Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

SURVEI KADASTRAL
Topik: Survei Pendahuluan Pemetaan Bidang Kadastral
Minggu ke-2

Disusun oleh :

Sheehan Dava Maulana (20/456169/TK/50299)


Fairus Naveel Mubarok (20/460249/TK/50838)
Mayla Tasya Nabila (20/460261/TK/50850)
Syahrastania Qibti Ertono (20/460279/TK/50868)
Cintia Lirifa Asmarani (20/463305/TK/51297)
Kelompok 3
Kelas B

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEODESI


DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
Pembagian Tugas

No Nama Deskripsi Persentase

1 Sheehan Dava Maulana Menyusun laporan praktikum dan 20%


peta.
(20/456169/TK/50299)

2 Fairus Naveel Mubarok Menyusun laporan praktikum, 20%


merencanakan posisi titik perapatan,
(20/460249/TK/50838)
dan pembagian bidang.

3 Mayla Tasya Nabila Menyusun laporan praktikum, 20%


membuat peta, merencanakan posisi
(20/460261/TK/50850)
titik perapatan, dan pembagian
bidang.

4 Syahrastania Qibti Ertono Menyusun laporan praktikum, 20%


membuat peta, merencanakan posisi
(20/460279/TK/50868)
titik perapatan, dan pembagian
bidang.

5 Cintia Lirifa Asmarani Menyusun laporan praktikum, 20%


membuat peta, merencanakan posisi
(20/463305/TK/51297)
titik perapatan, dan pembagian
bidang.
A. Mata Acara Praktikum
Survei Pendahuluan Pembuatan Peta Kadastral
B. Tujuan Praktikum
Tujuan diadakannya praktikum pada kesempatan ini yaitu agar
1. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pengukuran pembuatan peta bidang
tanah.
2. Mahasiswa mampu merencanakan titik-titik perapatan untuk keperluan
pengukuran peta bidang tanah.
3. Mahasiswa mampu mengetahui metode yang akan digunakan untuk pengukuran
berikutnya.

C. Lokasi dan Waktu Pengerjaan


Lokasi dan waktu pengerjaan sebagai berikut:
Hari : Selasa
Tanggal : 23 Agustus 2022
Jam : 09.50 - 12.20 WIB
Tempat : Departemen Teknik Mesin dan Informatika

D. Alat dan Bahan


Praktikum pada minggu ini akan menggunakan alat serta bahan sebagai berikut:
1. Alat
a. Alat tulis
b. Laptop & iPad
c. Software ArcMap
d. Software Google Earth Pro
e. Paku
f. Payung
2. Bahan
a. Data jumlah dan distribusi titik dasar teknik orde 4 yang telah diketahui
koordinatnya
b. Peta bidang lokasi yang akan diukur
c. Peta pembagian bidang tanah
d. Rencana titik perapatan

E. Landasan Teori
Titik dasar teknik adalah sebuah titik yang tercantum pada peta dasar teknik dan
mempunyai koordinat yang didapatkan dari proses pengukuran dan pengolahan data
dalam suatu sistem tertentu. Fungsi dari titik dasar teknik yaitu sebagai titik kontrol atau
titik ikat yang bermanfaat bagi pengukuran dan rekonstruksi batas (Pasal 1 (13) PP No.
24/1997). Titik dasar teknik memiliki koordinat yang diperoleh dari suatu pengukuran
dan perhitungan dengan sistem dan teknik tertentu.
TDT terbagi sesuai dengan klasifikasinya berdasarkan orde. Orde merupakan
tingkatan titik dasar teknik yang mengacu pada kerapatan dan ketelitian. Terdapat 5
(lima) orde yaitu orde 0, 1, 2, 3, dan 4 (Pasal 1 (1) Peraturan Menteri Agraria / Kepala
BPN No. 3/1997). Selain itu, juga ada titik dasar teknik perapatan. Pemasangan Titik
Dasar Teknik orde 0 dan 1 dilakukan oleh Bakosurtanal sedangkan orde 2, 3, 4 dan Titik
Dasar teknik perapatan dilakukan oleh BPN. Berdasarkan pemasangannya, Titik Dasar
Teknik dibedakan atas 2 bagian yaitu sebagai perapatan dan sebagai pengikatan. Titik
Dasar Teknik yang berfungsi sebagai pengikatan berarti bahwa setiap bidang tanah dalam
pendaftaran tanah sistematik atau sporadik harus dikuatkan kepada titik dasar teknik
tersebut. Sedangkan Titik Dasar Teknik yang berfungsi sebagai perapatan berarti
pemasangan Titik Dasar Teknik dapat merapatkan titik dasar teknik yang telah ada dan
tersebar di suatu wilayah.
Titik dasar teknik orde 3 didapatkan dengan mengikatkan pada TDT orde 4
dengan persebaran kerapatan ± 1-2 kilometer. TDT orde 3 sendiri terdiri 7 digit (2 digit
kode provinsi, 2 digit kode kota/kabupaten, & 3 digit nomor urut TDT. Titik dasar teknik
orde 3 dibuat dengan beton cor dari campuran semen, pasir dan kerikil dengan
perbandingan 1 : 2 : 3 berkerangka besi ukuran (30×30×60) cm, dan berdiri di atas beton
dasar dengan ukuran 0,40 m x 0,40 m dan tinggi 0,20 m yang diberi warna biru dengan
dilengkapi dengan logam yang berbentuk tablet yang berisi sekurang-kurangnya nomor
titik dasar teknik tersebut.
Pengadaan titik perapatan dilakukan jika titik BM (titik ikat tidak mencukupi
seluruh lokasi yang akan dipetakan. Fungsi perapatan adalah sebagai titik-titik bantu agar
optimal dalam pengukuran. Dalam pengukuran terdapat metode yang digunakan yaitu
metode poligon dengan pengadaan jaring titik kontrol untuk orde 4 adalah menggunakan
Poligon menggunakan ETS atau survei GPS.
Tabel 1. Spesifikasi teknis untuk poligon terbuka terikat sempurna

Spesifikasi Teknis Orde - 4 (Poligon)

Selisih bacaan B dan LB dalam ≤ 10 "


pengukuran sudut

Jumlah seri pengamatan suatu sudut 2 Seri


(minimum)

Selisih ukuran sudut antar sesi ≤5"

Pengecekan kesalahan kolimasi Sebelum pengamatan

Jumlah pembacaan untuk satu ukuran 5 kali


jarak (minimum)

Sudut jurusan (minimal) Di awal dan akhir jaringan

Teknik Pengadaan sudut jurusan Pengamatan matahari atau dari 2 titik GPS

Metode pengolahan data Hitung perataan kuadrat terkecil metode


parameter atau metode bowditch

Salah penutup sudut ≤ 10√𝑛, dimana n adalah jumlah titik


poligon

Salah penutup linear jarak ≤ 1/6000

1
Kesalahan Linear : 2 2 0,5
(((Σ𝑓𝑥 ) + (Σ𝑓𝑦 )) ))/Σ𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘)

Pengukuran perapatan titik dasar teknik dilakukan dengan cara Poligon Terbuka
Terikat Sempurna (PTTS) yang terikat pada dua titik yang saling terlihat pada awal
jaringan dan dua titik yang saling terlihat pada akhir jaringan. Poligon terbuka terikat
sempurna merupakan poligon yang memiliki titik awal dan akhir berbeda. Kesalahan
sudut serta kesalahan jarak dapat dikontrol dengan diketahuinya azimuth awal dan
koordinat awal serta azimuth akhir dan koordinat akhir. Apabila semakin jauh dari titik
ikat, kesalahan dalam pengukuran jarak dan sudut akan semakin besar. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, perlu ditambahkan kontrol koordinat dan azimuth di akhir
poligon. Tingkat ketelitian poligon terbuka terikat sempurna diukur dari besarnya
kesalahan penutup sudut dan jarak.
Tabel 2. Kelas ketelitian poligon

Kelas ketelitian I II III IV


poligon

Kesalahan 2”√N 10”√N 30”√N 60”√N


penutup sudut

Koreksi 1” 2” 3” 6”
maksimum
persudut

Ketelitian 1:35.000 1:10.000 1:5.000 1:2.000


penutup jarak

Gambar 1. Ilustrasi poligon terbuka terikat sempurna


Metode pengukuran yang digunakan sama seperti poligon tertutup yaitu
pengukuran dua seri rangkap, pengukuran repetisi dan pengukuran reiterasi. Toleransi
kesalahan sudut yaitu k√2, ketika ada salah satu sudut saja yang terdapat selisih atau
tidak masuk toleransi maka wajib untuk pengukuran ulang pada titik tersebut. Sedangkan,
untuk pengukuran jarak tentunya terdapat pengukuran jarak datar dan jarak miring dan
dilakukan pergi-pulang. Pengukuran jarak mempunyai toleransi kesalahan dari 1/3000 s.d
1/5000. Dengan rumus:
Perhitungan KKH PTTS ada beberapa yang sama dengan perhitungan poligon
tertutup, dan ada juga yang berbeda. Untuk pengukuran KKH PTTS, perlu diketahui
koordinat awal dan koordinat akhir untuk menentukan azimuth awal dan azimuth akhir.
Dengan rumus:

Azimuth tiap sisi poligon :

𝛼𝑛𝑛+1 = 𝛼𝑛−1𝑛−180°+𝛽𝑛

Σ𝛽 = 𝛼𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝛼𝑎𝑤𝑎𝑙+(𝑛−1)×180°

𝛼𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝛼𝐴𝑃 =𝑎𝑟𝑐𝑡𝑔

𝛼𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 𝛼𝐵𝑄 =𝑎𝑟𝑐𝑡𝑔

Kesalahan penutup sudut

Σ𝛽 = 𝛼𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝛼𝑎𝑤𝑎𝑙+(𝑛−1)×180° à = 2*k, k (ketelitian alat) dan n (jumlah sudut

diukur), kemudian dikoreksikan setiap sudut

Koreksi sudut : =

Syarat sisi poligon memenui persamaan :

X akhir – X awal = XB - XA

Y akhir – Y awal = Y B - Y A

koreksi kesalahan penutup absis (fx) dan ordinat (fy) serta kesalahan linear fl
(kesalahan penutup sisi)

Δ𝑥𝑖= ×𝑓𝑥

Δy𝑖= ×𝑓y

Toleransi kesalahan penutup sisi, apabila toleransi 1 : 3500


Metode pengukuran bidang tanah dengan cara terestrial adalah pengukuran secara
langsung di lapangan dengan cara mengambil data berupa ukuran sudut dan / atau jarak.
Pada prinsipnya yang dimaksudkan disini adalah sudut dan jarak pada bidang datar, jadi
apabila ada hal akibat dari keadaan lapangan yang akan mempengaruhi pelaksanaan
untuk mendapatkan ukuran dalam bidang datar, dikerjakan dengan teknik-teknik
pengambilan data yang benar. Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dengan cara
terestrial dapat dilakukan menggunakan beberapa metoda pengukuran, tergantung dari
metoda mana yang paling praktis digunakan dikaitkan dengan keadaan lapangan yang
dihadapi dan juga keperluan data ukur yang harus diperoleh. Metode-metode yang
digunakan adalah metode Trilaterasi sederhana menggunakan meteran dan metode
Theodolit/ETS.
Cara trilaterasi sederhana pada prinsipnya mengikatkan titik-titik detail dari dua
titik tetap sehingga bidang tanah dapat digambarkan dengan baik dan benar. Pada gambar
dibawah ini, jarak yang diukur adalah jarak-jarak Aa, Ab, Ac, Ad; Ba, Bb, Bc, Bd.
Dengan demikian titik a, b, c, dan d dapat digambarkan.

Gambar 2. Pengukuran dengan cara trilaterasi


Selain itu, terdapat cara dengan menggunakan Theodolit/ETS (Elektronik Total
Station) yang pada prinsipnya dari data TDT yang diketahui koordinatnya diukur
sudut-sudut dan jarak ke titik sudut bidang tanah. Sehingga dari titik acuan data titik dan
sudut dapat dihitung koordinat abcd. Data titik dan sudut diukur dua kali untuk
mendapatkan ukuran yang lebih tepat serta untuk mengeliminasi kesalahan.
Gambar 3. Pengukuran dengan cara trilaterasi
F. Langkah Pengerjaan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Inventarisasi data dari peta yang telah ada sebelumnya
Inventarisasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang sebelumnya
sudah tersedia, seperti jumlah dan distribusi titik dasar teknik orde 4 yang telah
ada. Pelaksanaan inventarisasi dimulai dengan mengumpulkan peta topografi atau
peta rupa bumi yang menampilkan lokasi praktikum, lalu informasi mengenai titik
dasar teknik orde 4 yang ada dicatat dan disimpan sebagai bahan untuk
pengukuran dan pengolahan data.
2. Perencanaan
Karena di lapangan sudah terdapat Titik dasar Teknik yang berguna untuk
pengikatan, selanjutnya menentukan rencana titik dasar teknik yang terdekat dari
bidang tanah sebagai pengikatan, dipilih 2 titik yang menjangkau semua bidang.
Tetapi pada kenyataan di lapangan titik yang terdekat dan yang paling efektif
menggunakan BM 19 dan BM20
3. Survei pendahuluan
Berguna untuk memastikan lokasi pemasangan titik dasar teknik sesuai
dengan perencanaan yang telah dilakukan dengan melihat kondisi nyata di
lapangan, selain itu survei pendahuluan juga melakukan perencanaan berapa titik
yang akan digunakan untuk menjangkau semua bidang, memastikan semua titik
yang direncanakan terlihat dari titik sebelum dan sesudah, mengecek sudut-sudut
yang terbentuk tidak terlalu tumpul atau lancip, memastikan jarak antar titik
memiliki ukuran yang sama. Sehingga dengan adanya survei pendahuluan ini
mendapatkan hasil sebagai berikut :
a. Titik Dasar Teknik yang telah tersedia di lapangan
b. Posisi titik perapatan pada lapangan
c. Kerangka PTTS untuk mengukur koordinat titik-titik pera dengan
ujung-ujungnya terikat pada TDT orde 4
4. Merencanakan metode pengukuran PTTS dan pengukuran bidang tanah yang
sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.
5. Membuat timeline pekerjaan yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan
hingga mendapatkan peta bidang kadastral.
G. Hasil dan Pembahasan
Pada praktikum minggu ini, dilakukan survei pendahuluan di lokasi pengukuran,
yaitu Departemen Teknik Mesin dan Industri. Dari praktikum yang telah dilakukan,
didapatkan hasil berupa posisi titik-titik perapatan dan peta pembagian bidang tanah.
Untuk titik perapatan pada lokasi pengukuran didapatkan 7 buah titik. Titik perapatan
saling dihubungkan satu sama lainnya sehingga membentuk PTTS yang pada setiap
ujungnya terikat pada Titik Dasar Teknik (TDT) orde 4 terdekat yaitu titik BM20 dan
BM19. Koordinat dari titik perapatan didapatkan menggunakan Total Station dengan
metode Bowditch PTTS.
PTTS diawali dan diakhiri dengan titik BM yang berbeda, yaitu BM19 dan
BM20. Titik-titik BM yang ada merupakan titik BM terdekat dengan lokasi pengukuran,
mudah dijangkau, serta efektif dalam pengukuran tiap-tiap bidang tanah. Berikut
merupakan koordinat dari titik-titik BM yang digunakan:
Tabel 3. Koordinat titik BM

Titik Koordinat Kartesi 3D (m) Simpangan Baku (m)

X Y Z X Y Z

BM19 -2200132, 5924869, -8562201, 0,029 0,013 0,041


49 02 758

BM20 -2200081, 5924887, -856209,8 0,321 0,744 0,437


346 155
Dalam pengukuran titik perapatan menggunakan metode poligon terikat dengan
metode pengukuran sudut dan jarak menggunakan TS dengan cara:
1. Mendirikan alat di titik perapatan 1 kemudian pasang reflektor pada backsight
(BM19) dan foresight (tititk perapatan 2). Kemudian baca ukuran biasa ke
backsight dan foresight, sudut dalam bacaan horizontal bisa dicari dengan ukuran
ke muka-ke belakang
2. Selanjutnya pengukuran luar biasa muka kemudian belakang, lalu hitung sudut
dalam. Kemudian diulangi lagi hingga 2 seri rangkap.
3. Mengecek bacaan biasa di titik BM19 < 10” bacaan luar biasa di titik belakang
Bacaan luar biasa di titik (titik perapatan 2) < 10” bacaan luar biasa di titik (titik
perapatan 2)
4. Begitu seterusnya hingga semua titik terukur kemudian dilakukan perhitungan
bowditch untuk mendapatkan koordinat tiap titik perapatan. Kemudian dari titik
yang sudah diketahui koordinatnya digunakan untuk mengukur bidang tanah yang
sudah terbagi.

Gambar 4. Sketsa titik perapatan pada lapangan


Pada lokasi pengukuran kemudian membagi bidang tanah menjadi 5 bidang yang
setiap bidang tanahnya memiliki bentuk dan luasan yang berbeda-beda. Berikut
penjelasan mengenai masing-masing bidang tanah yang akan diukur.
Bidang tanah I
Area ini merupakan pekarangan yang terdapat di bagian utara lokasi pengukuran.
Medan area ini termasuk cukup menantang karena merupakan lahan semacam
pekarangan yang ditumbuhi pohon dan semak-semak. Selain itu, kondisi tanah stabil
untuk dilakukan pemasangan alat. Untuk bidang tanah ini, diukur dengan bantuan Total
Station dan titik perapatan sebagai titik bantu dengan menggunakan titik perapatan nomor
3 (sebagai foresight) dan 4.
Bidang tanah II
Area ini merupakan bidang yang berada di bagian atas dan terdapat bangunan di
tengahnya. Oleh karena itu, diperlukan titik perapatan yang harus dipasang dalam bidang
tersebut. Akan tetapi, kondisi tanah pada bidang tersebut cukup stabil. Untuk bidang
tanah ini, diukur dengan bantuan Total Station dan titik perapatan sebagai titik bantu
dengan menggunakan titik perapatan nomor 5 (sebagai foresight) dan 6.
Bidang tanah III
Bidang ini dibuat dengan mengikuti bentuk bangunan yang ada di tengahnya.
Kondisi tanah pada bidang ini stabil sehingga dinilai mudah untuk dilakukan pengukuran.
Permasalahan dalam pengukuran yang mungkin terjadi adalah titik terhalang oleh
bangunan di tengahnya ataupun di sekeliling bidang. Untuk bidang tanah ini, diukur
dengan bantuan Total Station dan titik perapatan sebagai titik bantu dengan menggunakan
titik perapatan nomor 3 (sebagai foresight) dan 4.
Bidang Tanah IV
Pada area ini terdapat bangunan, dan juga bentuk dari bidang ini sedikit
melengkung sehingga diperlukan pengukuran titik batas yang lebih banyak dibandingkan
bidang lainnya. Bangunan yang berada di tengah bidang tersebut kemungkinan menjadi
penghalang dalam proses pengukuran karena titik-titik batas bisa jadi terhalang oleh
bangunan di tengah bidang tersebut. Untuk bidang tanah ini, diukur dengan bantuan Total
Station dan titik perapatan sebagai titik bantu dengan menggunakan titik perapatan nomor
3 (sebagai foresight) dan 4.
Bidang Tanah V
Bidang ini merupakan area parkir mobil. Kondisi tanah ini stabil dan dinilai
mudah untuk dilakukan pengukuran. Namun, proses pengukuran kemungkinan akan
terhalang oleh mobil-mobil yang parkir sehingga titik-titik tidak dapat dilihat melalui TS.
Oleh karena itu, bidang ini dinilai lebih tepat apabila diukur menggunakan meteran
dengan metode trilaterasi sederhana yang diikatkan pada titik perapatan nomor 3 dan 4.

Gambar 5. Sketsa pembagian bidang tanah

Gambar 6. Tugu Titik Dasar Teknik


Tugu TDT yang disediakan adalah tugu TDT orde 4 yang telah ada sebelumnya
yaitu BM19 dan BM20.
Jangka waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan ini yaitu selama 6
minggu, terdiri dari 6 hari eksekusi di lapangan dan 36 hari pengolahan dan pembuatan
laporan. Berikut timeline pemetaan bidang tanah di Departemen Teknik Mesin dan
Industri.
Tabel 4. Timeline Pengukuran Bidang Tanah

Uraian Agustus - September


No Keterangan
Kegiatan 24 31 7 14 21 28
1 Tahap Awal
Mengumpulkan data yang sudah ada seperti
koordinat distribusi titik orde 4 dan info
pembagian lokasi pemetaan, melihat lokasi
Inventarisasi praktikum dengan citra (Google earth)
Menentukan rancangan titik dasar teknik 2
yang terdekat dari bidang tanah sebagai
pengikatan dan dapat mengjangkau semua
Perencanaan area
Memastikan kondisi nyata TDT & perapatan
sesuai perencanaan, terlihat sebelum sesudah,
Survei memastikan jarak, perencanaan berapa titik
Pendahuluan yang digunakan, metode apa yg digunakan
Laporan Berupa persebaran titik perapatan, pembagian
mingguan bidang, metode yang digunakan
2 Tahap Persiapan
Persiapan
alat dan Mengecek kelengkapan alat : TS, Pita ukur,
bahan GPS, Statif, Reflektor, Payung, dll
3 Tahap Pelaksanaan
Pengukuran Mengukur titik perapatan dengan TS yang
di lapangan berjumlah 7
Pengolahan TDT yang telah diukur harus dipetakan pada
data dan Peta Dasar Teknik berdasarkan Peta
bowditch Topografi dan lainnya
Pengukuran
di lapangan Mengukur bidang tanah maksimal 3 bidang
Laporan
mingguan Hasil dari mengukur sudut dan jarak (bowditch)
Pengukuran
di lapangan Mengukur 2 bidang tanah
Laporan Mendapatkan semua data hasil pengukuran titik
mingguan perapatan dan bidang tanah

4 Tahap Akhir
Berisi rangkaian kegiatan proyek pengukuran
Laporan dan pemetaan bidang tanah dan peta bidang
Akhir tanah

H. Kesimpulan
Dari praktikum survei pendahuluan pada minggu ini, dapat disimpulkan bahwa
titik dasar teknik orde 4 yang digunakan dalam penentuan titik perapatan adalah BM19
(sebagai titik ikat awal) dan BM20 (sebagai titik ikat akhir). Titik perapatan yang
direncanakan berjumlah 7 dengan letak yang tersebar di seluruh bidang tanah yang
direncanakan. Alat yang digunakan untuk penentuan posisi titik-titik perapatan adalah
Total Station dengan metode Bowditch. Sedangkan, bidang-bidang tanah diukur
menggunakan Total Station dan meteran dengan metode trilaterasi sederhana.
Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Petunjuk Teknis Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997.

Badan Standardisasi Nasional. (n.d.). Jaring Kontrol Horizontal.

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional. (n.d.). Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Hak Pengelolaan,
Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah.
110°22'13"E 110°22'15"E 110°22'18"E
430518 430568 430618 430668 430718

PETA RANCANGAN PEMBAGIAN


BIDANG TANAH

±
9141640

9141640
1:1.500
7°45'55"S

7°45'55"S
0 10 20 40 60 80
9141590

9141590
Meter

4 LEGENDA
! = TDT Orde 4 = Bidang Tanah III
= Titik Perapatan =Bidang Tanah IV
5 = Bidang Tanah I = Bidang Tanah V
9141540

9141540
= Bidang Tanah II

Sistem Grid : Grid UTM


7°45'57"S

7°45'57"S
6 Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercator
Datum Horizontal : WGS 1984

3
DISUSUN OLEH
Kelompok 3
Sheehan Dava Maulana (20/456169/TK/50299)
9141490

9141490
7 BM20 Fairus Naveel Mubarok (20/460249/TK/50838)
Mayla Tasya Nabila (20/460261/TK/50850)
! BM19 Syahrastania Qibti Ertono (20/460279/TK/50868)
Cintia Lirifa Asmarani (20/463305/TK/51297)
!

2
1 DIPERIKSA OLEH
Febrian Fitryanik Susanta, S.T., M.Eng.
7°46'0"S

7°46'0"S
NIP. 11199502201811201
9141440

9141440
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEODESI
DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
Source: Esri, Maxar, Earthstar Geographics, and the GIS User 2022
Community
430518 430568 430618 430668 430718
110°22'13"E 110°22'15"E 110°22'18"E

Anda mungkin juga menyukai