PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Panduan pengembangan diri dikeluarkan oleh Depdiknas ( 2005 )
yang merupakan pedoman pelayanan bimbingan konseling disekolah.
Panduan pengembangan diri dikeluarkan bersamaan dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pola pelayanan dalam panduan
pengembangan diri ini dikenal dengan pola 17 Plus. Dalam pola ini
terdapat layanan yang berbentuk kelompok. Layanan tersebut yaitu
bimbingan kelompok dan konseling kelompok. Dalam pendidikan
kegiatan layanan bimbingan kelompok konseling kelompok melibatkan
siswa. Penggunaan bimbingan kelompok maupun konseling kelompok
didasarkan pada siswa sealin makhluk individu juga termasuk makhluk
sosial, artinya perlu melakukan komunikasi, kerjasama, interaksi terhadap
orang lain. Selain itu kesuksesan dapat ditukar berdasarkan team work
dimana membutuhkan dinamika kelompok baik.
Bimbingan kelompok dan konseling kelompok bagi masyarakat
awam dipandang sebagai kegiatan kelompok biasa atau identik dengan
rapat ataupun diskusi. Padahal bimbingan konseling kelompok tidak
demikian. Sebagai konselor yang professional harus bisa membedakan
anatar bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
B. Rumusan Masalah
Dalam menjelaskan makalah ini penulis memberikan penjelasan
tentang konsep dasar kelompok.
1
C. Tujuan
Menjelaskan tentang :
1. Definisi kelompok
2. Komponen sistematik
3. Jenis-jenis kelompok
4. Perbedaan kelompok
5. Pengertian dinamika kelompok
6. Ciri-ciri dinamika kelompok
7. Prinsip-prinsip dinamika kelompok
8. Komunikasi kepemimpinan dan sinergi dalam kelompok
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KELOMPOK
Ada banyak sekali pengertian kelompok yang walaupun pada dasarnya
secara arti setiap pengertian yang dikemukakan adalah sama. Berikut ini adalah
beberapa pengertian tentang kelompok:
Kelompok adalah kesatuan dua atau lebih individu, yang saling berinteraksi,
yang memungkinkan terjadinya interstimulasi dan respon untuk mencapai
tujuan bersama.
Kelompok dalam rangka bimbingan kelompok adalah bukan satu himpunan
individu-individu yang karena satu atau lain alas an tergabung bersama,
melainkan satuan unit orang yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai
bersama, berinteraksi dan berkomunikasi secara intensif satu sama lain ketika
berkumpul, saling tergantung dalam proses kerjasama, dan mendapat
kepuasan pribadi dari interaksi psikologis dengan seluruh anggota yang
tergabung dalam satuan itu.
B. KOMPONEN SISTEMATIK
SISWA
Layanan Dasar
Layanan Responsif
Komponen
Program BK Konsultasi
kolaborasi
Layanan Per.Indi
Kegiatan
Manejemen
Dukungan Sistem
3
a. Layanan Dasar Bimbingan
Pengertian
Tujuan
b. Layanan Responsif
Pengertian
Tujuan
4
membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Tujuan layanan ini dapat juga
dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau
kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu,
berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau masalah
pengembangan pendidikan.
Pengertian
Tujuan
5
tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing siswa. Melalui
layanan perencanaan individual, siswa dapat mempersiapkan diri untuk
mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan mengembangkan
kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan
dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakatnya.
6
tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan
konseling.
2) Kegiatan Manajemen
C. JENIS-JENIS KELOMPOK
Jenis-Jenis Kelompok
Adapun jenis-jenis dinamika kelompok terbagi emapat jenis yaitu:
1. kelompok Primer adalah kelompok yang didalamnya terjadi interaksi
sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan dekat dan
berhubungan erat dalam kehidupan. sedangkan menurut George Homas
kelompok merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang
yang sering berkomunikasi dengan lainya sehingga setiap orang mampu
berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalu perantara
misalnya keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama dan lain-
lain
7
2. kelompok sekunder yaitu jika interaksi sosial terjadi secara tidak
langsung berjauhan dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang
terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya: partai politik
perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.
3. kelompok formal yaitu pada kelompok ini ditandai dengan adanya
peraturan atau anggaran dasar (AD), anggaran rumah tangga (ART) yang
ada. Anggotanya diangkat oelh rganisasi. Contoh dari kelompok ini adalah
semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.
4. kelompok informal yaitu suatu kelompok yang tumbuh dari proses
interaksi, adanya tarik , kebutuhan-kebutuhan seseorang . Keanggotaan
kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya
tarik bersama individu dan kelompok.
D. PERBEDAAN KELOMPOK
Jumlah anggota Dibatasi 10-15 orang Dibatasi sampai sekitar Hanya 1 orang sebagai
10 orang konseli
8
anggota kelompok
Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan lainnya yang
nantinya dapat menyebabkan intraksi/kerjasama sebagai pencapaian
tujuan yang sama.
Ada akibat-akibat iteraksi yang berlainan antara individu satu dengan
yang lain akibat yang ditimbulkan tergantung rasa serta kecakapan
individu yang terlambat.
9
Adanya pembentukan struktur atau organisasi kelompok dan
penugasan yang jelas dan terdiri dari peran serta kedudukan masing-
masing.
Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok
yang mengatur interaksi pada suatu kegiatan anggota kelompok
untuk mencapai tujuan bersama.
10
masing sudah saling mengenal dalam tugas kewajibannya yang serupa
yaitu dalam memimpin.
4. Perumusan tujuan (goal formulatioon)
Banyak organisasi yang berjalan atas dasar kebiasaan dan rutinitas
tanpa ada kesadaran jelas mengapa dan untuk apa sebenarnya organisasi
itu berdiri. Organisasi yang ingin bekerja dengan produktif senantiasa
sadar akan tujuannya, dan setiap anggota organisasi itu sebaiknya
menanyakan kepada dirinya untuk apa dia bergabung dalam organisasi
tersebut dan apakah kegiatannya disana yang sebaiknya dilakukannya.
Perumusan tujuan dalam suatu kelompok biasanya tertuang dalam visi
misi kelompok.
Jadi, dalam suatu kegiatan kelompok tidak asal kegiatan yang berjalan
tanpa adanya tujuan yang jelas, namun disini memiiliki tujuan yang jelas
dan sesuai dengan aturan.
5. Fleksibilitas (fleksibility)
Maksud fleksibilitas adalah bahwa dalam perencanaan kegiatan
kegiatan kelompok itu harus cukup mengandung fleksibilitas sehingga
masih dapat dilaksanakan juga apabila keadaan-keadaannya sudah
berubah, baik keadaan-keadaan di luar kelompok maupun keinginan-
keinginan dan kebutuhan-kebutuhan dari anggota kelompok itu sendiri.
Apabila ada suatu hambatan atau apapun, kegiatan bisa tetap berjalan dan
mengikuti situasi dan kondisi.
6. Mufakat (consensus)
Prinsip ini sudah kita kenal pada kehidupan beroganisasi di
Indonesia, yaitu dalam bentuk musyawarah dan mufakat. Dalam kelompok
yang ingin bekerja secara efektif sebaiknya diambil jalan bermufakat yaitu
setelah diadakan pertimbangan cukup lama bahwa semua anggota pada
akhirnya memufakati salah satu jalan untuk menyelesaikan persoalan
tersebut.
11
7. Kesadaran kelompok (process awareness)
Oleh tim peneliti dikemukakan bahwa orang-orang yang bekerja
dalam kelompok lambat laun akan lebih sadar dan lebih mudah mengerti
akan kebutuhan-kebutuhan anggota-anggota kelompok masing-masing
dalam peranannya dalam kelompok itu, dan memahami kebutuhan akan
rekan-rekan dan dirinya sendiri dalam dalam timbal baliknya hubungan
anggota kelompok. Anggota-anggota kelompok harus belajar mengerti dan
merasakan keperluan-keperluan kawan anggotanya, apabila anggota
kelompok ingin bekerja secara efektif.
12
Fungsi komunikasi kepemimpinan
1. Menetapkan dan menyebar tujuan organisasi
2. Mengembangkan rencana untuk mencapainya
3. Mengorganisasi SDM dari sumber-sumber lain untuk menciptakn cara
yang paling efektif dan efesien
4. Memilih mengembangkan dan menilai anggotaianggota dari
orgaanisasi
5. Mengarah, mengatur, memotivasi dan menciptakan suatu iklim dimana
para komunikasi bersedia untuk kontribusi.
13
1. Kesatuan tujuan. Semua anggota dalam kelompok memahami dengan
jelas apa yang menjadi tujuan kelompok. Oleh karena itu, dalam
menetapkan tujuan kelompok, maka sebaiknya semua anggota
kelompok dilibatkan atau diikutsertakan. Semua anggota kelompok
harus memahami dengan jelas apa yang menjadi tujuan kelompok, dan
semua anggota kelompok menerima tujuan tersebut serta memiliki
komitmen yang kuat untuk mewujudkannya.
2. Kejelasan Peran dan Tanggung Jawab. Kalau semua anggota kelompok
telah mengetahui dengan jelas apa (what) yang menjadi tujuan
kelompok, maka pertanyaan selanjutnya adalah siapa (who)
mengerjakan apa dalam kerangka pencapaian tujuan kelompok. Setiap
anggota dalam kelompok harus jelas fungsi, peran dan tanggung
jawabnya. Ketidakjelasan peran dan tanggung jawab bisa
menimbulkan kebingungan dan keresahan dalam kelompok yang
akhirnya menimbulkan konflik, karena dapat terjadi bahwa ada orang
yang terlalu banyak diberi peran, sementara yang lain kurang.
3. Kejelasan Prosedur dan Proses Kerja. Kalau ciri pertama, menjelaskan
tentang apa yang akan dicapai (goals), dan ciri kedua tentang siapa
yang melakukan (roles), maka ciri ketiga adalah bagaimana (how)
anggota-anggota dalam kelompok bekerja bersama dalam kerangka
pencapaian tujuan.
4. Interpersonal Relationship (Hubungan Antar Pribadi). Di dalam
kelompok akan terjadi interaksi/hubungan antar anggota. Interaksi ini
haruslah terjadi dalam semangat saling percaya, saling mendukung,
dan saling menghargai.
5. Pendayagunaan Potensi Anggota. Kelompok kerja akan efektif apabila
potensi-potensi yang dimiliki oleh anggota (seperti pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman), dimanfaatkan dan digunakan
semaksimal mungkin dalam kerangka pencapaian tujuan bersama.
6. Kerjasama Yang Kreatif. Untuk mewujudkan sinergi, maka
kebersamaan dan kerjasama yang sinerji dalam kelompok perlu
14
ditumbuhkembangkan dan dipelihara. Ini penting untuk menghasilkan
prestasi kelompok dan bukan prestasi individu.
7. Kepemimpinan dalam Kelompok. Kelompok kerja yang efektif
membutuhkan kepemimpinan yang tidak terpusat pada satu orang saja,
melainkan suatu kepemimpinan yang terbagi (share leadership). Ini
berarti seluruh anggota dalam kelompok mempunyai fungsi, peran dan
tanggung jawab dalam kerangka pencapaian tujuan kelompok. Dengan
demikian, semua anggota dalam kelompok diberi peluang untuk
tumbuh dan berkembang melalui pengalaman bersama dalam
kelompok.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan kelompok dan konseling kelompok bagi masyarakat awam
dipandang sebagai kegiatan kelompok biasa atau identik dengan rapat
ataupun diskusi. Padahal bimbingan konseling kelompok tidak demikian.
Sebagai konselor yang professional harus bisa membedakan anatar
bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
Dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling
mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang
terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang berpengaruh kuat
dengan perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di
dalam kelompok dan antar anggota kelompok juga harus mempunyai
hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara
bersama-sama.
1. Dalam dinamika kelompok terdapat fungsi, dan tujuan.
2. Dalam dinamika kelompok juga terdapat kelebihan dan kekurangan.
3. Dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling
mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang
terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang berpengaruh
kuat dengan perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di
dalam kelompok dan antar anggota kelompok juga harus mempunyai
hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara
bersama-sama.
16
B. Saran
Sebagai manusia yang tidak sempurna kami pun memiliki
kekurangan. Begitupun dalam pembuatan makalah ini, masih sangat banyak
kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karenanya, dengan sadar kami
sangat membutuhkan saran dan kritikan dari pembaca agar apa yang
menjadi kekurangan dapat diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
NANDANG_RUSMANA/Konsep_Dasar_Dinamika_Kelompok.pdf
17