Anda di halaman 1dari 20

Tax Transfer Pricing

Presented By :
• Andini Putri Reswari
• Farah Ivankha
• Yussufi Putra Dyas
Transfer pricing adalah harga yang dibebankan satuan usaha individual dalam suatu
perseroan multisatuan usaha atas transaksi di antara mereka sendiri. Konsep ini digunakan
bila setiap satuan usaha dikelola sebagai suatu pusat laba, yang masing-masing
bertanggung jawab atas laba dari modal yang diinvestasikan. Dengan praktek transfer
pricing, perusahaan akan melaporkan rugi sehingga tidak perlu membayar pajak.
Transfer pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan harga
transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun transaksi finansial
yang dilakukan oleh perusahaan.
Menurut Charles T. Hongren dan Gary L. Sundem “Transfer Pricing adalah usaha
perusahaan multinasional untuk mengurangi pajak penghasilan dengan cara pengalokasian
laba perusahaan keanak perusahaan yang memiliki beban pajak yang lebih rendah.”
Transaksi transfer pricing juga dapat terjadi antar perusahaan, baik didalam grup
atau dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, baik yang di dalam negeri
maupun di luar negeri.
1. Memaksimalkan penghasilan global setelah dikurangi pajak.
2. Mengamankan posisi kompetitif.
3. Evaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara.
4. Mengurangi risiko moneter.
5. Mengatur cash flow anak/cabang perusahaan yang memadai.
6. Mengurangi beban pengenaan pajak, dan bea masuk.
7. Mengurangi risiko pengambilalihan pemerintah.
Transaksi transfer pricing yang dilakukan antar perusahaan ditandai dengan adanya
hubungan istimewa. Hal yang terpenting dalam menghitung laba kena pajak adalah adanya
indikasi hubungan istimewa dalam memperoleh penghasilan.
adalah metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan
membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa dengan harga dalam transaksi yang dilakukan antara
pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa dalam kondisi atau keadaan yang
sebanding.
Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Perbandingan Harga antara pihak
yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa (Comparable Uncontrolled Price/CUP) antara
lain adalah:
1. barang atau jasa yang ditransaksikan memiliki karakteristik yang identik dalam kondisi
yang sebanding; atau
2. kondisi transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa dengan pihak-pihak yang tidak memiliki Hubungan Istimewa Identik atau
memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi atau dapat dilakukan penyesuaian yang
akurat untuk menghilangkan pengaruh dari perbedaan kondisi yang timbul.
adalah metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan membandingkan
harga dalam transaksi suatu produk yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa dengan harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi laba kotor
wajar, yang mencerminkan fungsi, aset dan risiko, atas penjualan kembali produk tersebut
kepada pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau penjualan kembali produk
yang dilakukan dalam kondisi wajar

Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price
Method/ RPM) antara lain adalah:
1. tingkat kesebandingan yang tinggi antara transaksi antara Wajib Pajak yang mempunyai
Hubungan Istimewa dengan transaksi antara Wajib Pajak yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa, khususnya tingkat kesebandingan berdasarkan hasil analisis fungsi, meskipun
barang atau jasa yang diperjualbelikan berbeda; dan
2. pihak penjual kembali (reseller) tidak memberikan nilai tambah yang signifikan atas barang
atau jasa yang diperjualbelikan.
adalah metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan menambahkan
tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak
yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh
perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa pada harga pokok penjualan yang telah sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha.

Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method) antara lain
adalah:
1. barang setengah jadi dijual kepada pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa;
2. terdapat kontrak/perjanjian penggunaan fasilitas bersama (joint facility agreement) atau
kontrak jual-beli jangka panjang (long term buy and supply agreement) antara pihakpihak
yang mempunyai Hubungan Istimewa; atau
3. bentuk transaksi adalah penyediaan jasa.
adalah metode Penentuan Harga Transfer berbasis laba transaksional (transactional profit
method) yang dilakukan dengan mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi afiliasi yang akan
dibagi oleh pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa tersebut dengan menggunakan dasar
yang dapat diterima secara ekonomi yang memberikan perkiraan pembagian laba yang selayaknya
akan terjadi dan akan tercermin dari kesepakatan antar pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa. Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM) dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Metode Pembagian Laba Kontribusi (Contribution Profit Split Method)


Metode Pembagian Laba Kontribusi adalah metode pembagian laba antarpihak afiliasi berdasarkan
fungsi yang dilakukan, aset yang digunakan dan risiko yang ditanggung setiap pihak yang terlibat
dalam transaksi afiliasi.

b. Metode Pembagian Laba Sisa (Residual Profit Split Method)


Metode Pembagian Laba Sisa adalah metode pembagian laba yang mengidentifikasi terlebih dahulu
laba sisa dengan mengurangkan laba rutin setiap pihak afiliasi dari laba gabungan kemudian laba sisa
dialokasikan berdasarkan kontribusi setiap pihak afiliasi yang terlibat terhadap laba sisa.
Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM) secara khusus hanya dapat diterapkan
dalam kondisi sebagai berikut:
1. transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa sangat terkait satu
sama lain sehingga tidak dimungkinkan untuk dilakukan kajian secara terpisah; atau
2. terdapat barang tidak berwujud yang unik antara pihak-pihak yang bertransaksi yang
menyebabkan kesulitan dalam menemukan data pembanding yang tepat.
adalah metode Penentuan Harga Transfer yang c dilakukan dengan
membandingkan persentase laba bersih operasi terhadap biaya, terhadap penjualan,
terhadap aktiva, atau terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa dengan persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas
transaksi sebanding dengan pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau
persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh
pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa lainnya.

Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net
Margin Method/TNMM) antara lain adalah:
1. salah satu pihak dalam transaksi Hubungan Istimewa melakukan kontribusi yang khusus;
atau
2. salah satu pihak dalam transaksi Hubungan Istimewa melakukan transaksi yang kompleks
dan memiliki transaksi yang berhubungan satu sama lain.
Contoh Kasus
A. Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (Comparable
Uncontrolled Price/CUP)

PT A yang memproduksi produk M menjual 1000 unit produk tersebut kepada B


Ltd. (distributor) yang berkedudukan di Negara Z dengan harga USD 140/unit (harga
FOB) pada tahun 2010. PT A juga menjual 1000 unit produk M ke distributor independen
di negara Z dengan harga USD 150/unit (harga CIF). Biaya insurance & freight sebesar
USD 5/unit. Diketahui bahwa C Corp, memiliki kepemilikan 95% atas PT A dan 60% atas PT
B Ltd. Pada tahun 2010 sedang dilakukan pemeriksaan oleh KPP D.
Laporan Laba Rugi PT A pada tahun 2010 sebagai berikut :
Penjualan
Ke B Ltd. = (1.000unit x USD 140) = USD 140.000
Ke pihak independen = (1.000unit x USD 150) = USD 150.000
Total Penjualan = USD 290.000
Harga pokok penjualan = (2.000unit x USD 125) = (USD 250.000)
Laba Kotor =USD 40.000
Biaya Operasi = (USD 33.000)
Laba(rugi) bersih usaha = USD 7.000 (2,4%)

Maka,
Perhitungan harga wajar :
Harga pembanding independen (harga CIF per unit) = USD 150
Penyesuaian (insurance & freight per unit) = (USD 5)
Harga wajar (harga FOB per unit) = USD 145
Harga jual ke B Ltd. (harga FOB per unit) = (USD 140)
Penyesuaian atas harga jual per unit ke B Ltd. = USD 5,00
B. Metode Harga Pejualan Kembali (Resale Price Method)

C. Corp adalah produsen produk elektronik yang berkedudukan di negara A.Corp


merupakan perusahaan multinasional yang mengusai 100% saham di PT.DEF Indonesia (limited
risk distributor) yang berkedudukan di indonesia. Pada tahun pajak 2010 PT.DEF Indonesia
(DEFI)membeli produk elektronik dari C.Corp dengan harga USD 135 per unit. Selanjutnya PT.DEFI
menjual kembali produk tersebut ke pihak indipenden di Indonesia dengan harga USD 145 per
unit. Selain menjual produk yang di beli dari C.Corp , PT.DEFI juga menginpor barang sejenis dari
produsen Indipenden yang berkedudukan di negara B dengan harga beli USD 121 per unit
produk tersebut juga di pasarkan kepada konsumen akhir di Indonesia dengan harga USD 143
per unit. Berdasarkan analisis fungsi wajib pajak, ketentuan kontrak, strategi usaha, dan keadaan
ekonomi, tidak terdapat peredaan dalam aktifitas distribusi kedua produk tersebut. PT.DEFI
sedang di periksa oleh KPPMDN untuk tahun pajak 2019
Laporan Laba Rugi PT.DEFi pada tahun pajak 2010 sebagai berikut:
Penjualan {(800x145)+(500+143)} = USD 187.500
Harga Pokok Penjualan {(800+135)+(500+121)} = USD 168.500
Laba Kotor = USD 19.000 (10,1%)
Biaya Operasi = USD 20.000
Laba (rugi) bersih usaha = (USD 1.0000 (0.5%)
Perbandingan Gross Margin atas penjualan barang yang dibeli
dari pihak afiliasi dengan pihak indipenden sebagai berikut:

C.Corp (USD) Produsen Independen (USD)


Harga jual/unit 145 143
Harga beli/unit 135 121
Laba kotor 10 22
Gross Margin(laba 6,9% 15,3%
kotor/harga jual)
Berdasarkan Gross Margin dari transaksi indipenden (pembanding internal), maka
diketahui bahwa Gross Margin wajar atas penjualan kembali sebesar 15.3% .
Berdasarkan data pembanding tersebut, maka penentuan harga beli wajar produk per
unit dari C. Corp sebagai berikut:
ALP = resale price – (gross margin indipenden x resale price)
ALP = USD 145.000 – (15,3% x USD 145.000)
ALP = USD 145.000 – USD 22.2 = USD 122.8
Dengan demikian, harga beli wajar PT.DEFi atas produk yang dibeli dari C.Corp adalah
USD 122.8
Harga beli dari C.Corp = USD 135.00
Harga beli wajar per unir =USD 122.80
Koreksi positif atas harga beli =USD 12.20
KLM Corp, adalah perusahaan holding (holding company) yang berkedudukan di
negara A. KLM Corp. Merupakan perusahaan mutlinasional yang menguasai 100%
saham di PT KLM (manufaktur) yang berkedudukan di Indonesia di negara C. Pada
tahun pajak 2010, PT KLM memproduksi dua jenis produk yang diberi kode PX100 dan
PZ200. Bahan baku untuk memproduksi produk PX100 dan PZ200 dibeli dari pihak
indipenden. Seluruh produk PX100 dijual kepada KLM Ltd. Produk PZ200 dijual kepada
distributor indipenden yang berkedudukan di negara D. PT KLM menjual PX100 dengan
harga USD 240.00/unit, sedangkan kepada pihak indipenden PT KLM menjual PZ200
dengan harga USD 200.00/unit. Laba bersih usaha KLM Ltd. sebesar 21%. Tidak terdapat
perbedaan fungsi yang dilakukan, aset/harta yang digunakan, risiko yang ditanggung,
persyaratan kontrak, strategi bisnis serta kondisi ekonomi ketika bertransaksi dengan KLM
Ltd. maupun dengan pihak indipenden. PT KLM sedang dilakukan pemeriksaan oleh KPP
JKT.
Laporan Laba Rugi PT KLM tahun 2010 sebagai berikut:
Penjualan = USD 420,000.00
Harga pokok penjualan = USD 360,000.00
Laba kotor = USD 60,000.00
Biaya operasi = USD 40,000.00
Laba (rugi) bersih usaha = USD 20,000.00 (4.67%)
Setelah dilakukan segmentasi terhadap laba rugi PT.KLM diperoleh informasi sebagai
berikut:
KLM Ltd. (USD) Distributor Indipenden (USD)
Penjualan
- Afiliasi (1000 x USD 240.00) 240,000.00
- Indipenden (900 x USD 200.00) 180,000.00
Harga pokok penjualan 220,000.00 140,000.00
Laba kotor 20,000.00 40,000.00
Gross Mark-up (Laba Kotor: HPP) 9.1% 28.6%
1) Memperkuat sumber daya manusia yang ahli dalam bidang transfer pricing.
2) Memperkuat institusi yang khusus mengurusi tentang transfer pricing
3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas database serta accessibility terhadap database
tersebut. Direktorat Jendral Pajak harus meningkatkan ketersediaan data base yang
ada selama ini baik dari kualitas maupun kuantitasnya.
4) Menerapkan Advance Pricing Agreement (APA) dengan Wajib Pajak maupun
dengan negara lain
5) Menerapkan Mutual Agreement Procedure (MAP) dengan negara lain dengan lebih
intensif. Saat ini belum ada satu negara pun yang sudah melakukan mutual
agreement dengan indonesia, padahal dengan (MAP) diharapkan terjadi
kesepakatan yang saling menguntungkan diantara dua negara dan penerimaan
pajak yang diperoleh oleh kedua negara yang melakukan agreement menjadi lebih
fair.

Anda mungkin juga menyukai