Anda di halaman 1dari 2

GLAUKOMA KRONIS

No. Dokumen : 02.05/PKL/057


No. Revisi :0
SOP
TanggalTerbit : 02 Februari 2017
Halaman : 1/2

Pemerintah
Kabupaten Bandung
Barat dr. Yaniar Ratnadewi Puskesmas DTP
Jayagiri
NIP. 196901182005012003

1. Pengertian No. ICD-10 : H40.2 Primary angle-closure glaucoma


Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang umumnya ditandai
kerusakan saraf optik dan kehilangan lapang pandang yang bersifat
progresif serta berhubungan dengan berbagai faktor risiko terutama tekanan
intraokular (TIO) yang tinggi. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan
kedua terbesar di dunia setelah katarak. Kebutaan karena glaukoma tidak
bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat
dikendalikan. Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut, terutama
bagi yang memiliki risiko. Hampir separuh penderita glaukoma tidak
menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut.
2. Tujuan Pedoman tata laksana glaukoma kronis di Puskesmas DTP Jayagiri
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Jayagiri Nomor KEP/KA-PKM//MNJ-
01/II/2017 tanggal. 02-02-2017 tentang Jenis Pelayanan Yang Disediakan
4. Referensi 1. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Alat dan bahan 1. Snellen chart
2. Tonometer Schiotz
3. Oftalmoskop
4. Penlight
6. Langkah- Hasil Anamnesis (Subjective)
langkah Keluhan pasien datang dengan keluhan yang bervariasi dan berbeda
tergantung jenis glaukoma. Glaukoma kronis dapat dibagi menjadi
glaukoma kronis primer dan sekunder.
1. Pada fase awal, glaukoma kronis tidak menimbulkan keluhan, dan
diketahui secara kebetulan bila melakukan pengukuran TIO
2. Mata dapat terasa pegal, kadang-kadang pusing
3. Rasa tidak nyaman atau mata cepat lelah
4. Mungkin ada riwayat penyakit mata, trauma, atau pemakaian obat
kortikosteroid
5. Kehilangan lapang pandang perifer bertahap pada kedua mata
6. Pada glaukoma yang lanjut dapat terjadi penyempitan lapang
pandang yang bermakna hingga menimbulkan gangguan, seperti
menabrak-nabrak saat berjalan.
Faktor Risiko
1. Usia 40 tahun atau lebih
2. Ada anggota keluarga menderita glaukoma
3. Penderita miopia, penyakit kardiovaskular, hipertensi, hipotensi,
vasospasme, diabetes mellitus, dan migrain
4. Pada glaukoma sekunder, dapat ditemukan riwayat pemakaian obat
steroid secara rutin, atau riwayat trauma pada mata.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh trias glaukoma, yang
terdiri dari:
GLAUKOMA KRONIS
Puskesmas DTP No. Dokumen : 02.05/PKL/057 Dr. Yaniar
Jayagiri No. Revisi :0 Ratnadewi
SOP
TanggalTerbit : 02 Februari 2017
Halaman : 2/2

1. Peningkatan tekanan intraokular


2. Perubahan patologis pada diskus optikus
3. Defek lapang pandang yang khas.
Pemeriksaan Oftalmologis
1. Visus normal atau menurun
2. Lapang pandang menyempit pada tes konfrontasi
3. Tekanan intra okular meningkat
4. Pada funduskopi, rasio cup / disc meningkat (rasio cup / disc
normal: 0.3)
Pemeriksaan Penunjang tidak dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan kasus glaukoma pada layanan tingkat pertama bertujuan
mengendalikantekanan intra okuler dan merujuk ke dokter spesialis mata di
rumah sakit.
Pengobatan medikamentosa, Timolol 0.5%, 2 x 1 tetes/hari. Jenis obat lain
dapat diberikan bila dengan 1 macam obat TIO belum terkontrol
Konseling dan Edukasi
1. Memberitahu keluarga bahwa kepatuhan pengobatan sangat penting
untuk keberhasilan pengobatan glaukoma.
2. Memberitahu pasien dan keluarga agar pasien dengan riwayat
glaukoma pada keluarga untuk memeriksakan matanya secara
teratur.
7. Bagan alur
8. Hal-hal yang Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
harus oftalmologis.
diperhatikan Diagnosis Banding:
1. Katarak
2. Kelainan refraksi
3. Retinopati diabetes / hipertensi
4. Retinitis pigmentosa
Rujukan dilakukan segera setelah penegakan diagnosis.
Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Dubia ad malam
3. Ad sanationam : Dubia ad malam
9. Unit Terkait 1. Pendaftaran
2. UGD
3. Poli Umum
10. Dokumen 1. Rekam Medis
Terkait 2. Informed consent
11. Rekaman
Historis Tanggal mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
Perubahan diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai