali
karena kekerasan yang dilakukan oleh ibu rinya,
terungkapnya kekerasan seksual di Jakarta Interna onal School
membuka gerbang laporan untuk berbagai kasus kejahatan yang
pernah ada sebelumnya. Laporan ke Komite Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI), Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) di kecamatan
ataupun kota, Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) mulai
Kelas Playback Theater Therapy
meningkat. Komnas Anak suatu lembaga non Pemerintah yang
cukup tua dan sangat berperan dalam perlindungan anak,
mencatat kekerasan pada anak terus meningkat dari tahun ke Survei yang dilakukan oleh Kementerian Sosial, Kementerian
tahun. Pada 2010, baru ada 2.046 laporan yang masuk ke Komnas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA),
Anak, sebanyak 42 persen berupa kekerasan seksual. Lalu pada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan
2011 terdapat 2.467 laporan, kejahatan seksual dominan hingga Pusat Sta s k (BPS) dengan dukungan dari UNICEF Indonesia dan
52 persen. Pada 2012 sebanyak 2.637 laporan, 62 persennya Center for Disease Control and Preven on (CDC), menyatakan
adalah kekerasan seksual. Pada 2013 meningkat menjadi 2.676 se daknya ada 1,5 juta remaja yang mengalami kekerasan
laporan, sebanyak 54 persen juga menyangkut soal seksual. Data seksual, dan yang mengejutkan jumlah anak laki-laki yang
dari KPAI Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada mengalami kekerasan seksual kebih banyak dari anak

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

6 7
Tanda tanda bekas kekerasan pada
fisik mungkin akan menghilang Tanpa pemulihan,
ataupun sembuh, namun luka ba n anak akan menjadi
akan tetap terbawa berkepanjangan. remaja yang
Anak tumbuh menjadi remaja yang
memberontak dan
memberontak dan melawan otoritas,
melawan otoritas,
dan akhirnya menjadi orang dewasa
tumbuh sebagai
yang kejam. Potensi posi f yang
mes nya mereka miliki akan terkubur orang dewasa yang
dalam dan dak pernah muncul kejam.
sebagai berkah bagi dirinya maupun
Situasi Anak di Indonesia. 2005. Presentasi Edi Nugroho, Ph,D, DKSA. Kemensos orang lain.

Dampak dari pengalaman kekerasan pada anak dapat


perempuan, dengan perbandingan 1 dari 12 anak laki laki dan 1 dikategorikan dalam berbagai bidang: psikologis, interpersonal,
dari 19 perempuan. Data ini memperkuat dugaan bahwa jumlah dan perilaku. Beberapa gangguan hanya muncul untuk jangka
korban kekerasan yang dilaporkan hanyalah ujung gunung es dari waktu pendek dan menghilang tanpa intervensi, namun
jumlah korban sesungguhnya. sebagian besar akan bertahan hingga mereka menjadi dewasa.
Sebagian besar korban menyembunyikan pengalamannya dan
Kekerasan emosional dan fisik bahkan di berbagai daerah
dak mencari pertolongan. American Academy of Child &
dianggap hal yang lumrah, masyarakat dak mengenalinya
Adolescent Psychiatry menemukan bahwa anak anak yang
sebagai bentuk ndakan/sikap yang dapat menghancurkan masa
mengalami pelecehan seksual pada masa prasekolah namun
depan dan hidup anak. Di berbagai daerah di Indonesia, penulis
gagal teriden fikasi akan muncul menjadi anak yang sangat nakal
menemukan umpatan, makian dan nama binatang kerap kali
dan ber ndak kriminal pada saat usia 7-10 tahun ( NAPSAC,
dilontarkan oleh orang tua maupun guru kepada anak dan
2008). Laporan oleh NAPSAC menyimpulkan pen ngnya mela h
muridnya. Kata, “Anjing”, “Babi”, Alat kelamin dalam bahasa
guru Paud dan TK, orang tua dan pengasuh untuk mengenali
daerah, hingga umpatan “ma saja kau” bukan hal yang asing
gejala-gejala anak yang mengalami kekerasan dan untuk
bagi anak-anak saat mereka melakukan kesalahan. Belum lagi
memberikan intervensi sedini mungkin.
pukulan dengan selang air di punggung, tamparan di kepala,
sundutan rokok yang telah menjadi bagian dalam kehidupan Kesadaran akan rentannya anak terhadap bahaya kekerasan,
sehari hari. membuat berbagai lembaga non pemerintah melakukan

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

8 9
advokasi tentang pen ngnya perlindungan anak. Plan Indonesia, Perubahan Kedua Undang-Undang No. 23 Tahun 2002.
Wahana Visi Indonesa, Compassion, Save the Children, Church Kementrian Perempuan dan Perlindungan Anak, melalui BP3AKB
World Service, ChildFund maupun berupaya membangun kesadaran masyarakat untuk melindungi
lembaga lokal telah mengupayakan Dalam pemeriksaan di anak, mereka membuat berbagai kegiatan sosialiasi dan
berbagai strategi untuk melindungi Mapolres Kota Sukabumi, mendorong terbentuknya Pusat Pelayanan Terpadu (PPT)
anak. Plan dan Wahana Visi Emon pelaku pencabulan dise ap kota/kabupaten. Hingga tahun 2015, terbentuk 161
kepada 114 anak
mendorong dan mensupervisi mengaku pernah menjadi
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
terbentuknya Kelompok korban pencabulan saat (P2TP2A). Layanan ini mulai dikenal oleh masyarakat sehingga
Perlindungan Anak Desa di daerah dirinya kecil, tepatnya jumlah laporan meningkat dengan nggi.
dampingan mereka yang tersebar di semasa SMP. Hal ini
membuat Emon marah
seluruh Indonesia. Compassion dan melampiaskan
Sayangnya meningkatnya jumlah laporan dari masyarakat belum
mengadvokasi masyarakat dalam dengan melakukan diimbangi dengan kemampuan untuk pendampingan kepada
perlindungan anak melalui Pusat perbuatan serupa korban. Jumlah psikolog yang terbatas dan terkonsentrasi di kota
terhadap anak-anak lelaki
P e n g e m b a n g a n A n a k ( P PA ) . besar, ketrampilan dan kemampuan psikolog yang masih lemah
sebagaimana dialaminya
Lembaga-lembaga itu juga waktu itu. dalam melakukan terapi membuat proses pemulihan anak masih
mendampingi pemerintah daerah fokus.news.viva.co.id/ne jauh dari harapan. Implikasinya, banyak PPT dan lembaga
untuk memiliki standar kota ramah ws/ perlindungan anak hanya mengkonsentrasikan energinya
read/501731
anak, dengan merin s untuk menghukum pelaku namun kurang memberi perha an
Desa/Kampung Ramah Anak. Ada korban yang akan dalam pemulihan pada korban. Padahal jika korban dak
membalas tepat seper dipulihkan, mereka akan membawa luka di dalam ba n mereka,
Realita yang ada di masyarakat dan pengalaman trauma k dan suatu saat nan dak mustahil mereka akan menjadi pelaku.
mereka. Ada yang akan
advokasi oleh ak vis hak anak, tumbuh menjadi orang Baikuni alias Babe yang mensodomi dan memu liasi 12 anak di
membuat Pemerintah Indonesia yang pendiam dan Kemayoran, Robot Gedhek yang membunuh 6 anak, Redi yang
semakin menyadari urgensinya menutup diri. Ada yang melakukan sodomi pada 10 anak di Yogyakarta, maupun Sentot
akan menjadi pekerja
untuk melindungi anak. Pemerintah keras namun kejam.
Yuniarto di Kediri, semuanya pernah mengalami kekerasan di
membuat regulasi untuk Dampak jangka panjang masa kecilnya. Tanpa pemulihan, para korban berpotensi besar
melindungi anak dengan Undang- dapat beragam, tapi untuk menjadi pelaku, akibatnya tercipta suatu lingkaran
Undang No. 35 Tahun 2014 dan semuanya jauh dari kekerasan yang semakin membesar. Seper yang dikatakan
kesejahteraan. Yehuda-
d i p e r ku at d e n ga n Pe rat u ra n Trea ng Trauma Survivor Richard Rohr, Luka ba n yang dak disembuhkan akan
Pemerintah Penggan Undang- with PTSD. ditularkan.
Undang No. 1 Tahun 2016 tentang

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

10 11
nega f yang melekat pada emosi itu dapat dihilangkan atau
dikurangi.

Jika korban menangis segera berikan ssue


BENAR DAN SALAH DALAM MENDAMPINGI Salah, menangis dibutuhkan oleh semua orang yang sedang
KORBAN KEKERASAN dalam masalah emosional. Pemberian ssue akan diar kan oleh
korban bahwa dia harus menghen kan tangisnya, padahal dia
masih membutuhkan waktu untuk melepaskan emosinya.
Dalam mendampingi anak-anak yang menjadi korban kekerasan,
dak ada benar dan salah yang mutlak. Berbagai aspek dan faktor Pemberi terapi psikologis haruslah psikolog
berkontribusi dalam pemulihan mereka, suatu pemulihan psikis Benar, terapi untuk pemasalahan klinis, seper Post Trauma c
bagaikan suatu karya seni, cocok untuk seseorang namun dak Stress Disorder ataupun gangguan Depresi sebaiknya dilakukan
tepat untuk orang lain. Namun, secara umum ada garis besar oleh psikolog klinis yang memiliki surat ijin praktek. Namun pada
yang dapat diperha kan: realitanya jumlah psikolog klinis yang memiliki kemampuan
untuk memberikan terapi masih sangat terbatas, sehingga
Anak korban kekerasan akan tumbuh menjadi pelaku sarjana psikologi ataupun konselor yang telah mengiku
kekerasan pela han dan pengalaman dan ser fikasi suatu terapi dapat
Benar, sebagian anak yang dilecehkan memiliki kemungkinan melakukannya.
yang lebih besar untuk mengulangi siklus kekerasan saat mereka
menjadi orang dewasa. Namun ada juga korban pelecehan yang Intervensi cukup ditujukan pada korban
kemudian memiliki mo vasi yang kuat untuk melindungi anak- Salah, keluarga, lingkungan rumah dan sekolah perlu dilibatkan
anak dan menjadi orang tua yang sangat baik. dalam bantuan psikososial bagi korban. Kerapkali penyintas
menjadi olok olokan disekolah dan lingkungan rumahnya.
Korban perlu bercerita agar lega Ketegasan pihak sekolah maupun keterlibatan lingkungan sekitar
Benar, korban akan nyaman jika dapat bercerita, namun akan membantu kecepatan pemulihan korban.
membutuhkan waktu, tempat, media dan cara yang tepat.
Jikapenyintas dipaksa untuk bercerita padahal ia belum siap, Dengan menggambar maka korban akan sembuh dari
atau diajak bercerita namun dak dilakukan stabilisasi, maka ia traumanya
dapat mengalami gangguan psikis yang lebih parah. Benar, sama seper orang dewasa yang butuh curhat,
menggambar dapat menjadi media bagi anak untuk curhat
Terapi bertujuan untuk melupakan kejadian trauma mengekspresikan perasaannya. Namun ak vitas yang hanya
Salah, ingatan trauma s dak dapat dilupakan, namun emosi sekedar menggambar kejadian trauma k, dapat membuat

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

12 13
korban mengalami trauma berulang. Pendamping perlu
melakukan opening dan closing yang tepat agar ak vitas
menggambar dak memperburuk kondisi korban.

Dibutuhkan 2 hingga 3 sesi terapi untuk sembuh dari Trauma


Benar, untuk gangguan trauma yang disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas atau bencana alam, kerapkali 1-2 pertemuan terapi Eye
Movement Disensi za on and Reprocessing (EMDR) atau
Observed and Experien al Integra on (OEI) cukup memberikan
“Childhood should be carefree,
hasil yang mengesankan. Namun untuk pengalaman trauma k playing in the sun;
karena kekerasan seksual atau kekerasan fisik bertahun tahun
dalam keluarga, membutuhkan belasan sesi terapi. not living a nightmare
Suatu terapi psikologis cocok untuk semua korban in the darkness of the soul.”
Salah, dak ada suatu pendekatan terapiu k yang cocok untuk
Dave Pelzer, A Child Called “It”
semua orang dan semua jenis penyebab trauma.
Psikolog /konselor perlu memper mbangkan budaya,
kepribadian, kondisi kesehatan (tekanan darah, riwayat jantung),
riwayat psikosis, dan kemampuan memahami dalam memilih
suatu terapi.

Perlu psikoedukasi bagi keluarga korban


Benar, kerapkali perasaan bersalah maupun cinta orang tua
terhadap korban membuat kondisi korban memburuk. Orang tua
kerap menjadi overprotected dan memanjakan korban. Sikap ini
membuat anak mengembangkan perilaku nega f, misal marah
dak terkendali jika keinginannya dak dituru , menolak
mengiku aturan dan perilaku nega f lainnya.

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

14
4
BENTUK KEKERASAN

Membangun kedekatan dengan anak sebelum melakukan intervensi

A da beberapa bentuk kekerasan pada anak, yakni


kekerasan fisik, kekerasan emosional dan kekerasan
seksual. Kekerasan fisik dan emosional, hampir selalu
disertai dengan kekerasan emosional. Meski beragam, tetapi
ada kesamaan mendasar yakni berdampak nega f bagi hidup
· Mengatakan kepada anak bahwa ia " dak berharga,"
"pembawa sial" atau "kutukan."

2. Kekerasan Fisik
dan masa depan anak. Kekerasan fisik melipu ndakan yang membuat kerusakan pada
tubuh atau cedera pada anggota badan anak. Kadang cidera
1. Kekerasan Emosional ataupun luka adalah hasil dari ndakan yang disengaja, namun
Umpatan kasar dan sebutan binatang yang ditujukan kepada kadang ndakan yang spontan/ dak disengaja. Kisah Arie
anak maupun ancaman verbal memang dak memberikan luka Hanggara di era tahun 1980 an atau Angeline di Bali pada tahun
dan dak akan mematahkan tulang, namun dapat memberikan 2015 menunjukkan kekerasan fisik yang brutal kepada anak.
kerusakan emosi yang parah bagi kesehatan mental dan Kekerasan fisik dapat diakibatkan karena orang tua pemabuk,
perkembangan sosial anak. orang tua dengan gangguan kepribadian namun bisa juga karena
Berbagai contohnya: hasil dari disiplin berat, seper menggunakan rotan atau ikat
· Secara terus menerus meremehkan dan mempermalukan pinggang untuk menghukum anak. Banyak orang tua yang
anak misalnya umpatan “dasar anak bodoh”, “goblok”, menghukum secara fisik menyatakan bahwa ndakan mereka
dan sejenisnya. hanyalah bentuk disiplin, cara untuk membuat anak-anak belajar
· Memanggil anak dengan sebutan yang merendahkan untuk berperilaku yang baik. Mereka dak menyadari bahwa
misalnya (anjing, babi, monyet dan sejenisnya). prinsip mendisiplinkan anak adalah secara konsisten mengajari

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

16 17
anak, hal yang benar dari yang salah, bukan membuat anak hidup membuat anak-anak sulit untuk bertumbuh. Mereka khawa r
dalam ketakutan. bahwa orang lain dak akan percaya mereka, akan marah dengan
mereka, atau bahwa laporan yang mereka lakukan akan
3. Kekerasan Seksual mempermalukan keluarga, membuat keluarga berkonflik dan
Kekerasan seksual pada anak adalah bentuk yang paling lain sebagainya.
kompleks dari kekerasan karena berbagai perasaan yang berbaur
pada korbannya, rasa marah, benci, bersalah, membutuhkan
dan malu menjadi satu(Levine & Klien, 2007). Berbagai berita
pelecehan seksual yang muncul di media, telah
menggoncangkan masyarakat, misalnya kasus Y di Bengkulu yang
diperkosa oleh 14 pemabuk atau kasus KH di Pemalang pada
bulan Mei 2016. Ada banyak kasus pelecehan yang mengerikan
secara psikologis, karena pelakunya adalah orang-orang yang
seharusnya melindungi dan menjadi teladan bagi anak-anak.
Beberapa kasus yang didampingi CTR pada tahun 2014-2015,
melibatkan pelaku ustad, pendeta bahkan orang tua kandung.

Anak-anak yang menjadi korban mengalami kebingungan yang


luar biasa, perasaan malu, marah dan takut menjadi satu.
Mereka kehilangan rasa amannya dalam melanjutkan hidup.
Kejadian yang mereka alami membuat mereka memahami dunia
secara nega f, “ dak ada sesuatu/seseorangpun yang layak Mekanisme Pendampingan Kasus Kekerasan Anak – Kab. Timor Tengah Selatan
dipercaya di dunia ini. Belum lagi, s gma dari lingkungan yang
menyalahkan mereka karena mereka dianggap telah berperilaku Selain ga jenis kekerasan diatas, ada bentuk kekerasan lain yang
menggoda sehingga seorang ustadz atau pendeta melakukan lebih halus yakni penelantaran. Penelantaran dapat terjadi
pelecehan seksual. karena orang tua yang dak bertanggungjawab, pecandu
minuman keras-narkoba ataupun karena situasi kemiskinan yang
Anak akan tersiksa oleh rasa malu dan rasa bersalah. Sebagian luar biasa. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan
dari mereka merasa bertanggung jawab atas kejadian pelecehan terdapat se daknya 4,1 juta anak terlantar di Indonesia atau
yang dialami. Hal ini dapat menyebabkan membenci diri sendiri 4.8% dari jumlah anak Indonesia.Sebagian telah nggal di
dan memiliki masalah seksual dan kein man pada saat mereka Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak/Pan Sosial Asuhan Anak
tumbuh dewasa. Perasaan malu akibat pelecehan seksual (www.tribunnews.com/tribunners/2016/02/03). Meski pelaku

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

18 19
penelantaran, dak selalu melakukan kekerasan, namun mereka
menempatkan anak dalam situasi rentan terhadap kekerasan
fisik, emosi dan seksual, serta rentan menjadi korban trafficking.
Di Indonesia penelantaran kerap terjadi karena faktor
kemiskinan, di daerah yang kering dan lapangan kerja terbatas,
orang tua pergi merantau ke kota besar. Anak diasuh oleh nenek
ataupun saudara jauh, mereka dak mendapatkan s mulasi yang
cukup untuk tumbuh kembang dan kerap menjadi sasaran
kekerasan fisik. Pada masyarakat perkotaan, tekanan ekonomi "Just because the scars
membuat orang tua membiarkan anak ada dijalan, tanpa
memberikan perha an dan pemenuhan kebutuhan dasar.
have healed,
doesn't mean that the pain has."
Rasheed Bryant

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

20
6
lain? Kekerasan oleh orang tua merusak pondasi rasa
aman seorang anak (Levine & Kliene, 2007). Pendamping
DAMPAK KEKERASAN ataupun konselor secara perlahan membangun
kepercayaan anak kepada orang lain, menjadi seseorang
PADA ANAK yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis dan emosional mereka. Tanpa dasar ini, sangat
sulit bagi anak untuk mempercayai orang atau tahu siapa
yang dapat dipercaya. Pada suatu kasus kekerasan seksual
di Semarang , CTR berjuang keras membangun
kepercayaan seorang anak yang menjadi korban kekerasan
seksual dari ayah kandungnya. Korban sulit mempercayai
pendamping dari CTR, karena ia telah mengalami bahwa
ayahnya sendiripun dak bisa ia percaya.

S emua jenis kekerasan pada anak meninggalkan bekas


abadi. Beberapa bekas luka ini mungkin secara fisik
memudar, tetapi luka emosional memiliki efek jangka
panjang sepanjang hidup. Citra diri anak terganggu, kemampuan
mereka untuk memiliki hubungan yang sehat menurun,
terhambatnya kemampuan untuk berfungsi di rumah, tempat
kerja dan sekolah. Anak yang mengalami kekerasan akan
mengalami berbagai kesulitan dan masalah dalam hidupnya

· Kesulitan dalam membangun hubungan dan sulit


mempercayai orang lain. Anak yang menjadi korban
kekerasan oleh orang tuanya, menjadi dak percaya
kepada mereka. Jika anak dak dapat mempercayai orang
tuanya, siapa lagi yang akan ia percayai? Kekerasan apalagi
kekerasan seksual oleh orang tua atau keluarga dekat,
menghancurkan rasa aman pada anak. Jika penjaga
mereka sendiri melakukan kekerasan pada mereka,
bagaimana mungkin mereka bisa mempercayai orang Kelas Playback Theater Therapy

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

22 23
· Perasaan menjadi " dak berguna" atau pikiran bahwa mereka menjadi tempat tak terduga, tempat menakutkan
hidup mereka " dak berar ." Jika anak dimaki terus dengan aturan yang dak jelas.
menerus dan dikatakan sebagai anak yang bodoh atau
anak haram, ataupun umpatan lain. Mereka akan sangat Ada cukup banyak peneli an ilmiah yang mengkaji hubungan
sulit untuk mengabaikannya, karena perkataan terus antara trauma masa kecil dan dampaknya pada kesehatan saat
menerus dari orang yang mereka percayai akan masuk korban menjadi dewasa. Hasil peneli an menemukan bahwa
dalam bawah sadar mereka, dan menjadi keyakinan kekerasan pada masa kecil memberikan kontribusi untuk
mereka. Mereka tumbuh dengan sikap mudah menyerah, masalah depresi, gangguan kecemasan, kecanduan, gangguan
dak memperjuangkan hak mereka, dak mengupayakan kepribadian (Spila, Makara, Kozak, & Urbanska, 2008) gangguan
pendidikan yang lebih nggi bahkan menjadi lebih rentan makan, gangguan seksual dan perilaku bunuh diri (Draper dkk.,
untuk menjadi korban kekerasan lagi. 2008). Sebuah studi oleh Palmer, Brown, Rae-Grant, & Loughin
(2001) pada 384 korban pelecehan anak-anak menemukan
· Kesulitan mengelola emosi. Anak yang menjadi korban bahwa korban pelecehan anak cenderung menjadi depresi,
kekerasan kesulitan untuk mengekspresikan emosinya memiliki harga diri yang rendah, dan memiliki masalah dengan
dengan tepat. Sebagian emosional dan emosinya naik perannya dalam keluarga. Sebuah peneli an lain menemukan
turun se ap saat, sebagian lain tertutup dan pendiam, bahwa hampir 76% orang dewasa yang pernah mengalami
namun kemudian marah meledak. Mereka kemudian akan kekerasan fisik dan ditelantarkan, se daknya memiliki satu
rentan dalam penyalahgunaan minuman keras dan gangguan kejiwaan dan hampir 50% memiliki ga atau lebih
narkoba. Seorang remaja perempuan yang menjalani gangguan kejiwaan (Harper dkk, 2007). Orang dewasa dengan
terapi karena perilaku emosional dan distruk f yang kerap masa lalu pengalaman pelecehan akan lebih sering memiliki
kali ia lakukan di sekolah, akhirnya menceritakan
masalah kesehatan daripada mereka yang dak mengalami
pengalaman dipukul oleh ayahnya selama bertahun
pelecehan (Draper dkk., 2008).
tahun, ayahnya menolaknya dan sangat menginginkan
anak laki-laki. Dampak jangka panjang dari kekerasan anak sangat luas;
beberapa peneli an telah menunjukkan bahwa, tanpa dukungan
· Ketakutan dan Kebingungan. Anak-anak membangun rasa
dan intervensi yang tepat, efek dari kekerasan masa kanak-kanak
aman dari keteraturan, struktur, batas yang jelas, dan
dapat berlangsung seumur hidup. (Draper dkk, 2008) Dampak
pemikiran bahwa orang tua mereka menjagai mereka.
dari kekerasan terhadap anak dak akan berakhir ke ka ndak
Pada kekerasan yang dilakukan orang tua atau pengasuh,
kekerasan berhen . Hidup mereka akan menjadi berantakan dan
anak menjadi kesulitan untuk memprediksi bagaimana
berbagai kekacauan mental maupun masalah kesehatan akan
orang tua mereka akan ber ndak, apakah mereka akan
datang silih bergan .
dipuji atau dipukul, akibatnya mereka melihat dunia

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

24 25
Lebih dari dua puluh peneli an telah menunjukkan dampak
nega f dari kekerasan dan penelantaran anak terhadap
kesehatan mental, antara lain :
· depresi
· gangguan kecemasan
· harga diri yang rendah
· perilaku agresif
· usaha bunuh diri
· gangguan makan
“Psychological trauma
· penggunaan obat-obatan terlarang
· penyalahgunaan alkohol
may leave a visible trace in
· stres pasca -trauma a child's brain”
· dissosiasi
· gangguan seksual
Dr. Victor Carrion.
· gangguan kepribadian
Stanford University School of Medicine

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

26
*
korteks atau bagian berpikir, sistem limbic atau bagian emosi
dan batang otak atau otak rep le. Sistem limbic adalah bagian
otak yang kerap disebut sebagai bagian emosi, karena
NEUROPSIKOLOGI peranannya dalam regulasi emosi. Pada bagian dari sistem limbic
TRAUMA terdapat bagian otak yang disebut dengam amygdala sebagai
kontrol emosi dan hippocampus yang berperan untuk
KARENA KEKERASAN memproses dan menyimpan ingatan

S istem saraf manusia memiliki berbagai fungsi yang pen ng,


antara lain adalah kapasitas untuk mengenali dan
menghindari bahaya, membentuk kelekatan, belajar dari
pengalaman, kesadaran diri, mengenali dan mengekspresikan
emosi, bekerja sama, menahan atau menunda respon,
menghasilkan dan memilih strategi untuk ber ndak, dan
berkomunikasi secara sosial. Pelemahan jaringan otak dan saraf
dapat menghambat salah satu atau semua bagian otak yang
bertanggungjawab untuk fungsi diatas. Studi tentang trauma http://www.kenburnett.com/Blog26EmotionalBrain.html
menunjukkan bahwa trauma mengubah fungsi neurologis dari
otak (De Bellis, Baum dkk., 1999). Pengalaman trauma s tunggal Peneli an menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa yang
dapat mengubah fungsi otak, apalagi jika seorang anak nggal pernah mengalami kekerasan pada masa kecil akan merespon
dalam keluarga yang melakukan kekerasan selama bertahun secara berlebihan terhadap hal-hal yang sepele. Mereka
tahun, perubahan biokimia dapat terjadi sehingga menghambat menjadi orang yang reak f, mudah terganggu oleh hal-hal yang
sistem otak (Stein & Kendall, 2004). Neuropsikologi trauma sederhana, mudah marah untuk masalah kecil. Sikap reak f
diperlukan oleh kita untuk memahami gejala dan gangguan yang terjadi akibat penurunan fungsi lobus frontal. Lobus frontal
muncul paska pengalaman kekerasan dan memahami cara kerja adalah bagian otak yang bertanggungjawab untuk berpikir dan
dan dinamika berbagai proses pendekatan dan terapi.Secara memproses informasi secara terstruktur. Dan mengalami
sederhana otak dapat dibagi dalam ga bagian utama, yakni peningkatan padasistem limbik, khususnya bagian amigdala yang

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

28 29
terkait dengan perilaku impulsif (Streeck - Fischer & van der Kolk, atau otak emosi setelah mengalami kekerasan fisik, 49% setelah
2000). pelecehan seksual, dan 113% setelah mengalami kekerasan fisik
dan emosi (diku p dalam Streeck-Fischer & van der Kolk, 2000).
Penurunan Ak vitas Korteks Dampak sensi fitas sistem limbic adalah ak fnya amigdala
Ke ka anak-anak merasa terancam, maka otak memutus secara terus menerus, halinilah yang menjadi penyebab dari
mekanisme normal penyampaian informasi, supaya dapat gangguan yang sering disebut dengan Post Trauma Stess
mengambil ndakan yang cepat untuk mengatasi ancaman. Pola Disorder.
informasi yang harusnya disalurkan ke korteks, langsung di
bypass atau dipotong ke amydala. Akibatnya bagian korteks, Penurunan Volume Hipokampus
khususnya lobus frontal menjadi dak berkembang. Hippocampus berperan untuk memproses informasi, khususnya
ingatan jangka pendek. Hippocampus rentan terhadap hormon
Meningkatnya Sensi fitas Sistem Limbic stress yang dikeluarkan oleh ak vasi amigdala. Ke ka hormon
Sistem limbik sering disebut sebagai 'otak emosional'. Dia tersebut mencapai ngkat yang nggi, mengganggu ak vitas
mengontrol berbagai emosi dasar dan ins nk untuk bertahan hippocampus hingga kehilangan kemampuan untuk berfungsi
hidup. Sistem limbik menentukan kapan perlu respon melawan dengan baik. Dampaknya kemampuan otak untuk mengenali
(fight), lari (flight) atau membeku (freeze). Sebuah studi oleh apakah suatu ancaman nyata atau dak, masalah serius atau
Teicher dkk (1993) menemukan peningkatan 38% kelainan limbik sepele, bahaya atau sekedar lelucon menjadi hilang karena
informasi dak mencapai korteks (Breslau, 2001).

Peneli an menunjukkan bahwa stres yang ekstrim membuat


terjadinya peningkatan kadar kor sol yang dapat menyebabkan
penurunan volume hipokampus. Penurunan volume
hipokampus telah dikaitkan dengan menurunnya fungsi memori
dan membuat risiko lebih besar untuk terkena gejala PTSD
(Danese, Pariante, Caspi, Taylor & Poulton, 2006)

Dampak Terhadap Otak Kiri dan Kanan


Sebuah studi oleh McLean (2000 ) menemukan bahwa anak-anak
dengan pengalaman kekerasan akan dua kali lebih besar
kemungkinannya untuk memiliki electroencephalograms yang
abnormal daripada anak tanpa pengalaman kekerasan.
Pendampingan terhadap anak Peneli an Mclean menunjukkan masalah pada belahan otak kiri

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

30 31
khususnya pada bagian yang mengendalikan bahasa pada pasien Perubahan Neuro-Endokrin
pelecehan, dan terjadi hyperak vasi pada belahan otak kanan Pengaruh stress yang terjadi pada masa pertumbuhan otak yakni
yang terkait dengan imajinasi ancaman. Pada korban yang pada masa kanak kanak, akan berdampak pada neeruoendokrin.
mengalami kekerasan fisik selama bertahun tahun, terjadi Riset menunjukkan bahwa otak anak-anak yang dilecehkan akan
penurunan ak vitas sangat besar pada area broca suatu bagian bereaksi dan beradaptasi dengan situasi yang mengancam
otak yang bertanggungjawab untuk bahasa. Seorang anak usia 4 dengan secara perlahan mengubah pola endokrine. Sistem
tahun di daerah Demak diperkosa oleh tetangganya berusia 15 neuro-endokrin mengacu pada sistem interaksi antara otak /
tahun. Tiga tahun kemudian anak tersebut dirujuk ke CTR karena sistem saraf dan hormon dalam tubuh. Sistem ini membantu
mengalami hambatan dalam bahasa. Hasil tes menunjukkan mengatur suasana ha , respon terhadap stres, sistem kekebalan
bahwa anak ini memiliki kemampuan yang baik dalam angka dan tubuh, dan pencernaan. Se ap gangguan terhadap sistem neuro-
ruang, namun kemampuan perbendaharaan kata yang sangat endokrin mempengaruhi berbagai fungsi psikologis dan fisiologis
buruk. Anak itu menjadi korban kekerasan pada usia 4 tahun, dasar.Melalui perubahan inilah, suatu kejadian kekerasan akan
padahal usia 4 hingga 6 tahun, adalah waktu bagi pengembangan berdampak panjang diwariskan dari generasi ke generasi.
area broca, yang berperan dalam kemampuan bahasa.
Dampak pada Kelenjar Tiroid
Corpus Callosum yang Lebih Kecil Studi yang dilakukan oleh McLean (2000) telah menemukan
Corpus callosum adalah bagian otak yang menghubungkan dua bahwa penelantaran menurunkan produksi hormon roid. Hal ini
belahan otak kanan dan kiri. Sejumlah peneli an telah dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, karena
menemukan bahwa corpus callosum anak-anak yang dilecehkan kelenjar roid memproduksi hormon yang berperan dalam
lebih kecil dibandingkan pada anak-anak yang dak mengalami mengatur metabolisme tubuh.
pelecehan (De Bellis dkk,
1999). Mereka menyatakan Kekerasan pada anak, dak hanya Dampak Terhadap Ekspresi Gen
corpus callosum yang lebih memberikan bekas memar pada
Sebuah peneli an yang dipimpin oleh Michael Meaney dari
ke c i l m e n g a r a h ke p a d a Mental Health Universitas Ins tute di Montreal meneli bagian
tubuh atau kenangan mengerikan,
lemahnya integrasi kedua dari hippocampus, yang berhubungan dengan fungsi memori,
namun juga merusak struktur otak
belahan otak. Hal inilah yang pada anak-anak yang mengalami pelecehan (Harper dkk, 2008).
anak: hippocampus menyusut,
dapat menyebabkan Mereka menemukan sebuah gen - NR3CI, diak an pada orang
corpus callosum mengecil, area yang telah mengalami pelecehan. Mereka memiliki ngkat lebih
perubahan drama s dalam
broca menjadi pasif, system rendah dari ekspresi gen untuk reseptor glukokor koid (kor sol),
suasana ha atau
kepribadian. endokrine berubah yang sangat pen ng untuk jalur respon stres. Anak-anak yang
mengalami pelecehan di awal usia mereka akan dibanjiri hormon

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

32 33
stres seper adrenalin dan kor sol, yang berdampak pada
perkembangan otak dan metode regulasi stres. Hal ini pada
gilirannya berdampak pada hippocampus, dan area lain yang
mengontrol perasaan. Implikasinya pada saat dewasa akan lebih
cenderung mudah depresi, memiliki kesulitan dalam
mengendalikan kemarahan dan emosi, dan rentan terhadap
menyaki diri, kecemasan dan bunuh diri (Harper dkk, 2008).
“There are far too many
silent sufferers.
Not because they don't yearn
to reach out,
but because they've tried
and found no one who cares.”
Richelle E. Goodrich

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

34
penelantaran anak, kita dapat mengenali masalah sedini

8
mungkin dan membawa anak maupun pelaku untuk
mendapatkan bantuan yang tepat.
TANDA,
Namun, jika kita melihat tanda-tanda yang di bawah maka dak
GANGGUAN secara otoma s seorang anak pas mengalami kekerasan. Sangat
DAN PENGUKURANNYA pen ng untuk menggali lebih dalam, mencari pola perilaku dan
gejala dari korban.

Tanda-Tanda Pada Anak Yang Mengalami Kekerasan


Kekerasan yang dialami oleh anak-anak akan mereka munculkan
dalam perilaku, emosi dan pemikiran mereka. Beberapa anak
menunjukkan tanda atau gejala dengan sangat menyolok,
misalnya perilaku agresif, menyaki diri sendiri, bekas memar,

P ada anak anak yang beranjak puber, untuk melaporkan namun terkadang ada anak yang menunjukan gejala yang secara
kejadian kekerasan seksual yang mereka alami budaya dianggap baik atau posi f, misalnya menunjukan sikap
membutuhkan keberanian ekstra. Sehingga jika ada mudah akrab dengan orang asing dan melakukan sesuatu posi f
seorang anak bercerita, maka kita harus merespon dengan untuk mencari perha an. Kita perlu mengama dan berbicara
sangat serius. Meski tuduhan palsu tentang pelecehan seksual
bisa saja terjadi, namun sangat jarang. Seorang ayah
menceritakan penyesalannya kepada kami, karena anaknya yang
berusia 8 tahun pernah menolak untuk berangkat kegiatan
agama dan mengatakan bahwa pembimbing agama menyentuh
bagian pribadi dari tubuhnya. Namun ia dak mempercayainya,
ia menganggap anaknya malas untuk belajar agama. Dua bulan
kemudian terungkap, pembimbing agama di desanya melakukan
pelecehan seksual kepada beberapa anak, termasuk anaknya.

Semakin awal suatu kekerasan ataupun penelantaran terungkap,


maka akan semakin baik kemungkinannya untuk mendapatkan
intervensi yang tepat dan dipulihkan. Dengan mengenali
beberapa tanda-tanda umum dari korban kekerasan dan Alat bermain adalah harta bagi anak-anak

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

36 37
dengan orang tua atau pendamping anak untuk menggali
lihat ini", katanya. "Kau mengatakan hal yang sama hari Senin kemarin.
informasi apakah suatu perilaku muncul berlebihan, kapan mulai Kau ingat?". Cepat-cepat aku gan ceritaku, "Aku sedang main bisbol,
muncul dan bagaimana polanya. lalu pemukulnya mengenai aku. Tidak sengaja, kok".Selanjutnya,
perawat itu membuka mulutku untuk memeriksa gigi-gigiku yang patah
Di bawah ini adalah beberapa tanda atau gejala dari anak yang akibat terbentur pinggiran bak pencuci piring. Ia menuliskan beberapa
catatan lagi di kertas clipboard-nya. Kemudian ia memeriksa lagi seluruh
mengalami kekerasan: tubuhku, lalu berhen di luka sobek yang sudah lama di bagian perutku.
"Yang itu," katanya dengan nada suara agak tertahan, "luka akibat
Tanda-tanda dari anak yang mengalami kekerasan emosional: tusukan oleh ibumu, bukan?""Ya, Bu", jawabku. "Astaga!" aku tersentak
· Mudah sekali akrab dan sayang terhadap orang asing atau dalam ha , "aku melakukan kesalahan... lagi" .
Dave Pelzer, A Child called IT
orang-orang yang baru saja mereka kenal (pada anak pra
sekolah).
· Agresif atau jahat terhadap anak-anak dan hewan lainnya. Tanda-tanda dari anak yang mengalami kekerasan fisik :
· Ketakutan, atau rasa cemas berlebihan jika melakukan · Sering mengalami cedera atau memar, ada bekas luka.
sesuatu yang salah. · Anak selalu waspada dan "sangat ha ha ", seolah
· Menunjukkan perilaku yang ekstrim (sangat patuh atau menunggu sesuatu yang buruk yang akan terjadi.
sangat menuntut; sangat pasif atau sangat agresif). · Ada bekas memar atau cidera dengan pola tertentu
· Tidak menunjukkanperilaku melekat pada orang tua atau seper bekas tangan, sundutan rokok, bekas gigitan atau
pengasuh. cakaran atau bekas goresan sabuk.
· T in d a ka n ya n g d a k tep at u nt u k u s ia m ereka · Menolak sentuhan, kadang-kadang melakukan gerakan
(mengggoyang goyang badan berulang ulang, mengisap tersentak ba- ba.
ibu jari, marah berlebihan). · Mengekspresikan takut untuk pulang ke rumah/berangkat
· Mengalami masalah dalam ketrampilan sosial. sekolah.
· Mengeluhkan berbagai permasalahan psikosoma s (sakit · Menutupi bekas luka atau menyamarkan bekas luka agar
kepala, gangguan asam lambung, daire). dak dikenali orang lain.
· Sangat mudah mengeluh dan protes atau sebaliknya · Mengalami masalah dur, mimpi buruk.
sangat pendiam dan tertutup · Menarik diri dan membolos.

"Bagian atas matamu kenapa?" ia bertanya. Agak canggung, aku Tanda tanda dari anak yang mengalami penelantaran:
menunduk sambil menjawab, "Oh, itu terbentur pintu... Tidak · Pakaian yang dak pas, kotor, rusak atau dak pantas.
sengaja".Perawat sekolah itu tersenyum lagi, lalu mengambil clipboard · Kebersihannya buruk, rambut kusut berbau, dak mandi
dari atas lemari arsip. Ia membalik selembar atau dua lembar kertas, lalu
dan badan berbau.
menunduk dan menunjukkan padaku tulisan di halaman kertas itu. "Coba
· Penyakit yang dak dioba dan luka fisik yang dibiarkan.

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

38 39
· Sering tanpa pengawasan atau dibiarkan saja atau pada anak yang mengalami pelecehan seksual ke ka ia masih
diizinkan untuk bermain dalam situasi yang dak aman balita, kerap dak menunjukkan gejala gangguan psikologis
dan waktu yang dak tepat. karena kemampuannya untuk memahami belum berkembang
· Sering terlambat atau menghilang dari sekolah. sepenuhnya. Namun pada saat ia memasuki remaja, ia akan
mengalami kerentanan untuk mengalami gangguan karena
Tanda tanda dari anak yang mengalami pelecehan ataupun kemampuan pemahamannya sudah sempurna. Seorang korban
kekerasan seksual: yang didampingi oleh CTR, mengalami pelecehan seksual oleh
· Kesulitan dalam berjalan atau duduk. saudara kandungnya pada saat ia di Sekolah Dasar, saat itu ia
· Mengeluhkan alat vitalnya sakit. dak menunjukkan adanya masalah psikologis karena ia belum
· Adanya penyakit menular seksual memahami makna pelecehan. Pada saat ia remaja, ia membaca
· Menunjukkan pengetahuan atau minat pada sesuatu yang berita tentang pelecehan seksual, ia teringat dengan
terkait dengan seksual namun dak sesuai dengan pengalamannya sendiri dan menyadari bahwa ia adalah korban
usianya. pelecehan. Ia terguncang dan mengalami depresi.
· Berupaya keras meghindari seseorang tanpa alasan yang
jelas. Gangguan Kesehatan Mental
· Ber ndak dalam cara seksual yang dak pantas dengan Gangguan kesehatan mental yang kerap muncul terkait dengan
mainan atau benda. kejadian trauma k adalah Post Trauma k Stres Disorder (PTSD),
· Mengalami masalah dur, mimpi buruk, menangis dan Depresi, Gangguan Kecemasan, Gangguan Kepribadian,
menjerit dalam dur. Gangguan Kelekatan dan Perilaku Kecanduan. Korban dapat
· Mengalami perubahan kepribadian, suasana ha mudah memunculkan satu gangguan, namun dapat juga beberapa
berubah. sekaligus (komorbid).
· Mengalami regresi, misalnya menjadi mengompol lagi.
· Marah yang tak terkendali. 1. Post Trauma k Stress Disorder (PTSD), gangguan yang
· Perubahan kebiasaan makan, menjadi lebih sulit makan paling sering terjadi yang mbul akibat mengalami
atau sebaliknya. peris wa trauma s. Gejala PTSD pada anak-anak dan
· Mengucapkan kata-kata yang hanya diucapkan orang orang dewasa serupa dalam banyak hal. Namun, ada
dewasa tentang bagian tubuh tertentu. s e d i k i t p e r b e d a a n , a n a k- a n a k m e m u n c u l ka n
· Menyaki diri sendiri (menyayat anggota tubuh, “Permainan Pengalaman”, yakni mereka akan
membakar diri atau kegiatan berbahaya lainnya. mengulang pengalaman trauma mereka melalui
permainan dan anak-anak akan memiliki mimpi-mimpi
Terkadang suatu gejala psikologis dak muncul, namun menjadi yang menakutkan tanpa dikenali kontennya (berlawanan
suatu bentuk delay trauma trauma yang tertunda. Khususnya dengan orang dewasa, yang lebih mungkin untuk

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

40 41
memiliki impian yang spesifik dari kejadian trauma). berak vitas, dan gangguan pola dur dan gangguan
Seper orang dewasa, anak-anak dengan PTSD makan. Depresi berat biasanya akan diiku oleh
menghindari pengingatan trauma secara langsung dan keinginan untuk bunuh diri. Depresi banyak dialami oleh
dapat mengembangkan kesulitan perilaku lekat. Juga, korban kekerasan seksual. Beberapa gangguan depresi
seper yang dilakukan orang dewasa mereka sering yang ditemukan oleh penulis adalah ganguan depresi
mengembangkan gejala hyperarousal, peningkatan tertunda. Gangguan depresi muncul setelah belasan
kemarahan dan agresi. Anak-anak yang menyaksikan tahun paska kejadian. Seorang mahasiswi menunjukkan
pembunuhan orang tuanya 100% ditemukan memiliki gejala depresi setelah mengiku suatu pembahasan
PTSD. Terry melaporkan 100% dari anak-anak yang tentang pelecehan seksual, dan menyadari
terlibat dalam penculikan menunjukkan gangguan pengalamannya saat usia 6 tahun adalah bentuk
emosional pasca trauma. Dan anak-anak yang pelecehan seksual. Gangguan depresi sangat terkait
mengalami kekerasan dalam pengasuhan di keluarga, dengan pemaknaan terhadap kejadian. Sehingga
95% ditemukan memiliki PTSD (Kilpatrick dkk. 2003). gangguan ini hampir dak pernah muncul pada anak-
Dalam studi anak-anak mengalami pelecehan seksual, anak dengan usia dibawah 8 tahun.
peneli telah melaporkan ngkat prevalensi PTSD mulai
dari 20,7% sampai 90% (Kiser dkk. 1988). Anak-anak 3. Gangguan Kecemasan, ditandai dengan perasaan cemas
juga memiliki PTSD setelah terpapar bencana alam. dan ketakutan. Ada berbagai bentuk gangguan
Namun, ngkat prevalensi cenderung jauh lebih rendah kecemasan, gangguan kecemasan umum, fobia spesifik,
dari kejadian trauma yang penyebabnya adalah gangguan kecemasan sosial, gangguan kecemasan
kekerasan oleh manusia. Dalam kajian trauma pada pemisahan, agoraphobia, dan gangguan panik.
anak-anak di pengungsian Kabanjahe karena erupsi B e b e ra p a ko r b a n m u n g k i n m e n g e m b a n g ka n
Gunung Sinabung, oleh CTR dan Direktorat Pengungsian agoraphobia dan menjadi takut untuk meninggalkan
BNPB, PTSD ditemukan 2,1%-2,5%, tergantung pada r u m a h m e re k a . ko r b a n ke ke ra s a n s e ks u a l
usia, jenis kelamin, dan lokasi pengungsian. Setelah mengembangkan gangguan dalam bentuk perilaku
Erupsi Gunung Kelud, menemukan bahwa 1.2% dari kompulsif dengan mandi berulang-ulang atau
remaja laki-laki dan 2.3% dari remaja perempuan memeriksa kunci pintu kamar ratusan kali dalam sehari.
memiliki PTSD, demikian juga pada pengungsi Lombok
Timur, menunjukkan hasil yang dak jauh berbeda. 4. Gangguan Kepribadian, melipu pikiran dan perilaku
(Kuriake, 2014). yang dak sehat dan dak fleksibel. Perilaku mereka
menyebabkan masalah serius dengan hubungan dan
2. Depresi, suatu perasaan sedih yang sangat kuat, rasa kerja. Beberapa kajian menunjukkan bahwa gangguan
lelah yang berlebihan, hilang minat dan semangat, malas kepribadian seper kepribadian borderline akibat dari

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

42 43
pengalaman pelantaran atau pelecehan seksual pada dan alkohol untuk mengalihkan perha an dari perasaan
masa anak anak. Seorang korban yang masa mudanya dan ingatan akan pelecehan atau kekerasan yang mereka
dibesarkan di pan asuhan, dan mengalami banyak alami.
pengalaman kekerasan fisik dan seksual, menjalani masa
dewasanya dengan berkali-kali berurusan dengan polisi Diagnosa dan Assessmen
karena masalah ke dakmampuan pengendalian emosi, Diagnosa dan assessmen gangguan paska kejadian trauma pada
terlibat dalam perkelahian di jalan, lingkungan rumah anak-anak perlu dilakukan dengan cermat dan ha -ha . Usia,
dan tempat kerja. Mereka memiliki hubungan buruk budaya dan gender sangat mempengaruhi ekspresi dari gejala
dengan orang lain. Orang dengan gangguan kepribadian trauma mereka. Ada berbagai alat pengukuran psikologis yang
mengalami kesulitan menyadari bahwa mereka memiliki banyak beredar dan telah diadaptasi misalnya Impact Event Scale
masalah. Bagi mereka sendiri, pikiran mereka adalah yang dikembangkan oleh Horovi z dan mnya. Impact Event
normal, dan mereka sering menyalahkan orang lain atas Scale memiliki beberapa pe yang disesuaikan dengan usia
masalah mereka. penyintas. Anxiety Disorders Interview Schedule—Revised yang
dikembangkan oleh Di Nardo dan mnya, Clinician Administered
5. Gangguan kelekatan, is lah yang luas untuk PTSD Scale (CAPS) salah satu alat ukur yang paling banyak
menggambarkan gangguan mood, perilaku, dan digunakan di seluruh dunia, namun belum ada adaptasi untuk
hubungan sosial yang mbul dari kegagalan untuk budaya Indonesia. Kita perlu cermat dalam menggunakan alat
pengukuran psikologis, yang pertama karena memperhitungkan
membentuk kelekatan normal. Kegagalan perilaku lekat
bias budaya, dan yang utama mencegah pe-label-an pada anak.
dihasilkan dari pengalaman nega f di usia dini, misalnya
penelantaran dan kekerasan. Gejala ditunjukkan dengan
Pada korban remaja, Center for Trauma Recovery (CTR) Fakultas
anak dak berusaha mencari figur atau seseorang yang Psikologi Unika Soegijapranata mengukur ga gangguan utama
memberikan kenyamanan/perlindungan saat mereka yakni PTSD, Depresi dan Gangguan Kecemasan. Meski bentuk
sedang tertekan, perilaku sosialnya lemah dan jarang pengukurannya adalah skala self report, CTR memperkuat
menunjukkan ekspresi emosi yang posi f. dengan observasi dan wawancara dengan orang dewasa yang
ada sering bersama dengan korban (Orang tua, kakak ataupun
6. Ketergantungan, peneli an menunjukkan bahwa korban guru). Pada anak-anak yang lebih kecil, assessmen atau
kekerasan 26 kali lebih besar kemungkinannya untuk pengukuran diutamakan pada wawancara dengan orang dewasa
terlibat dalam penyalahgunaan narko ka dan obat- yang sering bersama dengan anak, dan diperkuat dengan
obatan (Harper dkk, 2007). Banyak remaja dan orang pembicaraan dengan anak.
dewasa yang mengkonsumsi minuman keras dan
menjadi perokok berat, sebagai pelarian dari Pengumpulan data dari anak, dilakukan dengan berbagai cara
kecemasan mereka. Mereka menggunakan obat-obatan dan metode. Pada beberapa kasus yang melibatkan jumlah

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

44 45
korban yang banyak, misalnya kasus pelecehan seksual di
Lempongsari dengan korban 9 anak, atau kasus pelecehan
seksual di Sikka dengan korban 31 anak, atau pada bencana
erupsi Sinabung, CTR menggunakan pendekatan kelompok untuk
memperkuat data yang dikumpulkan. Anak-anak dibagi dalam
kelompok 4-6 orang, berdasarkan jenis kelamin dan
kedekatan/keakraban. Setelah proses rapport dan terbangun
suasana akrab dengan pendamping dari CTR, maka berbagai
pertanyaan diajukan melalui bentuk permainan. Assisten None so deaf as those
pendamping akan mencatat dan mengama jawaban dan reaksi
dari anak-anak. Hasil pengamatan asisten pendamping
that will not hear.
digunakan untuk melakukan penggalian lebih mendalam pada
saat wawancara individu dengan anak maupun dengan
None so blind as those
keluarganya. that will not see.
Pada anak balita, penggalian informasi tentang kondisi korban Matthew Henry
dilakukan dengan permainan yang bersifat proyek f atau dak
langsung, melalui permainan dengan boneka tangan, boneka
pasir, menggambar dan mewarnai. Pendamping mengajak anak
bermain dan terlibat dalam permainannya. Setelah anak hanyut
dalam permainan, Pendamping menanyakan berbagai hal yang
perlu diketahui. Anak akan memproyeksikan pengalaman dan
perasaannya melalui permainan dan ak vitas yang ia lakukan.
Hasil pengamatan dan wawancara dengan bermain kemudian
diperkuat dengan wawancara dengan pengasuh atau orang
dewasa yang sering bersama korban.

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

46
MENGGALI INFORMASI
PADA ANAK
YANG MENGALAMI
KEKERASAN
4
dapat berimbas pada mereka. Anak-anak pada usia 7 atau 8

K ita perlu menyadari sepenuhnya bahwa orang dewasa tahun cenderung berpikir bahwa jika terjadi kesalahan, itu
dan anak-anak merespon secara berbeda terhadap krisis, adalah kesalahan mereka. Mereka seakan percaya bahwa
tragedi dan trauma. Orang dewasa dapat memahami mereka bertanggung jawab untuk masalah yang sedang terjadi.
peris wa dengan lebih logika dan berpikir rasional; sebaliknya Mereka telah "melakukan sesuatu yang salah" yang
kemampuan intelektual anak-anak belum sepenuhnya mengakibatkan muncul keributan. Oleh karena itu dalam proses
berkembang. berkomunikasi dengan anak, entah dalam proses assessmen
ataupun pendampingan, kita perlu menyatakan eksplisit kepada
Anak-anak, terutama yang masih balita, ide dan pemikiran mereka, bahwa kita tahu bukan dia penyebab kejadian itu.
mereka sering bercampur dengan khayalan mereka. Mereka
dak realis s dan belum mampu memahami konsep-konsep Anak-anak juga dak tahu bagaimana mengekspresikan atau
ya n g r u m i t d a n a bst ra k . A n a k- a n a k m a s i h s e l f menyatakan perasaan mereka dalam bentuk kalimat. Mereka
centris,menganggap bahwa merekalah pusat dunia.Segala akan mengekspresikan dalam bentuk perilaku dan secara dak
s e s u a t u y a n g t e r j a d i , Tenang dan Sabar, adalah kata kunci langsung. Kita perlu mendengarkan pertanyaan dan komentar
dipersepsi berhubungan mereka serta mengama perilaku mereka, untuk dapat
dalam menggali informasi dari anak
dengan mereka. Oleh yang menjadi korban kekerasan. memahami perasaan dan apa yang mereka khawa rkan.
karena itu, mereka percaya Kesejahteraan jiwa mereka jauh lebih
bahwa segala sesuatu yang berharga daripada informasi yang akan Pada anak pra sekolah dan bayi, respon mereka bergantung
mereka tahu dan dengar kita dapatkan sepenuhnya pada orang dewasa yang merawat mereka. Mereka

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

48 49
merasakan emosi dari pengasuh mereka. Jika orang dewasa trauma knya, yakinkan dia bahwa kita memperha kan dengan
tenang, balita akan merasa aman; jika orang dewasa cemas dan serius, dan menyatakan bahwa itu bukan kesalahan anak.
panik, balita akan merasa cemas, dak aman dan dapat menjadi
rewel atau memiliki gangguan dur ataupun gangguan makan. Proses menggali informasi pada anak membutuhkan kesabaran
dan ketenangan. Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan
Anak balita masih mengalami kesulitan dengan urutan kejadian, dalam proses menggali informasi dari anak. Mulai dari tahap
waktu, dan nomor, anak anak yang lebih besar memiliki kata-kata pengenalan hingga menutup dengan stabilisasi. Meski
tersendiri untuk hal hal tertentu. Kita dapat salah dalam tahapannya sama dengan menggali informasi pada orang
mendiagnosa jika dak memperhitungkan pemahaman anak dewasa, namun metodenya harus sepenuhnya “ramah anak”
dan bahasa mereka. Dalam pendampingan yang kami lakukan dan sesuai dengan dunia anak.
pada anak-anak di daerah Genuk Semarang, mereka
1. Tahap Pengenalan
menggunakan is lah baem sebagai kata gan dari Making
Orangtua atau guru atau siapapun yang dipercaya dan dekat
Love/Bercinta, atau kata disenengi sebagai kata gan diperkosa
dengan anak yang menjadi korban, membantu mengenalkan
pada anak yang kami dampingi di Demak. Pada awalnya kami
kita sebagai pendamping/konselor kepada anak. Anak akan lebih
kebingungan karena disenengi dalam bahasa Jawa ar nya mudah menerima kita, jika kita dikenalkan dan diterima oleh
disukai, bukan diperkosa. Anak memiliki kata tersendiri untuk orang yang telah mereka percaya. Kita mengenalkan diri mereka
perilaku tertentu. dengan mengatakan “Saya adalah teman guru/orang tuamu,
saya ingin berteman denganmu”. Dengan anak-anak yang kecil,
Kita perlu bersikap tenang dan jangan pernah menunjukkan kita dapat terlibat dalam permainan yang sedang mereka
ekspresi terkejut apalagi dak percaya. Reaksi umum saat lakukan, dan memperkenalkan diri lewat media bermain.
seseorang mengetahui berita kekerasan (khususnya kekerasan
seksual oleh anggota keluarga) adalah ekspresi dak percaya. Jika 2. Tahap Membangun Rapport
kita menampilkan ekspresi dak percaya/shock, maka akan Membicarakan tentang trauma kerapkali menjadi sangat sulit
dianggap penolakan oleh anak, anak akan takut untuk bagi anak-anak yang pernah mengalami kekerasan secara
melanjutkan dan akan menutup diri. Upayakan semaksimal seksual. Beberapa anak mungkin membutuhkan waktu lebih
mungkin, tetap tenang. Jangan menginterogasi, biarkan anak lama untuk melakukan rapport dan lebih dari satu sesi untuk
menjelaskan kepada kita dalam kata katanya tentang apa yang menjawab semua pertanyaan yang akan kita ajukan atau data
terjadi, jangan mengajukan pertanyaan yang mengarahkan. Hal yang kita butuhkan. Anak-anak dak selalu sadar dan
ini dapat membingungkan dan membuat lebih sulit bagi mereka mengetahui sumber dari kecemasan mereka. Pen ng bagi
untuk melanjutkan ceritanya. Yakinkan anak bahwa mereka dak pewawancara untuk menunjukkan ketertarikan pada semua
melakukan kesalahan. Dibutuhkan banyak keberanian bagi aspek kehidupan anak –memori senang dan sedih, hal-hal yang
seorang anak untuk berbicara dan melaporkan pengalaman disukai, teman-teman, apa yang mereka takutkan, keinginan–

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

50 51
Hal ini dapat menolong kita untuk membangun hubungan 3. Tahap Persiapan
dengan mereka. Berak vitas bersama dengan mereka (berjalan, Tahap ini kerap dilalaikan oleh kita, padahal tahap ini berdampak
bermain), dapat membangun kepercayaan mereka kepada kita. pada kesejahteraan korban. Dalam berbagai kasus yang dirujuk
Anak-anak menyukai diperlakukan dengan lembut, perha an kapada CTR, kami menemukan berbagai kerusakan atau
dan keceriaan dari orang dewasa. gangguan yang terjadi pada anak karena mereka dipaksa untuk
menceritakan pengalaman trauma knya, oleh orang tua, guru,
Membangun rapport adalah cara utama untuk membangun polisi bahkan pendamping mereka. Anak dak boleh dipaksa
kepercayaan dengan anak yang telah menjadi korban kekerasan, bercerita jika mereka belum merasa aman. Jika mereka dipaksa
Anak dan remaja akan tergangu dan bersikap defensif dengan maka mereka akan menceritakan dengan dak utuh dan mereka
sifat otoriter. Rapport yang bagus akan menjadi pintu utama akan mengalami gangguan yang lebih parah. Setelah proses
keberhasilan dalam mendapatkan informasi dan membantu penggambilan informasi mungkin akan muncul perilaku regresi,
korban. Oleh karena itu posisikan diri kita sama dengan mereka. mimpi buruk, marah yang meledak ledak dan lain sebagainya.
Posisi tubuh saat berbicara
dengan mereka. Upayakan Tips Kita perlu menciptakan “Tempat Aman” bagi korban sebelum
ke nggian kepala kita cukup w Bangunlah rapport dahulu, mereka bercerita. Tempat aman adalah gambaran imajiner suatu
sejajar dengan kepala anak. Kita jangan tergesa.
tempat yang memberikan perlindungan dan keamanan bagi
perlu membungkuk ataupun w Jangan memaksa anak untuk mereka. Selain Tempat Aman, kita juga bisa mengajarkan strategi
bercerita jika mereka dak
duduk di lantai agar sejajar
bersedia.
dengan mereka, jika mereka w Ciptakan “Tempat Aman”
masih kanak-kanak. Tunjukkan atau “Garis Ajaib”
ketertarikan yang tulus pada w Gunakan media bermain
ak vitas atau mainan yang dalam menggali informasi
dari anak.
sedang mereka lakukan. Metode w Jika sudah membuka
lain untuk membangun raport kenangan luka, jangan lupa
adalah meminta anak untuk menutupnya dengan
menggambar dan kemudian stabilsiasi.
b e rc e r i ta te nta n g ga m b a r w Pada anak dibawah 4 tahun,
belum tentu semua yang
tersebut. Minta anak untuk dikatakan adalah akurat
menggambar kesukaannya, karena ingatan mereka
mobil, tokoh film atau apapun sangat rentan dicampuri oleh
yang anak-anak sukai. pembicaraan dari orang
dewasa.

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

52 53
stabilisasi ataupun relaksasi, sehingga saat anak diserang rasa jika disertai dengan ak vitas menyenangkan, cukup mampu
cemas atau ketakutan ia memiliki “alat” untuk menenangkan mengurangi ketegangan dan stress pada anak. Biasanya setelah
dirinya sendiri. berani membuka satu pengalaman mengerikan, anak akan
mempercayai kita. Diperlukan lebih dari satu sesi pertemuan
Terkadang, kami menggunakan permainan Garis Ajaib. Melalui agar anak bersedia membagikan informasi kepada kita, oleh
satu lembar kertas kami mengajak anak membuat suatu garis karena itu kita jangan tergesa dan memaksa.
dengan pensil. Garis itu kami sebut sebagai garis ajaib, yang
dapat melindungi mereka. Secara bertahap garis dapat Penggalian informasi tentang orang-orang yang terlibat serta
ditebalkan ataupun dihapus, dinaikkan ataupun diturunkan iden fikasi peran dan tokoh dapat dilakukan dengan berbagai
seiring dengan rasa aman dan percaya anak kepada kami yang macam ak vitas. Cerita pahlawan dan penjahat, lampu traffict
mendampingi. light, permainan gelang karet, menyusun balok dan lain
sebagainya. Cerita tokoh Pahlawan dan Penjahat, dapat
4. Tahap Menggali Informasi digunakan untuk iden fikasi orang dan peran. Anak diajak
Dalam menggali informasi, kadang para pendamping anak bercerita tentang film atau kisah yang menceritakan tentang
maupun pihak terlibat dalam perlindungan anak Pahlawan dan Penjahat, ia diminta mengiden fikasi siapa saja
memperlakukan anak seper orang dewasa. Pertanyaan pahlawan atau orang baik dan penjahat atau orang jahat di kisah
diajukan secara langsung, anak ditempatkan dalam situasi formal itu, kemudian anak diminta menyebutkan siapa orang baik dan
dalam waktu yang lama, pertanyaan diajukan tanpa orang jahat yang ada dalam hidup mereka. Melalui menggambar
memperha kan ekspresi emosi anak ataupun pertanyaan utama traffict light, anak mengiden fikasi siapa saja yang termasuk
diajukan tanpa pembicaraan pembuka untuk mempersiapkan lampu merah, atau yang harus dijauhi dan siapa lampu hijau yang
mental anak. Kita perlu memulai wawancara dengan pertanyaan harus dideka . Pada permainan jepret karet gelang, gelang karet
netral atau suatu yang membuat anak merasa aman, misalnya dengan warna yang disukai diberikan ke boneka yang ia sukai dan
tentang umurnya, nama teman yang ia sukai, nama gurunya dan gelang karet dengan warna yang dak disukai dijepret ke boneka
lain sebagainya. Pada saat menggali informasi kita perlu peka yang ia dak sukai. Sembari bermain, pendamping dapat
dengan ekspresi anak, dan dengan tegas kita harus menanyakan tentang siapa saja yang dak disukai dan
menghen kan proses wawancara jika anak menunjukkan penyebabnya.
ekspresi dak nyaman ataupun ketakutan.
Untuk menggali penggalaman trauma k, kita dapat
Dalam berbagai kasus yang didampingi oleh CTR, kami perlu menggunakan metode gambar, melengkapi kata, atau bermain
membatasi tatapan mata pada saat bicara dengan korban yang dengan boneka tangan ataupun kotak pasir. Pada anak-anak
mengalami kekerasan seksual. Wawancara dapat dilakukan yang mampu menulis, kami menggunakan teknik “Surat untuk
sambil menggambar atau bermain. Penceritaan kisah trauma k Tuhan”, Time Line ataupun Sungai Kehidupan, Melengkapi

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

54 55
Kalimat ataupun teknik Menggambar Orang. Metode Surat untuk tahun, mengalami hambatan dalam kemampuan bahasa dan
Tuhan adalah teknik agar anak menceritakan kejadian yang telah penalaran abstrak, sehingga kesaksian atau cerita dari mereka
ia alami. Anak diminta melaporkan kepada Tuhan, apa yang harus dikaji dengan cermat. Mereka dapat dengan mudah
sudah ia alami dan kejahatan apa saja yang sudah dilakukan disesatkan dan disalahpahami. Pernyataan mereka sering dak
pelaku. Surat untuk Tuhan dapat dimodifikasi menjadi Surat konsisten. Anak usia diatas 4 tahun, sudah cukup konsisten dan
untuk Pak Hakim, atau Surat untuk Batman ataupun tokoh lain kemampuan bahasa dan penalaran lumayan memadai. Mereka
yang disukai oleh anak. Teknik melengkapi kalimat, mirip dapat menjawab pertanyaan konkret tentang berbagai topik
dengan teknik Sack Sentence Comple on Test (SSCT). Anak tetapi biasanya dak dapat menarik kesimpulan. Anak-anak
diminta melengkap kalimat yang kita sudah persiapkan. Anak dengan usia 8 sampai 12 tahun dapat menjawab pertanyaan-
memproyeksikan sikap dan pengalamannya melalui melengkapi pertanyaan yang membutuhkan kesimpulan. Mereka dapat
kalimat. berpikir dengan konsep yang lebih abstrak.

Dalam kasus yang melibatkan korban dengan jumlah yang 5. Tahap Penutup
banyak, kita dapat menggunakan model diskusi kelompok Penutupan mencakup konfirmasi bahwa kita memahami
terarah, namun dimodifikasi dalam bentuk permainan. Dalam perasaan dan pesan yang disampaikan korban, dan meyakinkan
pendampingan di Halmahera Utara maupun di Sikka, kami mereka bahwa mereka akan tetap aman. Lakukan stabilisasi
menggunakan permainan kartu. Pada se ap kartu, terdapat untuk mencegah mbulnya kecemasan baru dan menghindari
pertanyaan tentang pengalaman kekerasan yang mereka alami,
munculnya gangguan yang parah atau bahkan gangguan baru.
secara bergan an, anak mengambil kartu dan membacakan
Jika selama proses penggalian informasi, anak menggambarkan
pertanyaan atau perintahnya, ada kartu yang di dalamnya tertulis
kejadian trauma k, tutuplah dengan meminta anak
: “Apa yang telah dilakukan oleh si pelaku kepadamu”, atau kartu
menggambar sesuatu yang bahagia dengan kertas yang lebih
berisi perintah yang bersifat permainan, perintah yang bersifat
besar dan warna yang lebih beragam. Lipat kertas dengan
permainan, “Sebutkan kata ke lima belas dari lagu Garuda
gambar trauma k dan simpanlah dalam tas kita, katakan kepada
Pancasila”.
meraka bahwa kisah mereka sudah pergi jauh dan dak akan
Dalam menggali informasi dari anak, kita perlu menggunakan menganggu mereka lagi. Untuk anak yang lebih kecil, minta
daya kreasi dan imajinasi untuk masuk dalam dunia mereka. Kita mereka untuk memegang gambar/boneka/simbol yang mereka
dapat memanfaatkan tokoh kartun yang sedang mereka percaya dapat melindungi mereka.
favouritkan, hobi atau permainan yang sedang sukai, media yang
dapat kita jumpai di sekitar tempat nggal anak. Penggalian informasi tanpa stabilisasi, seper seorang perawat
yang mengobservasi luka yang masih basah dengan membuka
Berpijak dari teori Piaget, dalam mengajukan pertanyaan kita perbannya, namun dak menutupnya kembali saat sudah
perlu memperha kan usia anak. Anak-anak di bawah usia 4 selesai. Stabilisasi akan meminimalisir kemungkinan anak untuk

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

56 57
mengalami mimpi buruk atau munculnya perilaku regresi paska pertolongan kepada anak yang menjadi korban kekerasan, harus
penggalian informasi. dilakukan secara bertahap dan holis k, melipu pemenuhan
kebutuhan dasar, pemberian pertolongan pertama, terapi
psikologis, psikoedukasi bagi komunitas dan membangun
Pendampingan Psikososial melipu :
(1) Penuhan kebutuhan dasar, reseliensi anak.
(2) Melakukan Pertolongan Pertama Psikologis,
(3) Memberikan terapi jika diperlukan,
(4) Melakukan Psikoedukasi untuk penyintas dan lingkungan, Tahap dalam Pendampingan
(5) Membangun reseliensi Memenuhi Rasa Aman & Kebutuhan Dasar

Stabilisasi dan Relaksasi

INTERVENSI PSIKOSOSIAL UNTUK Terapi


KORBAN KEKERASAN Membangun Reseliensi
Mendampingi anak yang mengalami trauma merupakan
pengalaman yang agak berbeda dari menangani orang dewasa.
Usia mereka yang muda, membuat mereka masih sepenuhnya
bergantung pada orang lain, secara fisik maupun emosi. Sehingga Pemenuhan Kebutuhan Dasar
saat mereka terancam, mereka mengembangkan pertahanan Kita dapat berkontribusi besar dalam kehidupan seorang anak
diri yang dak jelas dan melakukan penolakan terhadap yang telah mengalami kekerasan, terutama jika kita mengambil
pengalaman yang menyakitkan. Mereka mengembangkan langkah-langkah untuk menghen kan kekerasan secepat
mekanisme pertahanan diri mengalihkan atau menjadi pasif. mungkin. Hen kan kekerasan terlebih dahulu. Jika pelaku
Mekanisme pertahanan diri ini merupakan suatu ketrampilan kekerasan nggal dalam rumah yang sama dan pelaku masih
untuk bertahan hidup. Mekanisme pertahanan diri yang sehat bebas di rumah itu, maka kita
akan berfokus pada penyelesaian masalah, mekanisme perlumemindahkan anak ke ü Bawalah anak ke tempat
yang aman dari jangkauan
pertahanan diri yang nega f akan lari dari masalah. Kondisi anak rumah saudaranya atau pelaku kekerasan.
yang masih bergantung secara fisik dan emosi, membuat mereka memindahkan anak ke tempat ü Hadirkan seseorang yang
mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang nega f saat perlindungan. Di berbagai telah dikenal anak dan
membuatnya merasa aman.
pelaku kekerasan adalah anggota keluarga mereka sendiri. daerah, lembaga pemerintah ü Berikan pengobatan jika ada
Mekanisme pertahanan diri yang kaku menghalangi anak-anak m i s a l n y a P P T luka fisik pada tubuhnya,
sediakan makanan
mendapatkan suatu pengalaman baru yang pen ng untuk Kabupatan/Kotamadaya minuman, dan pakaian
tumbuh kembang mereka. Untuk mencegah terbentuknya maupun Dinas Sosial memiliki yang memadai.
mekanisme pertahanan diri yang kaku, dalam memberikan Te m p a t P e r l i n d u n g a n .

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

58 59
Lembaga keagamaan, misalnya biara yang dikelola para suster u nt u k te n a n g , d a k
ataupun pondok pesantren tertentu memiliki Shelter atau panik dan jangan Pada anak dibawah 7 tahun,
tempat aman yang akan melindungi para korban untuk jangka menginterogasi anak reaksi mereka terhadap
waktu tertentu. dan menyerahkan proses peris wa trauma s sangat
penggalian informasi dipengaruhi oleh reaksi dari
Memberikan kebutuhan dasarnya, yakni rumah atau tempat kepada pendamping. orang tua atau objek lekat
berlindung yang aman, pengobatan untuk kesehatan fisiknya dan · Perkenalkan diri kita mereka. Sehingga langkah
makanan yang memadai adalah pondasi bagi intervensi kepada korban, dengan pertama yang perlu kita
psikologis. Sebelum anak merasa aman secara fisiologis, maka tenang dan lembut lakukan adalah menenangkan
anak kesulitan untuk merasa aman secara psikis. Setelah ya k i n ka n b a hwa d i a orang tua. Minta orang tua
kebutuhan dasar terpenuhi kita dapat masuk ke tahap sudah ada pada tempat untuk tenang dan dak panik.
berikutnya, yakni memberi kesempatan baginya untuk yang aman dan orang
mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Ke ka berbicara yang akan menjaga
dengan anak yang telah menjadi penyintas pelecehan, hal mereka. Undang polisi, kepala desa atau siapapun yang
terbaik yang dapat kita berikan adalah dukungan tanpa syarat dipersepsi oleh anak bahwa orang itu akan dapat menjaga
dan keamanan. Jangan potong pembicaraan mereka, jangan dia dari serangan berulang dari pelaku. Minta kepada
mengintepretasi, bangun rasa aman anak terlebih dahulu. polisi/kepala desa untuk menyatakan secara eksplisit
bahwa korban akan dijagai dan dilindungi.
Pertolongan Pertama Psikologis untuk Anak · Jelaskan kepada anak yang mengalami kekerasan bahwa ia
Pertolongan Pertama Psikologis dirancang untuk mengurangi telah mengalami hal yang buruk, dan sama sekali bukan
dampak awal yang disebabkan oleh kejadian trauma dengan cara kesalahannya. Sebagai dampak pengalaman buruk yang ia
membangun rasa aman dan mengajari teknik coping yang posi f. alami, ada kemungkinan ia akan mengalami berbagai
Pertolongan psikologis pertama melipu pemberian kebutuhan reaksi psikologis, seper ketakutan, mimpi, kesedihan, dan
dasar, menghubungkan dengan keluarga, pemberian informasi lainsebagainya. Berikan penekanan bahwa semua reaksi
dan stabilisasi emosi. itu adalah reaksi stress yang normal karena mengalami
Pertolongan Pertama Psikologis sebaiknya dilakukan segera peris wa yang dak normal. Reaksi itu akan segera
paska kejadian trauma k terjadi, atau segera setelah suatu kasus menghilang jika ia mengembangkan coping yang posi f.
kekerasan terungkap. · Ajak korban untuk melakukan relaksasi anak dan
· Pada anak dibawah 7 tahun, reaksi mereka terhadap stabilisasi.
peris wa trauma s sangat dipengaruhi oleh reaksi dari · Berikan kesempatan kepada korban untuk menceritakan
orang tua atau objek lekat mereka. Sehingga langkah apapun yang ia ingin ceritakan, namun jangan dipaksa jika
pertama adalah menenangkan orang tua. Minta orang tua ia belum siap. Berikan media bermain supaya ia dapat

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

60 61
mengekspresikan perasaan dan pikirannya melalui simbol- mengatakan “lihat ada gajah terbang”, atau “kataknya
simbol yang ia sukai. melompat” dan tangisan anak terhen karena ia mencari gajah
· Jika korban menunjukkan gejala emosional yang intens, yang dikatakan sedang terbang atau katak yang melompat entah
segera ajak anak untuk melakukan ak vitas stabilisasi yang kemana. Pada saat seseorang dalam kondisi emosional dan
telah dila h sebelumnya. histeris, maka terjadi pembajakan pada amigdalanya, ia
· Tutup sesi Pertolongan Pertama Psikologis dengan dikendalikan oleh otak emosi atau yang disebut dengan sytem
melakukan ulang relaksasi anak. limbic. Stabilisasi dilakukan dengan mens mulasi bagian otak
yang disebut dengan korteks untuk menjadi ak f. Korteks adalah
Stabilisasi dan Relaksasi untuk Anak bagian otak yang bertanggungjawab untuk pemikirinan rasional.
Adalah hal yang wajar bagi seorang anak ataupun orang dewasa Upaya anak untuk mencari gajah yang terbang atau katak yang
yang telah mengalami pengalaman trauma k untuk bersikap melompat, membuat mekanisme fight-flight berhen dan
emosional. Saat system alarm di otak yang dikendalikan oleh kendali diserahkan kembali pada korteks.
satu bagian otak yang disebut dengan amygdala, maka semua
perilaku dikendalikan oleh sopir otoma s atau auto pilot, mereka Dalam kasus anak dengan pengalaman kekerasan, stabilisasi
menghidupkan system untuk bertahan hidup yaitu flight or fight dilakukan dengan strategi yang sama, yakni menggiring kendali
response. Jantung berdebar sangat kencang untuk memompa dari system limbic kepada korteks. korban yang panik dan
darah agar dapat mengalir dengan cepat, otot-otot menegang menjerit jerit saat melihat pelaku di gedung pengadilan, dengan
dan mengeras siap untuk menyerang ataupun berlari, pupil mata teknik tertentu, penyintas diajak untuk mengak an semua
membesar berusaha memasukkan informasi sebanyak mungkin, indera tubuhnya, mengiden fikasi informasi lain yang bisa
mulut mengering dan nafas terengah-engah berusaha membuatnya tenang. Stabilisasi juga dapat dilakukan dengan
mengambil oksigen sebanyak mungkin. Mekanisme ini wajar jika memanfaatkan pola pikir anak yang penuh imajinasi, dengan
berjalan selama beberapa de k atau 1-2 menit. Namun jika lebih mengajak anak menciptakan pelindung imajiner yang membuat
dari itu makamerusak metabolisme tubuh dan merugikan mereka merasa aman.
korban.
Selain stabilisasi, anak perlu dila h untuk melakukan relaksasi,
Stabilisasi ditujukan agar kondisi emosi korban menjadi stabil agar sistem syaraf dalam tubuhnya menjadi normal kembali.
kembali, menggan ketakutan dan kepanikan dengan Pada saat merasa terancam, tubuh mereka menegang dan
ketenangan. Ada berbagai strategi untuk melakukan stabilisasi mengencang, pundak mereka meninggi dan otot leher tertarik
pada anak, ngkat usia dan budaya menjadi faktor yang perlu kencang. Keluhan sakit kepala, perasaan lelah luar biasa dan
diper mbangkan dalam memilih jenis stabilisasinya. punggung yang sakit menjadi lumrah. Relaksasi pada anak
membuat mereka memiliki kendali lagi akan tubuhnya dan
Upaya stabilisasi bukanlah hal yang asing untuk kita. Pada budaya mendapatkan supply oksigen yang cukup sehingga mereka akan
Jawa, saat seorang anak jatuh dan menangis, maka orang tuanya mampu mengendalikan emosi.

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

62 63
Terapi Psikologis pendekatan neuropsikologis. Pada pendekatan psikodinamika,
korban dari kekerasan pada masa anak-anak dapat tumbuh lebih penyintas akan mampu melihat hidup secara op mis atau
dari sekedar bertahan hidup, mereka dapat mengalami dikatakan sembuh dari traumanya jika ia mampu menyadari dan
pertumbuhan sama seper orang pada umumnya. Proses menyelaraskan bahwas sadarnya dan melakukan rekonstruksi
pertumbuhan pasca trauma dan penciptaan diri yang tangguh pada masa masa awal perkembangan hidupnya. Pendekatan
dak berar menghilangkan atau mengabaikan pengalaman perilaku-kogni f, menyatakan bahwa penyintas akan pulih jika
trauma, tapi menciptakan aspek baru tentang pandangan menggan mengenali dan mengan pemikiran irasional dengan
terhadap diri sendiri dan pengalaman yang telah ia lalui. Kedua pemikiran yang rasional, melakukan proses pembelajaran ulang
aspek berkontribusi untuk perasaan well being dan mandiri dalam situasi yang aman. Pendekatan eksistensial menyatakan
sebagai lawan dari menyalahkan diri sendiri, atau dengan pemulihan jiwa dapat terjadi jika orang menjadi sepenuhnya
menumpuk perasaan nega f atau kebencian dan dendam utuh, melepaskan sampah emosi dan mengiklaskan yang sudah
kepada orang yang telah melakukan kekerasan. terjadi. Pendekatan neuropsikologis mengungkapkan
kesembuhan bisa terjadi kalau terjadi sinkronisasi emosi dan
Proses perubahan untuk mengatur kembali aspek diri, perasaan, penyimpanan memori diotak.Meski berbagai pendekatan itu
makna pribadi, dan hubungan dengan orang lain memerlukan memiliki falsafah yang berbeda, Terapi diberikan jika
“penerangan”. Beberapa orang dengan kemampuan berpikir namun mereka memiliki kesamaan mereka menunjukkan
yang mendalam, seper Victor Frankl, Mosce Feldenkrais, Leo bahwa tujuan terapi bukan untuk gejala stres paska trauma,
PTSD, depresi ataupun
Tolstoy yang menemukan penerangan secara mandiri setelah melupakan atau menghilangkan
gangguan lain. Namun jika
melalui gua penderitaan yang dalam dan mengerikan. Namun ingatan akan kejadian, namun gangguan belum muncul,
sebagian besar orang lain, apalagi memberikan makna baru, atau mereka cukup
penguatan kepada penyintas. mendapatkan relaksasi,
jika mereka masih anak-anak, psikoedukasi dan kegiatan
Terapi Psikologi diberikan
mereka membutuhkan untuk membangun
jika anak menunjukkan
pendamping yang membawakan CTR menggunakan berbagai teknik reseliensi
adanya gejala stress paska dan pendekatan dalam melakukan
lampu yang membantu mereka Siapa Yang
trauma. Jika belum ada pemulihan, Cogni ve Behavioral Memerlukan Terapi?
untuk dapat melihat dunia dengan
gejala, maka cukup Therapy, EMDR, OEI, Hypnotherapy-
perspek f yang op mis.
diberikan kegiatan Time Line NLP, Sandtray hingga Playback Theater/Psikodrama.
Ada berbagai pendekatan dalam
Stabilisasi dan Dalam memilih terapi perlu memper mbangkan jenis gangguan
psikologi yang berguna untuk
membangun Reseliensi yang dialami, budaya dan kepribadian penyintas, usia dan
untuk mencegah delay
pemulihan trauma, yakni
p e n d e k a t a n p s i ko d i n a m i k a , kemampuan dalam memahami. Untuk gangguan PTSD komplek,
trauma.
pendekatan perilaku-kogni f, apalagi jika komorbid, sangat disarankan agar psikolog/konselor
pendekatan eksistensial dan mendapatkan supervisi dari yang sudah berpengalaman.

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

64 65
pencernaan dan sakit kepala hebat. Ia merasa bahwa ia kotor dan
bodoh, para lelaki mendeka nya hanya memanfaatkannya. Ia
semakin kuat dengan keyakinannya, karena ahli spiritual yang
diundang oleh kelurga untuk membantunyapun melakukan
pelecehan padanya. Secara perlahan melalui CBT, remaja ini
diajari untuk melihat pemikiran irasionalnya dan menggan kan
dengan pemikiran yang rasional disertai dengan buk -buk
pendukung.Ia memiliki indeks prestasi yang nggi, ia kuliah di
ITB, Ins tute terhebat di Indonesia, dan lainnya. Melalui lembar-
lembar CBT, remaja itu menuliskan pemikiran nega fnya,
mengiden fikasi jenis kesalahan pikir, mencari buk pendukung
Ruang Terapi CTR untuk Remaja-Dewasa dan menggan dengan pemikiran baru.

Parent Training
Cogni ve-Behavioral Therapy Banyak anak-anak yang dirujuk kepada CTR menunjukkan
Terapi Kogni f Perilaku (CBT) adalah salah satu intervensi yang perilaku yang buruk, emosi yang tak terkendali, pembangkangan
cukup tua dan paling banyak digunakan untuk anak yang dan pemberontakan terhadap orang tua dan guru, menolak
mengalami trauma. CBT terbuk efek f untuk gangguan depresi sekolah hingga agresif pada anggota keluarga lainnya. Kami
dan telah direkomendasikan sebagai terapi utama untuk anak menemukan bahwa perilaku mereka muncul karena diperkuat
(American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 1998). oleh perilaku orang tua. Pela han untuk orang tua adalah
Pada kasus remaja yang mengalami depresi karena pelecehan komponen pen ng dari psikoterapi, untuk anak yang mengalami
seksual, penulis menggunakan CBT untuk mengungkap berbagai trauma. Pela han orangtua biasanya terdiri dari psikoedukasi,
pemikiran irasional yang membelenggunya. Mela h dia untuk modifikasi perilaku, dan exposure-
mengenali jenis kesalahan pikir, dan belajar untuk menggan kan based interven ons. Melalui Perilaku nega f, seper
dengan pemikiran yang baru. Dalam CBT, penyebab emosi yang psikoedukasi, orang tua diajarkan kemarahan tak terkendali,
nega f atau perilaku yang menyimpang bukan karena kejadian tentang dampak pengalaman mogok sekolah, dan
yang mengerikan (pemerkosaan ataupun penelantaran) namun trauma s pada anak-anak serta gejala agresif, dak selalu karena
karena pemaknaan atau pemikirannya terhadap kejadian. trauma. Paska kejadian trauma k kejadian yang mereka
Beberapa tahun yang lalu, seorang perempuan yang masuk anak-anak mungkin mengalami alami, namun oleh pola
tahap remaja akhir mengeluhkan berbagai gejala pikosoma s perubahan perilaku, la han asuh orang tua paska
yang ia alami setelah ia mengalami berbagai pelecehan seksual. modifikasi perilaku akan membantu kejadian trauma k
Ia mengalami gatal-gatal disekitar organ vitalnya, gangguan orang tua untuk belajar teknik untuk

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

66 67
mengelola perilaku anak. Komponen ini memungkinkan orang hubungannya dengan paparan imaginal dan melakukan
tua untuk bekerjasama dengan kita sebagai terapis, karena orang restrukturisasi kogni f, sampai emosi nega f pasien yang
tua belajar bagaimana untuk memperkuat terapi yang kita mempengaruhi berkurang. Dalam studi yang dilakukan
lakukan pada anak. Exposure-based memberikan orang tua Jaberghaderi, Greenwald, Rubin, Zand, dan Dolatabadi (2004)
kesempatan untuk mengekspresikan perasaan mereka sendiri membandingkan CBT dan EMDR pada kasus pelecehan seksual
tentang pengalaman trauma s anak dan perilaku serta emosi anak perempuan di Iran 12 dan 13 tahun. Hasilnya menunjukkan
yang terkait. Orang tua dapat belajar keterampilan manajemen bahwa kedua terapi secara signifikan menurunkan ngkat gejala
stress untuk memfasilitasi koping mereka sendiri. PTSD, namun EMDR lebih efisien, karena pasien dalam kelompok
EMDR menyelesaikan sesi pengobatan lebih sedikit
Exposure-Based Interven on
dibandingkan kelompok CBT.
Exposure Therapy Techniques berfokus pada mengalami kembali
pengalaman trauma namun dalam kondisi yang nyaman. Meski CTR belum pernah melakukan riset secara terkontrol,
Pendekatan ini menekankan pada proses pembelajaran ulang namun EMDR telah sering digunakan untuk berbagai masalah
secara aman. Dalam eksposure secara bertahap, anak didorong terkait dengan trauma pada klien yang dibantu oleh CTR. EMDR
secara lisan menceritakan aspek trauma yang ia alami, efek f dan rela f lebih sedikit efek sampingya kepada klien. Pada
sedangkan terapis atau pendamping membantu anak dalam
mengolah elemen umum atau minor dari peris wa
trauma cnya.Teori yang mendasari Exposure Therapy
Techniques menunjukkan bahwa jika anak mengalami kembali
peris wa trauma c dalam lingkungan yang terkendali dan aman,
kenangan nega f terkait trauma dak akan lagi terhubung ke
fisiologis.

Eye Movement Desensi za on and Reprocessing (EMDR)


EMDR berkembang pesat dalam duapuluh tahun terakhir ini.
Teori EMDR menunjukkan bahwa kenangan trauma s dapat
diproses secara neuropsychology dengan s mulasi bilateral.
Pada EMDR, terapis menginduksi gerakan mata pada pasien,
yang dipandu melalui paparan imaginal dari ingatan akan
kejadian trauma. Klien melaporkan gambar, pikiran, dan
perasaan yang mbul sebagai akibat dari se ap rangkaian
gerakan mata. Terapis membimbing gerakan mata dalam Terapi EMDR

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

68 69
klien anak, gerakan mata digan kan dengan tepukan bilaral pada emosi akan muncul ke ka korban menemukan pola tubuh yang
kedua kaki ataupun pundak secara bergan an. Pada gangguan masih menyimpan emosi nega f. Meski Peter Levine sudah
fobia sedang, hanya dibutuhkan 1-2 pertemuan dengan mengembangkan terapi ini untuk anak yang masih kecil, namun
menggunakan EMDR, pada gangguan PTSD karena kekerasan kami belum pernah melakukannya. Kami pernah menggunakan
seksual dibutuhkan 6-14 pertemuan. Pendekatan EMDR jauh pendekatan Feldenkrais untuk klien anak remaja dan dewasa,
lebih efesien daripada pendekatan yang berbasis talk therapy. dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga dan trauma pada
keluarga eks tapol/napol PKI.
Observed and Experien al Integra on (OEI)
Dikembangkan oleh Rick Bradshaw di Trinity Western University Terapi Bermain
Canada. Pendekatan terapi ini mirip dengan EMDR yakni Terapi bermain kerap dilakukan dalam mendampingi anak yang
berbasiskan neuropsikologi, namun lebih menekankan pada pola mengalami trauma karena kekerasan, khususnya anak-anak usia
glitch mata terkait dengan penyimpanan ingatan trauma k. dibawah 7 tahun. Terapi bermain lebih merujuk kepada terapi
Melalui serangkaian gerakan dari tangan terapis yang akan diiku yang menggunakan media bermain untuk melakukan terapinya.
oleh gerakan mata klien, emosi yang melekat pada suatu kejadian Medianya dapat berupa pasir, boneka, kertas, alat lukis ataupun
dilepaskan. Hasil riset tentang OEI masih terbatas, namun yang lainnya. Media ak vitas dan permainan dibutuhkan karena
penulis maupun beberapa orang di Indonesia yang mendapatkan dunia anak-anak adalah dunia bermain dan berak vitas motorik.
ser fikasi dari OEI telah melihat efek vitas OEI khususnya untuk
pemulihan kekerasan seksual pada remaja dan orang dewasa. Dalam terapi bermain ada dua pendekatan, pendekatan direc ve
dan non direc ve. Salah satu pendekatan nondirec ve yang
Body Awareness populer digunakan untuk anak adalah Sandtray Therapy.
Peter Levine, peletak pondasi bagi terapi yang berlandaskan Sandtray therapy dikembangkan oleh Margareth Lowenfeld
pemikiran bahwa tubuh memiliki memory atau ingatan. Kejadian dengan menggunakan suatu kotak pasir yang dilengkapi dengan
trauma s, membuat energi terjebak dalam tubuh, selama energi mainan. Anak bebas bermain dengan pasir dan mainan yang ada
dak dilepaskan maka seseorang akan memiliki reaksi atau gejala dalam kotak. Dalam permainan itu anak difasilitasi untuk
post trauma. Pendekatan ini dak memberikan penekanan pada mengekspresikan bawah sadarnya. Dalam Sandtray ditekankan
penceritaan pengalaman trauma k, namun pada eksplorasi pen ngnya korban memiliki "ruang bebas dan terlindungi"
emosi yang terjebak di anggota badan. Ada beberapa teknik, sehingga dapat mengeskpresikan secara simbolik pengalaman
Trauma & Tension Releasing Exercise (TRE), mengguncangkan trauma k yang dialaminya.
beberapa bagian tubuh untuk s mulasi pelepasan energi emosi
yang terjebak. Feldenkrais, dimana korban diminta untuk Psikoedukasi
mengeksplorasi berbagai gerakan tubuh, posisi duduk, jalan, Pada masyarakat Indonesia yang komunal, suatu kejadian hampir
berguling dan dur dengan cara tertentu. Ingatan dan reaksi selalu akan berimbas pada komunitas. Pada masyarakat

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

70 71
memberikan pertolongan pertama psikologis kepada korban dan
Parent Training bagi orang tua korban dan pelaku (pelaku masuk
dalam ketegori Anak Berhadapan dengan Hukum), kami
memberikan Psikoedukasi bagi warga yang nggal di lingkungan
penyintas dan pelaku. Pada dampingan Yayasan Setara ataupun
dengan Seruni di wilayah Semarang, kami mengupayakan adanya
psikoedukasi di sekolah korban maupun bagi lingkungan
rumahnya.

Psikoedukasi melipu informasi tentang bentuk kekerasan,


khususnya kekerasan yang terjadi, berbagai gejala yang biasanya
muncul pada korban ataupun pelaku (jika pelaku dibawah usia 18
tahun), peran lingkungan dalam mempercepat pemulihan bagi
korban dan mengajari lingkungan sekolah atau rumah untuk
Kotak Pasir di ruang Terapi Anak CTR dapat melakukan deteksi dini.

pedesaan, kepedulian mereka masih nggi sehingga mereka


akan berupaya untuk memberikan bantuan kepada korban
kekerasan. Namun keterbatasan informasi dan pengetahuan,
membuat bantuan yang diberikan dapat memperburuk kondisi
korban. Pada masyarakat perkotaan yang terjebak dalam
ru nitas survival, meski mereka kurang tanggap untuk
membantu namun budaya komunal kerap muncul dalam bentuk
dorongan ingin tahu dan ekspresi tertentu yang juga dapat
memperburuk kondisi korban.

Pendamping perlu mendesain intervensi pada komunitas, yakni


melakukan Psikoedukasi. Psikoedukasi bagi komunitas adalah
upaya mendidik komunitas untuk mengetahui peran apa yang
dapat mereka berikan kepada penyintas maupun mencegah
supaya suatu kekerasan dak terjadi berulang di lingkungan
mereka. Misalnya dengan WVI ADP Timor Tengah Utara, selain Psikoedukasi dengan boneka tangan

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

72 73
“My scars remind me that I did
indeed survive my deepest wounds.
That in itself is an accomplishment.
And they bring to mind
something else, too.
They remind me that the damage life
has inflicted on me has,
in many places, left me stronger
and more resilient.
What hurt me in the past has actually
made me better equipped
to face the present.”
Steve Goodier

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

74
6
perbaikan dan peningkatan hubungan dalam keluarga, dan
apresiasi hidup yang lebih baik pada 2 minggu setelah
PERTUMBUHAN pemerkosaan itu terjadi. Namun, dalam presentase yang sama,
jumlah perempuan yang mengalami pemerkosaan merasakan
PASKA TRAUMA adanya perubahan nega f dalam hal kesehatan mental dan rasa
PADA KORBAN KEKERASAN aman serta keadilan.

MASA ANAK-ANAK Mengapa beberapa korban berhasil menyesuaikan diri mereka


menemukan makna kehidupan dan bertumbuh, sedangkan
orang lain gagal untuk melakukannya? Reseliensi adalah
jawabannya. Resilensi berasal dari kata La n “resilire” yang
ar nya melambung kembali, kemampuan untuk pulih kembali
dari suatu keadaan, kembali ke bentuk semula setelah

P enemuan dalam kajian yang dilakukan pada perempuan


yang pernah mengalami pelecehan seksual pada masa
kecil menunjukkan bahwa 19% par sipan mengalami
pertumbuhan yang posi f, sementara 81% dari mereka
melaporkan dampak nega f dalam hidup mereka. Perubahan
dibengkokkan, ditekan, atau diregangkan. Jika dihubungkan
dengan keadaan psikologis manusia, resiliensi dapat diar kan
sebagai sebuah proses beradaptasi dengan baik dalam
menghadapi kesulitan, trauma, tragedi, ancaman atau sumber
signifikan dari stres - seper keluarga dan masalah hubungan,
posi f pada 49% perempuan-perempuan tersebut melipu masalah kesehatan yang serius atau tempat kerja dan stres
perasaan lebih kuat, mengetahui/memahami diri sendiri secara keuangan, serta bangkit kembali dari pengalaman yang
lebih baik, kemauan untuk menolong korban lainnya, komitmen menyulitkan tersebut. Ini berar "memantul kembali" dari
untuk melindungi anak-anak pengalaman sulit (American Psychological Associa on). Resilensi
mereka, iman yang lebih kuat, dan Resilensi berasal dari kata
kemudian menjadi sebuah hal yang pen ng bagi se ap manusia,
pemahaman yang lebih sehat La n “resilire” yang ar nya
terutama dalam mengatasi peris wa yang dianggap dak
tentang relasi interpersonal menyenangkan, sehingga dirinya mampu kembali berfungsi
melambung kembali,
(Berman & Frazier, 1008). dengan baik dalam kehidupannya.
kemampuan untuk pulih
Dalam studi lainnya, yang meneli kembali dari suatu keadaan,
efek jangka panjang dari Kualitas resiliensi yang baik mampu membuat seorang anak pulih
kembali ke bentuk semula
pemerkosaan menemukan bahwa dari peris wa trauma, menanggapi sebuah stress yang dihadapi
setelah dibengkokkan,
80% dari penyintas melaporkan dengan baik, memiliki makna yang posi f dan harapan yang baik
ditekan, atau diregangkan.
rasa empa kepada korban lain, tentang dirinya (Heiberg, dalam Regional Workshop on

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

76 77
Promo ng Children's Resilience – a Way to Combat Sexual Abuse, trauma s tersebut dan mendorong anak tersebut untuk
2008). Di sisi lain resiliensi merupakan sebuah hal yang cukup mengembangkan kepribadian yang lebih posi f. Peneli an dak
kompleks, karena merupakan perpaduan dari perkembangan hanya menemukan dampak posi f dari resiliensi, bagi korban
karakteris k kepribadian, faktor biologis, serta adanya pelecehan seksual pada masa anak-anak, tetapi pada anak-anak
faktorlingkungan itu sendiri. Oleh sebab itu, dalam membentuk yang menjadi korban kekerasan fisik maupun verbal lainnya. Hal
kemampuan resiliensi yang baik dalam diri anak, perlu ini menunjukkan bahwa resiliensi merupakan sebuah hal yang
memperha kan faktor-faktor tersebut. baik dan pen ng ditumbuhkan dalam diri seorang anak, agar ia
mampu bertumbuh dan berjuang melawan kenangan dan
Hasil Peneli an tentang Resiliensi peris wa trauma yang telah anak lewa .
Menjadi korban dalam kasus kekerasan seksual, tentulah
menjadi pengalaman yang menyakitkan bagi penyintas itu Dalam proses pembentukkan resiliensi, kehadiran dan peran dari
sendiri, terlebih lagi jika korban adalah mereka yang masih anak- orang di sekitar anak, tentunya dak kalah pen ngnya. Kehadiran
anak. Anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual sering keluarga, saudara, orangtua, atau pekerja sosial (sebagai
kali dianggap kelak akan mengalami masalah psikologis dan pendamping dan terapis), tentunya sangat membantu anak
menimbulkan perilaku maladp f di masa selanjutnya sebagai untuk menumbuhkan resiliensi.

Aspek Resiliensi
Pendamping perlu membangun reseliensi anak, agar gejala trauma dak
Edith Godberg menyatakan kemampuan resiliensi pada individu
muncul pada saat mereka memasuki usia remaja, dan membuat mereka
tangguh saat menghadapi tantangan kehidupan terbentuk dari empat aspek yang saling mendukung yakni citra
diri atau pandangan tentang diri (I Am), Sumber daya yang ada (I
Have), Kemampuan yang dimiliki (I Can) dan Tujuan Hidup (I Will).
efek dari pengalaman trauma s yang dialami saat masih anak- Keempat aspek ini akan menimbulkan keyakinan dan kesadaran
anak. Akan tetapi, peneli an menemukan bahwa dak semua pada diri anak mengenai dirinya, sehingga ia mampu untuk
a n a k ya n g men j a d i ko rb a n kekera s a n s eks u a l a ka n bertumbuh lebih baik dan posi f.
mengembangkan konsekuensi nega f di kemudian hari.
I Am (aku adalah) merupakan pandangan terhadap
Dalam peneli an yang dilakukan oleh Pereda, Pujol, & Padilla hakekat atau eksistensi diri. Pandangan posi f tentang diri
(2011) menemukan bahwa terdapat perbedaan gangguan sendiri akan menjadi kekuatan yang berasal dari diri
kepribadian pada mereka yang pernah mengalami kekerasan sendiri. Bagian dari kekuatan dalam diri ini adalah :
seksual di masa kanak-kanak. Salah satu faktor yang a. Kesadaran bahwa ia adalah anak is mewa terlepas dari
mempengaruhi perbedaan ini adalah adanya perbedaan kualitas apapun yang telah ia alami
resiliensi pada masing-masing korban kekerasan seksual. b. Kesadaran bahwa ia dikasihi/disayangi Tuhan
Resilensi membantu seorang anak dapat bangkit dari peris wa c. Kesadaran bahwa ia berharga dan pen ng bagi

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

78 79
keluarga/masyarakat. Will (aku akan) merujuk pada cita cita atau harapan yang
d. Kesadaran bahwa ia memiliki peran di dunia. ia miliki atau ingin realisasikan. Adanya cita-cita, keinginan
dan harapan akan membuat seseorang antusias menjalani
I Have (aku punya), aspek ini melipu segala sesuatu yang hidup. Sebaliknya ke adaan keinginan membuat
dimiliki oleh korban. Bagian dari dukungan eksternal ini seseorang lebih mudah untuk masuk dalam kesedihan
adalah : yang dalam.
a. Kesadaran bahwa ia memiliki orang yang mengasihinya a. Profesi yang akan ditekuni (Menjadi guru, menjadi
(orang tua, anggota keluarga, guru, teman sebaya). polisi, menjadi perawat, dll)
b. Kesadaran bahwa ia memiliki anggota tubuh yang sehat b. Tempat yang akan dikujungi (Mekkah, Yerusalem,
c. Kesadaran bahwa ia memiliki rumah ataupun tempat Tembok China, dll)
berlindung. c. Sesuatu yang ingin dimiliki (memiliki sebidang sawah,
d. Kesadaran bahwa ia memiliki mainan atau benda-benda memiliki kendaraan, memiliki pan asuhan, dll)
yang ia sukai. d. Orang yang ingin ia bantu (membelikan rumah untuk
e. Kesadaran bahwa ia memiliki pendamping atau orang tua, membiayai sekolah adik, dll)
lembaga/kepolisian yang dapat ia minta tolong untuk
membantunya. Dari keempat aspek, pendamping dapat mengembangkan
berbagai ak vitas untuk membangun reseliensi anak.
I Can (aku bisa), aspek ini melipu hal-hal yang korban

i
dapat lakukan. Kesadaran akan potensi dan bakat akan
membuat korban lebih op mis menghadapi masa depan,
yakni kemampuan fisik, kemampuan sosial dan
kemampuan kognisi. Bagian dari kemampuan ini adalah :
a. Mampu untuk melakukan sesuatu untuk melindungi diri
b. Mampu untuk merawat diri sendiri
c. Mampu mengenali dan mengendalikan perasaan
d. Mampu mencari hubungan yang dapat dipercaya
sehingga mereka dapat mendiskusikan masalah yang
sedang mereka alami dan cara menyelesaikannya
e. Mampu untuk melakukan sesuatu sesuai bakat
f. Mampu untuk berprestasi dan menggapai cita cita

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

80
B PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

81
Da ar Pustaka
Bozena Spila, Marta Makara, Gustaw Kozak, Anna Urbanska.
2008. Abuse in Childhood and Mental Disorder in Adult
Life. Child AbuseReview Volume: 17 Issue:2 Dated:
March-April 2008.
Breslau, N. 2001. The epidemiology of pos rauma c stress
disorder:What is the extent of the problem? Journal of
Clinical Psychiatry, 62(Suppl. 17) Danese, Pariante,
Caspi, Taylor & Poulton, 2006d. Childhood
maltreatment predicts adult inflamma on in a life-
course study. Proc Natl Acad Sci U S A. 2007 Jan 23
De Bellis, M. D., Keshavan, M., Clark, D. B., Casey, B. J., Giedd, J.,
Boring, A. M., Frustaci, K., & Ryan. N. D. (1999).
A. E.Benne Research Award. Developmental
traumatology part II: Brain development. Biological
Psychiatry.
Draper, B., Pfaff, J. J., Pirkis, J., Snowdon, J., Lautenschlager, N. T.,
Wilson, I., & Almeida, O. P. (2008).Long-term effects of
childhood abuse on the quality of life and health of older
people: results from the Depression and Early
Preven on of Suicide in General Prac ce Project. Journal
of the American Geriatrics Society
Harper Kim, Carol a. Stalker, Sally Palmer, Sue Gadbois. 2008.
Adults trauma zed by child abuse: What survivors need
from community-based mental health professionals
Journal of Mental Health. August 2008
Kilpatrick, Dean G., Acierno, Ron. 2003. Mental Health Needs of
Crime Vic ms: Epidemiology and Outcomes. Journal of
Trauma c Stress, Vol. 16, No. 2, April 2003
Levine, E Peter, Kliene Maggie. 2007. Trauma Through A Child's
Eyes. North Atlan c Books. California
Nader, Kathleen. 2008. Understanding and Assesing Trauma in
Children and Adolescent. Routledge Taylor & Francis
Group. New York

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

82 83
Na onal Associa on to Prevent Sexual Abuse of Children LAMPIRAN
(NAPSAC) and Twin City Public Television (Co-Producers).
(2008). Saving children: The sex abuse tragedy [DVD] Berbagai Teknik Untuk Menggali Informasi Pada Anak
(Available from the Na onal Associa on to Prevent
Sexual Abuse of Children at h p//www.napsac.us)
Nugroho, Edi. 2014. Bahan seminar Situasi Anak di Indonesia, PKSA.
Kemensos
Rachel Lev-Wiesel. 2008. Trauma recovery and Growth : Beyond
Survival: Growing out of Childhood Sexual Abuse. John
And Willey Sons, Inc. New Jersey
Resick, Keanne, Friedman. 2008. Handbook of PTSD. Guildford
Press, New York.
Sally E. Palmer ; Ralph A. Brown ; Naomi I. Rae-Grant ; M. Joanne
Loughlin. 2001. Survivors of Childhood Abuse: Their
Reported Experiences With Professional Help. Social
Work Volume:46 Issue:2 Dated:April 2001
Stein,P. Kendall, J. 2004. Psychological Trauma and the
Developing Brain. The Haworth malteratmant and
Trauma Press. Brimingham NY.
Streeck-Fischer A, van der Kolk BA. 2000. Down will come
baby,cradle and all: diagnos c and therapeu c
implica ons of chronic trauma on child development.
The Australian and New Zealand journal of psychiatry.
Blackwell Science. London
Steven M. Southwick, Ann Rasmusson, Jill Barron, and Amy Arnst.
2005. Neurobiological and Neurocogni ve Altera ons in
PTSD: A Focus on Norepinephrine, Serotonin, and the
Hypothalamic–Pituitary–Adrenal Axis Neuropsychology
of PTSD. Guildford Press, New York.
Yehuda, Rachel. 2002. Trea ng Trauma Survivior with PTSD.
American Psychiatric Publishing, Inc. Washington DC

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

84 85
Berbagai Teknik Untuk Stabilisasi dan Relaksasi Contoh Program Reseliensi

Nama : AH, Usia: 9 Tahun


Tujuan Program: 1. Berani bermain diluar rumah
2. Berani sekolah tanpa ditunggui
3. Berani maju di kelas dan bermain
dengan teman seper sebelum kejadian
Lama Program : 6 Minggu
Desain Program

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

86 87
Lembar Observasi Anak Skala Stress Anak

Lembar observasi digunakan untuk mengama reaksi anak pada Untuk anak berusia4 hingga 12 dan pernah mengalami
saat anak menjawab pertanyaan pendamping atau menceritakan peris wa trauma s, lingkarilah angka disamping pernyataan
pengalaman trauma knya. Kisah atau cerita yang menunjukkan dibawah ini berdasarkanwawancara dengan objek lekatnya,
reaksi fisik atau emosi tertentu dicatat, dan dieksplorasi pada yang menunjukan perilaku anak : SATU BULAN TERAKHIR
pertemuan berikutnya. Nama dan Jenis kelamin :
Tanggal lahir:

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

88 89
Melengkapi kalimat Iden fikasi Tokoh

Jelaskan pada anak, bahwa dak ada tulisan yang salah, Iden fikasi tokoh dapat diberikan kepada anak dengan usia
mereka boleh menuliskan apapun yang mereka inginkan dan dibawah 7 tahun. Pendamping membantu dalam menuliskan di
pikirkan. kolom. Pendamping dapat berkreasi dengan mengajak anak
memotong gambar tokoh film dari suatu majalah/koran atau
Aku adalah.......................... menggambar tokoh film yang diinginkan oleh anak.
Aku benci..........................
Pelaku adalah..........................
Pelaku telah..........................
Hal jahat yang telah pelaku lakukan..........................
Pelaku adalah orang yang..........................
Aku sering teringat..........................
Jika besar aku akan..........................
Kedua orang tuaku..........................
Aku aman karena..........................
Teman bermain yang aku sukai adalah..........................
Aku senang jika..........................
Aku ingin memiliki..........................
Aku senang bermain..........................
Hal yang paling aku inginkan saat ini..........................

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

90 91
Teknik Stabilisasi Meta 5. Jika penyintas sudah sudah mengiku pola nafas yang
Saat penyintas menyadari atau teringat ada seseorang kita instruksikan, katakan agar penyintas fokus pada
atau sesuatu yang terhilang dalam kehidupan mereka, kadang nafas. “Jangan pikirkan yang lain, hanya pikirkan nafas
penyintas menjadi histeris, menangis terus menerus, berteriak- yang keluar dan masuk, tarik nafas.....keluarkan, tarik
teriak dan kehilangan kendali atas diri mereka sendiri. Reaksi nafas...keluarkan”, katakan hal ini berulang-ulang
tersebut adalah reaksi yang normal, namun jika dilakukan terlalu 6. Jika penyintas sudah semakin tenang dan dapat
lama ataupun membahayakan penyintas sendiri, maka mengendalikan emosinya. Instruksikan untuk
pendamping perlu memampukan penyintas untuk kembali mengucapkan sesuatu yang memiliki asosiasi posi p
tenang dan meredakan emosinya. Hal yang dapat dilakukan se ap kali melepaskan nafasnya, misalnya : Damai,
untuk menenangkan penyintas adalah Tenang, Allah ataupun kata-kata posi p yang lain.
1. Pegang tangan atau pundak
p e ny i nta s ya n g s e d a n g Teknik Stabilisasi Grounding
Teknik ini sangat efek f
kehilangan kendali atas Grounding diperlukan agar anak yang sedang panik dan
untuk menenangkan
emosinya, pegang agak kuat ketakutan menjadi tenang kembali. Anak diajak untuk menyadari
sesorang yang panik
agar dia menyadari sensasi tubuhnya, kekuatan ototnya dan menghidupkan panca
kehadiran kita inderanya untuk mengenali s mulus nyata yang ada disekitarnya
2. Jika penyintas berusaha menjatuhkan tubuhnya, atau dan mengak an otak berpikirnya.
memukul dirinya sendiri, segera peluk penyintas erat-
erat. Sebaliknya jika penyintas hanya menangis, jangan Prosedur
memeluk penyintas, karena akan membuat penyintas Kita dapat memperkenalkan dengan mengatakan :
menangis semakin lama. "Setelah pengalaman menakutkan, kadang-kadang sulit
3. Berikan instruksi dengan jelas dan tegas agar penyintas berhen memikirkan atau membayangkan apa yang sudah
memperha kan nafasnya, katakan “tarik nafas...., terjadi dan kemudian menjadi sangat takut atau marah. Kamu
keluarkan.... tarik nafas...., keluarkan....” Katakan hal dapat menggunakanmetode yang disebut 'grounding'.
Grounding akan membantumu untuk lepas dari bayangan dan
tersebut berulang-ulang sambil terus memegang lengan
pikiran nega f.
atau pundak penyintas, hingga 2-3 menit. Biasanya pada
Berikut ini yang perlu kamu lakukan” :
awal penyintas dak memperha kan instruksi kita dan
· Tepukkan kedua tanganmu sebanyak 5 kali, sambil
terus menangis, namun setelah 2-3 menit penyintas
dihitung dengan keras
akan tersuges mengiku pola nafas yang kita buat.
4. Dalam memegang penyintas, terkadang perlu penekan · Tariklah nafas dalam dan keluarkan nafas
agak kuat, kemudian dikendorkan atau dibelai dengan perlahan lahan.
agak kuat, tujuannya agar penyintas menyadari · Hentakkan kedua kakimu ketanah sebanyak 5
kehadiran kita kali, sambil dihitung dengan keras

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

92 93
· Tariklah nafas dalam dan keluarkan nafas b. Setelah anak selesai menggambar, anak diminta untuk
perlahan lahan. memasukkan kertas tersebut ke dalam kontainer,
· Duduklah dalam posisi nyaman dengan kaki dan kemudian kontainer tersebut dikunci rapat-rapat,
lengan lurus sehingga anak akan berpikir bahwa pelakunya sudah
· Tariklah nafas dalam dan keluarkan nafas terkurung dan dak dapat mengganggunya lagi.
perlahan lahan.
· Lihatlah di sekitarmu dan nama lima benda yang Teknik Stabilisasi Lima Jari
bisa kamu lihat. Misalnya, " Saya melihat lantai, Lima jari merupakan salah satu teknik stabilisasi yang
saya melihat sepatu, saya melihat meja , saya membutuhkan kemampuan visual dan motorik anak. Lima jari
melihat sebuah kursi, saya melihatseseorang." berar anak memiliki “tangan ajaib” yang berisi “kekuatan” di
· Tariklah nafas dalam dan keluarkan nafas se ap jari-jarinya. Kekuatan tersebut berasal dari orang-orang
perlahan lahan. yang ada di dekatnya. Melalui teknik ini, anak dibantu untuk
· Perha kan lima suara yang dapat kamu dengar menyadari bahwa dirinya memiliki orang-orang terdekat yang
yang ada disekitarmu. Misalnya, “saya siap melindunginya dari orang jahat.
mendengar suara mama, saya mendengar suara a. Sediakan kertas kosong. Anak diminta untuk menjiplak
televisi, saya mendengar suara kendaraan, suara pola lima jari salah satu telapak tangannya.
burung dan suara mesin cuci”
· Sebutkan siapa nama lengkapmu, hari ini hari
apa dan ada siapa saja yang ada disekitarmu.....

Teknik Stabilisasi Container


Container merupakan salah satu teknik stabilisasi yang
membutuhkan ke`mampuan visual dan motorik. Anak yang b. Setelah itu, anak diminta untuk menuliskan siapa saja
menjadi penyintas kekerasan seksual membutuhkan rasa aman yang dapat melindungi dirinya, sehingga anak
yang bisa didapatkan dengan menjauhkannya dari pelaku. Anak menyadari bahwa dia dak sendirian dan ada orang-
seolah-olah memiliki kekuatan untuk memasukkan pelaku ke orang yang siap melindunginya dari orang jahat.
dalam kontainer dan dikunci rapat-rapat, sehingga anak akan Contoh:
merasa bahwa dirinya sudah berada dalam lingkungan yang
benar-benar aman.
a. Sediakan kertas kosong. Anak diminta untuk
menggambarkan orang yang sudah berbuat jahat
kepadanya.

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

94 95
Teknik Stabilisasi Perisai tempat perlindungan ini adalah untuk menenangkan pikiran
Teknik stabilisasi perisai hampir mirip dengan lima jari. Perisai anak dan membimbing anakdengan membayangkan sendiri
juga membutuhkan kemampuan visual dan motorik. Teknik ini kedamaiannya melalui tempat yang dirasa aman baginya.
membuat anak berpikir bahwa dirinya memiliki “perisai” atau Teknik ini dapat diberikan untuk anak remaja hingga dewasa,
pelindung diri berupa orang-orang yang ada di sekitarnya. untuk anak yang lebih muda harus dilakukan dengan pendekatan
Anak diberi kertas yang berisi gambar perisai. Di dalam perisai lain, yakni dengan gambar atau lukisan.
terdapat beberapa kotak kosong. Anak diminta untuk
menuliskan siapa saja yang dapat melindunginya saat ini. Pertama, ambillah posisi yang nyaman. Sekarang...tarik napas
Dengan demikian, anak diharapkan untuk menyadari bahwa dia yang dalam....dan keluarkan semuanya....dan tarik napas lagi
dak sendirian dan ada orang-orang yang siap melindunginya yang dalam...dan keluarkan semuanya ...dan tarik napas lagi yang
dari orang jahat. dalam, rasakan seluruh napas anda masuk ke dalam perut
Contoh: dan...sekarang sambil mengeluarkan napas...lepaskan semua
ketegangan dan kekhawa ranmu. Lepaskan semuanya. Dan
sekarang, perlahan-lahan tarik kembali napasmu dan ...
Pejamkan ... Matamu ...

Sekarang, didalam pikiranmu... banyangkan ... Sebuah tempat


yang nyaman ... Sebuah tempat yang tenang dan aman yang
pernah kamu kunjungi sebelumnya ... Dan disana kamu pernah
mengalami ... Suatu ketenangan atau suasana yang benar-benar
Teknik Relaksasi Tempat Kedamaian nyaman ...
Tempat Kedamaian adalah sebuah teknik relaksasi dengan Ingat dan bayangkan ada benda apa saja disitu, adakah pohon
menggunakan kekuatan pikiran, dimana seorang anak diminta tertentu, seper apa bentuknya, seberapa besar? Adakah benda
untuk membayangkan sebuah tempat yang paling sempurna dan yang lain? Adakah meja atau kursi tertentu? Hanya kamu yang
nyaman menurutnya.Tempat tersebut dapat berupa tempat- tahu? Coba sekarang dengar, adakah suara tertentu yang sering
tempat menyenangkan di saat diri masih kecil, tempat yang kamu dengar di tempat itu? Suara burung berkicau, suara
pernah anak tersebut kunjungi, tempat-tempat menyenangkan gemricik air? Hanya kamu yang tahu. Dan kamu merasa sngat
di masa depan yang diinginkan, maupun tempat hasil tenang saat mendengarkannya......
imajinasinya. Teknik ini berusaha membangun tempat yang
dibayangkan tersebut dalam pikiran anak, serta menggambarkan Sekarang, kamu sedang memandang ke sekitarmu ... Dan di
tempat itu dengan jelas, baik mengenai apa yang dilihat, dalam diri mu ada suatu perasaan bahwa kamu terbawa, tertarik
didengar, dibaui, maupun disentuhnya. Tujuan dari relaksasi ke arah suatu jalan yang ajaib ... Sebuah jalan yang ba- ba saja

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

96 97
terbentang di hadapan mu ... Dan menuju jauh ke depan ... Tempat perlindungan adalah semacam Tempat Kedamaian bagi
Kemanakah jalan itu menuju? ... Rasakan dan perha kanlah anak remaja atau orang dewasa. Suatu tempat imajiner yang
apakah jalan itu menuju ke tempat tertentu? Apakah menuju ke membantu anak usia dibawah 12 tahun untuk merasa tenang.
puncak gunung? ... Apakah jalan itu menuju ke taman bunga? ... Relaksasi Tempat Perlindungan ditujukan kepada anak dengan
Atau menuju ke hutan? ... Dan karena kamu memilih untuk terus usia yang muda, sehingga perlu dilakukan denga ak vitas
pergi mengiku nya ... Sebab kamu yakin ... Bahwa apapun yang motorik yakni menggambar.
ada di sana ... Akan ada sesuatu yang sangat aman... Karena di
sanalah letaknya sebuah TempatKedamaianmu Sediakan kertas dan krayon.

Nah, perha kan seper apa Tempat Kedamaianmu Terbuat dari Tempat apa yang menurutmu paling aman dan paling kamu
apakah ... bangunannya? Besar atau Kecil? Ada ruang apa saja? sukai? Tempat dimana orang jahat dak berani datang dan dak
Ada benda apa saja yang membuatmu semakin merasa aman? dapat masuk. Bisakah kamu menggambarkannya? Yuk kita
Terbuat dari apa lantainya? Itu adalah Tempat Kedamaianmu. gambar tempat itu.
Se ap kali kamu ketakutan atau cemas, kamu cukup Seper apa tempatnya? ..........
membayangkan tempat itu, maka seke ka kamu akan merasa Apa warnanya...........apakah tempatnya sangat kuat? Ada apa
aman dan tenang. saja yang membuatnya kuat? Apakah kamu sendiri disitu atau
Dan sekarang, dari tempat yang nyaman itu, kamu akan kembali ada yang menjagaimu? Jika ada siapa yang menjagaimu? Ada
ke tempat kamu berada di ruang ini, pada saat ini ... Pada siapa saja? Apakah mereka memiliki kekuatan atau senjata
hitungan ke-5, kamu akan membuka matamu. Dan pada saat tertentu? Jika ada, bisakah kamu menggambarkannya? Berikan
anda membuka mata, kamu akan merasa nyaman dan aman, judul untuk Tempat Perlindunganmu.
tanpa rasa takut. Nah, sekarang pada hitungan satu, kamu mulai Tempelkan di kamarmu, se ap kamu merasa cemas dan takut,
merasakan kedua tangan dan kakimu... Pada hitungan dua, anda lihat gambarmu dan bayangkan kamu nggal di Tempat
mulai menggerakkan jari-jari tangan dan kaki mu, kamu merasa Perlindungan itu.
nyaman dan aman ...dan ga kamu menggerakkan lebih kuat dan
merasa nyaman dan aman, empat kamu siap untuk membuka Teknik Relaksasi Progressive Muscle
mata dan merasa sangat aman dan pada hitungan kelima kamu Relaksasi otot atau Progressive Muscle Relaxa on adalah
membuka matamu dengan perlahan. cara untuk merilekskan kondisi pikiran tubuh melalui olah otot.
Syarat yang paling pen ng dalam membangun Tempat Teknik ini digunakan untuk anak usia 8 tahun keatas. Penekanan
Kedamaian ini adalah HANYA SATU TEMPAT SAJA, jangan utama pada relaksasi otot adalah mens mulasi otak untuk
bergan -gan , agar mudah bagi anak untuk mengaksesnya. menyadari kemampuannya untuk memilih.
Teknik Relaksasi Tempat Perlindungan

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

98 99
Prosedur: normal, 1….2…..3…4...5.... Sekarang jatuhkan
“Kita akan melakukan relaksasi Progressive Muscle selama tangan (ulangi dua kali).
kurang lebih 15 menit, kita akan mengendorkan bagian o Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan
bagian tubuh kita yang tegang dan stress, dimulai dari dahi, perbedaannya, saat tegang dan rileks.
mata, mulut, bahu, tangan hingga kaki”. o Sekarang, kepalkan keras-keras tanganmu.
o Tarik napas dalam-dalam, lalu tahan hitung Rasakan tegangan yang terjadi. Hitung sampai
1…2……3...4.....5.....(selama kira-kira 5 de k). lima, pada hitungan kelima lepaskan kepalanmu
Lalu lepaskan...... (ulangi dua kali).
o Sekarang kerutkan dahimu sebanyak mungkin. o Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan
Tahan.1…tahan….2….semakin kuat 3…lebih perbedaannya, saat tegang dan rileks.
kuat lagi, 4.....5…..Ya…. Lepaskan.. Ulangi o Angkat tanganmu lagi, lengkungkan jari-jarimu
lagi……(ulangi 2 kali, sehingga total 3 kali). ke belakang mengarah ke tubuh anda.
o Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan 1..2..3..4..5..lepaskan dan santai(ulangi dua kali)
perbedaannya, saat tegang dan rileks. o Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan
o Sekarang buka mata anda selebar mungkin. perbedaannya, saat tegang dan rileks.
Tahan. Hitung1….2…..3....4...tahan...5 Sekarang o Sekarang lengkungkan punggungmu ke
kendorkan. (ulangi dua kali). belakang. Tahan. Pas kan tanganmu santai,
o Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan 1..2..3..4..5.. Sekarang lepaskan(ulangi dua kali).
perbedaannya, saat tegang dan rileks. o Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan
o Tutup matamu sekuat mungkin, rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks.
ketegangan disekitar kelopak mata….hitung o Bungkukkan punggungmu ke depan. Tahan dan
1….2…..3…4...5... lepaskan…rilekskan….(ulangi pas kan kamu bernapas dengan normal dan
dua kali). kedua tanganmu tetap santai, 1….2…..3…4...5....
o Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan Sekarang kembali santai (ulangi dua kali).
perbedaannya, saat tegang dan rileks o Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan
o Sekarang buka mulutmu selebar mungkin. Lebih perbedaannya, saat tegang dan rileks.
lebar lagi. 1….2…..3…4...5... Ok kembali santai o Palingkan kepalamu ke kanan dan tegangkan
(ulangi dua kali.) lehermu 1….2…..3…4...5.... Santai, dan
o Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan kembalikan posisi kepala ke posisi semula
perbedaannya, saat tegang dan rileks (ulangi dua kali).
o Angkat kedua bahumu, bernapaslah dengan o Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan
perbedaannya, saat tegang dan rileks.

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

100 101
o Palingkan kepala ke kiri tegangkan lehermu, Teknik Relaksasi Progressive Muscle untuk Usia Kecil
1….2…..3…4...5.... Santai sekarang kembalikan Anak-anak dengan usia dibawah 7-8 tahun juga dapat
posisi kepala ke posisi semula (ulangi dua kali). memanfaatkan kegunaan progressive muscle, namun diperlukan
o Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan imrovisasi dalam penyanjiannya agar anak-anak dak bosan dan
perbedaannya, saat tegang dan rileks. dapat merasakan manfaatnya. Relaksasi untuk mereka dilakukan
o Sekarang tundukkan kepalamu hingga hampir dengan tujuan yang sama namun disajikan dengan permainan
menyentuh dada. Tahan. Sekarang kembalikan dan cerita.
posisi kepala,ulangi lagi dua kali.
o Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan Membentuk benda
perbedaannya, saat tegang dan rileks. Teknik ini bertujuan untuk membuat anak mengencangkan dan
o Sekarang hirup udara dan simpan di dada, mengendorkan otot secara bergan an Minta anak-anak
s e h i n g g a d a d a m u m e m b e s a r, t a h a n bergerak atau berjalan pelan di ruangan, setelah bergerak
1…2…3….4...5.. (ulangi dua kali). beberapa saat, minta mereka untuk: “Sekarang kita menjadi
o Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan Kapas ringan yang terbang terbawa angin.........”ajak anak untuk
perbedaannya, saat tegang dan rileks. memeragakan diri sebagai kapas yang terbang dibawa angin.
· Pertahankan relaksasi ini, angkat kedua
tungkaimu 1…2….3…4...5... Sekarang turunkan. Setelah beberapa saat,katakan“sekarang menjadi ang listrik
· Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan yang kaku..ayo lebih kaku lagi, semakin kaku, tambah
perbedaannya, saat tegang dan rileks. kaku.......”Minta anak untuk menunjukkan pose sebagai ang
· Sekarang lengkungkan jari-jari kaki mengarah ke listrik yang keras, sentuh tangan mereka dan minta supaya
tubuhmu. Lengkungkan sekeras mungkin. semakin keras.
1….2…..3…4...5...
· Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan Setelah beberapa saat, katakan “menjadi pohon kelapa ditepi
perbedaannya, saat tegang dan rileks. pantai..., lebih lentur lagi, semakin letur...”
· Lengkungkan jarimu ke arah sebaliknya. “Menjadi batu yang keras........”
Perha kan tegangannya1….2….3. Sekarang “Menjadi ular yang meliuk-liuk.....”
santai kembali. “Menjadi robot yang berjalan…. “
· Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan “Menjadi tanah liat yang lembek......”.
perbedaannya, saat tegang dan rileks. Santai, “Menjadi batu karang yang keras......”
sekarang lengkungkan jari-jari kakimu, sekeras “Menjadi kupu kupu yang terbang.......”
mungkin. Ok relaks.

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

102 103
apakah?..........................................Dengarkan ada suara apa
saja disitu............................................Apa yang paling kamu
ingin lakukan disitu? Lakukanlah...........”
“Tempat ini adalah tempat rahasia mu, jika suatu saat kamu
cemas atau takut, kamu cukup membayangkan tempat ini, maka
secara ajaib kamu akan tenang”
Setelah beberapa saat katakan:

Tempat Rahasia
0 Relaksasi Membentuk Benda
”secara perlahan kita akan kembali ...., saya akan menghitung
hingga 5, pada hitungan ke 5, kita akan membuka mata kita dan
kembali ke ruangan in, 1.............,2................3 gerakkan secara
perlahan kaki kita, 4, gerakkan secara perlahan ujung jari-jari
kita, 5 buka mata perlahan-lahan kembali ke tempat ini”
Bagikan kertas hvs dan pensil warna kepada anak-anak.
Minta mereka untuk menggambar suatu tempat yang mereka Gua Ber ngkat 3
sukai, tempat itu bisa berupa taman bunga, taman bermain, Katakan pada anak-anak bahwa kita akan mengajak
rumah dari gula-gula, rumah diatas pohon atau apapun juga. mereka mengunjungi gua ber ngkat 3 untuk mengambil senjata
Setelah mereka selesai menggambar minta mereka untuk pusaka. Ajak mereka untuk berdiri dan katakan : Anak-anak kita
menceritakan, apa yang mereka gambar, ada apa saja disitu, apa akan mengunjungi gua ber ngkat ga untuk mengambil senjata
saja yang mereka senang lakukan ditempat itu. Setelah mereka pusaka yang ada disana.
selesai menceritakan, katakan bahwa mereka akan diajak untuk kita akan berjalan pelan-pelan mendeka gua yang ada di depan
mengunjungi tempat rahasia mereka. Minta mereka untuk kita (berjalanlah ditempat dengan pelan-pelan), injak batu
dengan menekan kuat (ajukan kaki kanan dan tekan dengan
duduk dengan nyaman, menghirup nafas yang dalam 2-4 kali dan
kuat), injak batu disebelah kiri dengan kuat juga (ajukan kaki kiri
menutup mata mereka. Saat mereka menutup mata, katakan:
dan tekan dengan kuat). Ya......pintu pertama sudah terbuka,
“Saat ini kita masuk dalam tempat rahasia kita, tempat yang kita
liriklah mata ke atas, kita perlu melirik adakah kelelawar diatas
sukai dan dak ada seorangpun yang tahu, yang telah kamu
(wajah tetap menhadap ke depan), adakah yang melihat?
gambar tadi”. Liriklah sekali lagi? Adakah yang melihat kelelawar diatas?
“Lihatlah apa saja yang ada di tempat itu, adakah pohon? Liriklah sekali lagi? Apa yang terlihat anak-anak? Baik, kalau
Bunga? mainan?..................................... Apa begitu situaisinya aman. Sekarang kita putuskan tali yang dapat
warnanya?...................... Apa lagi yang terlihat? ................Coba mengangkat kita ke atas, gigit dengan kuat........lebih
sentuh salah satu yang terlihat, rasakan! Bagaimana rasanya? kuat......lebih kuat lagi............(ekspresikan seolah-olah kita
Apakah kasar? Atau halus? Atau panas? Atau dingin? sungguh-sungguh menggigit sesuatu), ya kita butuh tenaga yang
..........................Coba hirup udaranya, ada bau lebih kuat, anak-anak tarik nafas yang kuat.........nah sekarang

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

104 105
kita lebih kuat, mari kita gigit lagi...........gigit yang kuat......lebih Teriakan Penghalau Singa
kuat lagi........., wah kita harus mengambil tenaga lagi, tarik Teknik ini bertujuan untuk membuat anak melepaskan emosi
nafas dalam... ya kita sekarang sudah lebih kuat lagi, mari kita dengan melakukan teriakan sekencang-kencangnya.
gigit lagi..........gigit yang kuat.........lebih kuat lagi................ya Mulailah dengan cerita tentang Singa yang mengganggu desa,
talinya putus, wah rasakan otot dipipi kita rasanya jadi lemas anda bisa membuat atau mengarang suatu cerita yang menarik
khan? Mari kita ikatkan tali itu ke perut kita, ikat yang kencang, tentang hal ini. Kemudian, anak-anak diminta untuk membantu
tahan nafas kencangkan perut kita supaya dak sakit, tarik lebih menghalau singa dengan teriakan mereka. Minta anak-anak
kencang lagi talinya, semakin kencang, ya tahan....kita diangkat untuk lari-lari kecil di tempat, semakin lama semakin kencang,
naik ke ngkat 2. Nah lepaskan talinya, rasakan segera perut kita kemudian hitunglah 1, 2 dan 3, Pada hitungan ke ga , teriaklah
l e g a k h a n ? . . . . . m a r i k i ta a m b i l ke ku a ta n l a g i , ta r i k bersama-sama Haauuuuuu sekencang mungkin. Kembali lari-lari
nafas.............ya kita sudah siap lagi mari kita ikatkan lagi, ikat kecil, semakin lama semakin kencang kemudian hitunglah 1,2
lebih kencang, semakin kencang, kencangkan perut kita. dan 3, teriak Haauuuuuu lagi. Lakukan hal ini 4-5 kali.
Tahan......tahan.......ya kita sampai ngkat 3 , kendorkan perut
kita....rasakan lemasnya perut kita.....lebih enak khan? Di depan Teknik Relaksasi Sensor Tubuh
k i ta a d a b a t u y a n g m e n g h a l a n g i j a l a n , k i ta p e r l u Sensor tubuh adalah upaya untuk mendorong mereka menyadari
menyingkirkannya.......tarik nafas dulu ambil tenaga, hembuskan se ap bagian dari tubuhnya dan melakukan self suges bahwa
perlahan, mari kita ambil batu itu, angkat ke atas, terus ke atas
tubuhnya sehat. Jika hal ini dilakukan cukup sering maka anak-
dan buang ke sampig kanan. Masih ada satu batu lagi, tarik
anak akan terla h untuk menggunakan kekuatan mental untuk
nafas, keluarkan perlahan agar tenaga kita bertambah, angkat
mengendalikan tubuhnya. Teknik ini cocok untuk anak-anak usia
lagi, terus angkat, batu itu berat sekali, lempar ke kiri.. Mari kita
4-8 tahun yang senang berimajinasi.
berjalan lagi (berjalanlah ditempat dengan perlahan), di depan
kita ada pintu, mari kita dorong, tarik nafas dahulu, mengambil
Katakan pada anak-anak bahwa mereka akan akan melakukan
t e n a g a , h e m b u s ka n p e r l a h a n . M a r i k i t a d o r o n g ,
satu........dorong yang lebih kuat......dua............... Wah pintunya sensor pada tubuh untuk membuat tubuh mereka terasa
dak mau terbuka, kendorkan tangan mu, kita ulangi lagi, ambil nyaman dan sehat. Minta anak-anak untuk melakukan sensor
tenaga dulu, tarik nafas dan hembuskan perlahan, mari kita dengan cara menyentuh seluruh tubuh mereka dengan perlahan-
dorong bersama, satu........lebih kuat lagi........dua.........semakin lahan (biasanya anak-anak akan melakukan dengan cepat). (1)
kuat, ga.......horeee pintu terbuka......tepuk tangan......... Gosok-gosokkan kedua tangan terlebih dahulu, dan (2) tanyakan
rasakan tangan dan seluruh tubuh kita menjadi lemas rasanya. kepada anak-anak cahaya warna apa yang keluar dari tangan,
Kita sudah sampai ngkat 3, kita berhasil mendapatkan senjata se ap anak boleh memilih warna yang disukai. Kemudian (3)
pusaka, kita pemenang. mulailah dengan mengusap kepala, diperinci ke dahi, pipi kanan,
pipi kiri, belakang kepala, sekeliling leher, pundak kanan, tangan
kanan, pundak kiri, tangan kiri, dada, perut, kaki kanan dan kaki

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

106 107
kiri, ulangi ak vitas ini hingga 3 kali. Se ap kali selesai hingga Tentang Penulis
kaki, (4) berikan suges posi p dengan mengatakan : “tubuh kita
terasa nyaman dan sehat” Kuriake Kharismawan adalah psikolog di Center for Trauma
Recover y d a n p en ga j a r d i Fa ku lta s Ps iko lo g i U n ika
Teknik Relaksasi Menghirup Bunga Soegijapranata. Semenjak tahun 1999 terlibat dalam berbagai
Teknik ini bertujuan mens mulasi anak untuk menghirup oksigen pemulihan trauma bagi korban kekerasan dan bencana. Pernah
dan nitrogen monoksida yang dibutuhan oleh tubuh. Nitrogen menjadi konsultan di berbagai INGO untuk permasalahan
monoksida selain ber ndak sebagai neurotsranmiter yang Pendidikan dan Perlindungan Anak, Pemulihan Trauma dan
mempercepat pengiriman pesan juga memberikan efek Perdamaian, dan saat ini menjadi fasilitator dan trainer bagi
menenangkan, karena akan mengak an reaksi berantai dalam berbagai Kementerian dan Dinas terkait bidang psikologi dan
sel-sel tubuh yang menyebabkan pembuluh darah mengendur trauma. Diskusi ataupun informasi lebih lanjut dapat
menghubungi: ctr@unika.ac.id atau whatsapp: 081325138880.
dan berdilatasi. Dengan bernafas menggunakan hidung maka
seseorang menghirup udara dengan kadar yang nggi. (Oz, 2009,
267). Suplai oksigen dan nitogen dioksida yang memadai akan
membuat tubuh lebih nyaman.

Mintalah anak-anak untuk menyebutkan bunga yang baunya


harum. Andaikata ada seorang anak yang menyebut “Mela ”
tanyakan siapa yang pernah melihat bunga mela , bagaimana
bentuknya, besar atau kecil, apa warnanya. Kemudian katakan; “
mari kita membayangkan memegang bunga mela , tutup mata
kita……..sekarang kita hirup baunya dengan hidung kita, ingat
dengan hidung kita….hmmmmmmm, bagaimana
baunya…..harum khan……Kita ulangi lagi………….Satu dua ga,
kita hirup lagi………….., kita hirup sekali lagi dengan hidung
kita……... Lakukan hal ini beberapa kali, agar anak-anak
menghirup oksigen dan nitrogen dioksisa dengan melimpah.
Tanyakan kepada mereka, “bunga apa lagi yang harum?”

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS PADA ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN

108 109

Anda mungkin juga menyukai