Anda di halaman 1dari 2

HIFEMA

No. Dokumen : 02.05/PKL/062


No. Revisi :0
SOP
TanggalTerbit : 02 Februari 2017
Halaman : 1/2

Pemerintah
Kabupaten Bandung
Barat dr. Yaniar Ratnadewi Puskesmas DTP
Jayagiri
NIP. 196901182005012003

1. Pengertian No. ICD-10 : H21.0 Hyphaema


Hifema adalah terdapatnya akumulasi darah pada bilik mata depan. Hifema
dapat terjadi akibat trauma atau terjadi spontan. Hifema dapat disertai
dengan abrasi kornea, iritis, midriasis, atau gangguan struktur lain pada
mata akibat trauma penyebabnya. Hifema spontan jarang ditemui. Hifema
spontan dapat menjadi penanda terdapatnya rubeosis iridis, gangguan
koagulasi, penyakit herpes, masalah pada lensa intraokular (IOL),
retinoblastoma, serta leukemia.
2. Tujuan Pedoman tata laksana hifema di Puskesmas DTP Jayagiri
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Jayagiri Nomor KEP/KA-PKM//MNJ-
01/II/2017 tanggal. 02-02-2017 tentang Jenis Pelayanan Yang Disediakan
4. Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 tentang Puskesmas
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 02.02/
MENKES/514/2015tentang panduan praktik klinis bagi dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
5. Alat dan bahan Persiapan Alat :
1. Sarung tangan
6. Langkah- Keluhan
langkah 1. Nyeri pada mata
2. Penglihatan terganggu (bila darah menutupi aksis visual)
3. Fotofobia/silau
Faktor Risiko
1. Hifema akibat trauma sering ditemui pada laki-laki usia muda
2. Hifema spontan disebabkan oleh neovaskularisasi iris (seperti pada
pasien diabetes dan oklusi vena retina), koagulopati, dan pemakaian
antikoagulan.
Pemeriksaan Fisik
1. Visus umumnya turun
2. Tampak darah di bilik mata depan. Darah dapat tertampung di
bagian inferior bilik mata depan atau dapat memenuhi seluruh bilik
mata depan (hifema penuh).
3. Perhatikan apakah ada trauma pada bagian mata yang lain
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan intraokular dengan Tonometer Schiotz
Diagnosis Klinis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
1. Anamnesis untuk mengidentifikasi gejala, riwayat trauma, serta
kemungkinan adanya faktor risiko lain.
2. Pemeriksaan tajam penglihatan
3. Pemeriksaan mata dengan senter dan lup untuk melihat adanya
darah di bilik mata, menilai lebar pupil, serta mengidentifikasi
kelainan kornea atau struktur lain akibat trauma.
4. Pemeriksaan tekanan intraokular dengan tonometer Schiotz bila
tidak terdapat defek pada kornea
HIFEMA
Puskesmas DTP No. Dokumen : 02.05/PKL/062 Dr. Yaniar
Jayagiri No. Revisi :0 Ratnadewi
SOP
TanggalTerbit : 02 Februari 2017
Halaman : 2/2

7. Bagan alur
8. Hal-hal yang Diagnosis banding tidak ada
harus 1. Peningkatan tekanan intraokular secara akut, yakni suatu glaukoma
diperhatikan traumatik
2. Atrofi optik, terutama akibat glaukoma traumatik
3. Perdarahan ulang atau perdarahan sekunder (2o hemorrhage)
4. Sinekia posterior
5. Sinekia anterior, pada kondisi hifema yang lebih dari sembilan hari
6. Corneal blood staining, yakni adanya deposisi dari hemoglobin dan
hemosiderin pada stroma kornea akibat keberadaan darah hifema total
yang umumnya disertai dengan peningkatan tekanan intraokular.
Corneal blood staining dapat menghilang, namun memerlukan waktu
berbulan-bulan hingga bertahun-tahun lamanya.
7. Glaukoma kronik
Prognosis umumnya baik pada hifema tanpa komplikasi.
Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Bonam
9. Unit Terkait 1. UGD
2. Poli umum
10. Dokumen 1. Rekam Medis
Terkait 2. Buku register rawat jalan
11. Rekaman
Historis Tanggal mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
Perubahan diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai