Anda di halaman 1dari 20

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.

1, 2014

ANALISA VARIASI SKEMA PUTUSAN PENGADILAN PAJAK ATAS


TRANSAKSI KEPADA PIHAK YANG MEMILIKI HUBUNGAN
ISTIMEWA
Henry Wijaya dan Arja Sadjiarto
Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra
Henry280193@gmail.com

ABSTRACT
This study aimed to understand the schemes of tax court decision on transactions between realted
parties or affiliated transactions that occurred in Indonesia. All tax court decisions in this study were all
tangible goods which were adjudged between 2013 to 2014.
The results of this study showed that the main dispute of 5 cases from 7 cases, or approximately 71,4%
are the comparables,in the analysis of WKH DUP¶V OHQJWK SULQFLSOH HLWKHU LQ the level of transaction or to the level
parties that become camparables. The other main disputes were the value of makr up or gross profit margin, the
rules or guidelines for transfer pricing, the related parties, the methods of analyzing used,and the decision of
tax objection letters. From those 7 cases, 5 of them can be grouped as tax avoidance and 2 of them as tax
evasion.
Keywords : transfer pricing, tax court decisions, taxation, tax evasion, tax avoidance

PENDAHULUAN kemudian diinterpretasikan dalam OECD Guidelines


Hubungan istimewa dalam peraturan (2010), merupakan sumber hukum dalam
perpajakan Indonesia, tepatnya di UU no. 36 tahun menginterpretasikan hukum penghindaran pajak
2008, mengenai Pajak Penghasilan, pasal 18 ayat 4 berganda dan juga regulasi transfer pricing di
memiliki 3 arti, yaitu, hubungan kepemilikan, dalam berbagai Negara. Dimasukkannya prinsip DUP¶V
hal ini hanya berlaku untuk perusahaan saja, lalu length ini berawal dari rumitnya alokasi penghasilan
penguasaan oleh pihak lain secara langsung maupun dan biaya dari perusahaan-perusahaan dalam suatu
tidak langsung, dalam artian menguasai ataupun grup perusahaan muultinasional yang beroperasi di
mempengaruhi secara signifikan pengambilan berbagai Negara, sehingga berdampak pada penentuan
keputusan, dan yang terakhir adalah yang paling pajak yang harus dibayar perusahaan pada suatu
banyak diketahui orang yaitu hubungan kekeluargaan. Negara (Darussalam, Septriadi, dan Kristiaji, 2013).
Dalam setiap hubungan istimewa antar wajib pajak Cara menerapkan DUP¶V OHQJWK SULQFLSOH ini dengan
ada transaksi barang maupun jasa. Menurut cara menganalisa kesebandingan dan menentukan
Ompusunggu (2011), di berbagai bentuk transaksi pembanding yang tepat, menentukan metode
hubungan istimewa terlihat upaya pengalihan sumber penentuan harga wajar atau laba wajar yang tepat,
daya dan penghindaran pajak antara pihak-pihak yang lalu tidak lupa untuk mendokumentasikan setiap
memiliki hubungan istimewa, atau transfer pricing langkah yang diambil ketika menentukan harga wajar
(TP). Penghindaran pajak, seperti yang kita ketahui atau laba wajar.
memiliki 2 bentuk, yaitu tax avoidancce dan tax Dalam menentukan pembanding yang tepat
evasion. Menurut Franzoni (1999) tax evasion perlu diakukan analisa kesebandingan. Ada 5 faktor
merupakan bentuk penghindaran pajak yang kesebandingan yang perlu diperhatikan yaitu jenis
melanggar peraturan, sedangkan Tax avoidancce produk, analisa fungsional / FAR (Fungsi, Aset dan
adalah penghindaran pajak yang tidak melanggar Resiko), ketentuan kontrak, strategi bisnis, dan situasi
peraturan. Untuk dapat meminimalisir penghindaran ekonomi. Dalam analisa kesebanding ada 9 langkah
pajak yang dilakukan Wajib Pajak, maka jika Wajib menurut paragraf 3.4 pada OECD Guidelines 2010,
Pajak (WP) memiliki jenis transaksi dengan pihak yaitu penetuan periode analisis, analisa kondisi wajib
yang terkait Hubungan Istimewa, dalam hal pajak, pemahaman atas transaksi afiliasi, menelaah
melaporkan nilai transaksi sebagai dasar pembanding internal, menentukan ketersediaan
penghitungan penghasilan kena pajaknya, informasi mengenai pembanding eksternal, pemilihan
transaksinya harus sebanding dengan nilai pasar metode yang paling sesuai, identifikasi pembanding
barangnya, tidak boleh di bawah atau di atas dari nilai yang paling sesuai, melakukan penyesuaian, dan
pasar. Menurut PER.32/PJ/2011, mengenai penerapan interpretasi dan penggunaan data dalam penentuan
kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi kewajaran transaksi. Selain itu dalam menentukan
antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai pembanding yang tepat agar data yang diperoleh
hubungan istimewa, perusahaan harus menerapkan dapat dipertahankan apabila nantinya Direktorat
prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atau biasa Jendral Pajak (DJP) melakukan pemeriksaan, terdapat
disebut DUP¶V OHQJWK SULFLSOH. Menurut Miyatake 3 syarat (Darussalam, Septriadi, dan Kristiaji, 2013).
(2007) DUP¶V OHQJWK SULQFLSOH seperti yang tertera Tiga syarat yang perlu diperhatikan adalah harus
pada OECD pasal 9 ayat 1 OECD Model yang sejalan dengan prinsip atau situasi ekonomi

1
perusahaan, kedua, faktor transparansi dan obyektif, diperoleh perusahaan-perusahaan yang berada dalam
dan yang terakhir proses tersebut dapat diulangi pada kondisi serupa, serta dalam industri dan pasar yang
saat pemeriksaan. Selain menentukan pembanding sama cenderung akan menjadi sama dalam jangka
yang tepat perusahaan juga harus menentukan metode panjang. Tingkat laba yang diuji kewajarannya dalam
penentuan harga wajar yang tepat. Ada beberapa metode ini adalah laba operasi atas transaksi afiliasi,
metode dalam menentukan harga wajar, antara lain hal inilah yang membuat metode ini dengan metode
adalah Comparable Uncontrolled Price, Resale Price cost plus dan resale price method yang menggunakan
Method, Cost Plus, Profit Split Method, Transactional laba kotor sebagai acuan kewajaran.
Net Margin Method. Secara sederhana, metode Metode Profit Split (PSM) ini merupakan
Comparable Uncontrolle Price (CUP) ini dapat metode analisis penerapan prinsip kewajaran dengan
dijelaskan dengan sebuah ilustrasi. Semisal PT A menggunakan cara pandang pihak independen dalam
menjual produk kepada A Co. dengan harga 100 dan membagi laba dari suatu transaksi dalam kondisi yang
PT A juga menjual kepada B Ltd, seharga 150. Untuk sebanding. Dalam menerapkan metode ini, laba
menentukan harga jual PT A kepada A Co. perlu gabungan dari suatu transaksi afiliasi dibagikan
diperhatikan apakah produk tersebut memiiki karakter kepada pihak-yang teribat dalam transaksi afiliasi
yang serupa dengan yang dijual kepada B Ltd. selain berdasarkan suatu basis ekonomi tertentu yang
itu juga perlu diperhatikan kontrak penjualan pada mencerminkan pembagian laba yang wajar
kedua transaksi. Apabila terjadi perbedaan yang selayaknya yang terjadi di pihak-pihak independen.
signifikan maka diperlukan suatu penyesuaian. Tetapi Dalam menentukan metode tersebut harus
perlu diperhatikan bahwa penyesuaian tersebut harus memperhatikan kelebihan dan kekurangan setiap
didukung oleh data yang cukup dan valid. Maka dari metode, kesesuaiannya terhadap sifat dasar transaksi
itu unsur ketersediaan data merupakan persyaratan berdasar analisis fungsional, ketersediaan informasi,
penting untuk menerapakan metode ini. Menurut dan tingkat kesebandingan antar transaksi.(
Darussalam, Septriadi, dan Kristiaji (2013) . Resale PER.32/PJ/2011, mengenai penerapan kewajaran dan
Price Method (RPM) merupakan metode yang kelaziman usaha dalam transaksi antara wajib pajak
digunakan untuk menilai kewajaran kompensasi atas dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
aktivitas distribusi maupun pemasaran yang dilakukan ayat 11).
perusahaan. Metode ini tepat digunakan untuk skema Barulah setelah perusahaan dapat membuat
transaksi seperti perusahaan pabrikan yang menjual laporan keuangan berdasarkan harga maupun laba
produknya kepada pihak afiliasi, dan pihak tersebut wajar. perusahaan dapat menghitung penghasilan
menjualnya kembali kepada pihak independen. kena pajaknya dan dapat mengetahui secara tepat
Metode ini mengasumsikan bahwa gross margin yang berapa pajak yang harus dibayarkannya kepada
didapat perusahaan distributor akan sesuai dengan Negara. Dan dalam mengontrol agar WP tetap
tingkat pengembalian yang dibutuhkan investor. memenuhi kewajibannya, pihak DJP memiliki
Harga wajar dalam penerapan metode ini instrument pemeriksaan untuk menguji kepatuhan WP
ditentukan dengan mengurangkan harga jual kepada (UU no 16 tahun, 2009, mengenai Ketentuan Umum
pihak independen atas suatu produk yang dibeli dari dan Tata Cara Perpajakan ps 29 ayat 1). Dalam
perusahaan afiliasi dengan suatu laba kotor yang melakukan pemeriksaan WP yang melakukan
wajar, dimana laba kotor ini mencerminkan transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan
kompensasi pihak reseller. istimewa, DJP berhak menentukan kembali besarnya
Harga wajar = harga jual kembali ± laba kotor yang penghasilan dan pengurangan untuk menghitung
wajar untuk reseller. besarnya penghasilan kena pajak sesuai dengan nilai
Metode Cost Plus (C+) ini disebut metode wajar nya(UU no 36, 2008, Mengenai Pajak
biaya plus di Indonesia, dilakukan dengan Penghasilan ps 18 ayat 3).
membandingkan laba/mark up atas biaya yang Seperti pada kasus yang telah diputus oleh
dikeluarkan dalam suatu transaksi afiliasi dengan pengadilan pajak yaitu PUT
mark up yang dilakukan daam suatu transaksi .50613/PP/M.XII/B/15/2014, di mana pemohon
independen. Perhitungan harga wajar dalam metode banding atau perusahaan diperiksa oleh terbanding
ini adalah: dalam hal ini adalah fiskus atau petugas pajak,
Harga wajar = biaya produksi (Cost base) + laba terbanding menemukan bahwa transaksi yang
(mark up) wajar dilakukan oleh pemohon banding tidak wajar. Dalam
Penerapan yang paling tepat untuk metode ini penjelasan sengketa tersebut dijelaskan bahwa pokok
menurut OECD Guidelines (2010) adalah pada sengketa tersebut adalah penggunaan pembanding
pabrikan sederhana, tanpa aktivitas yang kompleks. yang digunakan oleh terbanding kondisinya tidaklah
Perhitungan mark up tersebut adalah sebanding dengan pemohon banding. Pada kasus Put.
Mark up = laba kotor yang diuji/biaya produksi yang 42731/PP/M.I/15/2013, yang menjadi sengketa adalah
diuji. besarnya nilai mark up yang digunakan untuk koreksi
Metode Transactional Net Margin (TNMM) dan pihak ± pihak mana saja yang memiliki hubungan
dikembangkan berdasarkan teori bahwa laba yang isitimewa. Dalam sengketa ini menurut pemohon
banding nilai mark up yang digunakan terbanding penelitian ini didapat dari website serta buku-
terlalu tinggi dan sebagian dari penjualan yang buku. Didapat juga putusan-putusan pengadilan
dianggap penjualan kepada pihak yang memiliki pajak dimana peneliti mengkalisfikasikan setiap
hubungan istimewa oleh terbanding merupakan putusan-putusan pengadilan pajak terkait dengan
penjualan kepada pihak indpenden. Dari 2 kasus transaksi barang dagangan dengan pihak-pihak
diatas dan beberapa kasus yang akan dibahas nantinya yang memiliki hubungan istimewa. Skema
dapat terlihat bahwa di antara pemohon banding dan tersebut berisi tahun pajak, pokok sengketa,
terbanding terdapat perbedaan pendapat. Dengan pendapat terbanding, pendapat pemohon
menganalisa kasus-kasus tersebut penulis ingin banding, pendapat majelis, peraturan yang
mengetahui sekma ± skema yang ada dalam sengketa mendasari putusan tersebut, dan putusan akhir
transfer pricing dan apakah transaksi yang dilakukan dari majelis hakim.
oleh pemohon banding merupakan bentuk dari tax Instrumen yang digunakan peneliti untuk
avoidancce atau tax evasion. mengumpulkan data adalah kertas yang berisi daftar
pertanyaan untuk melakukan tanya jawab dengan
METODE PENELITIAN Konsultan Pajak. Metode pengumpulan data pada
Jenis penelitian yang digunakan untuk membahas penelitian ini ada 2, yaitu:
kasus pada penelitian ini adalah jenis penelitian 1. Wawancara
kualitatif berupa studi kasus, yaitu penelitian yang Peneliti akan melakukan tanya jawab dengan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis Konsultan Pajak dan mantan petugas pajak bagian
atau lisan dari orang-orang yang dapat dan perilaku pemeriksaan mengenai pandangan mereka terhadap
yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor, 1975). variasi putusan Mahkamah Agung tentang sengketa
Menurut Sukmadinata, (2005) penelitian kualitatif putusan-putusan banding transaksi barang dagangan
adalah penelitian yang ditujukan untuk terkait dengan hubungan istimewa.
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, 2. Pengkajian Referensi
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, Peneliti akan melakukan pengumpulan
persepsi, pemikiran orang secara individu maupun referensi/literatur yang relevan dengan penelitian ini.
kelompok. Penelitian kualitatif bertujuan untuk Kajian referensi/literatur ini berupa Undang-Undang
memperoleh gambaran seutuhnya megenai suatu perpajakan, peraturan perpajakan serta peraturan
kasus yang diteliti. lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, dan
Pada penelitian ini peneliti menggunakan karya ilmiah sebelumnya.
metode penelitian studi kasus. Metode studi kasus Teknik Analisis Data yang digunakan dalam
merupakan pengujian secara rinci pada suatu latar, penelitian ini mengikuti Miles dan Huberman, (1992),
orang atau subjek, atau peristiwa tertentu, (Bogdan dalam Agusta (2003), yaitu:
dan Biklen, 2007). Peneliti bertujuan untuk 1. Pengumpulan data
mengetahui pola ± pola atau skema putusan Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
pengadilan pajak mengenai transaksi antar pihak dan pengkajian referensi, yang akan disampaikan
dengan hubungan istimewa atau transfer pricing dan dalam bentuk tulisan yang mudah dipahami.
mengolah data ± data dari putusan pengadilan tersebut 2. Reduksi data
untuk mengetahui apakah transfer pricing merupakan Dalam tahap ini peneliti memfokuskan pada hal-
tax evasion atau tax avoidance. Peneliti menggunakan hal inti dan penting dari data yang sudah
metode penelitian kualitatif supaya data yang didapat dikumpulkan. Kemudian mencari tema, atau pola
lebih lengkap, mendalam, dan bermakna, sehingga dan membuang hak yang tidak diperlukan dalam
tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. penelitian. Sehingga didapat gambaran yang jelas
Didalam suatu penelitian dibutuhkan suatu mengenai kasustersebut dan mempermudah
kumpulan data yang mendukung, mencakup peneliti untuk menganalisis data.
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Data yang 3. Penyajian data
dibutuhkan dalam penelitian ini terkait putusan- Data yang sudah terangkum dijelaskan dengan
putusan yang telah diputuskan oleh majelis teks atau bersifat naratif, atau dapat pula
pengadilan pajak yaitu: berbentuk tabel agar lebih mudah dipahami.
1. Data Primer: yaitu data yang berasal dari 4. Penarikan kesimpulan
wawancara langsung kepada praktisi Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari
perpajakan/fiskus mengenai skema putusan- hasil analisis data yang sudah dilakukan dan
putusan banding pengadilan pajak terkait menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
transaksi barang dagangan dengan pihak-pihak sejak awal.
yang memiliki hubungn isitimewa.
2. Data Sekunder: yaitu data yang diperoleh dari HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dokumen-dokumen hasil penelitian kepustakaan, Put.42731/PP/M.I/15/2013 (PT A)
instansi lain yang relevan, dan teknologi Tahun pajak yang disengketakan pada putusan
informasi. Sumber data sekunder dalam ini adalah tahun 2008, sebesar USD 2.684.193,00.
Sengekta ini didaftarkan pada pengadilan pajak pada x Gross profit margin yang dilaporkan oleh PT
tanggal 20 Januari 2012 dan diputuskan oleh majelis A adalah 8,15%.
Penggunaan metode cost plus dengan 3
Tabel 1.1. pembanding beserta gross profit margin-nya,
Gross Profit Margin yaitu, Kumho Electric Inc. (18,12%),
Min 11,03% Wellypower Optronics Corporation (17,54%),
Q1 14,28% Precision Wires Indis Ltd (11,03)
Med 17,54% Sehingga diperoleh hasil analisa metode Cost
Q2 17,83% Plus sebagai berikut:
Maks 18,12% Oleh karena itu fiskus menggunakan nilai
Panasonic Electric median sebagai acuan dalam melakukan koreksi
8,15% atas peredaran usaha PT A sebesar 17,54%.
Works GMI
hakim pada 16 Januari 2013. Dalam menentukan Fiskus mengungkapkan penggunaan median itu
metode transfer pricing yang tepat, baik fiskus salah satunya dikarenakan pada saat melakukan
maupun PT A sudah melakukan hal yang tepat dan pemeriksaan PER.43/PJ/2010 belum ada. Fiskus
sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu juga berargumen bahwa menurut OECD
PER.43/PJ/2010, dimana pada pasal 11 ayat 3, yang Guidelines 2010, apabila koreksi yang dilakukan
pada intinya menyebutkan bahwa dalam menerapkan petugas pajak tidak diluar dari rentang
metode penentuan harga transfer, wajib dilakukan kewajaran, penyesuaian yang perlu dilakukan.
secara hirarkis, dimulai dari CUP, RPM atau CPM, Bahwa sepanjang PT A tidak dapat memberikan
dan terakhir dengan PSM atau TNMM. argumen bahwa kondisi transaksi-transaksi yang
Berikut pendapat ± pendapat yang disampaikan ada menyebabkan tidak dapat terpenuhinya
masing-masing pihak terkait sengketa ini. rentang gross profit margin mereka, maka fiskus
Menurut pemohon banding (PT A): berhak menggunakan poin margin sesuai dengan
1. Atas penggunaan nilai median sebagai dasar analisa statistiknya. Dan karena dua dari tiga
melakukan koreksi, PT A tidak setuju, dengan pembanding gross profit margin-nya melebihi
mengacu pada OECD Transfer Pricing Guidelines 17%, maka angka 17,54% sudah dianggap
2010. Paragraf 3.55, 3.57 3.60 3.62 menyatakan sesuai.
bahwa transfer pricing bukanlah ilmu pasti, 2. Bahwa berdasarkan pohon kepemilikan PT A
diperbolehkan menggunakan rentang kewajaran, memiliki hubungan istimewa secara tidak
dimana penggunaan suatu rentang dapat langsung dengan lawan transaksinya Mitsui Co
memberikan hasil yang diandalkan, selama hasil & Ltd. PT A dimiliki oleh Panasonic Electric
pengujian masih dalam rentang, dapat disimpulkan Works Co. Ltd sebesar 95% dan Panasonic
bahwa hasil tersebut sesuai dengan prinsip Electric Works Co. Ltd dimiliki oleh Panasonic
kewajaran. Oleh karena itu PT A berpendapat Corp sebesar 51%. Sedangkan Panasonic Corp
bahwa seharusnya koreksi adalah sebesar nilai dan Mitsui Co. & Ltd dimiliki oleh 5 perusahaan
kuartil bawah yaitu 14,28% yang sama meskipun kepemilikannya tidak
Bahwa 5 perusahaan yang disebutkan oleh fiskus mencapai 25%, namun merupakan kepemilikan
kepemilikannya atas panasonic Corp dan Mitsui mereka adalah yang terbesar, oleh karena itu
Co. & Ltd tidak mencapai 25% bahkan hanya fiskus menganggap hubungan ini merupakan
19,89% di Panasonic Corp dan 27,50% di Mitsui hubungan istimewa secara tidak langsung ,
Co. & Ltd. Dan menurut PT A, 5 perusahaan dikarenakan penguasaan teknologi dan
tersebut, bergerak dibidang investasi, yaitu: manajemen.
x Master Trust Bank of Japan, Ltd. (asset Menurut majelis hakim:
adminisitration) 1. Bahwa menurut majelis koreksi peredaran usaha
dengan gross profit margin yang diajukan oleh
x Japan Trustee Services Bank, Ltd. (bisnis
fiskus sebesar 17,54% sudah sesuai dengan OECD
sekuritas)
Guidelines 2010, paragraf 1.48, dan sesuai juga
x Japan Trust (bisnis sekuritas)
dengan PER.43/PJ/2010 dimana angka tersebut
x Nippon Life Insurance Company (Bisnis masih dalam rentang kuartil pertama dan ketiga.
asuransi jiwa, auxiliary dan bisnis lainnya) Dan juga angka tersebut dianggap tepat karena
x Sumitomo Mitsui Banking (jasa keuangan) dapat mewakili nilai-nilai lainnya.
Sehingga tidak beralasan bila fiskus memutuskan 2. Majelis berpendapat bahwa berdasarkan Pasal 18
penjualan kepada Mitsui Co. & Ltd adalah ayat 4 UU Pajak Penghasilan, antara Mitsui Co. &
penjualan kepada pihak afiliasi. Ltd dan PT A tidak terdapat hubungan istimewa,
Menurut terbanding (fiskus): sehingga menetapkan penjualan kepada pihak
x Bahwa pada saat pembahasan untuk menguji afilisasi hanya sebesar 34,33% sedangkan 65,67%
kewajaran transaski PT A dan Tim Pemeriksa yang dijual kepada Mitsui Co. & Ltd merupakan
menyepakati beberapa hal, yaitu: kepada pihak non afiliasi/ independen.
Majelis hakim membutuhkan waktu kurang yang digunakan fiskus. Menurut PT A seharusnya
lebih 1 tahun untuk mengambil putusan (20 Januari koreksi mark up hanya sebesar 14,28% yang
2012 - 16 Januari 2013). Hal yang disengketakan merupakan angka Q1 yang masih berada dalam
adalah kewajaran nilai mark up dengan menggunakan rentang kewajaran.
metode cost plus dan penentuan pihak ± pihak yang Apabila hanya merujuk pada
memiliki hubungan istimewa. PER.43/PJ/2010, maka pernyataan PT A seharusnya
Pada pokok sengketa nilai mark up untuk dapat diterima majelis hakim, namun PT A dan fiskus
34,33% keseluruhan transaksi PT A merupakan juga merujuk pada OECD Guidelines, terutama pada
transfer pricing, oleh karena itu berdasarkan pasal 18 paragraf 3.62 yang menyatakan apabila masih belum
ayat 3 UU Penghasilan, DJP berhak untuk melakukan ditemukan kata sepakat antara petugas pajak dan
koreksi atas transaksi yang dilakukan PT A. Dalam wajib pajak, dalam hal ini fiskus dan PT A, sudah
menentukan besarnya pajak yang harus dibayar PT A selayaknya untuk menggunakan nilai median (Q2)
sesuai dengan prinsip DUP¶V OHQJWK, DJP mengkoreksi dalam melakukan koreksi, untuk meminimalisasi
mark up penjualan yang digunakan PT A dalam resiko kesalahan karena kelainan yang tidak diketahui
transaksinya dan menyesuaikannya dengan mark up dalam analisa kesebandingan, sehingga meguatkan
yang dipakai perusahaan pembanding. Sesuai dengan pendapat fiskus.
penjelasan bab sebelumnya, apabila dilihat dari Majelis hakim merujuk pada OECD
kepemilikan sahamnya, sudah jelas bukan merupakan Guidelines, karena peraturan di Indonesia tidak
hubungan istimewa, karena tidak ada satu pihakpun mengatur apabbila terjadi perdebatan angka mark up
yang memiliki PT A sebesar 25% atau lebih. Dan yang masih dalam rentang kewajaran. Kemudian
bahkan dalam pembuktian argumentasi fiskus yang berdasarkan paragraf 1.48 OECD Guidelines, juga
menyatakan sebuah grup perusahaan memiliki PT A, disebutkan bahwa sepanjang dimungkinkan untuk
grup tersebut memiliki Panasonic Corp. sebagai membedakan berbagai poin dalam rentang, koreksi
pemilik PT A hanya sebesar 19,89%. seharsunya dilakukan pada poin yang dianggap paling
Oleh karena itu, fiskus harus melihat dari sisi mencerminkan kewajaran dan kelaziman transaksi.
lain dari hubungan istimewa, seperti dikatakan oleh Dan menurut fiskus angka 17,54% paling
Bapak Doni, bahwa hubungan istimewa dapat terjadi mencerminkan kewajaran dan kelaziman usaha karena
secara tidak langsung, yaitu dari kepemilikan mark up groos profit 2 dari 3 pembanding di atas
teknologi, manajemen, maupun yang lainnya. Dalam 17%. Argumen yang diberikan oleh fiskus ini
penjelasan kasus tersebut tidak terdapat pernyataan menurut peneliti sangat kuat, bandingkan dengan
yang mengatakan bahwa fiskus sudah melakukan argumen dari PT A, yang hanya mengutip sebagian
penelitian mendalam terhadap kepemilikan secara dari aturan yang ada pada OECD Guidelines,
tidak langsung antara PT A dengan lawan sehingga sudah sewajarnya apabila majelis hakim
transaksinya, fiskus hanya bergargumen tanpa adanya menolak banding PT A. Beberapa kesalahan yang
langkah ± langkah pembuktian yang jelas. dilakukan oleh PT A, yaitu seharusnya PTA
Pada pokok sengketa nilai mark up, sesuai melakukan analisa kewajaran transaksi dengan lebih
dengan penjelasan bab sebelumnya mengenai rentang baik sehingga menemukan alasan yang jelas mengapa
harga, angka mark up sebesar 8,15% pada SPT-nya harga tunggal (dalam hal ini median atau Q2) tidak
memang tidak berada pada rentang kewajaran harga dapat digunakan, dan dalam mengutip ketentua, PT A
interkuartil yang memiliki rentang dari 14,28% tidak mengutipnya secara keseluruhan, melainkan
sampai dengan 17,83%. Oleh sebab itu sesuai dengan hanya sepotong ketentuan yang mendukung
pasal 18 ayat 3 UU no 36 tahun 2008, DJP atau fiskus argumentasinya, padahal apabila hanya membaca
memiliki kewenangan untuk menentukan kembali sebagian ketentuan dengan keseluruhan ketentuan,
penghasilan kena pajak PT A yang memiliki akan menghasilkan arti yang berbeda, seperti pada
hubungan istimewa sesuai dengan kewajaran dan Tabel 4.2.
kelaziman usaha tanpa dipengaruhi hubungan Oleh karena itu pada kasus nilai mark up,
istimewa. yang hanya menyengketakan angka mark up, dapat
Dalam menentukan kembali penghasilan ditarik kesimpulan semakin sesuai dengan kewajaran
kena pajak PT A, fiskus memilih menggunakan angka semakin baik, atau dengan kata lain semakin banyak
mark up sebesar 17,54% yang merupakan Q2 atau pembanding yang mendukung nilai tersebut, akan
median dalam rentang harga wajar. Bila merujuk pada semakin meyakinkan majelis hakim. Dan mengenai
PER.43/PJ/2010, harus dibuktikan bahwa harga penentuan pihak yang memiliki hubungan istimewa,
tunggal tidak dapat digunakan, namun dalam hubungan istimewa pertama kali dilihat dari
penjelasan sengketa tidak ada perkataan yang kepemilikannya, baru kemudian adanya penguasaan
menyatakan bahwa fiskus telah memberikan bukti ± tidak langsung, yang tentunya harus dapat dibuktikan.
bukti dan penjelasan apabila harga tunggal tidak dapat Dalam penjelasan putusan ini dikatakan PT
dipakai dalam analisa kewajaran transaksi kasus PT A A dalam melaporkan SPT-nya menggunakan gross
ini. Namun dalam sengketa ini hanya dikatakan PT A margin atau nilai mark up sebesar 8,15%. Dan tidak
tidak setuju dengan koreksi mark up sebesar 17,54% disebutkan apabila PT A sebelum menyampaikan
SPT-nya sudah melakukan analisa kewajaran ekspor afiliasi dengan transaksi ekspor non
transaksi, sehingga diperoleh angka 8,15% tersebut. afiliasi. Namun karena data yang diperlukan
Oleh karena itu bisa dikatakan PT A berniat terkait pada waktu pemeriksaan belum
melakukan tax evasion atau penggelapan pajak, diperoleh, maka fiskus membandingkan
karena tidak mematuhi pasal 3 ayat 1 dalam transaksi ekspor afiliasi dengan transaksi
PER.43/PJ/2010 sebagaimana diubah terakhir kali independen (ekspor dan penjualan lokal) dan PT
dengan PER.32/PJ/2011, yang menyatakan bahwa B sudah menyampaikan penjelasan tertulis
wajib pajak yang bertransaksi dengan pihak yang mengenai rincian data penjualannya. Dan juga
memiliki hubungan istimewa wajib menerapkan PT B sudah menyampaikan secara tertulis
prinsip kewajaran dan kelaziman usaha. mengenai rincian perhitungan yang
menunjukkan bahwa dengan perbandingan
Put.48154/PP/M.XV/15/2013 (PT B) antara ekspor afiliasi dengan ekspor non afiliasi
Yang menjadi pokok sengketa yang dalam mengakibatkan koreksi sebesar Rp
putusan ini adalah penjualan ekspor sebesar Rp 5.708.931.305,00, tentunya setelah melakukan
20.731.027.959,00. penyesuaian terkait dengan biaya iklan dan
Berikut pendapat ± pendapat yang disampaikan pemasaran, resiko bad debt dan after sales
masing-masing pihak terkait sengketa ini. service yang merupakan tanggunagan PT B.
Menurut pemohon banding (PT B): Menurut terbanding (fiskus):
1. Menyatakan bahwa sampai tahun 2008 1. Pemerintah sudah mengeluarkan ketentuan
pemerintah belum mengeluarkan ketentuan yang KEP.01/PJ/1993 tentang pedoman pemeriksaan
dapat dijadikan pedoman oleh PT B dalam pajak terhadap wajib pajak yang mempunyai
menentukan metode transfer pricing maupun hubungan istimewa dan SE.04/PJ.07/1993
dokumentasi atas transaksi antar pihak dengan tentang petunjuk penanganan kasus-kasus
hubungan istimewa. Oleh karena itu PT B transfer pricing. Sehingga sejak tahun 1993
mencantumkan metode CUP pada SPT telah terdapat ketentuan yang dapat dijadikan
tahunannya. pedoman untuk menentukan metode transfer
2. Setelah menyampaikan SPT Tahunannya, PT B pricing maupun dokumentasi atas transaksi antar
baru membuat transfer pricing report, dan dari pihak dengan hubungan istimewa.
sana baru diketahui bahwa metode CUP tidak 2. Bahwa pada SPT Tahunan yang disampaikan PT
dapat digunakan dan menurut menurut PT B B disebutkan bahwa metode yang digunakan
metode yang paling tepat digunakan adalah adalah metode CUP, sedangkan fiskus tidak
metode TNMM. Metode CPM yang digunakan dapat mendapatkan data yang mencukupi untuk
oleh fiskus tidaklah sesuai dikarenakan, metode menggunakan metode CUP seperti informasi
CPM tepat bila digunakan untuk transaksi penjualan kepada pihak afiliasi maupun
barang setengah jadi dimana biasanya perbedaan independen terhadap barang yang sama,
fungsi, aset dan resikonya tidak signifikan. Dan sehingga tidak dapat menggunakan metode
karena adanya perbedaan fungsi, aset dan resiko CUP. Dan menurut KEP.01/PJ.7/1993 dan
khususnya dalam menghitung tingkat bruto OECD Guideline 1995, apabila metode CUP
pembanding serta faktor lain yang dapat tidak memungkinkan untuk digunakan, maka
menentukan kesebandingan seperti strategi dapat menggunakan metode dengan indikator
pasar, kondisi ekonomi dan pasar dan kontrak- tingkat laba yaitu RPM atau CPM, bukan
kontrak antar pihak yang bertransaksi, maka menggunakan metode yang terakhir digunakan
metode CPM bukanlah metode yang paling tepat yaitu TNMM seperti yang disarankan PT B.
dalam menentukan kewajaran harga penjualan Karena informasi harga jual kembali dan laba
tersebut. Maka metode yang paling tepat adalah yang dibukukan pihak afiliasi tidak dapat
metode TNMM yang membandingkan laba diperoleh, maka RPM juga tidak dapat
perusahaan dengan perusahaan serupa, yang digunakan. Dan karena pada saat pemeriksaan
datanya diperoleh dari database ORBIS. fiskus dapat memperoleh data mengenai harga
3. Bahwa menurut PT B, karena pembanding yang pokok penjualan per kode material dan dapat
digunakan oleh fiskus merupakan 2 transaksi membandingkan margin per kode material atas
yang berbeda yaitu ekspor kepada pihak afiliasi penjualan ke pihak afiliasi maupun pihak
dengan ekspor dan penjualan lokal pada pihak independen, maka metode yang paling tepat
ketiga. Dan apabila ada perbedaan dalam faktor- adalah metode CPM. Fiskus juga sudah
faktor yang mempengaruhi kesebandingan dan menyesuaikan fungsi, aset dan resiko yang ada
tidak dapat dihilangkan, maka pembanding agar metode CPM dapat digunakan, antara lain:
tersebut tidak dapat digunakan sebagai x Terkait dengan fungsi pemasaran dan iklan,
pembanding. Dan juga dalam persidangan fiskus penyimpanan, piutang tak tertagih, dan
sudah mengakui bahwa transaksi yang lebih garansi produk telah disesuaikan menjadi
cocok untuk dibandingkan adalah transaksi pengurang margin penjualan independen.
x Terkait fungsi transportasi, Asuransi, pihak afiliasi berdasarkan karakteristik industri
perbaikan dan Maintenance dan Freight & dan usaha PT B. Bahwa hakim salah satu hakim
Handling yang mempengaruhi transaksi anggota berpendapat bahwa perbandingan antara
afiliasi maupun independen telah transaksi ekspor dan lokal memiliki resiko yang
disesuaikan menjadi pengurang margin berbeda dan meminta PT B dan fiskus untuk
penjualan afiliasi dan independen. menghitung koreksi yang sesuai dengan
x Terkait dengan strategi pasar , kondisi mebandingkan antara ekspor afiliasi dengan
ekonomi dan pasar serta kontrak-kontrak ekspor non afiliasi, dimana pemohan banding
antar pihak yang bertransaksi, PT B pada mengatakan koreksi seharusnya sebesar Rp
saat pemeriksaan maupun proses keberatan 5.708.931.305,00 dianggap salah dan seharusnya
tidak memberikan data dan kondisi yang sebesar Rp 7.133.561.567,00 sesuai dengan
menjadi faktor material yang perhitungan fiskus. Bahwa pada akhirnya setelah
mempengaruhi harga atau margin yang memperhatikan pendapat para hakim masing-
diperoleh dalam transaksi dengan pihak masing, majelis berkesimpulan bahwa koreksi
independen. fiskus sebesar Rp 20.731.027.959,00 tetap
Penggunaan metode TNMM yang dipertahankan.
menggunakan pembanding eksternal dari suatu Dalam menyampaikan SPT-nya PT B seperti
database tidak akan memberikan hasil yang lebih baik tidak memiliki niat untuk menyampaikan SPT-nya
daripada bila menggunakan pembanding internal. dengan benar, karena tidak terlihat usaha untuk
Sehingga metode TNMM yang disarankan PT B tidak mencari peraturan maupun pedoman megenai
dapat diterapkan. transaksinya dengan pihak afiliasi. Padahal apabila
3. Bahwa menurut fiskus, apabila PT B tidak setuju mencarinya, atau dengan bertanya langsung kepada
dengan penggunaan pembanding dari transaksi fiskus, mereka akan mendapatkan pedoman tersebut,
ekspor non afiliasi dan penjualan lokal, PT B pada KEP.01/PJ/1993, yang menjelaskan berbagai
harus dapat menunjukkan dengan data dan metode yang dapat digunakan dan beserta dengan
argumentasi yang kuat bahwa penjualan lokal contoh penggunaannya. Karena itu bisa dikatakan
indpenden memiliki beda kondisi yang besar bahwa PT sengaja untuk tidak melaporkan SPT-nya
sehingga tidak dapat digunakan sebagai sesuai dengan kewajaran untuk mengurangi
pembanding. PT B juga harus menjelaskan pembayaran pajaknya, dan sudah sewajarnya untuk
faktor penyesuaian bad debt dan after sales dikoreksi oleh fiskus.
service merupakan actual cost. Padahal Mengenai sengketa metode yang paling tepat
sebenarnya bad debt dan after sales service untuk digunakan, menurut PT B dalam
hanya merupakan alokasi biaya sehingga tidak menyampaikan argumentasinya tidak menyertainya
seharusnya digunakan sebagai penambah faktor dengan dasar ± dasar hukum. Sedangkan fiskus dapat
penyesuaian. Namun apabila seandainya margin memberikan argumen yang lebih kuat karena disertai
atas penjualan ekspor ke independen setelah dengan hukum yang berlaku saat pemeriksaan
diperhitungkan faktor pembanding menurut PT berlangsung, seperti dalam menentukan metode yang
B sebesar 9,26% - 2,6% atau sebesar 6,66% paling tepat fiskus sudah mengikuti KEP.01/PJ/1993
yang digunakan sebgai pembanding sebesar tentang pedoman pemeriksaan pajak terhadap wajib
3,6%, apabila dihitung, maka seharusnya koreksi pajak yang mempunyai hubungan istimewa, dan dari
yang benar adalah sebesar Rp 7.133.561.567,00. sana berkesimpulan bahwa metode yang paling tepat
Menurut majelis hakim: adalah metode cost plus.
1. SPT PPh Badan tahun Pajak 2008 yang Mengenai sengketa penentuan pembanding
disampaikan PT B tidak memiliki dokumentasi yang tepat untuk transaksi ekspor afiliasi, atas koreksi
kewajaran harga atas transaksi penjualan kepada yang dilakukan fiskus terhadap SKPLB, menurut PT
pihak afiliasi. B seharusnya fiskus menggunakan transaksi ekspor
2. Bahwa fiskus telah melakukan koreksi dengan non afiliasi untuk menjadi pembanding ekspor afiliasi
analisis harga wajar transaksi penjualan kepada PT B dan bukan penjualan lokal. Karena penjualan
pihak afiliasi berdasarkan karakteristik industri lokal memiliki perbedaan fungsi, aset dan resiko yang
dan usaha PT B. Meskipun ada hakim yang signifikan terhadap transaksi ekspor afiliasi. Namun
memiliki pendapat lain mengenai pembanding menurut fiskus, pada saat pemeriksaan PT B tidak
yang digunakan seharusnya hanya penjualan dapat memberikan keterangan yang cukup dari
ekspor kepada pihak ketiga saja. Sehingga transaksi ekspor indepenen, sehingga fiskus terpaksa
koreksinya menjadi hanya Rp 7.133.561.567,00. menggunakan transaksi penjualan lokal sebagai
Namun pada akhirnya majelis hakim sepakat pembanding, tentunya dengan melakukan
bahwa koreksi fiskus sebesar Rp penyesuaian. Menurutnya, bila PT B tidak dapat
20.731.027.959,00 tetap dipertahankan. menerima, harus dapat membuktikan bahwa
3. Bahwa fiskus telah melakukan koreksi dengan penjualan lokal memiliki perbedaan yang signifikan
analisis harga wajar transaksi penjualan kepada sehingga tidak dapat digunakan sebagai pembanding,
namun PT B tidak dapat memberikan bukti ± bukti pembanding, terdapat 2 pilihan, yaitu pembanding
terkait dengan keberatannya tersebut. Di sisi lain internal dan eksternal, dimana pembanding internal
majelis hakim sempat meminta PT B untuk memiliki tingkat kesebandingan yang lebih dapat
menganalisa berapa seharusnya koreksi yang diandalkan, oleh karena itu sebisa mungkin dalam
dilakukan apabila menggunakan transaksi ekspor menganalisa kewajaran transaksi menggunakan
independen sebagai pembanding, dan yang kemudian pembanding internal. Dalam kasus sengketa PT B ini,
hasilnya dibantah oleh fiskus, karena analisanya kedua belah pihak telah mendukung teori tersebut
dianggap tidak sesuai dan memberikan angka Rp dengan setuju untuk menggunakan pembanding
7.133.561.567,00 sebagai hasil perhitungan analisa internal, namun fiskus menggunakan transaksi lokal
yang benar menurut fiskus. Ada peerbedaan pendapat sebagai pembanding transaksi ekspor afiliasi,
di dalam majelis dalam memutuskan masalah ini yaitu sedangkan menurut PT B, pembanding yang paling
menetapkan putusan koreksi sebesar Rp tepat digunakan adalah transaksi ekspor independen
7.133.561.567,00 atau sebesar Rp 20.731.027.959,00. untuk membandingkan transaksi ekspor afiliasi.
Namun pada akhirnya majelis hakim memutuskan Secara logika dan seperti pendapat Bapak
bahwa, koreksi yang dilakukan fiskus sudah sesuai Sudibjo yang mengatakan bahwa dalam
dan harus dipertahankan. membandingkan transaksi harus apple to apple atau
Dalam dokumen yang memuat penjelasan dengan kata lain membandingkan transaksi yang
kasus ini, tidak terdapat penjelasan bagaimana skema benar ±benar serupa, memang seharusnya transaksi
hubungan yang dimilki PT B dengan lawan ekspor afiliasi paling tepat dibandingkan dengan
transaksinya, hanya pernyataan ± pernyataan PT B ekspor non afiliasi, hanya tinggal pembuktiannya saja.
dan fiskus yang mengarah kepada adanya hubungan Oleh karena itu seharusnya PT B melakukan analisa
istimewa antara PT B dengan lawan transaksinya, dan perhitungan kewajaran dengan lebih tepat dan akurat
PT B tidak mengajukan keberatan atas hal tersebut. seperti yang dilakukan oleh fiskus, agar keberatannya
Oleh karena itu peneliti berkesimpulan bahwa dapat diterima oleh majelis hakim.
memang terdapat hubungan istimewa di antara PT B Pada kasus B ini, mengenai peraturan yang
dengan lawan transaksinya, sehingga sesuai dengan dapat dijadikan pedoman, dapat disimpulkan bahwa
pasal 18 ayat 3 UU nomer 36 tahun 2008 tentang harus selalu mengikuti peraturan ± peraturan yang
Pajak Penghasilan, yang menyatakan bahwa DJP atau dikeluarkan pemerintah, agar tidak melanggar
fiskus berhak menentukan kembali besarnya peraturan tersebut. Kemudian sengketa metode yang
penghasilan kena pajak WP yang memiliki hubungan digunakan dalam analisa kewajaran transaksi sebelum
istimewa sesuai dengan kewajaran dan kelaziman PER.32/PJ/2011 dikeluarkan, harus mengikuti sistem
usaha. Dalam menyampaikan SPT-nya, apabila hirarki, dimana yang pertama CUP, baru C+/RPM,
memiliki transaksi dengan pihak yang memiliki kemudia PSM, dan yang terakhir TNMM. Pada
hubungan isitmewa, sesuai dengan dalam sengketa transaksi pembanding, ketersediaan data
PER.43/PJ/2010 sebagaimana diubah terakhir kali pembanding merupakan syarat utama, kemudian
dengan PER.32/PJ/2011, PT B wajib menerapkan kesesuaian data pembanding, karena pada kasus B ini,
prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, bukan hanya data pembanding ekspor independen yang merupakan
memilih metode dan melaporkan transaksinya dengan pembanding yang paling sesuai, tidak tersedia pada
sembarangan. saat pemeriksaan. Sehingga apabila data pembanding
Memang dalam keberatanynya PT B sudah yang sesuai tersebut tersedia, ada kemungkinan tidak
tidak menentukan metode transaksi dengan terjadi koreksi.
sembarangan, namun PT B masih belum Dalam penjelasan putusan ini dalam
memperhatikan peraturan yang berlaku pada saat itu, melaporkan SPT-nya tidak disebutkan bahwa PT B
yaitu KEP.01/PJ/1993 mengenai pedoman memiliki niat untuk melaporkan kewajaran transaksi
pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak yang yang dilakukannya dengan pihak yang memiliki
memiliki hubungan istimewa dan SE.04/PJ/1993 hubungan istimewa. Malahan dalam penjelasannya
tentang petunjuk penaganan kasus transfer pricing. Di terlihat seperti PT B melaporkan SPT-nya secara asal,
dalam kedua aturan tersebut menyatakan bahwa atau sekedar untuk memenuhi kewajiban melaporkan
penetapan metode transfer pricing harus secara SPT-nya saja, tanpa melakukan analisa kewajaran
hirarki, yaitu CUP, kemudian RPM atau CPM, lalu transaksinya dengan pihak yang memiliki hubungan
PSM, baru apabila semuanya tidak bisa menggunakan istimewa. Oleh karena itu bisa dikatakan PT B
TNMM. beerniat melakukan tax evasion atau penggelapan
Kemudian dalam kasus ini, walaupun, sudah pajak, karena tidak mematuhi pasal 3 ayat 1 dalam
terbukti salah, seharusnya PT B dapat mengecilkan PER.43/PJ/2010 sebagaimana diubah terakhir kali
koreksi yang diperolehnya, apabila PT B dapat dengan PER.32/PJ/2011, yang menyatakan bahwa
memberikan bukti ± bukti yang kuat bahwa wajib pajak yang bertransaksi dengan pihak yang
pembanding yang seharusnya digunakan adalah memiliki hubungan istimewa wajib menerapkan
transaksi ekspor independen. Seperti dijelaskan pada prinsip kewajaran dan kelaziman usaha.
bab sebelumnya, bahwa dalam menentukan
Put.48364/PP/M.XI/15/2013 (PT C) tentang data dan informasi industri terkait yang
Bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah ada di Indonesia, termasuk pemain-pemain
koreksi peredaran usaha sebesar Rp utama di Indonesia, namun tidak menyebut PT
37.567.119.071,00. Dalam sengketa ini baik fiskus C.
dan PT C suda menyepakati metode transfer pricing Menurut majelis hakim:
yang digunakan, yaitu CPM, dan juga fungsi dari PT 1. Terdapat perbedaan pengertian antara fiskus
C yaitu sebagai contract manufacturer walaupun dengan PT C mengenai cost plus mark up,
tidak secara eksplisit diungkapkan oleh PT C. dimana fiskus menganggapnya sebagai
Berikut pendapat ± pendapat yang disampaikan presentase gross mark up dan masih
masing-masing pihak terkait sengketa ini. mengurangkan biaya bunga sehingga sampai
Menurut pemohon banding (PT C): pada adjusted gross profit lebih kecil dari 6%
1. Grup perusahaan PT C memiliki kebijakan untuk dan bahkan sampai negatif. Sedangkan PT C
melakukan mark up sebesar 6% untuk semua angka 6% adalah operating profit yang memang
jenis transaksi kepada pihak afiliasi. Menurut PT sudah memperhitungkan biaya bunga. Padahal
C ada 9 pembanding dari antara perusahaan - persepsi fiskus dan PT C sama mengenai biaya
perusahaan pembanding yang diajukan oleh PT bunga tersebut, bahwa biaya bunga tersebut
C dimana angka cost plus mark up sebesar 6% relevan terhadap kegiatan produksi, hanya cara
masih dalam rentang harga yang dapat dianggap penyajian dalam laporan laba ruginya saja yang
wajar. berbeda, dan menurut majelis fiskus sudah
Dan menurut PT C fiskus tidak melakukan seharusnya melakukan penyesuaian atas
koreksi dengan baik dan benar sesuai dengan perbedaan ini, yang mana tidak dilakukan oleh
perundang ± undangan yang berlaku. fiskus. Karena perbedaan ini menimbulkan
Menurut terbanding (fiskus): selisih yang material.
1. Terdapat perbedaan pengertian antara fiskus 2. Penjualan ekspor PT C dilakukan ke berbagai
dengan PT C mengenai cost plus mark up, negara, namun demikian ternyata fiskus hanya
dimana fiskus menganggapnya sebagai melakukan analisa terhadap transaksi ekspor ke
presentase gross mark up dan masih taiwan saja dan hasilnya diterapkan pada seluruh
mengurangkan biaya bunga sehingga sampai ekspor ke berbagai negara tersebut. Sedangkan
pada adjusted gross profit lebih kecil dari 6% bila dilihat dari negara-negara tujuan ekspor
dan bahkan sampai negatif. Sedangkan PT C tersebut, bahwa situasi ekonomi setiap negara
angka 6% adalah operating profit yang memang tidak dapat dianggap sama dan tentunya
sudah memperhitungkan biaya bunga.dimana menyangkut tingkat resiko yang berbeda pula.
menurut terbadning perbedaan tersebut hanyalah Situasi ekonomi yang patut diperhitungkan
masalah peletakannya saja. untuk analisa kesebandingan adalah lokasi
2. Fiskus menjelaskan Analisis Kesebandingan geografis, volume pasar, persaingan, adanya
telah dilakukan dan untuk faktor Characteristics barang subtitusi, penawaran dan permintaan
of Property dan Functional Analysis pada pasar, daya beli konsumen, dll
akhirnya dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat 3. Diketahui juga bahwa PT C melakukan impor
permasalahan yang krusial. Namun pada analisis dari perusahaan-perusahaan afiliasi dari berbagai
Contractual Terms fiskus berpendapat bahwa negara. Namun aspek ini tidak diteliti lebih
tidak ada perlakuan khusus untuk transaksi lanjut oleh fiskus yang bila dilihat dari global
ekspor. transfer pricing policies, perlu diteliti apakah PT
3. Karena PT C melakukan transaksi dengan C juga hanya membayar 6% margin pada
perusahaan ± perusahaan internasional, dan supplier nya, dan apakah harga tersebut wajar
tentunya memiliki kontrak-kontrak dengan atau tidak. Disebutan juga dalam OECD
perusahaan negara lain, sehingga menyusahkan Guidelines paragraf 3.20 ± 3.23 terhadap
fiskus untuk mengumpulkan data. Oleh karena kemungkinan terjadi penyeimbangan antara
itu fiskus menggunakan analisis besarnya transfer pricing untuk penjuaan ke afiliasi
koreksi penjualan ke afiliasi pemohon banidng dengan pembelian dari afiliasi.
di Taiwan kepada seluruh penjualan yang 4. Persyaratan dan kondisi kontrak menurut OECD
dilakukan PT C kepada pihak afiliasi. Guidelines merupakan langkah awal dalam
4. Fiskus menggunakan Industrial Report yang menganalisa substansi ekonomi karena dalam
dibuat oleh IBIS World (PT Dataindo ketentuan kontrak dijelaskan secara transparan
Intiswakarsa) sebagai salah satu rujukan dalam pembagian tanggung jawab, resiko dan
menentukan harga wajar dan untuk menjawab keuntungan antar pihak. Oleh karena itu fiskus
pertanyaan majelis mengenai keberadaan ahli seharusnya dapat memanfaatkan pasal-pasal
ekonomi dalam tahap pemeriksaan. Laporan pertukaran informasi dalam Perjanjian
WHUVHEXW EHUMXGXO ³Cereal Food and Baking Mix Penghindaran Pajak Berganda (P3B) untuk
0DQXIDFWXULQJ LQ ,QGRQHVLD ´ yang berisi
memperoleh informasi yang diperlukan dari analisa FAR (Fungsi Aset dan Resiko), kententuan
negara lain. kontrak, strategi bisnis, dan situasi ekonomi. Oleh
5. Dilihat dari adanya perubahan kepemilikan karena itu fiskus tidak dapat serta merta menerapkan
tahun 2002 dan 2005, serta data perkembangan analisa kesebandingan lawan transaksi PT C di negara
pasar ekspor ke berbagai negara pada tahun 2004 Taiwan untuk seluruh lawan transaksi PT C di negara
± 2006, sesuai OECD Guidelines, dapat ± negara lainnya, karena mungkin memiliki fungsi,
diindikasikan kemungkinan terjadinya aset dan resiko yang berbeda, memiliki situsasi
perubahan kebijakan , akibat perubahan ekonomi yang berbeda, strategi bisnis yang berbeda,
kepemilikan, terakit restrukturisasi dan strategi kententuan kontrak yang berbeda, dan perbedaan lain
pemasaran, mempertahankan pasar, maupun yang signifikan. Fiskus seharusnya melakukan analisa
merebut pasar pesaing, dan lain-lain. Karena kesebandingan untuk seluruh lawan transaksi PT C
analisis tentang straegi usaha merupakan salah yang berada di negara yang berbeda ± beda yang
satu hal yang harus dilakukan dalam rangka memiliki hubungan dengan Indonesia. Oleh karena itu
analisa kesebandingan yang mana tidak terdapat seperti yang dikatakan oleh Bapak Sudibjo, PT C juga
dalam laporan fiskus. harus memperhatikan aturan ± aturan yang berlaku
PT C merupakan bagian dari grup internasional pula, seperti P3B Indonesia dengan
perusahaan multinasional yaitu Kraft Foods negara tujuan transaksi PT C, OECD Transfer Pricing
International Inc., USA yang merupakan perusahaan Guidelines for Multinational Enterprises and Tax
makanan terbesar kedua di dunia. Dan dijelaskan Administrator, dan peraturan lainnya.
bahwa PT C sampai pada tahun 2001 awalnya Pada kasus C ini, seharusnya dalam
dimiliki oleh Nabisco sebesar 70% dan PT Rodamas melakukan pemeriksaan, fiskus melakukan
30%, lalu pada tahun 2002 sebesar 70% dimiliki oleh pemeriksaan dengan lebih mendalam dan menyeluruh
Kraft Foods International Inc., USA, dan 30% PT mengenai seluruh transaksi yang dilakukan oleh PT
Rodamas, kemudian pada tahun 2005 sebesar 99% C, melakukan penyesuaian terkait perbedaan ±
dimiliki oleh Kraft Foods International Inc., USA dan perbedaan yang material, dan menganalisa
1% dimiliki oleh Kraft Foods International Service restrukturisasi bisnis pada PT C apakah berpengaruh
Inc., USA. Hal ini menunjukkan masih adanya terhadap transaksi transfer pricing PT C.
restrukturisasi bisnis dalam diri PT C pada tahun Sesuai dengan penjelasan bab sebelumnya
sengketa pajak yaitu tahun 2004 dan memang ada dimana menjelaskan arti dari tax avoidance, menurut
hubungan istimewa di antara PT C dengan lawan ± Franzoni (1999) yang menyatakan bahwa tax
lawan transaksinya karena berada dalam satu grup avoidance merupakan upaya untuk menurunkan pajak
multinasional. terhutang dengan cara yang tidak disukai oleh petugas
Walaupun tidak disebutkan kepemilikan pajak namun secara peraturan tidak melanggar, maka
Kraft Foods International Inc., USA atas lawan kasus transfer pricing ini merupakan tax avoidance,
transaksi PT C, namun melihat PT C merujuk pada karena PT C membayar pajak lebih sedikit daripada
Global Transfer Pricing Policy grup perusahaan, maka seharusnya atau menurut fiskus yaitu sebesar koreksi
peneliti berkesimpulan bahwa memang ada hubungan yang dilakukan fiskus dan karena PT C tidak
istimewa antara PT C dengan lawan transaksinya melanggar peraturan dengan melaporkan SPT-nya
yang berada di 7 negara berbeda yang memiliki dengan anggapan telah melakukan transaksi kepada
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda dengan afiliasi sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha
Indonesia. Sehingga sesuai dengan pasal 18 ayat 3 yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa. Selain itu
UU nomer 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, karena sengketa ini dimenangkan oleh PT C, maka
yang menyatakan bahwa DJP atau fiskus berhak bisa dikatakan ini merupakan Tax Avoidance yang
menentukan kembali besarnya penghasilan kena pajak berhasil dilakukan.
WP yang memiliki hubungan istimewa sesuai dengan
kewajaran dan kelaziman usaha. Sesuai dengan Put.48156/PP/MXIII/15/2013 (PT D)
penjelasan pada bab sebelumnya dalam 9 langkah Yang menjadi pokok senketa pada putusan
untuk menentukan analisis kesbandingan, yang ini adalh koreksi fiskus sebesar USD 2.375.015,00.
meyatakan bahwa perlunya dilakukan penyesuaian Berikut pendapat ± pendapat yang disampaikan
apabila terdapat perbedaan yang material antara PT C masing-masing pihak terkait sengketa ini.
dengan pembandingnya, oleh karena itu perbedaan Menurut pemohon banding (PT D):
pengertian cost plus mark up antara fiskus dan PT C 1. PT D keberatan atas dipilhnya Jiaosuo Wanfang
harus disesuaikan karena apabila cost plus mark up Aluminium Manufacturing Co., Ltd sebagai
PT C dibandingkan dengan cost plus mark up pembanding didasarkan pada ketentuan
pembandingnya menurut pengertian fiskus, akan PER.43/PJ/2010, meyatakan bahwa dalam
menyebabkan perbedaan yang material. melakukan analisis kesebandingan harus
Kemudian dalam melakukan analisa dilakukan anlisis faktor-faktor yang
kesebandingan juga perlu memperhatikan faktor ± mempengaruhi kesebandingan, anatara lain:
faktor kesebandingan, yaitu barang atau jasanya,
x Karakteristik barang berwujud dan tidak cost dengan tingkat pengujian pada kuartil 1.
berwujud termasuk jasa, dimana produk Menurut PT D, fiskus telah melakukan
yang dihasilkan oleh JiaoZuo adalah perubahan koreksi atas yang tidak PT D ajukan
primary aluminium dan 2 macam bahan keberatan.
baku untuk membuatnya yaitu Alumina dan Menurut terbanding (fiskus):
Aluminium Hydroxide, sedangkan PT D 1. Bahwa atas koreksi yang dilakukan fiskus, yang
memproduksi secondary aluminium alloy PT D tidak setujui hanyalah atas pemilihan
ingot yang salah satu bahan baku perusahaan pembanding. Fiskus menyatakan atas
pembuatnya adalah primary aluminium. data pembanding Jiazuo Wanfang Aluminium
x Fungsi masing-masing pihak yang Manufacturting Co., Ltd dapat diterima sebagai
bertransaksi, dimana Jiaozuo memiliki merk pembanding karena memiliki jenis, bentuk, warna
GDJDQJ ³:DQJIDQJ´ VHGDQJNDQ SURGXN 37 produk, serta bahan baku dan kegunaan yang
D tidak dijua dengan merk tertentu. serupa dengan wajib pajak, demikian pula dari
x Ketentuan dalam kontrak, namun karena PT sisi analisa fungsi, aset, dan resiko yang
D tidak memiliki informasi mengenai mendekati kesamaan walaupun Jiaozuo telah
transaksi yang dimiliki Jiaozuo makan PT D PHPLOLNL SURGXN GHQJDQ PHUN ³:DQIDQJ´
tidak memfokuskan hal ini lebih lanjut. 2. Bahwa fiskus menolak perusahaan pembanding
x Keadaan ekonomi, dimana Jiaozuo memiliki yang diajukan oleh PT D, yaitu Sanko Maibara
traget pasar yang sangat besar dan luas Co., Ltd, karena pada tahun 2008-2010 masih
karena memproduksi primary aluminium mengalami kerugian.
yang dibutuhkan di berbagai sektor. Berbeda 3. Fiskus berpendapat bahwa dalam beberapa
dengan Jiaozuo, PT D hanya memiliki pasar kasus, dimungkinkan untuk menerpakan
pada industri otomotif saja. Selain itu kewajaran dengan menggunakan single figure
menurut PT D, fiskus juga belum (harga atau margin tunggal) untuk menentukan
mempertimbangkan geografis dari kondisi dari transaksi apakah sudah wajar atau
pembanding yang beroperasi di Cina yang belum. Dan oleh karena itu pada balasan surat
menguasai pasar aluminium dunia, yang keberatan nomor: 122/MAPI-ACC/X/2011,
tentu berbeda dengan kondisi PT D di tnggal 25 Oktober 2011 yang diajukan PT D,
Indonesia. menurut fiskus lebih sesuai bila koreksi
x Strategi usaha, dimana PT D tidak memiliki dilakukan dengan menggunakan profit level
data mengenai perusahaan pembanding yang indicator yang awalnya multiple years menjadi
dipilih fiskus, sehingga tidak dapat meyakini single year mark up to total cost dengan tingkat
kesebandingannya. pengujian pada kuartil 3, yang awalnya kuartil 1.
2. Menurut PT D Sank Maibara Co., Ltd sebanding Menurut majelis hakim:
dengan perusahaan PT D. Berdasarkan data 1. Bahwa dasar pemilihan Jiaozuo Wanfang
keuangan yang dimiliki Sanko Maibara terlihat Aluminium Manufacturing Co., Ltd sebagai
bahwa kondisi perusahaan pada tahun 2006- pembanding oleh fiskus hanya
2007 masih dalam kondisi laba dan baru mempertimbangkan 1 faktor dari 5 faktor yang
megalami kerugian karena imbas krisis global dapat mempengaruhi tingkat kesebandingan, yaitu
pada tahun 2008-2010. Dan dari data keuangan karakteristik barang / harta berwujud dan barang /
tersebut diketahui bahwa perusahaan tersebut harta tidak berwujud, termasuk jasa.
mengalami penurunan tingkat kerugian yang 2. Berdasarkan bukti dokumen serta penjelasan PT D
signifikan, yang membuktikan bahwa yang disampaikan dalam persidangan majelis
perusahaan sedang berusaha untuk memperbaiki meyakini Sanko Maibara Co., Ltd dapat
kondisi keuangan mereka. digunakan sebagai pembanding sehingga majelis
3. Bahwa atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar dapat menerima analisa kesebandingan yang
Penghasilan Badan tahun 2009 nomor: diajukan PT D dan berkesimpulan transaksi PT D
00173/406/09/055/11, tanggal 27 Juli 2011 PT D masih dalam tahap wajar.
setuju dan tidak mengajukan keberatan atas 3. Bahwa dalam penjelasan ketentuan Pasal 31 ayat
penggunaan data multiple years dari tahun 2007 (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002
± 2009, penggunaan metode TNMM dengan tentang Pengadilan Pajak dinyatakan Sengketa
profit level indicator adalah mark up to total cost Pajak yang menjadi objek pemeriksaan adalah
dan penggunaan kuartil 1 (Q1) dalam sengketa yang dikemukakanPT D dalam
menghitung kewajaran harga. Namun pada saat permohonan keberatan yang seharusnya
membalas surat keberatan PT D, fiskus diperhitungkan dan diputuskan dalam keputusan
menyampaikan dalam KEP-1651/WPJ.07/2012 keberatan. Dan berdasarkan UU nomor 6 tahun
tanggal 10 September 2012, bahwa menurut 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
fiskus koreksi dilakukan dengan menggunakan perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
profit level indicator single year mark up to total dengan UU nomor 16 tahun 2009 dinyatakan
bahwa keputusan direktur jendral pajak atas memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan
keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau keberatan, kecuali ditentukan lain oleh perundang ±
sebagian, menolak atau menambah besarnya undangan yang berlaku. Maka seharusnya yang
jumlah pajak yang terutang. Maka berdasarkan menjadi objek sengketa adalah sengketa yang
ketentuan tersebut seharusnya fiskus hanya dapat dikemukakan PT D dalam permohonan keberatan
memutuskan keberatan yang diajukan oleh PT D yang seharusnya diperhitungkan dan diputuskan
saja. dalam keputusan keberatan. Dan berdasarkan pasal 26
Dalam dokumen yang memuat penjelasan ayat 3 UU nomor 16 tahun 1983 tentang ketentuan
kasus ini, tidak terdapat penjelasan bagaimana skema umum tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah
hubungan yang dimilki PT D dengan lawan terakhir kali dengan UU nomor 16 tahun 2009
transaksinya, hanya pernyataan ± pernyataan PT D dinyatakan bahwa, keputusan Direktur Jendral Pajak
dan fiskus yang mengarah kepada adanya hubungan atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya
istimewa antara PT D dengan lawan transaksinya, dan atau sebagain, menolak dan menambah jumlah pajak
PT D tidak mengajukan keberatan atas hal tersebut. yang terutang. Tidak ada yang menyebutkan bahwa
Oleh karena itu peneliti berkesimpulan bahwa fiskus dapat menambahkan objek sengketa pajak pada
memang terdapat hubungan istimewa di antara PT D surat keputusan keberatan, Sehingga sudah
dengan lawan transaksinya, sehingga sesuai dengan seharusnya fiskus hanya dapat memutuskan keberatan
pasal 18 ayat 3 UU nomer 36 tahun 2008 tentang yang diajukan oleh PT D, yaitu keberatan atas
Pajak Penghasilan, yang menyatakan bahwa DJP atau pemilihan perushaan pembanding.
fiskus berhak menentukan kembali besarnya Pada kasus D mengenai pembanding, baik
penghasilan kena pajak WP yang memiliki hubungan yang diajukan oleh fiskus maupun PT D, yang paling
istimewa sesuai dengan kewajaran dan kelaziman utama adalah kesesuaian dengan PT D terkait 5 faktor
usaha. kesebandingan (produk, analisa FAR, ketentuan
Ada beberapa hal yang disengketakan dalam kontrak, strategi bisnis, dan situasi ekonomi).
putusan ini, yaitu mengenai pembanding yang Kemudian koreksi tambahan dari fiksus pada surat
diajukan oleh fiskus dan pembanding yang diajukan keputusan keberatan, seharusnya tidak dikeluarkan
oleh PT D, serta koreksi yang disampaikan pada karena tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku.
balasan surat keberatan yang disampaikan PT D. Pada Sesuai dengan penjelasan bab sebelumnya
sengketa mengenai pembanding yang diajukan oleh dimana menjelaskan arti dari tax avoidance, menurut
fiskus yaitu Jiaozuo Wanfang Aluminium Franzoni (1999) yang menyatakan bahwa tax
Manufacturing Co., Ltd., PT D menolaknya dengan avoidance merupakan upaya untuk menurunkan pajak
dasar hukum PER.43/PJ/, karena faktor ± faktor terhutang dengan cara yang tidak disukai oleh petugas
kesebandingannya tidak sesuai dengan PT D. Hal ini pajak namun secara peraturan tidak melanggar, maka
sesuai dengan penjelasan pada bab sebelumnya di kasus transfer pricing ini merupakan tax avoidance,
mana dalam menentukan pembanding harus karena PT D membayar pajak lebih sedikit daripada
memperhatikan 5 faktor kesebandingan, yaitu barang seharusnya atau menurut fiskus yaitu sebesar koreksi
atau jasanya, analisa FAR (Fungsi Aset dan Resiko), yang dilakukan fiskus dan karena PT D tidak
kententuan kontrak, strategi bisnis, dan situasi melanggar peraturan dengan melaporkan SPT-nya
ekonomi, tidak bisa hanya memperhatikan kesamaan dengan anggapan telah melakukan transaksi kepada
barangnya saja seperti yang dilakukan oleh fiskus afiliasi sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha
dalam kasus ini. Oleh sebab itu sudah tepat bagi yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa. Selain itu
majelis untuk menolak pembanding yang diajukan karena sengketa ini dimenangkan oleh PT D, maka
fiskus. Lalu walaupun kondisi pembanding yang bisa dikatakan ini merupakan Tax Avoidance yang
diajukan PT D masih mengalami kerugian, namun berhasil dilakukan.
apabila faktor ± faktor kebeandingan tersebut
terpenuhi, bisa saja memang kondisi transaksinya Put.50613/PP/M.XII/B/15/2014 (PT E)
sebanding, oleh karena itu wajar apabila majelis juga Pokok sengketa dalam putusan ini adalah
menerima pembanding yang diajukan PT D. koreksi positf pada dasar pengenaan pajak PT E
Pada sengketa mengenai koreksi yang diralat sebesar Rp. 61.135795.703,00, dimana yang akan
pada balasan surat keberatan PT D, walaupun fiskus dibahas hanyalah sengketa atas peredaran usaha
bependapat dengan didasarkan paragraf 3.55 OECD sebesar 48.571.878.725 rupiah. Menurut Fiskus yang
Guidelines 2000 bahwa dalam keadaan yang menggunakan database program Osiris nilai wajar
sebanding ada kemungkinan tidak menetapkan harga penjualan berdasarkan kriteria aktivitas perusahaan
yang sama untuk transaksi, sehingga menurut fiskus automotif manufakur harus dikoreksi sebesar Rp.
koreksi yang dilakukan sebelumnya dapat berubah, 48.571.878.725,00. Sedangkan menurut PT E
dan perubahannya disampaikan pada keputusan pembanding yang digunakan tidak sesuai dengan
keberatan, tetapi pada pasal 31 ayat 2 UU nomor 14 kondisi PT E. Fiskus melakukan koreksi dikarenakan
tahun 2002, tentang pengadilan pajak, menyatakan transaksi PT E dilakukan 100% kepada pihak yang
bahwa, pengadilan pajak dalam hal banding, hanya memiliki hubungan istimewa, dimana nantinya akan
diputuskan demikian dalam pengadilan pajak, dalam melakukan analisa dengan metode cost plus
sehingga Fiskus berhak menentukan kembali besarnya harus memperhatikan kesamaan fungsi, dalam
peredaran usaha PT E sesuai dengan kewajaran dan melakukan analisa kesebandingan perlu
kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh memperhatikan faktor ± faktor kesebandingan,
hubungan istimewa. Fiskus menentukan penjualan terutama FAR (Fungsi Aset dan Resiko). Dari sini
yang wajar dengan menggunakan metode Cost plus dapat terlihat bahwa pendapat PT E benar adanya,
dengan Osiris sebagai mesin pencari data dengan hasil karena PT E dengan FML memiliki fungsi yang
arP¶V OHQJWK IXOO UDQJH - 25,51%, dan apabila berbeda, sesuai dengan kata Bapak Sudibjo dan
mark up PT E dibawah 6,98% akan dikoreksi menjadi Bapak Doni, dalam membandingkan perusahaan yang
6,98%. Dalam menentukan pembanding Fiskus melakukan transfer pricing harus secara apple to
menentukan Force Motor Limited (FML) tahun 2008 apple.
sebagai pembanding yang paling tepat. Pembayaran lisensi dengan research and
Berikut pendapat ± pendapat yang disampaikan development (R&D) merupakan fungsi yang sangat
masing-masing pihak terkait sengketa ini. berbeda. R&D pastinya memiliki resiko yang lebih
Menurut pemohon banding (PT E): tinggi, selain itu juga memiliki beban yang lebih
Perusahaan yang digunakan sebagai tinggi, seperti pembayaran sewa tempat penelitian,
pembanding oleh fiskus memiliki perbedaan yang pembayaran upah bagi peneliti, dan sebagainya.
signifikan dengan PT E, seperti perbedaan fungsi, Sedangkan pembayaran lisensi sudah tidak perlu
juga jenis dan tipe produk, yaitu truk dan bus dengan memikirkan resiko yang ada karena sudah melewati
lisensi dari Hino Motor Ltd. dan tidak menjalankan proses uji coba produk, dan dapat dipastikan hampir
fungsi pemasaran ataupun research and development tidak memiliki resiko gagal dalam membuat produk.
(R&D), yang dimiliki oleh pembanding yang Kemudian produk yang dihasilkan PT E antara bus
digunakan fiskus. dan truk saja akan berbeda dengan FML yang
Menurut terbanding (fiskus): memproduksi kendaraan dengan produk utama truk,
1. Pembanding yang digunakan fiskus yaitu Force dari sini terlihat perbedaan produk yang dihasilkan,
Motor Limited (FML) melakukan fungsi perbedaan tersebut juga memiliki resiko yang berbeda
pabrikasi yang sama dengan yang dilakukan oleh pula, semakin banyak jenis dari produk yang
PT E, dengan produk utama truk dan pada dihasilkan akan memiliki resikoyang lebih besar. Oleh
metode cost plus tidak mengutamakan kesamaan karena itu peneliti beranggapan bahwa PT E dan FML
produk melainkan fungsi. bukan merupakan perusahaan yang sebanding.
2. FML memiliki fungsi R&D, namun adanya Sesuai dengan penjelasan bab sebelumnya dimana
fungsi tersebut, tidak serta merta membuatnya menjelaskan arti dari tax avoidance, menurut
menjadi tidak sebanding, karena PT E juga Franzoni (1999) yang menyatakan bahwa tax
memiliki beban biaya Hak Kekayaan Intelektual avoidance merupakan upaya untuk menurunkan pajak
(HAKI) berupa pembayaran lisensi kepada pihak terhutang dengan cara yang tidak disukai oleh petugas
ketiga. pajak namun secara peraturan tidak melanggar, maka
Menurut majelis hakim: kasus transfer pricing ini merupakan tax avoidance,
Laporan keuanga FML dapat ditelusuri secara karena PT E pada akhir tahun pajak yang
detil sehingga dapat dinilai kesebandingannya dengan disengketakan membayar pajak lebih sedikit daripada
struktur biaya PT E, dan berdasarkan annual report seharusnya atau yang menurut fiskus yaitu sebesar
FML, majelis menyatakaan laba kotor FML koreksi yang dilakukan fiskus dan karena PT E tidak
sebanding dengan PT E. melanggar peraturan dengan melaporkan SPT-nya dan
Pada sengketa pajak PT E ini, yang menjadi pokok menurutnya telah melakukan transaksi kepada afiliasi
sengketa adalah pembanding yang digunakan oleh sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang
fiskus dalam melakukan koreksi. Dalam hal ini tidak dipengaruhi hubungan istimewa. Selain itu
peneliti berbeda pendapat dengan putusan majelis karena sengketa ini dimenangkan oleh fiskus, maka
hakim yang menentukan menerima pembanding yang bisa dikatakan ini merupakan Tax Avoidance yang
diajukan fiskus tersebut. Pendapat dari fiskus yang gagal dilakukan.
menyatakan pada metode cost plus yang dipakai pada
sengketa ini tidak sensitif terhadap perbedaan produk, Put.50134/PP/M.I/15/2014 (PT F)
karena lebih mengutamakan kesebandingan fungsi, Pokok sengketa ini adalah mengenai koreksi
memang benar, namun bertentangan dengan peredaran bruto sebesar USD 16.050,176,34. PT F
kenyatanaa yang dilakukan oleh fiskus, karena fiskus merupakan anak perusahaan dari Sumitomo Electric
memilih pembanding FML yang memiliki fungsi Industries, Ltd, Japan (95,5%) dan PT Sumi Indo
R&D yang tidak dimiliki oleh PT E, oleh karena itu Kabel, Tbk. (4,5%). PT F melakukan penjualan
pendapat fiskus tersebut tidak sesuai dengan apa yang kepada pihak afiliasi (kurang lebih 70%) maupun
dilakukannya dan dapat digunakan untuk melemahkan pihak independen (kurang lebih 30%), dan penjualan
argumen fiskus di pengadilan. Karena menurut ekspor dilakukan ke 7 negara yang memiliki
peneliti sesuai dengan penjelasan bab sebelumnya hubungan dengan Indonesia, yaitu Cina, Filipina,
Malaysia, Vietnam, Jepang, Singapura, dan Thailand. istimewa, dan penjelasan mengenai siapa saja yang
Kemudian menurut fiskus penjualan PT F kepada dapat dianggap memiliki hubungan istimewa. Jadi
pihak afiliasi memiliki harga jual yang lebih rendah apabila wajib pajak sudah menerapkan prinsip
daripada kepada pihak independen dan dinilai tidak kewajaran atas transaksi dengan afiliasinya,
wajar. seharusnya fiskus tidak perlu melakukan koreksi.
Berikut pendapat ± pendapat yang disampaikan Melihat penjelasan dari majelis dan minimnya
masing-masing pihak terkait sengketa ini. argumentasi serta rujukan ± rujukan yang
Menurut pemohon banding (PT F): disampaikan fiskus, nampak bahwa fiskus kurang
Transaksi ± transaksi yang dilakukan PT F dengan mempersiapkan atau melakukan proses pemeriksaan
afiliasinya sudah wajar dan lazim dan telah dengan baik. Fiskus dalam melakukan analisa
memberikan transfe pricing report yang dikeluarkan kewajaran transaksi antar pihak yang memiliki
oleh pihak independen. hubungan istimewa hendaknya mengacu pada
Menurut terbanding (fiskus): PER.22/PJ/2013 tentang pedoman pemeriksaan
Penjualan PT F kepada pihak afiliasi memiliki terhadap wajib pajak yang memiliki hubungan
harga jual yang lebih rendah daripada kepada pihak istimewa, atau pada saat pemeriksaan dilakukan,
independen dan dinilai tidak wajar. Sehingga sudah karena PER.222/PJ/2013 belum terbit, dapat
selayaknya bagi fiskus untuk melakukan koreksi. menggunakan versi KEP.01/PJ/1993 yang juga
Menurut majelis hakim: mengenai pedoman pemeriksaan terhadap wajib pajak
1. Karena penjualan dilakukan kepada negara ± yang memiliki hubungan istimewa. Di dalam
negara yang memiliki hubungan dengan peraturan tersebut disebutkan bahwa terlebih dahulu
Indonesia, maka harus mengikuti perjanjian fiskus harus membuktikan apakah PT F memiliki
penghindaran pajak berganda yang berlaku hubungan isitmewa dengan lawan ± lawan
dengan engar bersangkutan dan mengikuti transaksinya, sedangkan dalam penjelasan sidang
peraturan yang berlaku internasional, yaitu hakim majelis menyebutkan bahwa fiskus tidak
OECD Guidelines. menyerahkan bukti atau dokumen apapun terkait
2. Berdasarkan pendapat fiskus yang menyatakan pembuktian hubungan istimewa PT F dengan lawan
penjualan kepada pihak afiliasi lebih rendah dari transaksinya. Dari sini terlihat bahwa langkah awal
penjualan kepada pihak independen, tidak sesuai saja sudah dilewati oleh fiskus, sehingga wajar
karena rata ± rata penjualan kepada afiliasi apabila majelis meragukan kebenaran argumen dari
nyatanya lebih tinggi daripada rata ± rata fiskus.
penjualan kepada non afiliasi. Memang ada Tidak hanya itu, karena lawan transaksi PT F ada
sebagian penjualan yang berada di bawah di 7 negara berbeda yang memiliki P3B dengan
penjualan non afiliasi, namun , sesuai dengan Indonesia seharusnya penentuan adanya hubungan
penjelasan fiskus, bahwa penjualan PT F kepada istimewa merujuk pada aturan dalam P3B tersebut dan
afiliasi tidak memiliki resiko dan penjuaan selanjutnya tidak hanya peraturan lokal fiskus perlu
kepada non-afiliasi PT F harus menanggung merujuk juga pada peraturan yang berlaku
resiko, maka penjualan tersebut masih dianggap internasional seperti OECD Guidelines, sehingga
wajar apabila berada di bawah penjualan non- koreksi yang dilakukannya dapat
afiliasi. dipertanggungjawabkan kepada negara tempat lawan
3. Fiskus tidak menjalankan langkah ± langkah transaksi PT F bernaung, dan dapar melakukan
pemeriksaan atas transaksi hubungan istimewa koreksi juga sesuai dengan koreksi yang dilakukan
sebagaimana diatur oleh pedoman yang ada fiskus pada PT F agar tidak terjadi pemajakan
Memang metode TNMM yang digunakan PT F berganda. Di lain pihak PT F juga seharusnya tidak
tidak sesuai, karena melihat dari sisi laba usaha, dapat hanya mengandalkan pada transfer pricing
padahal masih dapat menggunakan metode analsisa report yang dikeluarkan pihak independen untuk
CUP ataupun cost plus, karena dianggap emiliki membela dirinya, PT F harus dapat memberika
tingkat keandalan yang tinggi karena menggunakan argumen ±argumen yang didasari dengan kekuatan
pembanding internal. Namun fiskus tidak hukum, sehingga dapat lebih memastikan majelis
memberikan alasan yang meyakinkan dan rujukan hakim untuk menerima keberatannya.
yang tegas. Sesuai dengan penjelasan bab sebelumnya dimana
Dalam putusan ini tidak disebutkan bila fiskus menjelaskan arti dari tax avoidance, menurut
merujuk pada suatu peraturan untuk memperkuat Franzoni (1999) yang menyatakan bahwa tax
argumentasinya selain, pasal 18 ayat 3 dan ayat 4 UU avoidance merupakan upaya untuk menurunkan pajak
no 36 tahun 2008 tentang pengahsilan pajak yang terhutang dengan cara yang tidak disukai oleh petugas
menyatakan bahwa fiskus memiliki wewenang untuk pajak namun secara peraturan tidak melanggar, maka
menentukan kembali penghasilan kena pajak wajib kasus transfer pricing ini merupakan tax avoidance,
pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan karena PT F pada akhir tahun pajak yang
wajib pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan disengketakan membayar pajak lebih sedikit daripada
kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi hubungan seharusnya atau yang menurut fiskus yaitu sebesar
koreksi yang dilakukan fiskus dan karena PT E tidak yang dijual kepada TPC kadar belerangnya tidak
melanggar peraturan dengan melaporkan SPT-nya dan ada yang melebihi 1,1%.
menurutnya telah melakukan transaksi kepada afiliasi 7. PT G telah melakukan analisa kewajaran harga
sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang berdasarkan harga rata ± rata indeks dalam
tidak dipengaruhi hubungan istimewa. Bahkan PT F beberapa bulan sebelum ditandatanganinya
sampai menggunakan jasa konsultan yang independen kontrak penjualan beserta faktor ± faktor
untuk menambah keyakinan bahwa transaksi yang penyesuaian terhadap spesifikasi batubara dan
dilakukan PT F dengan afiliasinya sudah wajar. Selain biaya ± biaya. Analisa tersebut telah secara khusus
itu karena sengketa ini dimenangkan oleh PT F, maka diuji oleh pihak independen yang melakukan studi
bisa dikatakan ini merupakan Tax Avoidance yang Transfer pricing dan menyatakan harga jual ke PT
berhasil dilakukan. BR ditetapkan telah wajar.
8. Data pembanding tidak dapat dari internal
Put.43022/PP/M.XII/15/2013 (PT G) dikarenakan adanya perbedaan faktor ± faktor
Menurut pemohon banding (PT G): seperti, spesifikasi batubara, tempat penyerahan,
1. Koreksi tersebut tidak dapat dilakukan karena volume penjualan, dan biaya agen pemasaran,
terdapat banyak faktor yang membuat harga jual serta hasil analisa pihak independen.
tersebut tidak dapat disamakan. Seperti Menurut fiskus (fiskus):
penyesuaian tingkat kalori dalam batubara, kadar 1. Penjualan 81% dilakukan kepada perusahaan lokal
abu, kadar belerang, dan lain ± lain. Dan juga dan sisanya kepada 2 perusahaan independen di
sudah mengikuti harga jual beberapa produsen luar negeri, bahwa penjualan lokal tersebut
lokal pada tahun yang sama dengan berdasarkan merupakan transaksi dengan pihak yang memiliki
kalori batubara yang telah disesuaikan USD 25,0 ± hubungan istimewa. Penjualan kepada pihak
USD 33,7. afiliasi atau pihak yang memiliki hubungan
2. Periode negosiasi dan penandatanganan kontrak istimewa lebih rendah daripada penjualan kepada
penjualan tidak sama, karena harga jual batubara pihak independen yaitu Taiwan Power Company.
di pasar sangat berfluktuatif, sehingga harga Maka dari itu penjualan tersebut perlu untuk
jualnya ditetapkan saat penandatangan kontrak. dikoreksi sesuai dengan penjualan independen.
Penentuan harga wajar PT G juga sudah mengikuti Apalagi kontrak dari keduanya dibuat pada tahun
SULQVLS ³industry best practice´ Industry best yang sama yaitu tahun 2006, walaupun terdapat
practice merupakan harga acuan indeks pasar dan perbedaan kalori dari batubara yang dijual 7.200
faktor ± faktor pembeda yang mempengaruhi kkal/kg untuk pihak independen dengan harga
harga jual, seperti tingkat kalori, kadar belerang, USD 45,67/MT dan 6.150 kkal/kg untuk pihak
biaya bargaining, biaya sampling and testing, afiliasi dengan harga USD 35,0/MT.
biaya transhipment, dan biaya kehilangan. 2. Pemilihan TPC sebagai pembanding dikarenakan
3. Fiskus tidak memperhitungkan seluruh faktor harga jual kepada TPC merupakan harga yang
yang dapat mempengaruhi harga tersebut, hanya paling mendekati harga rata ± rata batubara pada
kandungan kalorinya saja dan juga tidak pernah tahun 2006.
memberikan bukti dari penghitungannya, seperti 3. PT G tidak pernah menyampaikan data ± data
analisa fungsional, analisa penetapan metode selain kalori terkait penjualan kepada pihak
harga, maupun analisa kesebandingan. Sehingga afiliasi, sebagaimana data ± data lengkap
menurut PT G fiskus tidak dapat membuktikan penjualan kepada pihak TPC, sehingga
pernyataannya tersebut. penggunaan penjualan kepada TPC masih sangat
4. Adanya perbedaan harga tersebut dikarenakan sesuai.
adanya tambahan biaya untuk penjualan ekspor 4. Bahwa koreksi fiskus sudah dilakukan dengan hati
kepada Taiwan Power Company (TPC), dimana ± hati dan walaupun setelah memperhitungkan
perlu penambahan biaya cargo handling fee biaya ± biaya lain seperti cargo handling fee,
sebesar USD 2,75/MT, freight and fuel sebesar freight and fuel, dan pajak ekspor, masih terdapat
USD 3,59/MT, dan pajak ekspor USD 1,74/MT. selisih sebesar 417.810.367.311 rupiah.
5. Selain adanya penambahan biaya diatas, 5. PT G tidak pernah menyampaikan dokumen
perbedaan harga juga dikarenakan penjualan pendukung terkait pendapatnya dimana harga jual
kepada pihak lokal merupakan penjualan dalam batubara dengan kandungan belerang diatas 1%
jumlah besar, maka dari itu perusahaan dapat mempengaruhi harga jual.
memberikan potongan harga. 6. Metode yang paling sesuai dalam kasus ini adalah
6. PT G menjual batubara dengan kadar belerang CUP, namun ada beberapa hal yang tidak sesuai
diatas 1% sampai dengan 3%, dimana batubara dengan metode CUP menurut fiskus yang
dengan kadar belerang diatas 1% kurang diminati dilakukan oleh PT G, antara lain dengan
di pasar sehingga membawa dampak pada menggunaka pembanding eksternal daripada
penurunan harga jualnya. Sedangkan batubara pembanding internal, penggunaan database yang
tidak diketahui alasannya dan sumber datanya,
menggunakan data pembanding dengan tingkat persis semuanya dengan kualitas yang ditetapkan
kalori yang berbeda yaitu pada kalori 6322 (base quality) bahwa pada kontrak dengan PT XX.
kkal/kg, dan rumus penghitungan penyesuaian penyesuaian harga aktual atas base price hanya
tidak diketahui asal usulnya dikaitkan dengan kandungan kalorinya saja
Menurut majelis hakim: sedangkan untuk kontrak yang lain terkait dengan
1. Fiskus tidak menyampaikan hasil analisis fungsi, seluruh kualitas batubara yang selain kandungan
aset dan resiko sedangkan PT G menyampaikan kalorinya juga meliputi kandungan kelembaban,
analisa transfer pricing yang dilakukan oleh pihak kandungan abu dan kandungan sulfur serta ukuran
independen, perbedaannya hanya pada data batubara.
pembanding yang digunakan. Fiskus memilih 5. Terdapat perbedaan syarat pengiriman dalam
menggunakan data internal yakni harga jual kontrak penjualan lokal kepada PT XX. ditetapkan
kepada Taiwan Power Company sedangkan PT G Free on Board (FOB) Manau Jetty sedangkan
memilih menggunakan data ekternal berupa untuk kontrak penjualan ekspor kepada Taiwan
indeks harga batubara yakni the Newcastle Coal Power Company dan TNB Fuel Services Sdn Bhd
(NEWC) Index;. Harga jual (base price) untuk ditetapkan FOB Balikpapan Coal Terminal (FOB
penjualan batubara pada tahun 2006 ditentukan BCT).
pada periode yang berbeda. Untuk PT XX pada Adanya perbedaan syarat pengiriman ini
akhir tahun 2005 untuk periode setahun yaitu mengakibatkan adanya perbedaan antara penjualan
tahun 2006 saja, dan untuk Taiwan Power lokal dibandingkan dengan penjualan ekspor,
Company pada akhir tahun 2004 untuk periode dalam perhitungan yang dibuat oleh fiskus dalam
tahun 2005 sampai dengan 2010 yang kemudian rangka kesebandingan telah dikurangkan cargo
berdasar kesepakatan bersama tahun pertamanya handling fee sebesar USD 2,75/MT, freight and
diundur tahun 2006, kemudian untuk TNB Fuel fuel sebesar USD 3,59/MT dan pajak ekspor
Services Sdn Bhd pada tahun 2002 untuk periode sebesar USD 1,74/MT.
tahun 2006 sampai dengan 2011 6. Terdapat perbedaan volume penjualan batubara
2. Periode kontrak antara PT G dengan PT XX dalam kontrak kepada PT XX. ditetapkan sebesar
ditetapkan hanya untuk tahun 2006 saja sedangkan 4.000.000 MT ±10% untuk Tahun 2006, dalam
kontrak antara PT G dengan Taiwan Power kontrak dengan Taiwan Power Company
Company dan TNB Fuel Services Sdn Bhd adalah ditetapkan sebesar 3.000.000 MT ±20% untuk
kontrak multiple years sehingga disepakati enam (6) tahun (500.000 MT ±20% per tahun) dan
kemungkinan dilakukan negosiasi perubahan base TNB Fuel Services Sdn Bhd ditetapkan sebesar
price untuk tahun kedua dan seterusnya 4.200.000 MT ±20% untuk enam tahun (700.000
disesuaikan dengan kondisi yang berlaku MT ±20% per tahun)
kemudian, namun apabila kedua belah pihak tidak 7. Analisis transfer pricing PT G dengan metode
menentukan titik temu terkait negosiasi perubahan CUP yang menggunakan data pembanding the
base price maka dapat dilakukan pemutusan Newcastle Coal (NEWC) Index pada tanggal
perjanjian dengan syarat-syarat sebagaimana kontrak sebesar USD 44,59/MT dengan
diatur dalam kontrak kandungan kalori 6.322 kkal/kg, kandungan abu
3. Penjualan Tahun 2006 kepada Taiwan Power 14%, kandungan belerang 0.75%, sementara
Company dan TNB Fuel Services Sdn Bhd spesifikasi batubara yang yang dijadikan evaluasi
merupakan pengiriman tahun pertama sehingga adalah kandungan kalori 7.200 kkal/kg,
menggunakan base price sesuai yang tertera pada kandungan abu 15% dan kandungan belerang
kontrak dan tidak terdapat dokumen yang 1.80%, sehingga penyesuaian atas perbedaan
menjelaskan berapa base price tahun kedua dan kandungan kalori sebesar USD 6.19/MT,
seterusnya yang disepakati oleh penjual dan penyesuaian kandungan abu USD (0.50)/MT dan
pembeli apakah tetap ataukah dilakukan penyesuaian kandungan belerang USD (5.25)/MT.
penyesuaian harga sesuai addendum. 8. Dengan demikian perhitungan analisis transfer
Berdasarkan kontrak nomor CO1A/GBP- pricing PT G yang memperhitungkan keseluruhan
BR/XII/05 tanggal 18 Desember 2006 antara PT G kualitas batubara yang terdiri dari kandungan
dan PT XX, ditetapkan harga jual (Base Price) kalori, kandungan abu, dan kandungan belerang
Tahun 2007 USD 39/MT (7.200 kkal/kg) adalah telah sesuai dengan praktek yang berlaku
4. Dalam kontrak PT G selalu memuat base price umum pada perdagangan batubara.
dan adjusted price, base price merupakan harga 9. Dalam perhitungan analisis transfer pricing PT G
jual acuan yang disepakati dengan syarat dan dengan metode CUP untuk kesebandingan PT G
kondisi yang telah ditentukan sedangkan adjusted mengurangkan total biaya (termasuk pajak
price merupakan harga jual aktual setiap pertambahan nilai) sebesar USD 10,13/MT yang
pengiriman berdasarkan penyesuain harga yang terdiri dari penyesuaian biaya barging, biaya
telah disepakati terkait dengan kualitas batubara sampling dan testing, biaya kehilangan saat
yang pada kenyataannya tidak akan bisa sama barging serta biaya coal handling/transhipment,
sementara dalam perhitungan analisis transfer Company yang dijadikan pembanding oleh fiskus.
pricing fiskus dengan metode CUP untuk Penjualan kepada afiliasi mengandung 6.150 kkal/kg
kesebandingan fiskus mengurangkan total biaya dan belerang antara 1% sampai 3%, sedangkan
sebesar USD 8,08/MT. kepada pihak Independen (TPC) mengandung 7200
10. Dalam persidangan fiskus tidak pernah kkal/kgdan belerang maksimal 1,1%.
menyampaikan bantahannya atau ]Kemudian pada resiko, jelas memiliki resiko
ketidaksetujuannya atas penyesuaian biaya ± biaya yang berbeda, seperti dikatakan oleh Bapak Sudibjo,
yang diajukan oleh PT G dalam rangka jika penjualan kepada pihak independen memiliki
kesebandingan yang meliputi penyesuaian biaya resiko gagal bayar yang lebih tinggi dibandingkan
barging, biaya sampling dan testing, biaya dengan penjualan kepada pihak afiliasi. Oleh karena
kehilangan saat barging serta biaya coal itu penjualan kepada TPC tentunya memiliki resiko
handling/transhipment, dan menurut majelis yang lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan
penyesuaian biaya yang dilakukan PT G dapat kepada pihak afiliasi.
diterima berdasarkan analisis kewajaran biaya- Pada Tabel 4.12. ketentuan kontrak penjualan
biaya tersebut yang telah dilakukan oleh pihak afiliasi memiliki waktu penentuan harga yang berbeda
independen. dengan kontrak dengan pihak independen. Seperti
Majelis berpendapat Harga Patokan Ekspor (HPE) disebutkan, bahwa harga batubara di pasar
yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan dapat berfluktuatif, sehingga penentuan harga pada waktu
dijadikan sebagai tolok ukur kewajaran harga jual yang berbeda akan sangat berpengaruh terhadap harga
yang ditetapkan oleh PT G. Harga Patokan Ekspor produk tersebut.
(HPE) untuk periode 10 Oktober 2005 sampai dengan
31 Desember 2005 adalah sebesar USD 30.00/MT Tabel 1.6. Tahun Penentuan Kontrak Penjualan PT G
sedangkan untuk periode 1 Januari 2006 sampai Penjualan Kepada Untuk Tahun Penentuan
dengan 31 Desember 2006 adalah sebesar USD Harga pada
28.00/MT ± USD 34.83/MT, sehingga apabila PT G Tahun
menetapkan harga jual batubara kepada PT XX TPC (Independen) 2006 ± 2011 2004
sebesar USD 35.00/MT untuk periode 1 Januari ± 31 PT XX (Afiliasi 2006 2005
Desember 2006 yang ditetapkan saat kontrak pada Lokal)
akhir tahun 2005. Maka menurut majelis pehitungan TNB Fuel Service 2006 ± 2011 2002
harga kepada afiliasi tersebut masih dalam batas Sdn Bhd (Afiliasi
kewajaran dan kelaziman, serta berkesimpulan untuk Ekspor)
mengabulkan seluruhnya banding PT G. Pada penjualan afiliasi memliki jumlah penjualan
Pada kasus ini telah disebutkan dalam penjelasan, yang lebih besar dibandingkan dengan penjualan
siapa saja pihak ± pihak yang terkait beserta kepda pihak independen, seperti terlihat pada Tabel
hubungan yang dimilikinya dengan PT G, seperti 4.13. Oleh karena itu wajar jika penjualan afiliasi
Taiwan Power Company (TPC) yang merupakan memiliki harga yang lebih murah, karena volume
pihak non afiliasi, PT XX dan TNB Fuel Service Sdn penjualannya tersebut, Seperti yang dikatakan oleh
Bhd merupakan afiliasi PT G. Oleh karena itu Bapak Sudibjo.
transaksi PT G kepada PT XX dan TNB Fuel Service Tabel 1.7. Volume Penjualan PT G
Sdn Bhd merupakan transfer pricing. Dan apabila Penjualan Kepada Untuk Volume Penjualan
transaksi tersebut tidak sesuai dengan kewajaran dan Tahun
kelaziman usaha, maka DJP berhak untuk melakukan TPC (Independen) 2006 ± 3.000.000 MT (@
koreksi. Dalam melakukan analisa kewajaran dan 2011 500.000 MT)
kelaziman transaksi kedua belah menggunakan PT XX (Afiliasi 2006 4.000.000 MT
pembanding memilih pembandingnya masing ± Lokal)
masing.
Menurut majelis hakim karena kedua pihak
memiliki pembanding masing ± masing, maka yang Analisa Keseluruhan
menentukan hasil dari sengketa ini adalah analisa Pada semua kasus yang dibahas, seluruhnya
kesebandingannya, siapakah yang memiliki merupakan transaksi transfer pricing, sehingga fiskus
pembanding yang paling sesuai. Seperti di bahas pada memiliki hak untuk melakukan koreksi sesuai dengan
bab sebelumnya faktor ± faktor yang mempengaruhi kewajaran dan kelaziman usaha yang berlaku tanpa
analisa kesebandingan adalah, produk, analisa dipengaruhi adanya hubungan istimewa. Dari
fungsional, ketentuan dalam kontrak, strategi bisnis, beberapa kasus tersebut peneliti mengelompokkan
dan situasi ekonomi. pokok ± pokok sengketanya, ada 5 kasus yang
Pada produk dijelaskan bahwa, memang terdapat menyengketakan pembanding yang dipilih dari 7
perbedaan, seperti disebutkan perbedaan kalori dan kasus yang diteliti, atau sama dengan 71,4%. Hal ini
kandungan belerang antara penjualan kepada afiliasi membuktikan bagaimana pentingnya memilih
dengan penjualan yang kepada Taiwan Power pembanding yang paling tepat. Semakin sebanding
transaksi pembanding maupun pembanding yang dunia internasional dan diadopsi berbagai negara di
digunakan dalam analisa transfer pricing maka hasil dunia.
analisa tersebut akan semakin dapat dipercaya dan Sehingga dapat disimpulkan, apabila fiskus
dapat dipertanggungjawabkan. Namun menurut akan melakukan koreksi, maupun wajib pajak yang
Darussalam, Septriadi, dan Kristiaji (2013), akan melakukan analisa transfer pricing, hendaknya
menyebutkan bahwa sering tidak ditemukan melakukan analisa secara menyeluruh dan sesuai
pembanding yang sesuai atau jumlah pembanding dengan prosedur dan juga berdasarkan hukum ±
yang dapat digunakan. Biasanya masalah tersebut hukum yang berlaku di Indonesia maupun dunia, agar
diselesaikan dengan cara memperluas kriteria dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
pencarian yang mengakibatkan semakin banyaknya
data yang perlu disesuaikan sebelum dapat dipakai Kesimpulan
Tabel 1.8. Jumlah Penggunaan Dasar Hukum Berdasarkan analisa dan pembahasan dari
No Peraturan Jumlah sebelumnya, berikut kesimpulan yang diperoleh
Pemakaian peneliti:
1. OECD Guidelines 5 1. Dari 7 putusan pengadilan pajak tahun 2013
2. PER.43/PJ/2010 3 ± 2014 mengenai transfer pricing barang
berwujud antar pihak ± pihak yang memiliki
3. KEP.01/PJ/1993 3
hubungan istimewa 4 di antaranya menerima
4. SE.04/PJ.07/1993 1
banding pemohon banding, 2 menolak
5. Undang ± Undang Pajak 1
banding pemohon banding, dan 1 menerima
Penghasilan
sebagian. Sebanyak 5 kasus dari 7 kasus,
6. Undang ± Undang Ketentuan 1 atau sekitar 71,4%, menyengketakan
Umum Perpajakan pembanding, baik dalam tingkat transaksi
7. Undang ± Undang Pengadilan 1 maupun pada tingkat perusahaan, dalam
Pajak analisa kewajaran dan kelaziman usahanya.
8. Undang ± Undang Pajak 1 Selain itu pokok sengketa yang lain,
Pertambahan Nilai dan Pajak diantaranya adalah, nilai mark up atau
Penjualan Barang Mewah margin gross profit, peraturan atau pedoman
9. IRC 1 transfer pricing, pihak ± pihak yang
10. International Program Audit 1 memiliki hubungan istimewa, metode analisa
Guidelines yang digunakan, surat putusan keberatan,
sebagai pembanding. Oleh karena itu wajar apabila dan penghasilan kena pajak WP.
pembanding merupakan hal yang paling sering 2. Dari 7 putusan pengadilan pajak tahun 2013
disengketakan baik di tingkat transaksi maupun badan ± 2014 mengenai transfer pricing barang
usahanya, mengingat susahnya mencari pembanding berwujud antar pihak ± pihak yang memiliki
yang benar ± benar sesuai dan sama persis tanpa hubungan istimewa, 5 putusan dapat
adanya penyesuaian yang berarti, seperti juga digolongkan sebagai percobaan tax
dikatakan oleh Bapak Sudibjo dan Bapak Doni. avoidance dan 2 putusan merupakan tax
Dari hasil analisa, dapat dilihat bahwa terdapat 2 evasion.
putusan yang memutuskan membatalkan koreksi dari 3.
terbanding, dikarenakan fiskus dalam melakukan Saran
koreksi tidak mengikuti prosedur atau analisa tersebut Berikut saran ± saran yang dapat diberikan oleh
belum dilakukan secara menyeluruh, dan juga dasar peneliti:
hukum yang digunakan untuk 1. Sebagai seorang wajib pajak harus memiliki niat
menguatkan argumennya tidak cukup jelas. untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya
Penggunaan dasar hukum yang jelas dapat membantu sesuai dengan aturan yang berlaku. Apabila
meyakinkan majelis hakim dalam memutuskan sebuah menurutnya belum ada peraturan yang berlaku,
sengketa, semakin jelas dan semakin banyak dasar seharusnya wajib pajak dapat bertanya kepada
hukum yang mendukung argumen salah satu pihak fiskus, mengenai hal tersebut, ataupun
tentunya akan menguntungkan pihak tersebut, baik menggunakan jasa konsultan pajak yang
dari pemohon banding maupun terbanding. semestinya memiliki data terbaru dan lengkap
Selain itu pada Tabel 1.8. dapat dilihat bahwa mengenai peraturan perpajakan yang ada di
penggunaan OECD Guidelines sebagai dasar acuan, Indonesia.
merupakan yang paling banyak selain tentunya 2. Perlu diakukan melakukan analisa secara
penggunaan pasal 18 ayat 3 pada Undang ± Undang mendalam dan menyeluruh, seperti memeriksa dan
Pajak Penghasilan. OECD Transfer Pricing menganalisa setiap transaksi yang dilakukan oleh
Guidelines for Multinational Enterprises and Tax wajib dan tidak mengaplikasikan satu analisa
Administrator, merupakan pedoman yang diakui di transaksi kepada seluruh transaksi yang dimiliki
wajib pajak ke berbagai macam negara, karena ,QWHUQDVLRQDO ´ -DNDUWD 'DQQ\ 'DUXVVDODP
setiap transaksi memiliki keunikan tersendiri. Tax Center, Juli 2013.
3. Melakukan pemeriksaan harus menggunakan Dewan StandaU $NXQWDQVL .HXDQJDQ ³3HUQ\DWDDQ
pembanding yang paling tepat dan semirip Standar Akuntansi Keuangan Nomor 7
mungkin dengan wajib pajak, dan tidak banyak (revisi 2009 ´ -DNDUWD ,NDWDQ $NXQWDQVL
melakukan penyesuaian, sehingga dalam analisa Indonesia, 2009.
kewajaran transaksi diperoleh hasil yang lebih Eden, Lorraine. ³7KH ,QWHUQDOL]DWLRQ %HQHILWV RI
baik dan dapat dipertanggungjawabkan dalam 7UDQVIHU 3ULFH 0DQLSXODWLRQ ´ Bush School
persidangan. Working Paper, No. 315, (Desember 2003).
4. Peraturan yang berlaku internasional juga perlu Franzoni, Luigi Alberto. ³7D[ (YDVLRQ DQG 7D[
mendapat perhatian khusus, seperti Perjanjian &RPSOLDQFH ´University of Bologna, Italy,
Penghindaran Pajak Berganda dengan perusahaan 1999.
di negara tujuan transaksi dan juga acuan transfer Gupta, Pradeep. ³7UDQVIHU 3ULFLQJ 3UDFWLFHV DQG
pricing dunia, seperti OECD, apabila transaksi Manipulation in India."
transfer pricing yang diteliti merupakan transaksi Internal Revenue Code. US Treasury Regulation
dengan pihak yang berada di negara lain. Namun Section 1.483.
dalam melakukan koreksi, fiskus juga harus Kieso, Weygandt, Warfield. Intermediate Accounting,
memperhatikan dan bisa mempertanggung IFRS Edition: Volume 1. New York: John
jawabkan koreksinya tersebut di dunia Wikey & Sons, 2011.
internasional, karena apabila suatu negara /LQJJD ,WD 6DOVDOLQR ³$VSHN 3HUSDMDNDQ GDODP
mengkoreksi sbujek pajaknya yang bertransaksi Transfer Pricing dan Problematika Praktik
dengan subjek pajak luar negeri, maka negara Penghindaran Pajak (Tax Avoidance ´
tempat subjek pajak luar negeri tersebut berada Jurnal Zenit, (2012)
harus melakukan koreksi juga, untuk menghindari 0DQJRWLQJ <HQQL ³$Vpek Perpajakan dalam Praktek
pengenaan pajak berganda. 7UDQVIHU 3ULFLQJ ´ -XUQDO $NXQWDQVL GDQ
Keuangan, (2000).
Keterbatasan Penelitian Miyatake, T. ³7UDQVIHU 3ULFLQJ DQG ,QWDQJLEOHV ´
Penelitian ini hanya sebatas menganalisa data Cahiers de droit fiscal international 92a,
± data penjelasan putusan kasus pengadilan pajak (2007).
yang dikeluarkan atau dipublikasikan oleh Menteri 1XU\DQDK 6LWL GDQ &KULVWLQH ³Income Tax Gap:
Keuangan (MenKeu) ataupun Sekretariat Pengadilan Kajian Deskriptif dan Empiris atas Koreksi
Pajak (SetPP) yang diunduh peneliti melalui website 3DMDN GL ,QGRQHVLD ´ 'HVHPEHU
resminnya. Penjelasan kasus yang lebih detail tidak OECD Transfer Pricing Guidelines for Multinational
dapat diperoleh peneliti dikarenakan susahnya Enterprises and Tax Administrator, Juli
mencari data ± data tersebut, karena dianggap data 2010.
rahasia oleh kedua intansi tersebut. Sehingga pada 2NWDYLD .ULVWDQWR 6 % HW DO ³7UDQVDNVL +XEXQJDQ
penelitian ini peneliti tidak dapat menganlisa kasus Istimewa dan Pengaruhnya Terhadap Tarif
secara menyeluruh dengan detail ± detail dari kasus Pajak (IHNWLI 3HUXVDKDDQ ´ -XUQDO $NXQWDQVL
tersebut. (2012).
2PSXVXQJJX $UOHV 3 ³&DUD /HJDO 6LDVDWL 3DMDN ´
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Puspa Swara, 2011
AguVWD ,YDQRYLFK ³7HNQLN 3HQJXPSXODQ GDQ Pagan, Jill C., dan J. Scott Wilkie. ³7UDQVIHU 3ULFLQJ
$QDOLVLV 'DWD .XDOLWDWLI´ 3XVDW 3HQHOLWLDQ 6WUDWHJ\ LQ D *OREDO (FRQRP\ ´ Amsterdam:
Sosial Ekonomi. Litbang Pertanian, Bogor, IBFD Publication, 1993.
27 Februari 2003. Plotkin, Irving H. ³5ROH RI 5DWH RI 5HWXUQ ´
Ahmadov, Jamil. ³7KH ³0RVW $SSUSULDWH 0HWKRGH´ Sebagaimana dikutip dalam Robert
as The New OECD Transfer Pricing Feinschreiber. ³7UDQVIHU 3ULFLQJ +DQGERRN
Standard: Has The Hierarchy of Method 3rd (GLWLRQ ´
%HHQ &RPSOHWHO\ (OLPLQDWHG"´ ,QWHUQDWLRQDO Putusan Pengadilan Pajak Republik Indonesia Nomor
Transfer Pricing Journal, (2011). Put.42731/PP/M.I/15/2013
Bogdan, R. and Taylor, S.J. 1975. ³,QWURGXFWLRQ WR Putusan Pengadilan Pajak Republik Indonesia Nomor
4XDOLWDWLYH 5HVHDUFK 0HWKRG´ New York : Put.48154/PP/M.XV/15/2013
John Willey and Sons Putusan Pengadilan Pajak Republik Indonesia Nomor
&DUGR]D . HW $O ³7KH 3RZHU RI ,QWDQJLEOHV Put.48156/PP/M.XIII/15/2013
$VVHWV ´ Intelectual Asset Management Putusan Pengadilan Pajak Republik Indonesia Nomor
Magazine, (April, 2006) Put.48364/PP/M.XI/15/2013
Darussalam, Danny Septriadi, dan B. Bawono Putusan Pengadilan Pajak Republik Indonesia Nomor
.ULVWLDML ³Transfer Pricing, Ide, Strategi, Put.50134/PP/M.I/15/2014
dan Panduan Praktis dalam Perspektif Pajak
Putusan Pengadilan Pajak Republik Indonesia Nomor
PUT.50613/PP/M.XII/B/15/2014
Republik Indonesia. Peraturan Direktorat Jendral
Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 tentang
Perubahan PER-43/PJ/2010 tentang
Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman
Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak
dengan Pihak yang Memiliki Hubungan
Istimewa.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Sebagaimana telah
Beberapa Kali Diubah Terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
Republik Indonesia. Undang-Undang nomor 7 1983
tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana
Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008.
Russo, Antonio. ³&KDSWHU , DQG ,,, RI 7KH
2(&' *XLGHOLQHV &DSLWD 6HOHFWD ´ dalam
Dennis Webber dan Stef van Weeghel, ³7KH
2010 OECD Updates: Model Tax
Convention & Transfer Pricing Guidelines,
$ &ULWLFDO 5HYLHZ ´ Netherlands: Kluwer
Law International, 2011.
6XNPDGLQDWD 1 6\DRGLK ³3HQJHPEDQJDQ
.XULNXOXP 7HRUL GDQ 3UDNWHN´ %DQGXQJ
PT Remaja Rosdakarya (2005).
7DQJ 5RJHU < : ³Transfer Pricing Practices in The
United States and Japan. New York: Praeger
Publishers, 1979.

Anda mungkin juga menyukai