Anda di halaman 1dari 37

buku panduan

capaian hasil

asesmen nasional
untuk satuan pendidikan
Pusat Asesmen Pendidikan pusmendik pusmendik pusmendik pusmendik Pembaharuan dokumen 30 Mei

2022

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKP, Kemendikbudristek

A.1 KEMAMPUAN LITERASI


Kemampuan peserta didik dalam memahami, menggunakan,
mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan
masalah dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga
Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif di
masyarakat.

atribut sekolah
DI ATAS MENCAPAI banyak murid literasi membaca.
KOMPETENSI KOMPETENSI menjadi mahir. JAUH DI BAWAH
MINIMUM MINIMUM DI BAWAH KOMPETENSI
KOMPETENSI MINIMUM
Murid di sekolah Sebagian besar murid
MINIMUM
menunjukkan tingkat telah mencapai Sebagian besar murid
literasi membaca yang batas kompetensi Kurang dari 50% murid belum mencapai batas
cakap dan minimum untuk telah mencapai kompetensi mininum
cukup banyak murid literasi membaca kompetensi untuk
berada pada level namun perlu upaya minimum untuk literasi membaca
mahir. mendorong lebih

RENTANG NILAI
2,10 s.d. 3,00 1,80 s.d. 2,09 1,40 s.d. 1,79 1,00 s.d. 1.39

atribut murid
MAHIR CAKAP DASAR PERLU INTERVENSI KHUSUS
Peserta didik mampu terhadap isi teks. informasi dalam Peserta didik belum
mengintegrasikan Peserta didik mampu suatu teks. mampu menemukan
beberapa informasi membuat interpretasi Peserta didik mampu dan mengambil
lintas teks; dari informasi implisit menemukan dan informasi eksplisit
mengevaluasi yang ada dalam teks; mengambil informasi yang ada dalam
isi, kualitas, cara mampu membuat eksplisit yang ada dalam teks ataupun
penulisan suatu teks, simpulan dari hasil teks serta membuat membuat interpretasi
dan bersikap reflektif integrasi beberapa interpretasi sederhana. sederhana.
© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 3
A.1.1 Kemampuan peserta didik dalam memahami,
kompetensi membaca teks informasi menggunakan, merefleksi, dan mengevaluasi teks
fiksi.

A.1.2
kompetensi membaca teks sastra
Kemampuan peserta didik dalam membandingkan dan
mengontraskan ide atau informasi dalam atau
A.1.3 antarteks, membuat kesimpulan, mengelompokkan,
kompetensi mengombinasikan ide dan informasi dalam teks atau
menginterpretasi dan memahami isi teks (L2)
antarteks informasional (non-fiksi) dan sastra.

A.1.4
kompetensi Kemampuan peserta didik dalam menganalisis,
mengevaluasi dan merefleksi isi teks (L3)
Kemampuan peserta didik dalam memahami, memprediksi, dan menilai konten, bahasa, dan unsur-
menggunakan, merefleksi, dan mengevaluasi teks unsur dalam teks informasional (non-fiksi) dan sastra.
informasional (non-fiksi).

4 © 2022 Pusat Asesmen

Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek

A.2 KEMAMPUAN NUMERASI


Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep,
prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah
sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu
sebagai warga negara Indonesia dan dunia.
atribut sekolah
DI ATAS MENCAPAI banyak murid numerasi.
KOMPETENSI KOMPETENSI menjadi mahir. JAUH DI BAWAH
MINIMUM MINIMUM DI BAWAH KOMPETENSI
KOMPETENSI MINIMUM
Murid di sekolah Sebagian besar murid
MINIMUM
menunjukkan tingkat telah mencapai batas Sebagian besar murid
numerasi yang cakap kompetensi minimum Kurang dari 50% murid belum mencapai batas
dan cukup banyak untuk numerasi telah mencapai kompetensi mininum
murid berada pada level namun perlu upaya kompetensi untuk
mahir. mendorong lebih minimum untuk numerasi.

RENTANG NILAI
2,10 s.d. 3,00 1,80 s.d. 2,09 1,40 s.d. 1,79 1,00 s.d. 1.39

atribut murid
MAHIR CAKAP DASAR PERLU INTERVENSI KHUSUS
Peserta didik mampu mengaplikasikan komputasi dasar Peserta didik
bernalar untuk pengetahuan dalam bentuk hanya memiliki
menyelesaikan matematika yang persamaan langsung, pengetahuan
masalah kompleks dimiliki dalam konsep dasar matematika yang
serta nonrutin konteks yang lebih terkait geometri terbatas (penguasaan
berdasarkan konsep beragam. dan statistika, serta konsep yang parsial dan
matematika yang Peserta didik memiliki menyelesaikan keterampilan komputasi
dimilikinya. keterampilan masalah matematika yang
Peserta didik mampu dasar matematika: sederhana yang rutin. terbatas).

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 5


A.2.1 A.2.4
Kompetensi pada domain bilangan Kompetensi pada domain Data dan Ketidakpastian

A.2.2 A.2.5
Kompetensi pada domain Aljabar Kompetensi
mengetahui (L1)

A.2.3 A.2.6
Kompetensi pada domain Geometri Kompetensi
menerapkan (L2)
A.2.7 matematika pada konten data dan ketidakpastian
Kompetensi menalar (L3) untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
Kemampuan peserta didik dalam berpikir
menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika pada konten bilangan untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari. Kemampuan peserta didik memahami fakta, proses,
konsep, dan prosedur.

Kemampuan peserta didik dalam berpikir


menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika pada konten aljabar untuk menyelesaikan Kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan
masalah sehari-hari. dan pemahaman tentang fakta-fakta, relasi, proses,
konsep, prosedur, dan metode pada konten bilangan
dengan konteks situasi nyata untuk menyelesaikan
masalah atau menjawab pertanyaan.
Kemampuan peserta didik dalam berpikir
menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika pada konten geometri untuk Kemampuan peserta didik menganalisis data dan
menyelesaikan masalah sehari-hari. informasi, membuat kesimpulan, dan memperluas
pemahaman dalam situasi baru, meliputi situasi yang
tidak diketahui sebelumnya atau konteks yang lebih
Kemampuan peserta didik dalam berpikir kompleks.
menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat

6 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek

A.3 KARAKTER
Tingkat karakter pelajar pancasila yang bersifat holistik mencakup
komponen pengetahuan, afektif, keterampilan, dan perwujudan dalam
perilaku.

atribut sekolah
MEMBUDAYA BERKEMBANG PERLU DIKEMBANGKAN TERINTERNALISASI
BELUM
Murid secara proaktif bernalar kritis serta berakhlak mulia, pentingnya nilai
dan konsisten berkebinekaan global bergotong royong, nilai karakter pelajar
menerapkan nilai nilai dalam kehidupan sehari mandiri, kreatif dan pancasila yang
karakter pelajar hari. bernalar kritis serta berakhlak mulia,
pancasila yang Murid terbiasa berkebinekaan global bergotong royong,
berakhlak mulia, menerapkan nilai nilai dalam kehidupan sehari mandiri, kreatif dan
bergotong royong, karakter pelajar hari. bernalar kritis serta
mandiri, kreatif dan pancasila yang Murid telah menyadari berkebinekaan global,
namun masih perlu sehari-hari. nilai karakter pelajar mandiri, kreatif
dukungan untuk Murid belum memiliki pancasila yang dan bernalar kritis
menerapkannya kesadaran akan berakhlak mulia, serta berkebinekaan
dalam kehidupan pentingnya nilai bergotong royong, global.

RENTANG NILAI
2,26 s.d. 3,00 2,01 s.d. 2.25 1,85 s.d. 2,00 1,00 s.d. 1,84 Indikator Rentang Nilai

a.3.1 menunjukkan berakhlak baik pada berakhlak baik pada sesama


Beriman, Bertakwa kepada Tuhan sesama manusia, alam, dan negara. manusia, alam, dan negara, namun
yang Maha Esa, dan belum sepenuhnya diterapkan
Berakhlak Mulia BERKEMBANG dalam kehidupan sehari-hari.
Murid memiliki kesadaran akan
Karakter murid yang berkaitan pentingnya berakhlak baik pada
dengan beriman, bertakwa kepada sesama manusia, alam, dan negara, 2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d.
Tuhan Yang Maha Esa, dan serta sudah menerapkannya
berakhlak mulia. dengan baik dalam kehidupan
MEMBUDAYA sehari-hari.
Murid secara proaktif dan konsisten
telah menerapkan perilaku yang PERLU DITINGKATKAN 1,84
Murid menyadari pentingnya

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 7


Indikator Rentang Nilai

a.3.2 proaktif serta konsisten. lingkungan fisik dan sosial, namun


Gotong Royong belum sepenuhnya
BERKEMBANG diimplementasikan dalam
Kesediaan dan Murid memiliki kesediaan dan kehidupan sehari-hari.
pengalaman kemauan
berkontribusi berkontribusi dalam kegiatan yang
dalam kegiatan yang bertujuan bertujuan memperbaiki kondisi 2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25
memperbaiki kondisi lingkungan lingkungan fisik dan sosial, serta
fisik dan lingkungan sosial. sudah diimplementasikan dengan
MEMBUDAYA baik dalam kehidupan sehari-hari.
Murid telah mengimplementasikan
PERLU DITINGKATKAN
dan menggerakkan aktivitas terkait
Murid menyadari pentingnya
kegiatan yang bertujuan
kontribusi dalam kegiatan yang
memperbaiki kondisi lingkungan
bertujuan memperbaiki kondisi 1,00 s.d. 1,84
fisik dan lingkungan sosial secara

Indikator Rentang Nilai


a.3.3 serta konsisten. yang baru dan berbeda, namun
Kreativitas belum sepenuhnya
BERKEMBANG diimplementasikan dalam
Kesenangan dan pengalaman untuk Murid memiliki kesenangan dan kehidupan sehari-hari.
menghasilkan pengalaman untuk menghasilkan
pemikiran, gagasan, serta karya pemikiran, gagasan, serta karya
yang baru dan berbeda. yang baru dan berbeda, serta sudah 2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d.
MEMBUDAYA diimplementasikan secara optimal.
Murid telah mengimplementasikan
PERLU DITINGKATKAN
dan menggerakkan aktivitas terkait
Murid memiliki kesenangan dan
kegiatan yang menghasilkan
pengalaman untuk menghasilkan
pemikiran, gagasan, serta karya
pemikiran, gagasan, serta karya
yang baru dan berbeda secara rutin 1,84

8 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek


Indikator Rentang Nilai

a.3.4 bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat, namun


Nalar Kritis keputusan yang dibuat. belum sepenuhnya
diimplementasikan dalam
Kemauan dan BERKEMBANG kehidupan sehari-hari.
kebiasaan membuat keputusan Murid terbiasa untuk menelusuri,
yang menganalisis, dan mengevaluasi
2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25
etis berdasarkan analisis logis dan informasi, serta bertanggung jawab
pertimbangan yang objektif atas terhadap keputusan yang dibuat.
beragam bukti dan perspektif.
PERLU DITINGKATKAN
MEMBUDAYA
Murid menyadari pentingnya
Murid secara rutin dan konsisten
menelusuri, menganalisis, dan
telah menelusuri, menganalisis, dan
mengevaluasi informasi, serta
mengevaluasi informasi, serta 1,00 s.d. 1,84
bertanggung jawab terhadap

Indikator Rentang Nilai

a.3.5 menunjukkan ketertarikan terhadap diterapkan dalam kehidupan sehari-


Kebinekaan Global keragaman di berbagai negara serta hari.
peduli terhadap isu-isu global.
Ketertarikan terhadap keragaman di PERLU DITINGKATKAN
berbagai negara serta memiliki BERKEMBANG Murid menyadari adanya
kepedulian terhadap isu-isu Murid memiliki ketertarikan ketertarikan terhadap keragaman di
global. terhadap keragaman di berbagai berbagai negara serta pentingnya
MEMBUDAYA negara serta memiliki kepedulian kepedulian terhadap isu-isu global,
Murid secara rutin dan konsisten terhadap isu-isu global, dan sudah namun belum sepenuhnya
diterapkan dalam kehidupan sehari- 2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84
hari.

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 9


Indikator Rentang Nilai

a.3.6 perasaan, dan tindakan untuk a


Kemandirian mencapai tujuan belajar dalam
100 = 102
kehidupan sehari-hari.
Kemauan dan
kebiasaan mengelola pikiran, PERLU DITINGKATKAN 2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25
perasaan, dan tindakan untuk Murid menyadari pentingnya
mencapai tujuan belajar dalam mengelola pikiran, perasaan, dan
berbagai konteks. tindakan untuk mencapai
tujuan belajar, namun belum
sepenuhnya diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari. 1,00 s.d. 1,84 b

a x 10n
<a<10
1
MEMBUDAYA
Murid secara rutin dan konsisten
mampu mengelola pikiran,
perasaan, dan tindakan untuk
mencapai tujuan belajar.

BERKEMBANG 10 = 101
Murid terbiasa mengelola pikiran,
5+2-
3=
hg

d
e

4+3+6=

10 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek

B.1 KESENJANGAN LITERASI


Kesenjangan nilai literasi murid terdiri dari: kesenjangan antar
kelompok gender; kesenjangan antar status sosial ekonomi; dan
kesenjangan antar kelompok wilayah.

TIDAK ADA KESENJANGAN ADA KESENJANGAN


KESENJANGAN SANGAT TINGGI

Tidak ada perbedaan Ada perbedaan capaian literasi baik RENTANG NILAI
capaian literasi baik berdasar berdasar kelompok gender, Ada perbedaan sangat tinggi pada
kelompok gender, kelompok sosial kelompok sosial ekonomi maupun capaian literasi baik berdasar
ekonomi maupun antar wilayah antar wilayah urban dan rural. kelompok gender, kelompok sosial
urban dan rural. ekonomi maupun antar wilayah
urban dan rural.
B.1.1 2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84 TIDAK ADA PERBEDAAN

Kesenjangan Literasi Antar Kelompok Gender Terdapat perbedaan antara capaian literasi murid Laki-
Laki dengan murid Perempuan.
Kesenjangan nilai literasi murid antar kelompok
gender. SANGAT BERBEDA
Ada perbedaan sangat tinggi antara capaian literasi
murid Laki-Laki dengan murid Perempuan.

TIDAK ADA PERBEDAAN


B.1.2 Tidak ada perbedaan capaian literasi murid antar
Kesenjangan Literasi Berdasarkan status sosial status sosial ekonomi.
ekonomi
ADA PERBEDAAN
Kesenjangan nilai literasi murid antar status sosial
Terdapat perbedaan antara capaian literasi murid
ekonomi.
antar status sosial ekonomi.
Tidak ada perbedaan capaian literasi murid Laki-Laki
dengan murid Perempuan. SANGAT BERBEDA
Ada perbedaan sangat tinggi antara capaian literasi
ADA PERBEDAAN
murid antar status sosial ekonomi.

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 11


B.1.3 murid di wilayah urban dengan wilayah rural.
Kesenjangan Literasi Antar Wilayah

Kesenjangan nilai literasi murid antar kelompok


wilayah.
TIDAK ADA PERBEDAAN B.2
KESENJANGAN NUMERASI
Tidak ada perbedaan capaian literasi murid di wilayah
urban dengan wilayah rural.

ADA PERBEDAAN
Kesenjangan nilai numerasi murid terdiri dari:
Terdapat perbedaan antara capaian literasi murid di
wilayah urban dengan wilayah rural. kesenjangan antar kelompok gender;
kesenjangan antar status sosial ekonomi; dan
SANGAT BERBEDA kesenjangan antar kelompok wilayah.
Ada perbedaan sangat tinggi antara capaian literasi

TIDAK ADA KESENJANGAN ADA KESENJANGAN


KESENJANGAN SANGAT TINGGI

Tidak ada perbedaan capaian Ada perbedaan capaian numerasi RENTANG NILAI
numerasi baik berdasar kelompok baik berdasar kelompok gender, Ada perbedaan sangat tinggi pada
gender, kelompok sosial ekonomi kelompok sosial ekonomi maupun capaian numerasi baik berdasar
maupun antar wilayah urban dan antar wilayah urban dan rural. kelompok gender, kelompok sosial
rural. ekonomi maupun antar wilayah
urban dan rural.
b.2.1 Tidak ada perbedaan capaian numerasi murid Laki-Laki
2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84 TIDAK ADA PERBEDAAN dengan murid Perempuan.

ADA PERBEDAAN
Terdapat perbedaan antara capaian numerasi murid
Kesenjangan Laki-Laki dengan murid Perempuan.
Numerasi Antar Kelompok Gender
SANGAT BERBEDA
Kesenjangan nilai literasi murid antar kelompok Ada perbedaan sangat tinggi antara capaian numerasi
wilayah. murid Laki-Laki dengan murid Perempuan.

12 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek


b.2.2 ADA PERBEDAAN
Kesenjangan Terdapat perbedaan antara capaian numerasi murid
Numerasi antar status sosial ekonomi.
Berdasarkan status sosial ekonomi
SANGAT BERBEDA
Kesenjangan nilai numerasi murid Ada perbedaan sangat tinggi antara capaian numerasi
antar status sosial ekonomi. murid antar status sosial ekonomi.

b.2.3 TIDAK ADA PERBEDAAN


Kesenjangan Tidak ada perbedaan capaian numerasi murid di
Numerasi Antar Wilayah wilayah urban dengan wilayah rural.

Kesenjangan nilai numerasi murid ADA PERBEDAAN


antar kelompok Terdapat perbedaan antara capaian numerasi murid di
wilayah. wilayah urban dengan wilayah rural.
TIDAK ADA PERBEDAAN
Tidak ada perbedaan capaian numerasi murid antar SANGAT BERBEDA
status sosial ekonomi. Ada perbedaan sangat tinggi antara capaian numerasi
murid di wilayah urban dengan wilayah rural.

B.3 KESENJANGAN INDEKS KARAKTER


Kesenjangan indeks karakter murid terdiri dari: kesenjangan antar
kelompok gender; kesenjangan antar status sosial ekonomi; dan
kesenjangan antar kelompok wilayah.

TIDAK ADA KESENJANGAN ADA KESENJANGAN


KESENJANGAN SANGAT TINGGI

Tidak ada perbedaan capaian Ada perbedaan capaian karakter RENTANG NILAI
karakter baik berdasar kelompok baik berdasar kelompok gender, Ada perbedaan sangat tinggi pada
gender, kelompok sosial ekonomi kelompok sosial ekonomi maupun capaian karakter baik berdasar
maupun antar wilayah urban dan antar wilayah urban dan rural. kelompok gender, kelompok sosial
rural. ekonomi maupun antar wilayah
urban dan rural.
2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 13


b.3.1 TIDAK ADA PERBEDAAN
Kesenjangan Indeks Karakter Berdasarkan Gender Tidak ada perbedaan indeks karakter murid antar
status sosial ekonomi.
Kesenjangan indeks karakter antar kelompok gender.
ADA PERBEDAAN
Terdapat perbedaan antara indeks karakter murid
antar status sosial ekonomi.
b.3.2
Kesenjangan Indeks Karakter Berdasarkan status SANGAT BERBEDA
sosial ekonomi Ada perbedaan sangat tinggi antara indeks karakter
murid antar status sosial ekonomi.
Kesenjangan indeks karakter antar kelompok gender.

b.3.3
Kesenjangan Indeks Karakter Antar Wilayah
TIDAK ADA PERBEDAAN
Tidak ada perbedaan indeks karakter satuan
Kesenjangan Indeks karakter antar kelompok wilayah. pendidikan di wilayah urban dengan wilayah rural
TIDAK ADA PERBEDAAN
Selisih rerata Indeks Karakter satuan pendidikan urban
Tidak ada perbedaan indeks karakter murid Laki-Laki
dengan satuan pendidikan rural.
dengan murid Perempuan.
ADA PERBEDAAN
ADA PERBEDAAN
Terdapat perbedaan antara indeks karakter satuan
Terdapat perbedaan antara indeks karakter murid Laki-
pendidikan di wilayah urban dengan wilayah rural.
Laki dengan murid Perempuan.
SANGAT BERBEDA
SANGAT BERBEDA
Ada perbedaan sangat tinggi antara indeks karakter
Ada perbedaan sangat tinggi antara indeks karakter
satuan pendidikan di wilayah urban dengan wilayah
murid Laki-Laki dengan murid Perempuan.
rural.

14 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek

D.1 KUALITAS PEMBELAJARAN


Tingkat kualitas interaksi antara guru, murid, dan materi
pembelajaran dalam proses pengajaran dan
pembelajaran.

OPTIMAL TERARAH DISORIENTASI


Pembelajaran menunjukkan Pembelajaran mengarah pada RENTANG NILAI
kualitas yang optimal peningkatan kualitas yang Suasana pembelajaran yang
ditunjukkan dengan suasana kelas ditunjukkan dengan suasana kelas kondusif, dukungan afektif dan
yang kondusif, dukungan afektif yang mulai kondusif dan adanya aktivasi kognitif belum diberikan
dan aktivasi kognitif dari guru yang dukungan afektif serta aktivasi oleh guru.
konstruktif. kognitif dari guru.

2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84

2+5=
7

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 15


Indikator Rentang Nilai

d.1.1 berupaya aktif untuk melibatkan hanya sebagian kecil guru yang
Manajemen peserta didik dalam pengelolaan berupaya aktif untuk melibatkan
kelas kelas. peserta didik dalam pengelolaan
kelas.
Praktik MENERAPKAN
pembelajaran melihat proses Sebagian kelas suasananya kondusif 2,26 s.d. 3,00
perilaku murid untuk melangsungkan
dan pemusatan perhatian pembelajaran dan sejumlah guru
terhadap berupaya aktif untuk melibatkan
aktivitas tugas yang relevan. peserta didik dalam pengelolaan 1,85 s.d. 2,25
MEMBUDAYA kelas.
Seluruh kelas suasananya kondusif
untuk melangsungkan DISORIENTASI
pembelajaran dan semua guru Suasana kelas belum kondusif untuk 1,00 s.d. 1,84
melangsungkan pembelajaran dan

Indikator Rentang Nilai

d.1.2 kepedulian dan umpan balik untuk kepedulian dan umpan balik untuk
Dukungan meningkatkan ekspektasi akademik meningkatkan ekspektasi akademik,
afektif secara konstruktif telah diberikan diberikan oleh guru ketika diminta
oleh guru. murid.
Praktik
pembelajaran dengan melihat RESPONSIF 2,26 s.d. 3,00
pemenuhan Dukungan afektif berupa perhatian,
kebutuhan murid guna merasa kepedulian dan umpan balik untuk
kompeten meningkatkan ekspektasi akademik,
dan dihargai diberikan guru sesuai hasil 1,85 s.d. 2,25
sebagai bagian dari kelas. pemetaan kebutuhan murid.
KONSTRUKTIF
Dukungan afektif berupa perhatian, PASIF
Dukungan afektif berupa perhatian, 1,00 s.d. 1,84
16 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek
Indikator Rentang Nilai

d.1.3 yang dipraktikkan oleh guru bersifat aktivitas yang interaktif pada
Aktivasi kognitif konstruktif. pembelajaran literasi dan numerasi
yang dipraktikkan oleh guru masih
Praktik RESPONSIF bersifat pasif.
pengajaran yang bertujuan untuk Aktivasi kognitif dalam proses
membimbing dan mendukung pembelajaran berupa menciptakan
murid dalam iklim pembelajaran terbuka dengan 2,26 s.d. 3,00
membangun memberikan instruksi, panduan dan
pemahaman aktivitas yang interaktif pada
atau pembelajaran literasi dan numerasi
pengetahuan baru. yang dipraktikkan oleh guru bersifat
KONSTRUKTIF terbatas.
Aktivasi kognitif dalam proses 1,85 s.d. 2,25
pembelajaran berupa menciptakan PASIF
iklim pembelajaran terbuka dengan Aktivasi kognitif dalam proses
memberikan instruksi dan panduan, pembelajaran berupa menciptakan
serta aktivitas yang interaktif pada iklim pembelajaran terbuka dengan
pembelajaran literasi dan numerasi memberikan instruksi, panduan dan
1,00 s.d. 1,84

Indikator Rentang Nilai

d.1.4 dunia kerja. belum mendukung, serta pelibatan


Pembelajaran praktik vs teori dunia kerja belum dilakukan.
TERBATAS
Kualitas Pembelajaran sudah setara antara 2,26 s.d. 3,00
pelaksanaan praktik dan teori dan praktik, sarana dan
teori di satuan Pendidikan prasarana yang terstandar mulai
di SMK. mendukung, serta pelibatan dunia
TERPADU kerja mulai dilakukan. 1,85 s.d. 2,25
Pembelajaran sudah terintegrasi
antara praktik dan teori, sarana dan TEORITIS
prasarana yang standar sudah Pembelajaran masih teoritis, sarana
mendukung, serta selalu melibatkan dan prasarana yang terstandar 1,00 s.d. 1,84

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 17

D.2 REFLEKSI DAN PERBAIKAN


PEMBELAJARAN OLEH GURU
Tingkat aktivitas refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh

MEMBUDAYA AKTIF
guru. PASIF

Guru aktif meningkatkan keterlibatan peserta didik. RENTANG NILAI


kualitas pembelajaran Kegiatan pengembangan Upaya peningkatan kualitas
setelah melakukan refleksi kualitas pembelajaran yang pembelajarannya sporadis
pembelajaran yang telah lalu, dilakukan belum terstruktur. hanya untuk sekedar
mengeksplorasi referensi Guru belum konsisten menyelesaikan tugas. Guru
pengajaran baru, dan melakukan refleksi menggunakan cara berulang
berinovasi menghadirkan pembelajaran, mengeksplorasi untuk melakukan pembelajaran
pembelajaran yang memantik referensi pengajaran baru, dan dan tidak nampak adanya
mencetuskan inovasi baru. proses reflektif.

2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84

E=MC2

18 © 2022 Pusat

Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek


d.2.1 pengetahuan dan keterampilan mengajar.
Belajar tentang pembelajaran

Aktivitas belajar yang bertujuan meningkatkan


d.2.2 MEMBUDAYA
Refleksi Proses refleksi telah secara rutin dan konsisten,
atas praktik mengajar ditindaklanjuti dengan pencarian sumber belajar baik
dari buku, diskusi, praktik baik orang lain, maupun
Tingkat refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh berbagai sumber belajar lainnya untuk peningkatan
guru khusus penilaian refleksi atas praktik kualitas dan pengembangan inovasi.
mengajar.
AKTIF
Proses refleksi untuk peningkatan kualitas yang
dilakukan, tidak terbatas ketika terjadi permasalahan,
namun belum dilakukan secara rutin dan konsisten.
d.2.3
Penerapan PASIF
praktik inovatif Proses refleksi dilakukan hanya ketika menghadapi
permasalahan dalam proses pembelajaran.
Tingkat refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh Peningkatan kualitas melalui proses refleksi belum
guru dilakukan secara konsisten.
khusus penilaian penerapan
praktif inovatif.
MEMBUDAYA MEMBUDAYA
Guru sudah aktif mencari referensi pengajaran melalui Guru terbiasa mencari cara, sumber, dan strategi
buku, seminar, diskusi, praktik baik guru lain, dll untuk pengajaran baru dalam rangka melakukan inovasi
meningkatkan kualitas pengajaran. pembelajaran untuk meningkatkan ketertarikan,
keterlibatan, dan pemahaman murid terhadap materi
AKTIF pembelajaran.
Guru belum secara intensif mencari referensi
pengajaran melalui buku, seminar, diskusi, praktik AKTIF
baik guru lain, dll untuk meningkatkan kualitas Guru mulai aktif mencari cara, sumber, dan strategi
pengajaran, sehingga masih perlu ditingkatkan pengajaran baru dalam rangka melakukan inovasi
intensitasnya. pembelajaran untuk meningkatkan ketertarikan,
keterlibatan, dan pemahaman murid terhadap materi
PASIF pembelajaran.
Guru pasif mencari referensi pengajaran melalui buku,
seminar, diskusi, praktik baik guru lain, dll untuk PASIF
meningkatkan kualitas pengajaran, sehingga perlu Guru pasif mencari cara, sumber, dan strategi
pendampingan dalam mengaktifkan semangat belajar pengajaran baru dalam rangka melakukan inovasi
guru. pembelajaran untuk meningkatkan ketertarikan,
keterlibatan, dan pemahaman murid terhadap materi
pembelajaran.

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 19

D.3 KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL


Tingkat kepemimpinan instruksional sekolah yang
mendukung perbaikan kualitas pembelajaran.

BERDAMPAK TERARAH TERBATAS


Kepemimpinan instruksional yang Kepemimpinan instruksional RENTANG NILAI
visioner dengan mengacu pada visi- mengarah pada visi-misi sekolah Kepemimpinan
misi sekolah secara konsisten sehingga mendorong sebagian instruksional belum
termasuk mengkomunikasikan visi- perencanaan, praktik dan mengacu pada visi misi
misi kepada warga sekolah sehingga asesmen sekolah, belum mendorong
perencanaan, praktik dan asesmen pembelajaran mulai perencanaan, praktik dan
pembelajaran berorientasi mengarah pada orientasi asesmen pembelajaran yang
peningkatan hasil belajar murid peningkatan hasil belajar berorientasi pada peningkatan
melalui dukungan program, sistem murid dengan adanya hasil
insentif atau sumber daya yang program, sistem insentif atau belajar murid dan belum
memadai yang berdampak pada sumber daya yang mulai mengembangkan program,
membudayanya guru melakukan mendukung guru melakukan sistem insentif dan sumber
refleksi dan perbaikan refleksi dan perbaikan daya yang mendukung guru
pembelajaran. pembelajaran. melakukan refleksi dan
perbaikan pembelajaran.

2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84

20 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek


d.3.1 pengembangan kurikulum
Visi-misi sekolah dengan berorientasi
sekolah pada
peningkatan hasil belajar
Penyampaian dan penerapan visi-misi sekolah yang
murid.
berpusat pada perbaikan pembelajaran.

d.3.3
Dukungan untuk refleksi guru

Program, sistem insentif, dan


d.3.2 sumberdaya
Pengelolaan kurikulum
yang
sekolah
mendukung
Mengelola refleksi guru
dan perbaikan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran, praktik pembelajaran, dan
TEREALISASI praktik asesmen di satuan pendidikan berorientasi
Visi-misi sekolah menjadi acuan dalam perencanaan pada peningkatan hasil belajar murid.
dan pelaksanaan program kerja sekolah serta
dikomunikasikan kepada warga sekolah yang dipantau DISORIENTASI
kemajuan realiasisasi mewujudkan visi-misi sekolah Perencanaan pembelajaran, praktik pembelajaran, dan
menggunakan data. praktik asesmen di satuan pendidikan belum
berorientasi pada peningkatan hasil belajar murid.
TERARAH
Visi-misi sekolah menjadi acuan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi program kerja sekolah serta
dikomunikasikan kepada warga sekolah.

SIMBOLIS TERSTRUKTUR
Visi-misi sekolah tidak menjadi acuan dalam Sekolah sudah memiliki program, sistem insentif, dan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program kerja sumber daya yang telah mendukung guru untuk
sekolah serta tidak dikomunikasikan kepada warga melakukan refleksi dan perbaikan pembelajaran.
sekolah.
TERSEDIA
Sekolah sudah memiliki program, sistem insentif, dan
BERDAMPAK sumber daya yang mulai mendukung guru untuk
Perencanaan pembelajaran, praktik pembelajaran, dan melakukan refleksi dan perbaikan pembelajaran.
praktik asesmen di satuan pendidikan sudah
berorientasi pada peningkatan hasil belajar murid. TERBATAS
Sekolah belum memiliki program, sistem insentif, dan
BERORIENTASI sumber daya yang mendukung guru untuk melakukan
refleksi dan perbaikan pembelajaran.

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 21

D.4 IKLIM KEAMANAN SEKOLAH


Tingkat rasa aman dan kenyamanan murid dari hal rasa aman
disekolah, perundungan, hukuman fisik, pelecehan seksual, dan
aktivitas narkoba di lingkungan sekolah.

AMAN WASPADA RAWAN


Satuan pendidikan memiliki penyalahgunaan narkoba. Satuan Satuan pendidikan mulai
lingkungan sekolah pendidikan dapat mengembangkan iklim
yang aman, terlihat dari mempertahankan kualitas warga keamanan dalam aspek
kesejahteraan psikologis yang sekolah dalam kesejahteraan psikologis,
baik dan rendahnya kasus mencegah dan menangani kasus perundungan, hukuman fisik,
perundungan, hukuman fisik, untuk menciptakan iklim kekerasan seksual, dan
kekerasan seksual, dan keamanan di lingkungan sekolah. penyalahgunaan narkoba di
lingkungan sekolah. Oleh RENTANG NILAI lingkungan sekolah. Oleh karena
karena itu, satuan Satuan pendidikan belum itu, satuan pendidikan harus
pendidikan dapat mendukung terciptanya melakukan intervensi dengan
melanjutkan intervensi iklim keamanan dalam aspek memberikan pengetahuan dan
dengan meningkatkan kesejahteraan psikologis, kapasitas kepala sekolah dan guru
kemampuan mencegah dan perundungan, hukuman untuk mendukung terciptanya iklim
menangani kasus di fisik, kekerasan seksual, dan keamanan di lingkungan sekolah.
lingkungan sekolah. penyalahgunaan narkoba di

2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84 Indikator Rentang Nilai

d.4.1 Peserta didik merasa aman, nyaman, Peserta didik belum merasa aman
Kesejahteraan psikologis dan sejahtera ketika berada di dan nyaman ketika berada di
murid lingkungan sekolah. lingkungan satuan pendidikan.
Tingkat BERKEMBANG 2,26 s.d. 3,00
kesejahteraan murid di sekolah Peserta didik merasa aman dan
terhadap nyaman ketika berada di lingkungan
perasaan 1,85 s.d. 2,25
sekolah pada situasi-situasi tertentu
aman dan saja.
berkehidupan.
MAJU PERLU DIKEMBANGKAN 1,00 s.d. 1,84

22 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek


Indikator Rentang Nilai

d.4.2 antusias dalam menjalani peran dari satuan pendidikan sehingga


Kesejahteraan psikologis guru sebagai seorang pendidik. mereka merasa kurang menikmati
perannya sebagai seorang pendidik.
Tingkat BERKEMBANG
kesejahteraan guru ketika Guru masih belum sepenuhnya 2,26 s.d. 3,00
berada di merasa sebagai bagian dari satuan
lingkungan pendidikan sehingga mereka
sekolah dan saat mengajar. menikmati perannya sebagai
MAJU seorang pendidik hanya pada situasi 1,85 s.d. 2,25
Guru merasa menjadi bagian tak tertentu saja.
terpisahkan dari satuan pendidikan
sehingga mereka sudah sepenuhnya MERINTIS
Guru belum merasa menjadi bagian 1,00 s.d. 1,84

Indikator Rentang Nilai

d.4.3 menyakiti orang lain (secara fisik berulang-ulang.


Perundungan dan psikis) yang dilakukan secara AMAN
sengaja dan Satuan pendidikan aman dari kasus
Perilaku
perundungan. Kepala sekolah dan perundungan. Perlu dilakukan perundungan pada peserta didik.
guru telah memiliki konsepsi yang intervensi pencegahan dan
tepat dan yakin dengan penanganan perundungan pada 2,26 s.d. 3,00
pengetahuan dan kemampuannya peserta didik.
terkait perundungan.
RAWAN
WASPADA Di satuan pendidikan kasus
Di satuan pendidikan masih terjadi perundungan sering terjadi karena 1,85 s.d. 2,25
kasus perundungan meskipun kepala sekolah dan guru masih
kepala sekolah dan guru sudah menilai perundungan sebagai hal
mengenal konsepsi dan cukup yakin yang wajar. Satuan pendidikan
dengan pengetahuan dan harus melakukan intervensi
kemampuannya dalam menangani pencegahan dan penanganan 1,00 s.d. 1,84

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 23


Indikator Rentang Nilai

d.4.4 WASPADA yang wajar. Satuan pendidikan harus


Hukuman fisik Di satuan pendidikan masih terjadi melakukan intervensi pencegahan
kasus hukuman fisik meskipun dan penanganan hukuman fisik
Tingkat aktivitas yang berkaitan kepala sekolah dan guru sudah pada peserta didik.
dengan mengenal konsepsi dan cukup yakin
pemberian dengan pengetahuan dan
hukuman 2,26 s.d. 3,00
kemampuannya menangani
fisik untuk hukuman fisik. Perlu dilakukan
meningkatkan disiplin murid. intervensi pencegahan dan
AMAN penanganan hukuman fisik pada
Satuan pendidikan aman dari kasus peserta didik.
hukuman fisik. Kepala sekolah dan 1,85 s.d. 2,25
guru telah memiliki konsepsi yang RAWAN
tepat dan yakin dengan Di satuan pendidikan kasus
pengetahuan dan kemampuannya hukuman fisik sering terjadi karena
terkait hukuman fisik. kepala sekolah dan guru masih
menilai hukuman fisik sebagai hal 1,00 s.d. 1,84

Indikator Rentang Nilai


d.4.5 WASPADA pengetahuan dan kemampuan
Kekerasan Di satuan pendidikan jarang terjadi tentang pencegahan dan
seksual kasus pelecehan seksual. Kepala penanganan kasus pelecehan
sekolah dan guru sudah memahami seksual.
Tingkat aktivitas yang berkaitan konsep, definisi dan bentuk-bentuk
dengan pelecehan seksual, namun belum
kekerasan 2,26 s.d. 3,00
cukup yakin dengan
seksual kemampuannya dalam mencegah
di satuan dan menangani kasus pelecehan
pendidikan seksual.
dan murid
yang berada pada sekolah tersebut. RAWAN 1,85 s.d. 2,25
AMAN Di satuan pendidikan masih terjadi
Satuan pendidikan aman dari kasus pelecehan seksual. Kepala sekolah
pelecehan seksual. Kepala sekolah dan guru masih perlu memahami
dan guru sudah memahami dan konsep, definisi dan bentuk-bentuk
meyakini konsep, definisi, bentuk, pelecehan seksual. Satuan
cara pencegahan dan kemampuan pendidikan harus mendapat 1,00 s.d. 1,84
penanganan pelecehan seksual. intervensi untuk meningkatkan

24 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek


Indikator Rentang Nilai

d.4.6 guru hanya memahami pengertian SEKOLAH


Narkoba narkoba, namun tidak memahami
contoh penyalahgunaan narkoba. 2,26 s.d. 3,00
Tingkat aktivitas yang berkaitan Perlu dilakukan intervensi
dengan narkoba di satuan pencegahan dan penanganan
pendidikan terkait penyalahgunaan pada
dan murid peserta didik.
yang berada pada sekolah tersebut. 1,85 s.d. 2,25
AMAN RAWAN
Satuan pendidikan aman dari kasus Di satuan pendidikan kasus terkait
penyalahgunaan narkoba. Kepala penyalahgunaan narkoba sering
sekolah dan guru memahami terjadi karena kepala sekolah dan
pengertian narkoba dan contoh guru belum memahami pengertian
penyalahgunaan narkoba. narkoba dan penyalahgunaan 1,00 s.d. 1,84
narkoba. Satuan pendidikan harus
WASPADA melakukan intervensi pencegahan
Di satuan pendidikan masih terjadi dan penanganan terkait
kasus terkait penyalahgunaan penyalahgunaan narkoba pada
narkoba karena kepala sekolah dan peserta didik.
KAWASAN BEBAS
NARKOBA

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan,


BSKAP, Kemendikbudristek 25

D.5

KESENJANGAN IKLIM KEAMANAN


Kesenjangan iklim yang aman secara fisik dan psikologis
berdasarkan kelompok sosial ekonomi status dan kelompok
wilayah.

TIDAK ADA KESENJANGAN ADA KESENJANGAN


KESENJANGAN SANGAT TINGGI

Tidak ada perbedaan indeks Ada kesenjangan indeks iklim RENTANG NILAI
iklim keamanan baik berdasar keamanan baik berdasar Kesenjangan sangat tinggi indeks
kelompok sosial ekonomi kelompok sosial ekonomi iklim keamanan baik berdasar
maupun antar wilayah urban maupun antar wilayah urban kelompok sosial ekonomi maupun
dan rural. dan rural. antar wilayah urban dan rural.

d.5.2 2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84 TIDAK ADA PERBEDAAN

Kesenjangan Iklim Keamanan antar status sosial d.5.3


ekonomi Kesenjangan Iklim Keamanan antar Wilayah
Kesenjangan iklim keamanan antar kelompok sosial Kesenjangan iklim keamanan antar kelompok
ekonomi. willayah.
Tidak ada perbedaan indeks keamanan satuan ADA PERBEDAAN
pendidikan berdasarkan status sosial ekonomi. (Jika positif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah
urban indeks keamanan lebih tinggi daripada satuan
ADA PERBEDAAN pendidikan yang berada di wilayah rural. (Jika Negatif)
Terdapat perbedaan indeks keamanan satuan Satuan pendidikan yang berada di wilayah rural indeks
pendidikan berdasarkan status sosial ekonomi. keamanan lebih tinggi daripada satuan pendidikan
yang berada di wilayah urban.
SANGAT BERBEDA
Terdapat perbedaan indeks keamanan satuan SANGAT BERBEDA
pendidikan yang sangat tinggi berdasarkan status (Jika positif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah
sosial ekonomi. urban indeks keamanan jauh lebih tinggi daripada
satuan pendidikan yang berada di wilayah rural. (Jika
Negatif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah
TIDAK ADA PERBEDAAN
rural indeks keamanan jauh lebih tinggi daripada
Tidak ada perbedaan indeks keamanan antar satuan
satuan pendidikan yang berada di wilayah urban.
pendidikan yang berada di wilayah urban dan wilayah
rural.

26 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek

D.6 IKLIM KESETARAAN GENDER


Dukungan atas kesetaraan hak dan kemampuan laki-laki dan
perempuan dalam menjalankan peran publik.

MEMBUDAYA MERINTIS PERLU PENINGKATAN

Satuan Pendidikan secara aktif Satuan Pendidikan RENTANG NILAI


mensosialisasikan dan mendukung kesetaraan hak-hak Satuan Pendidikan belum
menyuarakan dukungan akan sipil antar kelompok gender. mendukung kesetaraan hak-hak
pentingnya mewujudkan Dukungan tersebut seringkali sipil antar kelompok gender,
kesetaraan hak-hak sipil antar didasari oleh alasan pragmatis dimana keduanya cenderung
kelompok gender dengan dasar dan cenderung bersifat pasif. melihat posisi suatu kelompok
prinsip keadilan. gender lebih tinggi dari kelompok
gender lainnya.

d.6.1 ekonomi.
2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84 MEMBUDAYA Kepala Sekolah dan Guru secara aktif
mensosialisasikan dan menyuarakan dukungan akan
pentingnya mewujudkan kesetaraan hak-hak sipil
antar kelompok gender dengan dasar prinsip keadilan.
Dukungan atas kesetaraan
gender MERINTIS
Kepala Sekolah dan Guru mendukung kesetaraan hak-
hak sipil antar kelompok gender, tetapi dukungan
Kesenjangan iklim keamanan antar kelompok sosial
seringkali didasari oleh alasan pragmatis (misalnya: Kepala Sekolah dan Guru tidak mau mendukung
tidak ingin menyinggung orang lain) dan cenderung kesetaraan hak-hak sipil antar kelompok gender,
bersikap pasif dan individual. dimana keduanya cenderung melihat posisi suatu
kelompok gender lebih tinggi dari kelompok gender
PERLU PENINGKATAN lainnya.

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 27

D.7 KESENJANGAN IKLIM KESETARAAN GENDER


Kesenjangan kesetaraan hak dan kemampuan laki-laki dan
perempuan dalam menjalankan peran publlik berdasarkan
kelompok sosial ekonomi status dan kelompok wilayah.

TIDAK ADA KESENJANGAN ADA KESENJANGAN


KESENJANGAN SANGAT TINGGI

Tidak ada perbedaan indeks iklim Ada kesenjangan indeks iklim RENTANG NILAI
kesetaraan gender baik berdasar kesetaraan gender baik berdasar Kesenjangan sangat tinggi indeks
kelompok sosial ekonomi kelompok sosial ekonomi iklim kesetaraan gender baik
maupun antar wilayah urban dan maupun antar wilayah urban dan berdasar kelompok sosial ekonomi
rural. rural. maupun antar wilayah urban dan
rural.

2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84

d.7.2 Kesenjangan Iklim Kesetaraan gender antar ADA PERBEDAAN


status sosial ekonomi Terdapat perbedaan indeks kesetaraan gender satuan
pendidikan berdasarkan status sosial ekonomi.
Kesenjangan iklim kesetaraan gender antar kelompok
sosial ekonomi. SANGAT BERBEDA
TIDAK ADA PERBEDAAN Terdapat perbedaan indeks kesetaraan gender satuan
Tidak ada perbedaan indeks kesetaraan gender satuan pendidikan yang sangat tinggi berdasarkan status
pendidikan berdasarkan status sosial ekonomi. sosial ekonomi.
28 © 2022 Pusat

Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek


d.7.3 (Jika positif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah
Kesenjangan urban indeks kesetaraan gender lebih tinggi daripada
iklim kesetaraan gender satuan pendidikan yang berada di wilayah rural. (Jika
berdasarkan wilayah
Negatif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah
Kesenjangan rural indeks kesetaraan gender lebih tinggi daripada
satuan pendidikan yang berada di wilayah urban.
iklim kesetaraan gender antar
kelompok SANGAT BERBEDA
willayah. (Jika positif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah
TIDAK ADA PERBEDAAN urban indeks kesetaraan gender jauh lebih tinggi
Tidak ada perbedaan indeks kesetaraan gender antar daripada satuan pendidikan yang berada di wilayah
satuan pendidikan yang berada di wilayah urban dan rural. (Jika Negatif) Satuan pendidikan yang berada di
wilayah rural. wilayah rural indeks kesetaraan gender jauh lebih
ADA PERBEDAAN tinggi daripada satuan pendidikan yang berada di
wilayah urban.

D.8 IKLIM KEBINEKAAN


Iklim kebinekaan menyangkut bagaimana lingkungan sekolah
menyikapi keragaman seperti perbedaan individu, identitas, maupun
latar belakang sosial-budaya dan mengenai komitmen kebangsaan.

MEMBUDAYA MERINTIS PERLU PENINGKATAN

Satuan pendidikan sudah nasionalisme. budaya, dan gender;


mampu menghadirkan suasana Satuan pendidikan mulai memperkuat nasionalisme.
proses pembelajaran yang mengembangkan suasana
menjunjung tinggi toleransi proses pembelajaran yang
RENTANG NILAI
agama/kepercayaan dan budaya; menjunjung tinggi toleransi
mendapatkan pengalaman agama /kepercayaan dan
belajar yang berkualitas; budaya; mendapatkan Satuan pendidikan belum
mendukung kesetaraan agama/ pengalaman belajar yang mampu menghadirkan
kepercayaan, budaya dan berkualitas; mendukung suasana proses pembelajaran
gender, serta memperkuat kesetaraan agama/kepercayaan, yang menjunjung tinggi
toleransi agama/kepercayaan dan berkualitas; mendukung memperkuat nasionalisme.
budaya; mendapatkan kesetaraan agama/kepercayaan,
pengalaman belajar yang budaya, dan gender;

2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 29

Indikator Rentang

Nilai

d.8.1 agama/kepercayaan dan budaya. keragaman agama/kepercayaan dan


Toleransi budaya di sekolah.
agama dan budaya MERINTIS
Satuan pendidikan mengakui 2,26 s.d. 3,00
Sikap adanya keragaman agama/
menerima dan menghargai kepercayaan dan budaya, tetapi
keragaman agama dan budaya di tidak sepenuhnya menerima 1,85 s.d. 2,25
sekolah. keragaman tersebut.
MEMBUDAYA
Satuan pendidikan mengakui, PERLU PENINGKATAN
1,00 s.d. 1,84
menghargai, menerima, mendukung Satuan pendidikan tidak mau
dan merawat keragaman menerima dan menghargai

Indikator Rentang Nilai

d.8.2 untuk mendapatkan pengalaman pengalaman belajar yang


Sikap Inklusif belajar yang berkualitas. berkualitas.

Sikap inklusif murid dan guru di MERINTIS PERLU PENINGKATAN


sekolah. Satuan pendidikan mendukung dan Satuan pendidikan hanya
MEMBUDAYA mengakomodir sebagian peserta mendukung dan mengakomodir
Satuan pendidikan mendukung dan didik untuk mendapatkan peserta didik tertentu untuk
mengakomodir semua peserta didik
mendapatkan pengalaman belajar 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84
yang berkualitas.
2,26 s.d. 3,00

30 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek


Indikator Rentang Nilai

d.8.3 sipil antara kelompok budaya. Mereka berpandangan


Dukungan atas kesetaraan agama/kepercayaan dan budaya bahwa kelompok minoritas agama/
agama dan mayoritas dan minoritas dengan kepercayaan dan budaya
budaya dasar prinsip keadilan. seharusnya menyesuaikan diri
dengan agama/kepercayaan dan
Dukungan MERINTIS budaya mayoritas.
dalam Satuan pendidikan mendukung
kesetaraan hak hak sipil antara kesetaraan hak-hak sipil antara
kelompok kelompok agama/kepercayaan dan 2,26 s.d. 3,00
mayoritas budaya mayoritas dan minoritas.
dan minoritas agama dan Akan tetapi, dukungan tersebut
budaya dari guru dan sering kali didasari alasan pragmatis
pimpinan dan cenderung bersikap pasif.
1,85 s.d. 2,25
sekolah.
MENDUKUNG PERLU PENINGKATAN
Satuan pendidikan secara aktif Satuan pendidikan belum
mensosialisasikan dan mendukung kesetaraan hak-hak sipil
menyuarakan dukungan pentingnya antara kelompok
mewujudkan kesetaraan hak-hak agama/kepercayaan dan kelompok 1,00 s.d. 1,84

Indikator Rentang Nilai

d.8.4 memecat, mendiskriminasi, dan


Komitmen kebangsaan lainnya.

Tingkat
komitmen kebangsaan pimpinan
sekolah.
MEMBUDAYA
Satuan Pendidikan mengetahui
lemahnya komitmen kebangsaan
dan menindak pelanggaran tersebut
dengan cara cara yang demokratis,
seperti bertukar pikiran satu sama
lain.

MERINTIS
Satuan Pendidikan mengetahui
lemahnya komitmen kebangsaan
dan menindak tegas terhadap
pelanggaran tersebut dengan cara
yang tidak demokratis seperti
PERLU PENINGKATAN 2,25 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25
Satuan Pendidikan belum memiliki
kepedulian terhadap lemahnya
komitmen kebangsaan di sekolah.
1,00 s.d. 1,84

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 31

D.9 KESENJANGAN IKLIM KEBINEKAAN


Kesenjangan indeks kebinekaan sekolah berdasarkan kelompok
sosial ekonomi status dan kelompok wilayah.

TIDAK ADA KESENJANGAN ADA KESENJANGAN


KESENJANGAN SANGAT TINGGI

Tidak ada perbedaan indeks iklim Ada kesenjangan indeks iklim RENTANG NILAI
kebinekaan baik berdasar kelompok kebinekaan baik berdasar kelompok Kesenjangan sangat tinggi indeks
sosial ekonomi maupun antar sosial ekonomi maupun antar iklim kebinekaan baik berdasar
wilayah urban dan rural. wilayah urban dan rural. kelompok sosial ekonomi maupun
antar wilayah urban dan rural.

d.9.2 Tidak ada perbedaan indeks iklim kebinekaan satuan


2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84 TIDAK ADA PERBEDAAN pendidikan berdasarkan status sosial ekonomi.

ADA PERBEDAAN
Terdapat perbedaan indeks iklim kebinekaan satuan
Kesenjangan pendidikan berdasarkan status sosial ekonomi.
Iklim Kebinekaan antar status sosial ekonomi
SANGAT BERBEDA
Tingkat komitmen kebangsaan Terdapat perbedaan indeks iklim kebinekaan satuan
pimpinan sekolah. d.9.3 pendidikan yang sangat tinggi berdasarkan status
sosial ekonomi.
TIDAK ADA PERBEDAAN satuan pendidikan yang berada di wilayah rural. (Jika
Kesenjangan iklim Negatif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah
kebinekaan berdasarkan wilayah
rural indeks iklim kebinekaan lebih tinggi daripada
Kesenjangan kebinekaan antar satuan pendidikan yang berada di wilayah urban.
kelompok SANGAT BERBEDA
willayah. (Jika positif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah
Tidak ada perbedaan indeks iklim kebinekaan antar urban indeks iklim kebinekaan jauh lebih tinggi
satuan pendidikan yang berada di wilayah urban dan daripada satuan pendidikan yang berada di wilayah
wilayah rural. rural. (Jika Negatif) Satuan pendidikan yang berada di
wilayah rural indeks iklim kebinekaan jauh lebih tinggi
ADA PERBEDAAN
(Jika positif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah daripada satuan pendidikan yang berada di wilayah
urban indeks iklim kebinekaan lebih tinggi daripada urban.

32 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek

D.10 IKLIM INKLUSIVITAS


Iklim inklusivitas menyangkut bagaimana lingkungan sekolah
menyikapi keragaman seperti perbedaan individu, identitas, maupun
latar belakang sosial-budaya.

AKOMODATIF BERKEMBANG PERLU PENINGKATAN


Satuan pendidikan sudah memiliki pengetahuan, sikap Satuan pendidikan
memiliki pengetahuan, sikap yang tepat, dan kemampuan membutuhkan pengetahuan,
yang tepat, dan kemampuan untuk melaksanakan praktik sikap yang tepat, dan
untuk melaksanakan praktik pembelajaran khusus kemampuan untuk
pembelajaran khusus bagi peserta didik dengan melaksanakan praktik
bagi peserta didik dengan disabilitas. pembelajaran khusus
disabilitas. bagi peserta didik dengan
Satuan pendidikan mulai disabilitas.
RENTANG NILAI

2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84 Indikator Rentang Nilai

d.10.1 kemampuan untuk melaksanakan Satuan pendidikan membutuhkan


Layanan praktik pembelajaran khusus bagi pengetahuan, sikap yang tepat, dan
disabilitas peserta didik dengan disabilitas. kemampuan untuk melaksanakan
praktik pembelajaran khusus bagi
Layanan sekolah yang melingkupi BERKEMBANG peserta didik dengan disabilitas
pengetahuan dan sikap Satuan pendidikan sudah memiliki
tentang pengetahuan, sikap yang tepat, dan 2,26 s.d. 3,00
murid dengan disabilitas. kemampuan untuk melaksanakan
AKOMODATIF praktik pembelajaran khusus bagi
Satuan pendidikan sudah memiliki peserta didik dengan disabilitas.
pengetahuan, sikap yang tepat, dan 1,85 s.d. 2,25
PERLU PENINGKATAN
1,00 s.d. 1,84

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 33

Indikator Rentang Nilai


d.10.2 praktik pembelajaran khusus bagi praktik pembelajaran khusus bagi
Layanan peserta didik dengan kecerdasan peserta didik dengan kecerdasan
sekolah untuk murid cerdas dan dan bakat istimewa. dan bakat istimewa.
bakat
istimewa BERKEMBANG
Satuan pendidikan mulai memiliki 2,26 s.d. 3,00
Layanan
pengetahuan, sikap yang tepat, dan
sekolah yang melingkupi
kemampuan untuk melaksanakan
pengetahuan dan sikap
praktik pembelajaran khusus bagi
tentang murid cerdas dan peserta didik dengan kecerdasan
berbakat 1,85 s.d. 2,25
dan bakat istimewa.
istimewa.
AKOMODATIF PERLU PENINGKATAN
Satuan pendidikan sudah memiliki Satuan pendidikan membutuhkan
pengetahuan, sikap yang tepat, dan pengetahuan, sikap yang tepat, dan
1,00 s.d. 1,84
kemampuan untuk melaksanakan kemampuan untuk melaksanakan

Indikator Rentang Nilai

d.10.3 Sikap Terhadap Disabilitas Sikap guru


terhadap MENGAKUI berteman dengan murid disabilitas.
disabilitas Murid mulai menerima keberadaan,
2,26 s.d. 3,00
tentang aspek afektif, kognitif, dan namun masih ragu untuk berteman
perilaku. akrab dengan murid disabilitas.
MENERIMA 1,85 s.d. 2,25
Murid sudah menerima keberadaan MENOLAK
murid disabilitas, sehingga merasa Murid belum memiliki pandangan
yang positif, sehingga merasa tidak
nyaman dan bisa berteman akrab.
nyaman dan menolak untuk 1,00 s.d. 1,84

34 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek

D.11 KESENJANGAN IKLIM INKLUSIVITAS


Kesenjangan iklim inklusivitas sekolah berdasarkan kelompok sosial
ekonomi status dan kelompok wilayah.

TIDAK ADA KESENJANGAN ADA KESENJANGAN


KESENJANGAN SANGAT TINGGI

Tidak ada perbedaan indeks iklim Ada kesenjangan indeks iklim RENTANG NILAI
inklusivitas baik berdasar kelompok inklusivitas baik berdasar kelompok Kesenjangan sangat tinggi indeks
sosial ekonomi maupun antar sosial ekonomi maupun antar iklim inklusivitas baik berdasar
wilayah urban dan rural. wilayah urban dan rural. kelompok sosial ekonomi maupun
antar wilayah urban dan rural.

d.11.2 2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84 TIDAK ADA PERBEDAAN

Kesenjangan Iklim ADA PERBEDAAN


Inklusivitas Terdapat perbedaan indeks iklim inklusivitas satuan
antar status sosial ekonomi pendidikan berdasarkan status sosial ekonomi.
Kesenjangan inklusivitas antar kelompok sosial. SANGAT BERBEDA
Terdapat perbedaan indeks iklim inklusivitas satuan
pendidikan yang sangat tinggi berdasarkan status
sosial ekonomi.
d.11.3
Kesenjangan iklim
Inklusivitas TIDAK ADA PERBEDAAN
berdasarkan wilayah
Tidak ada perbedaan indeks iklim inklusivitas antar
satuan pendidikan yang berada di wilayah urban dan
Kesenjangan inklusivitas
wilayah rural.
antar kelompok willayah.
Tidak ada perbedaan indeks iklim inklusivitas satuan ADA PERBEDAAN
pendidikan berdasarkan status sosial ekonomi. (Jika positif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah
urban indeks iklim inklusivitas lebih tinggi daripada (Jika positif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah
satuan pendidikan yang berada di wilayah rural. (Jika urban indeks iklim inklusivitas jauh lebih tinggi
Negatif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah daripada satuan pendidikan yang berada di wilayah
rural indeks iklim inklusivitas lebih tinggi daripada rural. (Jika Negatif) Satuan pendidikan yang berada di
satuan pendidikan yang berada di wilayah urban. wilayah rural indeks iklim inklusivitas jauh lebih tinggi
daripada satuan pendidikan yang berada di wilayah
SANGAT BERBEDA urban.

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 35

D.14 KESENJANGAN FASILITAS LITERASI


SATUAN PENDIDIKAN
Nilai kesenjanagan fasilitas satuan pendidikan berdasarkan kelompok
sosial ekonomi status dan kelompok wilayah.

TIDAK ADA KESENJANGAN ADA KESENJANGAN


KESENJANGAN SANGAT TINGGI

Tidak ada perbedaan fasilitas fasilitas literasi satuan RENTANG NILAI


literasi satuan pendidikan baik pendidikan baik berdasar Kesenjangan sangat tinggi fasilitas
berdasar kelompok sosial kelompok sosial ekonomi literasi satuan pendidikan baik
ekonomi maupun antar wilayah maupun antar wilayah urban berdasar kelompok sosial ekonomi
urban dan rural. dan rural. maupun antar wilayah urban dan
Ada kesenjangan rural.

2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84


36 © 2022
Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek
d.14.2 Terdapat perbedaan fasilitas pembelajaran literasi
Kesenjangan satuan pendidikan yang sangat tinggi berdasarkan
fasilitas literasi antar status sosial ekonomi status sosial ekonomi.
Kesenjangan
kepemilikan buku dan akses lain
yang berkaitan
dengan literasi
murid (baca, hitung, dll) berdasarkan kelompok TIDAK ADA PERBEDAAN
ekonomi. Tidak ada perbedaan fasilitas pembelajaran literasi
antar satuan pendidikan yang berada di wilayah urban
dan wilayah rural.
d.14.3
Kesenjangan ADA PERBEDAAN
fasilitas literasi satuan pendidikan berdasarkan (Jika positif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah
wilayah urban fasilitas pembelajaran literasi lebih tinggi
daripada satuan pendidikan yang berada di wilayah
Tingkat kesenjangan kepemilikan buku dan akses lain rural. (Jika Negatif) Satuan pendidikan yang berada di
yang berkaitan wilayah rural fasilitas pembelajaran literasi lebih tinggi
dengan literasi daripada satuan pendidikan yang berada di wilayah
murid (baca, hitung, dll) berdasarkan kelompok urban.
wilayah.
TIDAK ADA PERBEDAAN SANGAT BERBEDA
Tidak ada perbedaan fasilitas pembelajaran literasi (Jika positif) Satuan pendidikan yang berada di wilayah
satuan pendidikan berdasarkan status sosial ekonomi. urban fasilitas pembelajaran literasi jauh lebih tinggi
daripada satuan pendidikan yang berada di wilayah
ADA PERBEDAAN rural. (Jika Negatif) Satuan pendidikan yang berada di
Terdapat perbedaan fasilitas pembelajaran literasi wilayah rural fasilitas pembelajaran literasi jauh lebih
satuan pendidikan berdasarkan status sosial ekonomi. tinggi daripada satuan pendidikan yang berada di

SANGAT BERBEDA wilayah urban.


© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 37

E.1 PENGELOLAAN SEKOLAH YANG PARTISIPATIF,


TRANSPARAN, DAN AKUNTABEL
Partisipasi warga sekolah.
Tingkat partisipasi orang tua dan peserta didik dalam pengelolaan sekolah.

38 © 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek


INKLUSIF SELEKTIF
RESTRIKTIF
Satuan pendidikan telah orang tua dan murid dalam RENTANG NILAI
melibatkan orang tua dan murid beberapa kegiatan di satuan Satuan pendidikan sangat
baik dalam kegiatan akademik pendidikan khususnya berupa terbatas melibatkan orang tua
maupun non akademik secara kegiatan akademik dan atau non- dan murid dalam berbagai
keseluruhan di satuan pendidikan. akademik. kegiatan di satuan pendidikan.
Satuan pendidikan melibatkan

2,26 s.d. 3,00 1,85 s.d. 2,25 1,00 s.d. 1,84

E.1.1
INKLUSIF
Partisipasi Satuan pendidikan melibatkan orang tua dalam
orang tua beberapa kegiatan di satuan pendidikan khususnya
berupa kegiatan akademik dan atau non-akademik.
Tingkat
keterlibatan RESTRIKTIF
orang tua Satuan pendidikan masih sangat terbatas melibatkan
dalam proses perencanaan, pengembangan, dan orang tua dalam berbagai kegiatan di satuan
pelaksanaan aktivitas di pendidikan.
sekolah.

E.1.2
Partisipasi murid INKLUSIF
Satuan pendidikan melibatkan peserta didik baik
Tingkat dalam kegiatan akademik maupun non-akademik di
keterlibatan satuan pendidikan.
murid dalam
SELEKTIF
proses
Satuan pendidikan melibatkan peserta didik dalam
perencanaan, pengembangan, dan pelaksanaan
beberapa kegiatan di satuan pendidikan khususnya
aktivitas di
berupa kegiatan akademik dan atau non akademik.
sekolah.
Satuan pendidikan melibatkan orang tua baik dalam RESTRIKTIF
kegiatan akademik maupun non-akademik secara Satuan pendidikan masih sangat terbatas melibatkan
keseluruhan di satuan pendidikan. peserta didik dalam berbagai kegiatan di satuan
pendidikan.
SELEKTIF

© 2022 Pusat Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek 39


KEMENTERIAN PENDIDIKAN,
KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA

Kemdikbud.RI Kemdikbud_RI Kemdikbud.ri KEMDIKBUD RI kemdikbud ri

Anda mungkin juga menyukai