Anda di halaman 1dari 11

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul MODUL 2 MATERI BIDANG


LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Program Tahunan Dan
Semesteran Bimbingan Dan
Konseling
2. Layanan Dasar, Peminatan, Dan
Perencanaan Individual
3. Layanan Responsif
4. Pengembangan Media Layanan
Bimbingan Dan Konseling
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. KB.1. Program Tahunan Dan Semesteran
dipelajari Bimbingan Dan Konseling
A. Elemen Program Tahunan Bimbingan
dan Konseling
Pada dasarnya, program Bimbingan
dan Konseling merupakan suatu
dokumen yang memaparkan arah
yang hendak dituju dari pelayanan
bimbingan dan konseling yang akan
diselenggarakan oleh konselor selama
satu tahun
 Program tahunan Bimbingan dan
Konseling terdiri atas: a) Rasional, b)
dasar hukum, c) visi dan misi, d)
deskripsi kebutuhan, e) tujuan, f)
komponen program, g) bidang layanan,
h) rencana operasional, i) pengembangan
tema/topik, j) rencana evaluasi, pelaporan
dan tindak lanjut, k) sarana prasarana,
dan i) anggaran biaya
B. Penyusunan Visi dan Misi Pelayanan
Bimbingan dan Konseling
American School Counselor Association
(2012) menjabarkan bahwa pernyataan visi
pelayanan bimbingan dan konseling yang
efektif perlu mempertimbangkan lima hal
di bawah ini.
1) Menjelaskan kondisi masa depan di
mana tujuan dan strategi pelayanan
bimbingan dan konseling sekolah
efektif dan berhasil dicapai.
2) Menjabarkan gambaran yang kaya dan
tekstual tentang seperti apa rasanya
sukses.
3) Berani dan menginspirasi. Berani
dalam visi pelayanan bimbingan dan
konseling direfleksikan dalam bentuk
optimisme yang tercermin dan
pernyataan visi.
4) Menyatakan hasil siswa terbaik yang
mungkin lima sampai lima belas tahun
5) Dapat dipercaya dan dicapai.
C. Penyusunan Rencana Operasional
Terdapat 10 komponen dalam rencana
operasional, yaitu bidang layanan, tujuan
layanan, komponen layanan, strategi
layanan, kelas, materi, metode, alat/media,
evaluasi dan ekuivalensi
1) Bidang layanan
Keseluruhan program Bimbingan dan
Konseling diharapkan selalu dalam
lingkup bidang pelayanan Bimbingan
Konseling, yakni pribadi, sosial, belajar,
dan karir.
2) Tujuan layanan
Komponen tujuan layanan diisi dengan
tujuan umum yang hendak dicapai dari
pelaksanaan suatu program. Tujuan
umum merupakan arah yang hendak
dicapai konselor dalam rangka menjawab
atau memenuhi kebutuhan siswa yang
teridentifikasi dari hasil asesmen
kebutuhan.
3) Komponen layanan
Sebagaimana dijelaskan dalam
Permendikbud RI Nomor 111 Tahun
2014 bahwa terdapat empat komponen
layanan dalam pelayanan Bimbingan dan
Konseling, yaitu layanan dasar, layanan
peminatan dan perencanaan individual,
layanan responsive, dan dukungan
sistem.
 4 (empat) pendekatan konselor dalam
memberikan layanan Bimbingan dan
Konseling, yaitu pendekatan krisis
(crisis approach), pendekatan remedial
(remedial approach), pendekatan
pencegahan (preventive approach), dan
pendekatan perkembangan
(developmental approach).

4) Strategi layanan
Strategi layanan secara global dapat
dibagi menjadi dua, yaitu pemberian
layanan secara langsung kepada siswa
contohnya bimbingan klasikal,
bimbingan kelas besar, bimbingan
kelompok, konseling individual,
konseling kelompok, dan lain-lain,
sedangkan strategi layanan yang
disajikan melalui media contohnya papan
bimbingan, leaflet, dan lainlain
5) Kelas
Komponen kelas diisi dengan asal kelas
yang akan diberi pelayanan Bimbingan
dan Konseling.
6) Materi
Pada komponen materi diisi arah garis
besar atau tema umum yang akan
disajikan guna mencapai tujuan umum..
7) Metode
Komponen metode dituliskan strategi
yang akan diimplementasikan dalam
layanan Bimbingan dan Konseling.
8) Alat/media
Komponen ini diisi dengan media yang
digunakan untuk mendukung proses
interaksi konselor dengan siswa selama
proses layanan dan bahan-bahan
pendukung lainnya untuk mendorong
siswa mendalami konten atau materi
yang disajikan konselor dalam layanan
Bimbingan dan Konseling.
9) Evaluasi
Komponen ini diisi dengan instrument
evaluasi yang akan digunakan untuk
menilai keberhasilan pencapaian tujuan
layanan Bimbingan dan Konseling.
10) Ekuivalensi
Komponen ini diisi dengan waktu yang
akan dialokasikan untuk
menyelenggarakan layanan Bimbingan
dan Konseling.
D. Penyusunan Program Semester
Terdapat dua komponen dalam tabel program
semesteran, yakni komponen dan kegiatan
layanan, serta bulan. Kolom ‘Komponen dan
kegiatan layanan’ diisi tahapan manajemen
kegiatan Bimbingan dan Konseling selama
satu semester dan rincian tentang komponen
layanan dan strategi atau kegiatan layanan.
E. Ke mana setelah Program Tahunan
Disusun?
Bagi konselor, dokumen program layanan
Bimbingan dan Konseling setidaknya
memiliki tiga makna penting.
Pertama, dokumen program diperlukan
konselor untuk memandu pelaksanaan
layanan Bimbingan dan Konseling selama
setahun ke depan.
Kedua, program Bimbingan dan Konseling
tentang kebutuhan siswa sehingga konselor
menyadari dan memahami bahwa selama
penyelenggaraan layanan Bimbingan dan
Konseling suatu tema penting untuk
disampaikan kepada siswa mengingat tema
tersebut sangat diperlukan siswa guna
mendukung peserta didik menjadi pribadi
yang berkembang secara optimal dan mandiri.
Ketiga, program Bimbingan dan Konseling
menginformasikan kepada konselor secara
tegas dan eksplisit tentang tugas pokok dan
fungsi konselor dalam menyelenggarakan
pelayanan Bimbingan dan Konseling selama
setahun (Ditjen GTIK Kemdikbud, 2016).
KB 2 LAYANAN DASAR, PEMINATAN,
DAN PERENCANAAN INDIVIDUAL
A. Kaidah Pengembangan Materi dalam
Layanan Dasar, Peminatan dan
Perencanaan Individual
1) Kaitan antara tujuan dan materi dalam
layanan dasar, peminatan, dan perencanaan
individual
2) Penekanan materi dalam layanan dasar,
peminatan, dan perencanaan individual
3) Jenis-jenis sekuens dalam materi layanan
dasar, peminatan, dan perencanaan
individual
a. Sekuens kronologis adalah pengaturan
urutan bahan bimbingan berdasarkan
urutan waktu.
b. Sekuens kausal adalah pengaturan urutan
bahan bimbingan yang dimulai dari sebab
(pendahulu) dari suatu peristiwa tertentu
menuju ke dampak (kemudian).
c. Sekuens struktural adalah pengaturan
urutan bahan ajar berdasarkan atas alur
struktur tertentu.
d. Sekuens logis dan psikologis. Sekuens
logis adalah pengaturan urutan bahan
bimbingan yang dimulai dari bagian
terkecil menuju keseluruhan, sedangkan
sekuens psikologis adalah pengaturan
urutan bahan ajar yang dimulai dari
keseluruhan menuju bagian yang kecil.
e. Sekuens spiral adalah pengaturan urutan
bahan bimbingan yang dimulai dari topik
yang populer dan sederhana kemudian
dilanjutkan pada topik yang lebih dalam
dan kompleks.
f. Rangkaian dari belakang (backward
chaining) adalah pengaturan urutan
sekuens bahan bimbingan yang dimulai
dari langkah terakhir dan menuju ke
awal/bagian depan.
g. Sekuens berdasarkan hirarki belajar
adalah pengurutan sekuens bahan
bimbingan yang dimulai dari bahan yang
membutuhkan pemikiran/belajar yang
sederhana (misal pengetahuan) menuju
kepada bahan yang membutuhkan
bahan/belajar yang lebih kompleks (misal
evaluasi).
 Terdapat beberapa sumber yang dapat
digunakan untuk mengembangkan materi
bimbingan klasikal.
a. Buku teks, bermanfaat untuk membantu
perencanaan bimbingan klasikal dengan:
1) Memberikan suatu organisasi atau
struktur dari suatu bahasan,
2) Memberikan pokok bahasan yang dapat
berguna untuk menentukan isi bahasan,
3) Memberikan kegiatan dan strategi
pengajaran yang dianjurkan, dan
4) memberikan informasi mengenai bacaan
lanjut, media, dan sumber pemngajaran
lain.
b. Bahan-bahan sumber (resource materials),
seperti koran, buku suplementer, jurnal,
pamflet, brosur, dan lain-lain.
c. Buku kerja, Buku kerja sangat bermanfaat
bagi siswa untuk memfasilitasi mereka
mendalami materi bimbingan klasikal.
d. Sekolah, yakni perpustakaan sekolah.
e. Komunitas, meliputi studi lapangan (field
trip), mengunjungi pembicara dari
masyarakat (resource speakers), bahan
instruksional dan sumber dari komunitas,
seperti musium, poliklinik, dan lain-lain
f. Bahan yang gratis atau murah yang tersedia
di masyarakat (internet), seperti pamflet,
brosur, film, dan lain-lain.
g. Materi yang dibuat sendiri sebelumnya yang
didasarkan pada best practices layanan yang
dikemas menjadi suatu bahan yang menarik.
B. Pengembangan Konten Layanan Dasar
Konselor dapat mengembangkan lebih lanjut
secara mandiri materi atau konten layanan
dasar, peminatan, dan perencanaan
individual.
C. Pengembangan Konten Layanan
Peminatan dan Perencanaan Individual

KB 3. LAYANAN RESPONSIF
A. Pengantar ke Materi Layanan Responsif
 Layanan responsif memiliki sejumlah
paradigma yaitu : Psikodinamika,
Behaviorisme, Humanisme, dan
Postmodernisme. Berdasarkan pada
keempat paradigma tersebut, berkembang
sejumlah pendekatan konseling di
antaranya adalah Psikoanalisis, Person
Centered Counseling (PCC), Gestalt,
RationalEmotive Behavior Therapy
(REBT)/Cognitive Behavior Therapy
(CBT), Behavioral, Realita, Solution
Focused Brief Counseling (SFBC),
Konseling Naratif, dan Konseling Kreatif.
 Paradigma konseling Psikoanalisa
memandang manusia sehat adalah
manusia yang dapat mengorganisir struktur
kepribadiannya dengan baik dan bisa
menyelaraskan antara id, ego, dan
superegonya. Menurut psikoanalisa,
manusia yang tidak sehat adalah pribadi
yang tidak bisa mengorganisir struktur
kepribadiannya dengan baik dan tidak bisa
menyelaraskan antara id, ego, dan
superegonya. Dengan demikian,
pengembangan layanan responsif
konseling Psikoanalisa bertujuan untuk
membantu siswa membentuk kembali
struktur kepribadian mereka.
 Konseling dengan paradigma
Behaviorisme memandang bahwa
manusia sehat adalah manusia yang
bertingkah laku secara tepat, tidak kurang
dan tidak berlebihan. Behaviorisme
memandang bahwa terjadinya perilaku
berdasarkan pada teori A-B-C (Antecedent
78 – Behavior – Consequent). Perilaku
(behavior) terjadi karena ada kejadian atau
peristiwa yang mendahului (antecedent).
Setelah individu memunculkan perilaku
(behavior), maka akan muncul
konsekuensi (consequent) atau dampak
dari perilaku yang dimunculkan
B. Pengembangan Materi
Konseling/Konsultasi Bidang Pribadi
Beberapa hal yang perlu dibahas atau
dikomunikasikan dengan konseli dalam sesi
konseling dengan topik/materi seputar
manajemen diri adalah sebagai berikut
1) Menetapkan perilaku target. Siswa diajak
untuk berdiskusi mengenai masalah,
kesulitan, hambatan, yang dialami.
2) Pemantauan dan perekaman diri.
3) Merancang intervensi.
4) Mengimplementasikan intervensi
5) Mengevaluasi
C. Pengembangan Materi
Konseling/Konsultasi Bidang Sosial
 Ketika siswa memiliki masalah pribadi,
bisa jadi masalah tersebut akan
berdampak pada interaksi sosial atau
hubungannya dengan orang-orang
sekitar, begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan pada masalah pribadi
sebagaimana diuraikan sebelumnya yaitu
kesulitan siswa dalam manajemen diri
maka akan berdampak pada kehidupan
sosialnya.
 Masalah yang dibahas pada
pengembangan konseling bidang sosial
adalah kesulitan untuk berperilaku
asertif.
 Pada prinsipnya asertif adalah kecakapan
orang untuk berkata tidak, untuk meminta
bantuan atau minta tolong orang lain,
kecakapan untuk mengekspresikan
perasaan-perasaan positif maupun
negatif, kecakapan untuk melakukan
inisiatif dan memulai
pembicaraan.Fauzan (2007) membagi
latihan asertif menjadi empat tahap
sebagai berikut :
1) Mengukur tingkat keasertifan
2) Menguji hambatan mental.
3) Mengenali hak-hak rasional.
4) Memperbaiki gaya komunikasi.
D. Pengembangan Materi
Konseling/Konsultasi Bidang Belajar
 Tidak jarang ada siswa yang mengalami
stres atau bahkan depresi karena
mengalami kesulitan dan menemukan
hambatan dalam proses studinya.
 Guru BK dapat membantu siswa untuk
mengurangi kecemasan akademik yang
salah satunya muncul saat menjelang ujian
dengan mengaplikasikan prosedur
rileksasi. Adapun prosedur rileksasi yang
dapat dilakukan yaitu: (1) prarileksasi, (2)
rileksasi otot, (3) rileksasi mental
E. Pengembangan Materi
Konseling/Konsultasi Bidang Karir
 Sebagian dari siswa kerapkali masih belum
mampu memahami diri (potensi, prestasi,
bakat, dan minat) sehingga kesulitan untuk
merencanakan karir mereka. Guru BK
perlu melakukan asesmen, identifikasi,
sampai dengan eksplorasi sehingga pada
akhirnya siswa dapat menemukan
pemecahan masalah atas hambatan atau
kesulitan yang dialaminya.
 Layanan responsif bidang karir dapat
diaplikasikan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan untuk merencanakan
karir.
 Terdapat banyak ragam model
perencanaan karir, salah satunya yaitu CEP
(Career Exploration Planning).
Perencanaan karir model CEP merupakan
salah satu model perencanaan karir
sistematis yang dapat diaplikasikan dalam
konseling karir.
 Perencanaan karir model CEP dibagi
menjadi lima tahapan, yaitu: self-
knowledge (mengetahui tentang diri),
career knowledge (mengetahui tentang
karir), educational knowledge (mengetahui
tentang pendidikan), career goals
(menetapkan tujuan karir), dan career
planning (merencanakan karir).
 Masalah umum siswa ke ruang konseling
tentang ketidakpahaman yang berujung
pada kebingungan siswa untuk
merencanakan studi dan karir mereka,
maka langkah awal yang dapat dilakukan
oleh konselor adalah membantu siswa
untuk megetahui tentang diri
(selfknowledge).
 Clawson, Kotter, Faux, & McArthur
(1995) mendefinisikan self-assessment
sebagai serangkaian proses sistematis yang
dilakukan untuk mendapatkan gambaran
tentang diri sebagai proses awal dari
perencanaan karir. Proses self-assessment
menggunakan pendekatan lima langkah
yaitu: (1) generating useful data
(mengumpulkan data yang diperlukan), (2)
recording your feelings (mengidentifikasi
dan mencatat perasaan), (3) understanding
the data-generating devices (memahami
alat pengumpul data), (4) practicing
interpretation (berlatih membuat
interpretasi), dan (5) interpreting your own
data (membuat interpretasi data).
KB.4 PENGEMBANGAN MEDIA LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Konsep Dasar Media dalam Pelayanan BK
Konselor membutuhkan alat bantu atau
perantara yang kemudian disebut sebagai
media dalam melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling sehingga dapat
mengurangi dampak dari hambatan.
Adapun kontribusi media dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling secara lebih spesifik dipaparkan
oleh Burdin dan Byrd (1999) sebagai
berikut.
1) Isi layanan bimbingan dan konseling
lebih terorganisir dan terpilih
2) Penyampaian isi bimbingan dan
konseling lebih terstandar
3) Layanan bimbingan dan konseling
menjadi lebih menarik
4) Pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling menjadi lebih interaktif.
5) Waktu yang digunakan lebih singkat.
6) Kualitas belajar dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling dapat
ditingkatkan.
7) Pelaksanaan layanan bimbingan dan
konselirng dapat diberikan kapanpun
dan di manapun ketika diperlukan.
8) 8) Berkembangnya sikap positif individu
terhadap apa yang dipelajari dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling.
9) Peran konselor dapat ditingkatkan
10) Isu yang dibahas dalam kegiatan
bimbingan klasikal menjadi lebih
konkret.
B. Tahapan Pemilihan Media dalam
Pelayanan BK
Berikut ini dijelaskan empat tahapan dalam
memilih media.
1) Menganalisis peserta didik.
2) Menetapkan tujuan media.
3) Memilih media layanan bimbingan dan
konseling
4) Menggunakan media.
C. Pengembangan Berbagai Format Media
BK
Beberapa jenis format atau jenis media yang
dapat dikembangkan oleh konselor adalah
visual, multimedia dan hypermedia, serta
simulasi dan game. Adapun penjelasan lebih
lanjut dari masingmasing jenis atau format
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Visual
2) Multimedia dan hypermedia.
 Multimedia dapat didefinisikan
sebagai kombinasi berbagai format
media, mulai dari gambar, suara, dan
animasi yang bertujuan untuk
mengkomunikasikan suatu informasi
(Mayer, 2001). Hypermedia dapat
didefinisikan sebagai berbagai
format media (visual, suara, potensi
animasi, dan lain-lain) yang saling
terkoneksi melalui hypertext dalam
membahas suatu topik (Jacobson,
2008).
 kelebihan Multimedia dan
hypermedia berupa: a) meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar, b)
memberikan fleksibilitas bagi siswa
untuk belajar karena siswa dapat
mengakses topik-topik hypermedia
sesuai dengan kebutuhannya, c)
mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, metakognitif, dan
kreatif.
 Kelemahan multimedia dan
hypermedia adalah: a) Hak cipta,
konselor dan siswa perlu
mengeluarkan dana untuk dapat
mengakses produk multimedia atau
hypermedia yang profesional,b)
ekspektasi konselor dan siswa yang
terlalu tinggi dari penggunaan
multimedia dan hypermedia, misalnya
dengan menggunakan multimedia
belajar jadi mudah dan tidak perlu
banyak usaha, c) kompleksitas produk
multimedia menuntut siswa memiliki
pengetahuan dasar dalam penggunaan
multimedia, dan d) kurang terstruktur
(terutama untuk multimedia non-
linier) yang membuat siswa menjadi
bingung (learning disorientation)
dalam mengikuti navigasi atau
mempelajari produk multimedia.
3) Simulasi dan game
Media simulasi dan permainan (game)
merupakan bentuk lain dari multimedia
yang disajikan secara non-linear atau
interaktif.
2 Daftar materi yang sulit
dipahami di modul ini 1. Program Tahunan Dan Semesteran Bimbingan
Dan Konseling
2. Layanan Dasar, Peminatan, Dan Perencanaan
Individual
3. Pengembangan Media Layanan Bimbingan
Dan Konseling

3 Daftar materi yang sering 1. Layanan Responsif


mengalami miskonsepsi 2. Layanan karir hanya diberikan secara
intens kepada siswa yang sudah memiliki
perencanaan karir kuliah/lanjut studi
dan berprestasi.

Anda mungkin juga menyukai