Anda di halaman 1dari 8

Metode yang dapat digunakan untuk menentukan harga transfer (transfer pricing) yang wajar

yang dilakukan oleh perusahaan multinasional yang melakukan transfer pricing, yaitu:

####Metode perbandingan harga (Comparable Uncontrolled Price/CUP)

Metode ini membandingkan harga transaksi dari pihak yang ada hubungan istimewa tersebut
dengan harga transaksi barang sejenis dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan
istimewa (pembanding independen), baik itu internal CUP maupun eksternal CUP. Metode
ini sebenarnya merupakan metode yang paling akurat, tetapi yang sering menjadi
permasalahan adalah mencari barang yang benar-benar sejenis.

Contoh penerapan:
PT ABC menyerahkan penjualan barang X kepada afiliasinya PT Y dengan harga franko
tujuan Rp10.000.000. Di saat yang sama PT ABC juga menjual barang X kepada pihak ketiga
PT KLM dengan harga franko pabrik Rp10.000.000 dan biaya pengangkutan dan asuransi
Rp500.000. Dengan metode CUP harga jual wajar barang X dari PT ABC kepada PT Y
adalah Rp10.000.000 + Rp500.000 = Rp10.500.000.

####Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price Method/RPM)

Metode ini digunakan dalam hal Wajib Pajak bergerak dalam bidang usaha perdagangan, di
mana produk yang telah dibeli dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa dijual
kembali (resale) kepada pihak lainnya (yang tidak mempunyai hubungan istimewa). Harga
yang terjadi pada penjualan kembali tersebut dikurangi dengan laba kotor (mark up) wajar
sehingga diperoleh harga beli wajar dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

Contoh penerapan:
PT A menyerahkan barang kepada afiliasinya PT B dengan harga Rp10.000.000. PT B
kemudian menyerahkan barang tersebut kepada pihak ketiga PT C (independen) dengan
harga Rp20.000.000. Diketahui ternyata ada transaksi antara pihak independen, yaitu PT Z
yang juga menyerahkan produk yang sejenis kepada PT Y dengan kenaikan harga jual (mark
up) 20%. Dengan demikian, harga jual yang wajar dari PT A kepada PT B adalah
Rp20.000.000 - (20% x Rp20.000.000) = Rp16.000.000. Jadi, harga jual PT A terlalu rendah
dari yang seharusnya karena ada transfer pricing.

####Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method)

Metode ini dilakukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh
perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi
sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa. Umumnya digunakan
pada usaha pabrikasi.

Contoh penerapan:
PT A memproduksi barang dengan biaya Rp500.000 dan menyerahkan barang tersebut
kepada afiliasinya PT B dengan harga Rp900.000. PT Y juga memproduksi produk sejenis
dengan biaya sebesar Rp600.000 dan menjualnya kepada PT Z (tidak ada hubungan
istimewa) dengan harga Rp900.000. Dari penjualan PT Y terlihat bahwa persentase laba
kotor dari biaya adalah sebesar 30 : 60 = 50
.Dengancost−plusmethod,dapatdikηhuibahwahargawajarpenjualanPTAkePTBadalah:
Rp500.000+(50 x Rp500.000) = Rp750.000. Jadi, bisa dianggap bahwa harga beli PT B
lebih mahal dari yang seharusnya dan dapat dikoreksi biayanya oleh kantor pajak.

####Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM)

Metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi afiliasi yang
akan dibagi oleh pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa tersebut dengan
menggunakan dasar yang dapat diterima secara ekonomi yang memberikan perkiraan
pembagian laba yang selayaknya akan terjadi dan akan tercermin dari kesepakatan antar
pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa, dengan menggunakan Metode
Kontribusi (Contribution Profit Split Method) atau Metode Sisa Pembagian Laba (Residual
Profit Split Method).

#####Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin Method/TNMM)

Metode ini dilakukan dengan membandingkan persentase laba bersih operasi terhadap biaya,
terhadap penjualan, terhadap aktiva, atau terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan persentase laba bersih operasi yang
diperoleh atas transaksi sebanding dengan pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa atau persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding yang
dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa lainnya.

Contoh penerapan:
PT ABC merupakan produsen alat-alat kecantikan yang menjual ke perusahaan grup di
Malaysia (ABC Bhd) dan menggunakan merk ABC Bhd. Dalam hal ini, ABC Bhd hanya
menjual produk PT ABC. Berdasarkan analisis, diketahui juga bahwa PT XYZ yang menjual
produk serupa dan memperoleh laba operasi sebesar 10%. Untuk itu, harga transfer PT ABC
kepada ABC Bhd berdasarkan metode TNM adalah sebagai berikut

image.png740×211 24.7 KB
Metode dalam penentuan transfer pricing antara lain:

####1. Metode Tradisional

Comparable Uncontrolled Price Method (CUPM)

Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price)
atau disingkat CUPM adalah metode penentuan harga transfer yang dilakukan dengan
membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang
tidak mempunyai hubungan istimewa dalam kondisi atau keadaan yang sebanding.

Kondisi yang tepat untuk menggunakan CUPM ini adalah :

 Barang atau jasa yang ditransaksikan memiliki karakteristik yang identik dalam
kondisi yang sebanding; atau
 Kondisi transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa dengan pihak-pihak yang tidak memiliki Hubungan Istimewa identik atau
memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi atau dapat dilakukan penyesuaian yang
akurat untuk menghilangkan pengaruh dari perbedaan kondisi yang timbul.

Apabila tak ada kondisi di atas yang sesuai, maka CUPM tidak dapat digunakan dan Wajib
Pajak harus menggunakan metode lainnya yang sesuai.

Cost-Plus Method (CPM)

Harga pasar wajar ditentukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh
yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau
tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan
pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa pada harga pokok penjualan yang telah
sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha. Kondisi yang tepat untuk
menggunakan CPM adalah:

 Barang setengah jadi dijual kepada pihak-pihak yang mempunyai Hubungan


Istimewa;
 Terdapat kontrak/perjanjian penggunaan fasilitas bersama (joint facility agreement)
atau kontrak jual-beli jangka panjang (long term buy and supply agreement) antara
pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa;
 Bentuk transaksi adalah penyediaan jasa.

Apabila tak ada kondisi di atas yang sesuai, maka metode CPM tidak dapat digunakan dan
Wajib Pajak harus menggunakan metode lainnya yang sesuai.

Resale Price Method (RPM)

Metode harga penjualan kembali (resale price method) atau disingkat RPM adalah metode
penentuan harga transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam transaksi
suatu produk yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
dengan harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar, yang
mencerminkan fungsi, aset dan risiko, atas penjualan kembali produk tersebut kepada pihak
lain yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau penjualan kembali produk yang
dilakukan dalam kondisi wajar.

Kondisi yang tepat untuk menggunakan metode ini adalah :

 Tingkat kesebandingan yang tinggi antara transaksi antara Wajib Pajak yang
mempunyai Hubungan Istimewa dengan transaksi antara Wajib Pajak yang tidak
mempunyai Hubungan Istimewa, khususnya tingkat kesebandingan berdasarkan hasil
analisis fungsi, meskipun barang/jasa yang diperjualbelikan berbeda dan
 Pihak penjual kembali (reseller) tidak memberikan nilai tambah yang signifikan atas
barang atau jasa yang diperjualbelikan.

####2. Metode Transactional Profit:

Profit Split

 Metode ini digunakan apabila data pembanding tidak cukup lengkap.


 Laba dari transaksi antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dapat
diketahui dengan cara melakukan analisis fungsi atas kegiatan usaha yang
dilakukannya.

Transactional Net Margin Method (TNMM)

 Metode ini juga digunakan apabila data pembanding tidak cukup lengkap.
 Membandingkan laba bersih dengan Harga Pokok Penjualan (HPP), Penjualan atau
aktiva yang dipergunakan untuk menghasilkan laba bersih tersebut, setelah itu laba
bersih atas transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

####3. Metode Lainnya:

OECD Guidelines tidak memperkenankan metode lainnya untuk menentukan harga pasar
wajar karena metode ini tidak mencerminkan harga pasar wajar yang sesungguhnya. Metode
ini terdiri dari global split method dan juga formulary apportionment method.

Dalam Pasal 18 ayat (3) UU PPh, dinyatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang
untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang
sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan
kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan
metode perbandingan harga antara pihak yang independen, metode harga penjualan kembali,
metode biaya-plus atau metode lainnya.

Maksud diadakannya ketentuan ini (pasal 18 ayat 3 UU PPh) adalah untuk mencegah
terjadinya penghindaran pajak yang dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa. Apabila
terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapat terjadi penghasilan dilaporkan kurang dari
semestinya ataupun pembebanan biaya melebihi dari yang seharusnya. Dalam hal demikian,
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan
dan/atau biaya sesuai dengan keadaan seandainya di antara para Wajib Pajak tersebut tidak
terdapat hubungan istimewa.
Dalam menentukan kembali jumlah penghasilan dan/atau biaya tersebut digunakan metode
perbandingan harga antara pihak yang independen (Comparable Uncontrolled Price Method),
metode harga penjualan kembali (Resale Price Method), metode biaya-plus (Cost-Plus
Method) atau metode lainnya seperti metode pembagian laba (Profit Split Method) dan
metode laba bersih transaksional (Transactional Net Margin Method).
rdapat dua klasifikasi metode transfer pricing :

 Traditional profit methode yaitu metode Comparable Uncontrolled Price (CUP),


resale price method (RPM), dan cost plus methode (CPM).
 Transactional profit methode yaitu transactional net margin methode (TNMM) dan
transactional profit split method (PSM).

1.Metode Perbandingan Harga antara Pihak yang tidak mempunyai Hubungan


Istimewa (Comparable Uncontrolled Price/CUP)

membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak afiliasi dengan
harga barang atau jasa dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak independen dalam
kondisi atau keadaan yang sebanding. Yang diperbandingkan dalam CUP adalah HARGA.

Harga Wajar = Harga pihak independen sebanding

Syarat CUP:

 Tidak terdapat perbedaan di antara transaksi yang dibandingkan


 Apabila terdapat perbedaan maka secara akurat dapat dilakukan adjustment untuk
mengeliminasi perbedaan tersebut

Pembanding metode CUP ini dapat menggunakan pembanding internal maupun pembanding
eksternal. Sebagai contoh sederhana pembanding internal, PT A menjual produk X ke PT B
(Pihak afiliasi) sebesar Rp. 1.000/unit dan juga ke PT C (pihak independen) sebesar Rp.
1.600/unit. Karakteristik produk yang dijual dan ketentuan kontrak kepada PT B dan PT C
sama, selain itu fungsi aset dan risiko, strategi bisnis dan situasi ekonomi saat penjualan PT A
kepada PT B dan PT C memiliki kesebandingan yang tinggi. Dalam kasus ini, metode CUP
dapat diaplikasikan sehingga harga wajar PT A kepada PT B (pihak afiliasi) seharusnya Rp.
1.600/unit. Namun perlu dipertimbangkan juga apakah perbedaan volume penjualan akan
memengaruhi tingkat harga jualnya atau tingkat diskon di pasar pihak independen.

2.Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price Method/RPM)

menilai kompensasi wajar yang diterima pihak afiliasi yang berfungsi sebagai distribusi atau
pemasaran yang akan menjual kembali tanpa penambahan nilai yang substansial.

Resale Price Method dimulai dengan harga dimana produk yang telah dibeli dari perusahaan
afiliasi dijual kembali kepada perusahaan independen. Harga ini (harga jual kembali)
kemudian dikurangi dengan margin kotor yang sesuai pada harga ini. Metode ini yang
diperbandingkan adalah LABA KOTOR.

Harga Wajar Pembelian Afiliasi (X) = Harga Jual Kembali (Y) – Laba kotor yang
wajar untuk reseller
* “Laba kotor yang wajar untuk reseller” didapatkan dengan mencari pembanding baik
pembanding internal maupun eksternal.

3.Metode Biaya Plus (Cost Plus Method/CPM)

Adalah metode penentuan harga transfer yang dilakukan dengan menambahkan tingkat laba
kotor wajar (arm’s length mark up) yang diperoleh perusahaan independen yang sebanding.
Dalam metode ini yang diperbandingkan adalah LABA KOTOR.

Harga Wajar Penjualan (X) = Biaya Produksi (cost base) + laba (mark up) wajar

4.Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM)

Adalah metode penentuan harga transfer dengan mengidentifikasi laba gabungan dari entitas-
entitas afiliasi. Misalnya nih cui, induk perusahaan yang melakukan riset sedangkan anak
perusahaan yang memproduksi dan menjual produk, jadi kan harus diketahui nilai kontribusi
induk perusahaan dan anak perusahaan dalam menciptakan keuntungan secara keseluruhan
dari grup perusahaan tersebut. Nah, kita bandingin dengan perusahaan independen yang
melakukan transaksi yang sebanding, berapa persentase keuntungan yang diperoleh masing-
masing pihak. Cara hitungnya ada dua, dengan menggunakan metode kontribusi
(Contribution Profit Split Method) atau metode sisa pembagian laba (Residual Profit Split
Method). Besok gw jelasin yang ini dh, agak panjang soalnya.

5.Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin Method/TNMM)

Kalau gw bilang ini metode sapu jagat, paling banyak dipakai karena paling gampang dan
paling sering dipakai. Langkah awal tentuin Level of indicator (LOI) yaitu rasio keuangan
untuk menggambarkan tingkat laba operasi yang dihubungkan dengan suatu penyebut
tertentu sesuai dengan sifat (fungsi, aset dan risiko) entitas yang diuji. LOI yang sering
digunakan ini.


o Rasio Tingkat Pengembalian Penjualan (Return on Sales/ROS)

Biasanya ROS digunakan untuk usaha penjualan yaitu distributor baik whole seller atau
retailer. ROS (net margin) dihitung dengan formula sebagai berikut:

ROS = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂/𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 x 100%


o Rasio Tingkat Pengembalian Total Biaya (Return on Total Cost/ROTC)

Biasanya digunakan untuk usaha pabrikan dan penyedia jasa. ROTC (Net Mark-up) dihitung
dengan formula sebagai berikut:

ROTC = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂/(𝑯𝑷𝑷 + 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒐𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊) x 100%



o Rasio Tingkat Pengembalian Aset (Return on Assets/ROA)

Biasanya digunakan untuk assets-intensive business. ROA dihitung dengan formula sebagai
berikut:

ROA = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂/𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔 x 100%

ROA = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂/(𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔−𝑵𝒐𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔,i𝒏𝒄𝒍𝒖𝒅𝒊𝒏𝒈


𝒄𝒂𝒔𝒉) x 100%

Total operating assets termasuk aset tetap operasi (termasuk tanah, bangunan, pabrik dan
peralatan). Aset tidak berwujud yang digunakan dalam usaha (seperti paten atau know-how),
dan working capital assets (seperti persediaan dan piutang dagang dikurangi utang dagang).
Investasi dan kas tidak termasuk dalam operating assets kecuali perusahaan yang bergerak
dalam industri keuangan.

Anda mungkin juga menyukai