Nur Fadhilah - 210701501003 - Rev Jurnal Kuantitatif
Nur Fadhilah - 210701501003 - Rev Jurnal Kuantitatif
Disusun Oleh:
Nur Fadhilah
210701501003
H
Landasan teori Peneliti mengambil penelitian ini karena menurutnya, penelitian ini
akan memberikan pandangan baru terhadap kajian mengenai syukur
dan berfokus pada ungkapan syukur secara verbal dalam perilaku
prososial remaja, sekaligus juga melihat keterlibatan peran motivasi
yang secara internal dapat mempengaruhi perilaku prososial remaja.
Referensi: Fitroh, N., Lukman, L., & Nurdin, M. N. H. (2018). Pengaruh ungkapan syukur dan
motivasi terhadap perilaku prososial remaja. Jurnal Psikologi Sosial, 16(2), 136–147.
https://doi.org/10.7454/jps.2018.13
Jurnal Psikologi Sosial, Vol. 16, No. 02, 139-147 (2018)
Penulis: Nurul Fitroh, Lukman, Muh. Nur Hidayat Nurdin
CITATIONS READS
0 983
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Nurul Fitroh on 15 February 2019.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perilaku prososial remaja yang
memiliki motivasi autonomous dan controlled serta yang menerima dan tidak menerima
ungkapan syukur. Partisipan penelitian ini melibatkan 94 Siswa SMA berusia 15-18 tahun.
Melalui metode eksperimen penelitian ini menggunakan factorial design with two between-
subjects independent variabels. Hasil penelitian menunjukkan, pertama, remaja yang
memiliki motivasi autonomous memiliki intensi perilaku prososial yang lebih baik
dibandingkan dengan remaja yang memiliki motivasi controlled. Kedua, tidak terdapat
perbedaan intensi perilaku prososial pada remaja yang menerima ungkapan syukur dan
tidak menerima ungkapan syukur. Ketiga, tidak ada interaksi antara motivasi dan
ungkapan syukur terhadap intensi perilaku prososial pada remaja. Penelitian ini dapat
dijadikan bahan diskusi lanjutan untuk mengetahui alasan ungkapan syukur tidak
berpengaruh pada perilaku prososial remaja yang pada umumnya bisa memberikan
pengaruh.
Abstract
This study aims to determine the differences of prosocial behaviour intention in
adolescents who have autonomous and controlled motivation and who receive and do not
receive expressions of gratitude. Participants in this study involved 94 high school
students,15-18 years old. Through the experimental method, this research uses factorial
design with two between-subjects independent variables. The results showed, first,
adolescents who had autonomous motivation had better prosocial behavior intentions than
those with controlled motivation. Second, there is no difference in prosocial behavior
intentions among adolescents who receive gratitude expressions and do not receive
gratitude expressions. Third, there is no interaction between motivation and expressions of
gratitude towards prosocial behavior intentions in adolescents. This research can be used
as a matter of further discussion to find out the reason for the expression of gratitude that
does not affect the prosocial behaviour that generally found influencing in adolescents.
Pendahuluan
Sebagai emosi, syukur dapat men- Sekalipun terdapat perbedaan dalam me-
jadi pengalaman universal, namun setiap ngekspresikan syukur, hampir semua bu-
budaya menunjukkan perbedaan konsep daya menganggap syukur sebagai se-
dan strategi dalam mengekspresikan buah nilai kebaikan (virtue) yang di-
perasaan tersebut. (Floyd dkk., 2018). harapkan di dalam masyarakat (Mercon-
139
140 Fitroh, Lukman, & Nurdin
Vargas, Poelker, Jonathan & Tudge, & Laksono, 2017) lalu konsep dan kons-
2018). truk syukur dalam psikologi islam (Rusdi,
Di dalam masyarakat Brazil, ung- 2016), dan pengembangan skala ber-
kapan syukur secara verbal adalah syukur di Indonesia (Listiyandini, Natha-
strategi yang paling umum dilakukan nia, Syahniar, Sonia & Nadya, 2015).
(Palhares, Freitas, Vargas & Tudge, Terdapat juga beberapa penelitian yang
2018). Sedangkan pada masyarakat Cina mengaitkan syukur dengan tema ber-
dan Korea Selatan, ekspresi syukur beda, misalnya syukur dan perilaku pro-
connective yaitu membalas kebaikan be- sosial (Wicaksono & Susilawati, 2016)
nefactor dengan sesuatu yang diharap- serta syukur dan well-being (Sativa &
kan atau yang mungkin dibutuhkan oleh Helmi, 2013)
benefactor, menjadi strategi yang di- Penelitian sebelumnya belum se-
utamakan (Mendonça, Mercon-Vargas cara spesifik melihat ekspresi syukur
dkk., 2018). Lain lagi pada masyarakat dalam konteks hubungan interpersonal.
Jepang, yang memiliki ungkapan ‘sumi- Padahal terdapat manfaat sosial yang
masen’ dalam menunjukkan rasa tidak besar dibalik ekspresi syukur, salah
enak diri karena telah memberatkan satunya adalah perilaku prososial. Syukur
pihak lain dalam menolongnya (Naito & interpersonal merupakan kondisi ketika
Washizu, 2015). individu mengakui bahwa dirinya telah
Penelitian sebelumnya (Palhares menerima sesuatu yang berharga dari
dkk., 2018; Mendonca dkk., 2017; Naito & orang lain (Emmons, 2012). Mengeks-
Washizu, 2015) menjelaskan pentingnya presikan syukur akan menimbulkan self-
pengaruh budaya dalam memaknai dan worth pada orang yang menerimanya
mengekspresikan syukur. Syukur sebagai (Grant & Gino, 2010). Ekspresi syukur
virtue jelas memiliki peran penting dalam bisa dinyatakan melalui ekspresi wajah
hubungan interpersonal, sebab bukan ha- maupun ungkapan verbal (Naito, Wang-
nya menelusuri perasaan beneficiary wan, & Tani, 2005) dan dalam bentuk
saja, namun juga melibatkan penelusuran tulisan (Grant & Gino, 2010). Apa pun
hubungan resiprokal antara benefactor bentuk ekspresi tersebut, Naito dkk.
dan beneficiary. Indonesia adalah negara (2005); Grant dan Gino (2010) secara
yang terkenal akan ragam suku, budaya, bersama-sama menemukan bahwa eks-
etnis, dan agamanya. Dalam beberapa presi syukur berkorelasi positif dengan
budaya terdapat istilah khusus dalam perasaan positif dan motivasi untuk me-
mengungkapkan syukur, misalnya dalam lakukan perilaku prososial. Grant dan
budaya Jawa, ‘matur nuwun’, Sunda Gino (2010) menemukan bahwa dalam
‘hatur nuhun’, dan Batak ‘mauliate’. Se- hubungan interpersonal, perilaku pro-
dangkan ada pula yang tidak memiliki sosial bisa muncul karena ungkapan
istilah khusus dalam mengungkapkan syukur. Individu yang menerima ung-
syukur, misalnya pada suku Bugis, na- kapan syukur akan membuat individu
mun bukan berarti mereka tidak memiliki tersebut mempertahankan perilaku proso-
konsep terhadap syukur. Suku Bugis dan sialnya di kesempatan lain. Yoshimura
Makassar dapat memaknai syukur dan dan Berzins (2017) juga mengungkapkan
menerapkannya dalam kehidupan sehari- pentingnya mengungkapkan rasa syukur
hari (Fitroh, Kurniawan, Azizah, Pratama, dalam hubungan sosial sebagai upaya
& Ahyar, 2016). meningkatkan well-being seseorang.
Di Indonesia penelitian psikologi Melalui penelitian Grant dan Gino
dalam kajian syukur telah dilakukan. (2010), kita dapat melihat reaksi yang
Misalnya terdapat studi mengenai makna diperoleh benefactor saat menerima ung-
syukur pada mahasiswa (Haryanto & kapan syukur, dalam arti lain, penelitian
Kertamuda, 2016; Kusumastuti, Setyorini tersebut memungkinkan kita melihat syu
Pengaruh ungkapan syukur dan motivasi terhadap perilaku prososial 141
kur dalam fungsi reinforcer yang berasal akan merasakan kondisi diri yang ter-
dari faktor eksternal sehingga dapat kontrol dan tertuntut oleh situasi, dalam
mempertahankan perilaku prososial be- motivasi autonomous, seseorang akan
nefactor (McCullough, Kilpatrick, Em- berada pada kondisi perasaan bebas dan
mons, & Larson, 2001). Namun, kita be- senang dalam melakukan sesuatu.
lum melihat faktor internal yang dimiliki Individu yang setiap perilakunya di-
benefactor itu sendiri, yakni motivasinya. dukung oleh kondisi autonomous dan
Sedangkan dalam hubungan resiprokal setiap perilakunya di lingkungan dihargai
kita juga perlu menelusuri bagaimana dengan menerima ungkapan rasa atas
kondisi internal benefactor saat melaku- perilaku yang ia lakukan, maka ia tidak
kan perilaku prososial. Dorongan internal hanya akan berada pada kondisi pe-
yang berbeda dapat pula memberikan nilaian diri yang baik namun juga akan
efek psikologis berbeda pada diri se- merasakan penguatan emosi positif hal
seorang dalam perilaku prososial. tersebut menjadi moral barometer dan
Menurut Kim, Dyne, dan Lee (2018) reinforcer (McCullough, dkk. 2001). Ke-
dalam salah satu studinya, motivasi auto- tika perilaku prososial dibutuhkan individu
nomous membuat benefactor memiliki yang berada dalam kondisi autonomous
kondisi emosi yang lebih positif saat me- dan menerima ungkapan syukur akan
lakukan perilaku menolong. Hal tersebut, memberikan performa yang lebih baik,
menurut Deci dan Ryan (2000) terjadi hal ini pun dapat terjadi jika ungkapan
karena individu berhasil merefleksikan diri syukur tersebut dirasakan melalui proses
sebagaimana mestinya, dan dalam atri- immerse yang baik, dibandingkan dengan
businya melakukan internal perceived kelompok yang berada dalam kondisi
locus of causality (IPLOC). Deci, La controlled dan perilaku mereka tidak
Guardia, Moller, Scheiner dan Ryan dihargai dengan tidak hadirnya ungkap-
(2006) juga mengemukakan bahwa da- kan syukur.
lam hubungan interpersonal, memberikan Penelitian ini akan memberikan pan-
dukungan autonomy, dan menerima du- dangan baru terhadap kajian mengenai
kungan autonomy akan membuat kualitas syukur dan berfokus pada ungkapan
hubungan menjadi lebih baik dan efek syukur secara verbal dalam perilaku pro-
psikologis yang lebih sehat. sosial remaja, sekaligus juga melihat
Penelitian lain mengenai motivasi keterlibatan peran motivasi yang secara
dalam menolong dengan membanding- internal dapat mempengaruhi perilaku
kan antara motivasi autonomous dan prososial remaja. Maka dari itu, penelitian
controlled, membuktikan bahwa motivasi ini memiliki tiga hipotesis, pertama ter-
autonomous memberikan individu per- dapat perbedaan intensi perilaku pro-
forma yang lebih baik, juga self-esteem sosial pada individu dalam kondisi auto-
dan well-being yang lebih tinggi di- nomous dan individu dalam kondisi
bandingkan dengan motivasi controlled controlled. Individu dengan motivasi auto-
(Weinstein & Ryan, 2010), bahkan mem- nomous akan lebih tinggi intensi perilaku
beri reaksi positif terhadap beneficiary prososialnya. Kedua, terdapat perbedaan
(Weinstei, DeHaan, & Ryan, 2010) be- intensi perilaku prososial pada individu
gitupun yang ditemukan oleh Pavey, yang menerima ungkapan syukur dan
Greitemeyer dan Sparks (2012) bahwa individu yang tidak menerima ungkapan
perilaku menolong dan tingkat empati syukur. Individu yang menerima ungkap-
lebih tinggi dimiliki oleh individu yang an syukur dari orang lain akan lebih tinggi
berada dalam kondisi autonomous di- intensi perilaku prososialnya. Ketiga, ter-
banding pada individu yang berada pada dapat perbedaan perilaku prososial pada
kondisi controlled, hal tersebut karena individu dalam kondisi autonomous dan
jika dalam motivasi controlled seseorang individu dalam kondisi controlled ketika
142 Fitroh, Lukman, & Nurdin