Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Panduan pengembangan diri dikeluarkan oleh Depdiknas ( 2005 )
yang merupakan pedoman pelayanan bimbingan konseling disekolah.
Panduan pengembangan diri dikeluarkan bersamaan dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pola pelayanan dalam panduan
pengembangan diri ini dikenal dengan pola 17 Plus. Dalam pola ini
terdapat layanan yang berbentuk kelompok. Layanan tersebut yaitu
bimbingan kelompok dan konseling kelompok. Dalam pendidikan
kegiatan layanan bimbingan kelompok konseling kelompok melibatkan
siswa. Penggunaan bimbingan kelompok maupun konseling kelompok
didasarkan pada siswa sealin makhluk individu juga termasuk makhluk
sosial, artinya perlu melakukan komunikasi, kerjasama, interaksi terhadap
orang lain. Selain itu kesuksesan dapat ditukar berdasarkan team work
dimana membutuhkan dinamika kelompok baik.
Bimbingan kelompok dan konseling kelompok bagi masyarakat
awam dipandang sebagai kegiatan kelompok biasa atau identik dengan
rapat ataupun diskusi. Padahal bimbingan konseling kelompok tidak
demikian. Sebagai konselor yang professional harus bisa membedakan
anatar bimbingan kelompok dan konseling kelompok.

B. Rumusan Masalah
Dalam menjelaskan makalah ini penulis memberikan penjelasan
tentang konsep dasar kelompok.

1
C. Tujuan

Menjelaskan tentang :

1. Definisi kelompok
2. Komponen sistematik
3. Jenis-jenis kelompok
4. Perbedaan kelompok
5. Pengertian dinamika kelompok
6. Ciri-ciri dinamika kelompok
7. Prinsip-prinsip dinamika kelompok
8. Komunikasi kepemimpinan dan sinergi dalam kelompok

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI KELOMPOK
Ada banyak sekali pengertian kelompok yang walaupun pada dasarnya
secara arti setiap pengertian yang dikemukakan adalah sama. Berikut ini adalah
beberapa pengertian tentang kelompok:
 Kelompok adalah kesatuan dua atau lebih individu, yang saling berinteraksi,
yang memungkinkan terjadinya interstimulasi dan respon untuk mencapai
tujuan bersama.
 Kelompok dalam rangka bimbingan kelompok adalah bukan satu himpunan
individu-individu yang karena satu atau lain alas an tergabung bersama,
melainkan satuan unit orang yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai
bersama, berinteraksi dan berkomunikasi secara intensif satu sama lain ketika
berkumpul, saling tergantung dalam proses kerjasama, dan mendapat
kepuasan pribadi dari interaksi psikologis dengan seluruh anggota yang
tergabung dalam satuan itu.

B. KOMPONEN SISTEMATIK

Struktur program bimbingan diklasifikasikan ke dalam empat jenis


layanan, yaitu : (a) layanan dasar bimbingan, (b) layanan responsif, (c)
layanan perencanaan individual, dan (d) layanan dukungan sistem.
Keterkaitan keempat komponen program bimbingan dan konseling ini
dapat digambarkan pada gambar.

SISWA
Layanan Dasar

Layanan Responsif
Komponen
Program BK Konsultasi
kolaborasi
Layanan Per.Indi
Kegiatan
Manejemen
Dukungan Sistem

3
a. Layanan Dasar Bimbingan

Pengertian

Layanan dasar bimbingan diartikan sebagai “proses pemberian


bantuan kepada semua siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara
klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka
membantu perkembangan dirinya secara optimal”.

Tujuan

Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar


memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan
memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain
membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya
untuk membantu siswa agar : (1) memiliki kesadaran (pemahaman)
tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan
agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi
tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi
penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau
memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan
dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.

b. Layanan Responsif
Pengertian

Layanan responsif merupakan “pemberian bantuan kepada siswa


yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan
dengan segera”.

Tujuan

Tujuan layanan responsif adalah membantu siswa agar dapat


memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau

4
membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Tujuan layanan ini dapat juga
dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau
kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu,
berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau masalah
pengembangan pendidikan.

c. Layanan Perencanaan Individual

Pengertian

Layanan ini diartikan “proses bantuan kepada siswa agar mampu


merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan
masa depannya berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan
dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di
lingkungannya”.

Tujuan

Layanan perencanaan individual bertujuan untuk membantu siswa


agar (1) memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, (2) mampu
merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman,
tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.

Tujuan layanan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan


sebagai upaya memfasilitasi siswa untuk merencanakan, memonitor, dan
mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi
oleh dirinya sendiri. Isi atau materi perencanaan individual adalah hal-hal
yang menjadi kebutuhan siswa untuk memahami secara khusus tentang
perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun perencanaan
individual ditujukan untuk memandu seluruh siswa, layanan yang
diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan,

5
tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing siswa. Melalui
layanan perencanaan individual, siswa dapat mempersiapkan diri untuk
mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan mengembangkan
kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan
dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakatnya.

d. Layanan Dukungan Sistem

Ketiga komponen program, merupakan pemberian layanan BK


kepada siswa secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan
komponen layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung
memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran
perkembangan siswa. Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan
manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan
meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui
pengembangan profesinal; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi
dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen
program; penelitian dan pengembangan.

Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing


dalam memperlancar penyelenggaraan layanan diatas. Sedangkan bagi
personel pendidik lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan
program pendidikan di sekolah. Dukungan sistem ini meliputi dua aspek,
yaitu : (1) pemberian layanan, dan (2) kegiatan manajemen.

1) Pemberian Layanan Konsultasi/Kolaborasi

Pemberian layanan menyangkut kegiatan guru pembimbing (konselor)


yang meliputi (a) konsultasi dengan guru-guru, (b) menyelenggarakan
program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat, (c) berpartisipasi
dalam merencanakan kegiatan-kegiatan sekolah, (d) bekerjasama dengan
personel sekolah lainnya dalam rangka mencisekolahakan lingkungan
sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, (e) melakukan penelitian

6
tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan
konseling.

2) Kegiatan Manajemen

Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk


memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan
dan konseling melalui kegiatan-kegiatan (a) pengembangan program, (b)
pengembangan staf, (c) pemanfaatan sumber daya, dan (d) pengembangan
penataan kebijakan.

Secara operasional program disusun secara sistematis sebagai berikut :

 Rasional berisi latar belakang penyusunan pogram bimbingan didasarkan


atas landasan konseptual, hukum maupun empirik
 Visi da misi, berisi harapan yang diinginkan dari layanan Bk yang
mendukung visi , misi dan tujuan sekolah
 Kebutuhan layanan bimbingan, berisi data kebutuhan siswa, pendidik dan
isntitusi terhadap layanan bimbingan. Data diperoleh dengan
mempergunakan instrumen yang dapat dipertanggungjawabkan.

C. JENIS-JENIS KELOMPOK

 Jenis-Jenis Kelompok
Adapun jenis-jenis dinamika kelompok terbagi emapat jenis yaitu:
1. kelompok Primer adalah kelompok yang didalamnya terjadi interaksi
sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan dekat dan
berhubungan erat dalam kehidupan. sedangkan menurut George Homas
kelompok merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang
yang sering berkomunikasi dengan lainya sehingga setiap orang mampu
berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalu perantara
misalnya keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama dan lain-
lain

7
2. kelompok sekunder yaitu jika interaksi sosial terjadi secara tidak
langsung berjauhan dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang
terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya: partai politik
perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.
3. kelompok formal yaitu pada kelompok ini ditandai dengan adanya
peraturan atau anggaran dasar (AD), anggaran rumah tangga (ART) yang
ada. Anggotanya diangkat oelh rganisasi. Contoh dari kelompok ini adalah
semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.
4. kelompok informal yaitu suatu kelompok yang tumbuh dari proses
interaksi, adanya tarik , kebutuhan-kebutuhan seseorang . Keanggotaan
kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh  daya
tarik bersama individu dan kelompok.

D. PERBEDAAN KELOMPOK

Perbedaan dan Persamaan Konseling Kelompok ( KKp ), Bimbingan


Kelompok (BKp ), dan Konseling Individual ( KI )

Indikator Bimbingan Konseling Kelompok Konseling individual


Kelompok

Tujuan Khusus Pembahasan topik- Pembahasan dan Pembahasan dan


topik umum secara pemecahan masalah pemecahan masalah
luas dan mendalam pribadi yang dialami pribadi yang dialami
yang bermanfaat bagi oleh masing-masing konseli.
para anggota anggota kelompok.
kelompok.

Jumlah anggota Dibatasi 10-15 orang Dibatasi sampai sekitar Hanya 1 orang sebagai
10 orang konseli

Fungsi Pemahaman dan Pengentasan dan Pengentasan dan


pengembangan advokasi advokasi

Asas Menekankan pada Menekankan pada asas Menekankan pada asas


asas kesukarelaan kerahasiaan kerahasiaan

Materi layanan Topik bahasan Masalah pribadi Masalah pribadi konseli

8
anggota kelompok

Format Kelompok kecil Kelompok kecil dengan Satu orang konseli


kegiatan dengan empat tahap empat tahap kegiatan dengan tiga tahap
kegiatan kegiatan

Pengaruh Memanfaatkan Memanfaatkan Keterbukaan konselor


kegiatan dinamika kelompok dinamika kelompok dan konseli

E. PENGERTIAN DINAMIKA KELOMPOK


Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan,
selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai
terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan
interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara
keseluruhan. Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri
dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas
antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi
yang dialami secara bersama.  Dinamika kelompok juga dapat
didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang
selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
yang selalu berubah-ubah.

F. CIRI-CIRI DINAMIKA KELOMPOK

Suatu kelompok dapat dikatakan sebagai kelompok sosial apabila


memiliki ciri-ciri berikut ini, diantaranya:

 Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan lainnya yang
nantinya dapat menyebabkan intraksi/kerjasama sebagai pencapaian
tujuan yang sama.
 Ada akibat-akibat iteraksi yang berlainan antara individu satu dengan
yang lain akibat yang ditimbulkan tergantung rasa serta kecakapan
individu yang terlambat.

9
 Adanya pembentukan struktur atau organisasi kelompok dan
penugasan yang jelas dan terdiri dari peran serta kedudukan masing-
masing.
 Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok
yang mengatur interaksi pada suatu kegiatan anggota kelompok
untuk mencapai tujuan bersama.

G. PRINSIP – PRINSIP DINAMIKA KELOMPOK


1. Suasana (atmosphere)
Yang dimaksud suasana adalah bahwa suasana kerja di tempat
kelompok itu berada sebaiknya memberikan kesan kepada semua anggota
bahwa mereka dianggap setaraf. Tidak ada seorang anggota yang
diperlakukan berbeda (kurang baik) dari anggota lainnya. Termasuk dalam
prinsip suasana ini adalah tempat duduk semua anggota sebaiknya sama,
tidak ada kursi istimewa dan tempat duduk sebaiknya saling berhadapan,
jadi bukan seperti ruang kelas semua duduk membelakangi orang lain.
Jumlah anggota kelompok sebaiknya antara 10-15 orang, karena untuk
mengetahui keikutsertaann dalam kegiatan.
2. Rasa aman (threat reduction)
Antar anggota kelompok sebaiknya bekerja dengan rasa aman,
tidak terdapat ancaman dari salah seorang anggota terhadap anggota yang
lain. Kecurigaan antara yang satu dengan yang lain akan menghambat
produktiifitas kelompok karena kecurigaan dan ketakutan menyebabkan
seseorang tidak lagi ikut serta dengan seluruh kemampuannya.

3. Kepemimpinan bergilir (distrributive leadership)


Kelompok-kelompok sebenarnya dapat bekerja tanpa adanya
pemimpin yang resmi, dan tugas-tugas kepemimpinan itu dapat dilakukan
juga oleh anggota-anggota lainnya dalam kelompok. Dalam
kepemimpinan yang bergilir itu, kepercayaan akan kemampuan diri sendiri
dan kepada kemampuan anggota lain makin bertambah karena masing-

10
masing sudah saling mengenal dalam tugas kewajibannya yang serupa
yaitu dalam memimpin.
4. Perumusan tujuan (goal formulatioon)
Banyak organisasi yang berjalan atas dasar kebiasaan dan rutinitas
tanpa ada kesadaran jelas mengapa dan untuk apa sebenarnya organisasi
itu berdiri. Organisasi yang ingin bekerja dengan produktif senantiasa
sadar akan tujuannya, dan setiap anggota organisasi itu sebaiknya
menanyakan kepada dirinya untuk apa dia bergabung dalam organisasi
tersebut dan apakah kegiatannya disana yang sebaiknya dilakukannya.
Perumusan tujuan dalam suatu kelompok biasanya tertuang dalam visi
misi kelompok.
Jadi, dalam suatu kegiatan kelompok tidak asal kegiatan yang berjalan
tanpa adanya tujuan yang jelas, namun disini memiiliki tujuan yang jelas
dan sesuai dengan aturan.

5. Fleksibilitas (fleksibility)
Maksud fleksibilitas adalah bahwa dalam perencanaan kegiatan
kegiatan kelompok itu harus cukup mengandung fleksibilitas sehingga
masih dapat dilaksanakan juga apabila keadaan-keadaannya sudah
berubah, baik keadaan-keadaan di luar kelompok maupun keinginan-
keinginan dan kebutuhan-kebutuhan dari anggota kelompok itu sendiri.
Apabila ada suatu hambatan atau apapun, kegiatan bisa tetap berjalan dan
mengikuti situasi dan kondisi.

6. Mufakat (consensus)
Prinsip ini sudah kita kenal pada kehidupan beroganisasi di
Indonesia, yaitu dalam bentuk musyawarah dan mufakat. Dalam kelompok
yang ingin bekerja secara efektif sebaiknya diambil jalan bermufakat yaitu
setelah diadakan pertimbangan cukup lama bahwa semua anggota pada
akhirnya memufakati salah satu jalan untuk menyelesaikan persoalan
tersebut.

11
7. Kesadaran kelompok (process awareness)
Oleh tim peneliti dikemukakan bahwa orang-orang yang bekerja
dalam kelompok lambat laun akan lebih sadar dan lebih mudah mengerti
akan kebutuhan-kebutuhan anggota-anggota kelompok masing-masing
dalam peranannya dalam kelompok itu, dan memahami kebutuhan akan
rekan-rekan dan dirinya sendiri dalam dalam timbal baliknya hubungan
anggota kelompok. Anggota-anggota kelompok harus belajar mengerti dan
merasakan keperluan-keperluan kawan anggotanya, apabila anggota
kelompok ingin bekerja secara efektif.

8. Evaluasi yang sinambung (continual evaluation)


Sebagai prinsip terakhir, dianggap perlu bahwa setiap kelompok
yang sehat mengadakan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan kelompok,
yaitu apakah kegiatan-kegiatan tersebut sesuai dengan keinginan-
keinginan anggota kelompok. Evaluasi kegiatan kelompok sebaiknya
diadakan terus menerus secara kritis. Evaluasi juga harus berkesina.

H. KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN DAN SINERGI DALAM


KEPEMIMPINAN
Komunikasi atau communication berasal dari Bahasa latin
communis atau dalam bahasa inggrisnya common bararti sama. Apabila
kita berkomunikasi secara harfiah adalah proses menghubungi atau
mengadakan perhubungan. Dalam komunikasi diperlukan sedikitnya tiga
unsur yaitu sumber (source), berita atau pesan (message), dan sasaran
(destination). Sumber apat individu atau organisasi komunikasi. Berita
atau pesan dapat beripa tulisan, gelombang suara atau komunikasi arus
listrik, lambain tangan, bendera berkibar, atau benda yang lain yang
mempunyai arti. Sasaran dapat berupa seorang pendengar, penonton,
pembaca, anggota dari kelompok diskusi, mahasiswa dan lain sebagainya.

12
Fungsi komunikasi kepemimpinan
1. Menetapkan dan menyebar tujuan organisasi
2. Mengembangkan rencana untuk mencapainya
3. Mengorganisasi SDM dari sumber-sumber lain untuk menciptakn cara
yang paling efektif dan efesien
4. Memilih mengembangkan dan menilai anggotaianggota dari
orgaanisasi
5. Mengarah, mengatur, memotivasi dan menciptakan suatu iklim dimana
para komunikasi bersedia untuk kontribusi.

Sinergi adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu


situasi saat entitas yang berbeda bekerja sama secara menguntungkan
untuk satu hasil akhir. Secara sederhana, sinergi adalah saling mengisi dan
melengkapi perbedaan untuk mencapai suatu tujuan akhir. Secara
sederhana, hal tersebut berarti keseluruhan dari sinergi akan lebih besar
dari penjumlahan dari masing-masing bagian.

Sinergi bukan kompromi sinergi tidak sama dengan kompromi.


Dalam kompromi, pihak-pihak yang terlibat harus mengorbankan sebagian
dari tujuan agar bisa saling bekerja sama. Ber-Sinergi berarti Saling
Menghargai Perbedaan Ide, Pendapat dan bersedia saling berbagi.  Ber-
Sinergi tidak mementingkan diri sendiri, namun berpikir menang-menang
dan tidak ada pihak yang dirugikan atau merasa dirugikan.  Ber-Sinergi
bertujuan memadukan bagian-bagian terpisah.

SINERGI DALAM KELOMPOK

Sinergi dapat tercipta dalam kelompok dan serta merta meningkatkan


kualitas kinerja kelompok. Untuk terwujudnya sinergi dalam kelompok,
maka ada 7 ciri yang perlu diperhatikan agar kelompok benar-benar efektif
yakni :

13
1. Kesatuan tujuan. Semua anggota dalam kelompok memahami dengan
jelas apa yang menjadi tujuan kelompok. Oleh karena itu, dalam
menetapkan tujuan kelompok, maka sebaiknya semua anggota
kelompok dilibatkan atau diikutsertakan. Semua anggota kelompok
harus memahami dengan jelas apa yang menjadi tujuan kelompok, dan
semua anggota kelompok menerima tujuan tersebut serta memiliki
komitmen yang kuat untuk mewujudkannya.
2. Kejelasan Peran dan Tanggung Jawab. Kalau semua anggota kelompok
telah mengetahui dengan jelas apa (what) yang menjadi tujuan
kelompok, maka pertanyaan selanjutnya adalah siapa (who)
mengerjakan apa dalam kerangka pencapaian tujuan kelompok. Setiap
anggota dalam kelompok harus jelas fungsi, peran dan tanggung
jawabnya. Ketidakjelasan peran dan tanggung jawab bisa
menimbulkan kebingungan dan keresahan dalam kelompok yang
akhirnya menimbulkan konflik, karena dapat terjadi bahwa ada orang
yang terlalu banyak diberi peran, sementara yang lain kurang.
3. Kejelasan Prosedur dan Proses Kerja. Kalau ciri pertama, menjelaskan
tentang apa yang akan dicapai (goals), dan ciri kedua tentang siapa
yang melakukan (roles), maka ciri ketiga adalah bagaimana (how)
anggota-anggota dalam kelompok bekerja bersama dalam kerangka
pencapaian tujuan.
4. Interpersonal Relationship (Hubungan Antar Pribadi). Di dalam
kelompok akan terjadi interaksi/hubungan antar anggota. Interaksi ini
haruslah terjadi dalam semangat saling percaya, saling mendukung,
dan saling menghargai.
5. Pendayagunaan Potensi Anggota. Kelompok kerja akan efektif apabila
potensi-potensi yang dimiliki oleh anggota (seperti pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman), dimanfaatkan dan digunakan
semaksimal mungkin dalam kerangka pencapaian tujuan bersama.
6. Kerjasama Yang Kreatif. Untuk mewujudkan sinergi, maka
kebersamaan dan kerjasama yang sinerji dalam kelompok perlu

14
ditumbuhkembangkan dan dipelihara. Ini penting untuk menghasilkan
prestasi kelompok dan bukan prestasi individu.
7. Kepemimpinan dalam Kelompok. Kelompok kerja yang efektif
membutuhkan kepemimpinan yang tidak terpusat pada satu orang saja,
melainkan suatu kepemimpinan yang terbagi (share leadership). Ini
berarti seluruh anggota dalam kelompok mempunyai fungsi, peran dan
tanggung jawab dalam kerangka pencapaian tujuan kelompok. Dengan
demikian, semua anggota dalam kelompok diberi peluang untuk
tumbuh dan berkembang melalui pengalaman bersama dalam
kelompok.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan kelompok dan konseling kelompok bagi masyarakat awam
dipandang sebagai kegiatan kelompok biasa atau identik dengan rapat
ataupun diskusi. Padahal bimbingan konseling kelompok tidak demikian.
Sebagai konselor yang professional harus bisa membedakan anatar
bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
Dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling
mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang
terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang berpengaruh kuat
dengan perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di
dalam kelompok dan antar anggota kelompok juga harus mempunyai
hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara
bersama-sama.
1. Dalam dinamika kelompok terdapat fungsi, dan tujuan.
2. Dalam dinamika kelompok juga terdapat kelebihan dan kekurangan.
3. Dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling
mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang
terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang berpengaruh
kuat dengan perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di
dalam kelompok dan antar anggota kelompok juga harus mempunyai
hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara
bersama-sama.

16
B. Saran
Sebagai manusia yang tidak sempurna kami pun memiliki
kekurangan. Begitupun dalam pembuatan makalah ini, masih sangat banyak
kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karenanya, dengan sadar kami
sangat membutuhkan saran dan kritikan dari pembaca agar apa yang
menjadi kekurangan dapat diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar


Mandiri Pelatihan Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan]

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Konseliing dan


Konseling. Jakata: Rineka cipta

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok (Dasar


Dan Profil). Jakarta: Ghilia Indonesia

Romlah, tatik. 1998. Teori Dan Praktik Bimbingan Kelompok.


Jakarta: Depdikbud

NANDANG_RUSMANA/Konsep_Dasar_Dinamika_Kelompok.pdf

Meodjiono Imam. 2002. kepemimpinan dan keorganisasian.


Yogyakarta : UUI Press

17

Anda mungkin juga menyukai