Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PERENCANAAN TITIK TDV DAN TITIK PERAPATAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

KELAS L

ALFONSINA LINCE MARTHA YEMBISE (22314446)

FAQIH IKHZA RAMADHAN (22314457)

RANA ABDUL JALIL (22314477)

SHAFA HIKMAH RAMADANTI (22314478)

INSTRUKTUR

Tanjung Nugroho, S.T., M.Si.

NIP. 196812241996031002

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PERTANAHAN

SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2023
A. Mata Acara
Perencanaan Titik TDV dan Titik Perapatan

B. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pemasangan titik TDV dan titik perapatan

C. Landasan Teori
Perencanaan titik TDV dan titik perapatan merupakan langkah yang harus
dilakukan sebelum dilakukannya pengukuran di lapangan. Titik Dasar Virtual (TDV)
merupakan titik yang memiliki koordinat yang diperoleh dari suatu pengukuran dan
perhitungan dalam suatu sistem tertentu yang berfungsi sebagai titik kontrol atau titik
ikat untuk keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas (PP No.24/1997). Pemasangan
titik dasar virtual dilaksanakan berdasarkan kerapatan orde 0, 1, 2,3, 4 serta titik dasar
teknik perapatan. Berdasarkan pemasangannya, TDV dibedakan atas dua bagian, yaitu
sebagai perapatan dan sebagai pengikatan. Pemasangan TDV yang berfungsi sebagai
pengikatan berarti bahwa setiap bidang tanah dalam pendaftaran tanah harus diikatkan
ke titik tersebut. Sedangkan TDV sebagai perapatan berarti bahwa pemasangan titik
adalah merapatkan titik dasar virtual yang telah ada dan tersebar di suatu wilayah
(Fitrianto, 2016). Titik perapatan dibuat dengan alasan tidak dimungkinkannya
dilakukan pengikatan langsung suatu bidang tanah. Untuk itu diperlukannya titik bantu
yang digunakan untuk merapatkan TDV.

D. Alat dan Bahan


a. Paku Payung/Patok Kayu (7)
b. Palu (1)
c. Kertas
d. Alat tulis

E. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Kamis/14 September 2023
Waktu Pelaksanaan : 13.00-16.30 WIB
Lokasi Praktikum : Jalan Tata Bumi Selatan
F. Langkah Kerja
1. Lakukan orientasi lapangan yang akan dipasang TDV dan titik perapatan
2. Tentukan dua titik yang akan dijadikan sebagai Titik Dasar Virtual (TDV).
Pemasangan TDV dilakukan pada kedua ujung jalur poligon
3. Beri tanda pada titik yang akan dijadikan TDV dengan paku payung ataupun patok
kayu menggunakan bantuan palu. Dalam pemilihan TDV, usahakan jauh dari
halangan seperti kabel, pepohonan, bangunan, dan sebagainya
4. Tentukan 3-5 titik perapatan di sepanjang jalur poligon. Usahakan titik satu dengan
titik berikutnya saling terlihat
5. Beri tanda pada titik menggunakan paku payung atau patok kayu
6. Buat sketsa pada kertas sesuai dengan kondisi lapangan yang sudah dipasangi TDV
maupun titik perapatan. Bedakan bentuk dan warna antara bangunan, TDV, titik
perapatan, jalur poligon, jalan, dan jembatan
7. Tambahkan legenda, arah mata angin, dan nama pembuat pada sketsa

G. Hasil dan Pembahasan


Dalam pemasangan TDV dan titik perapatan perlu dilakukan perencanaan
pembuatan jalur poligon. Akan tetapi, sebelum melakukan perencanaan serta
pemasangan titik, perlu untuk mengenali dan mengamati kondisi sekitar. TDV dipasang
pada setiap ujung jalur poligon. Usahakan pemasangan TDV jauh dari pepohonan,
bangunan, kabel serta tiang karena dapat mengganggu pengukuran berikutnya. Dalam
pemasangan titik perapatan diperlukan 3-5 buah titik yang dipasang di sepanjang jalur
poligon serta perlu memperhatikan posisi titik perapatan satu dengan titik lainnya, misal
titik 1 harus terlihat oleh titik 2, titik 2 harus terlihat oleh titik 3, dan seterusnya. Setelah
titik-titik terpasang, buat sketsa lapangan untuk menunjukkan letak dan lokasi di lokasi
pengukuran tersebut. Sketsa lapangan akan memudahkan dalam pengukuran
berikutnya.

H. Kesimpulan
Pemasangan TDV dan titik perapatan perlu memperhatikan kondisi lingkungan
guna memudahkan dalam pengukuran selanjutnya. Setelah dilakukan pemasangan
TDV dan titik perapatan perlunya dibuat sketsa untuk memberikan informasi mengenai
letak TDV maupun titik perapatan pada jalur poligon.

I. Daftar Pustaka
Fitrianto, M. I. (2016). Evaluasi Titik Dasar Teknik Orde-3 BPN Ditinjau dari
Kerangka Kontrol Horisontal dan Kondisi Monumennya.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997


LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN SUDUT DAN JARAK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

KELAS L

ALFONSINA LINCE MARTHA YEMBISE (22314446)

FAQIH IKHZA RAMADHAN (22314457)

RANA ABDUL JALIL (22314477)

SHAFA HIKMAH RAMADANTI (22314478)

INSTRUKTUR

Tanjung Nugroho, S.T., M.Si.

NIP. 196812241996031002

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PERTANAHAN

SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2023
A. Mata Acara
Pengukuran Sudut dan Jarak

B. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran sudut dan jarak pada jalur poligon

C. Landasan Teori
Pengukuran topografi merupakan pekerjaan mengukur permukaan bumi, yaitu
menentukan karakteristik 3 dimensi permukaan bumi melalui pengukura jarak, arah,
dan elevasi yang nantinya dapat digambarkan ke dalam bidang peta. Peralatan yang
paling umum digunakan saat ini dalam pekerjaan pengukuran adalah total station
(Margareta, n.d.). Total station merupakan alat pengukur jarak dan sudut secara
otomatis yang dilengkapi dengan chip memory sebagai tempat menyimpan data
pengukuran sudut dan jarak. Total station merupakan semacam theodolite yang
terintegrasi dengan komponen pengukur jarak elektronik untuk membaca jarak dan
kemiringan dari instrumen ke titik tertentu. Total station digunakan untuk mengukur
sudut yang dilengkapi dengan pengoperasian sistem digital dan EDM yang berguna
untuk pengukuran jarak pada total station (Ibrahim, n.d.). Total station bertujuan untuk
mengurangi kesalahan pembacaan dan pencatatan data yang memberikan kemudahan
dalam proses aksesibilitas ke sistem berbasis komputer. Adapun kendalanya yaitu
adanya ketergantungan terhadap sumber tegangan dan kemampuan manusia serta
biayanya yang relatif mahal (Hasruddin, n.d.).
Poligon merupakan rangkaian titik-titik secara berurutan, sebagai kerangka
dasar pemetaan. Poligon digunakan sebagai kerangka horizontal pada daerah
pengukuran, kontrol jarak dan sudut, serta memudahkan dalam perhitungan. Total
station digunakan untuk menghitung sudut dan jarak dua seri rangkap dengan jalur
poligon yang telah ditentukan. Hasil perhitungan sudut dan jarak dua seri rangkap
kemudian akan dihitung ketelitian sudut dan jarak yang dihasilkan pada pengukuran
sudut dan jarak dua seri rangkap.

D. Alat dan Bahan


a. Total Station (1)
b. Statif (3)
c. Prisma (2)
d. Alat tulis
e. Kalkulator

E. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Kamis/21 September 2023 & Jumat/29 September 2023
Waktu Pelaksanaan : 13.00-17.00 WIB
Lokasi Praktikum : Jalan Tata Bumi Selatan

F. Langkah Kerja
a.) Tahapan pengukuran sudut dan jarak dua seri rangkap
1. Persiapkan peralatan yang akan digunakan
2. Tentukan jalur poligon yang sudah direncanakan pada sketsa poligon
3. Berdirikan total station pada titik 1, di antara kedua titik yang akan didirikan
prisma
4. Dirikan prisma pada TDV 1 dan titik 2
5. Lakukan centering dan levelling pada total station dan kedua prisma
6. Hidupkan total station dengan menekan tombol power
7. Bidik menggunakan teropong pada total station dengan keadaan biasa di
prisma TDV 1
8. Set nol untuk bidikan prisma pertama
9. Hitung sudut dan jarak dengan menekan tombol measure
10. Catat sudut dan jarak bidikan tersebut
11. Putar total station ke arah kanan. Usahakan dalam memutar total station selalu
memutar ke arah kanan
12. Selanjutnya bidik pada prisma yang berdiri di titik 2. Lakukan hal yang sama
seperti pembidikan pada prisma TDV 1
13. Putar total station menjadi keadaan luar biasa
14. Tembak prisma yang berdiri pada titik 2
15. Tembak prisma pada TDV 1 dengan keadaan luar biasa
16. Tambahkan sudut luar biasa TDV 1 dengan 90º
17. Arahkan total station pada prisma TDV 1 dengan mengatur sudut menggunakan
tombol yang tersedia pada total station dengan mengisikan hasil penjumlahan
TDV 1 sudut luar biasa +90º
18. Setelah total station sudah sesuai dengan hasil penjumlahan dengan 90º, pilih
H Set
19. Tekan measure, untuk menampilkan jaraknya
20. Tembak sudut pada titik 2 dengan keadaan luar biasa
21. Putar total station menjadi keadaan biasa kemudian bidik pada prisma titik 2
22. Putar total station ke arah kanan ke prisma TDV 1, bidik titik tersebut dengan
keadaan biasa
23. Lakukan langkah-langkah yang sama untuk mengukur jarak dan sudut lainnya
dengan memposisikan total station berdiri di antara kedua prisma serta
perhatikan arah putar total station
24. Hitung ketelitian jarak dan sudut menggunakan kalkulator

a) Tahapan menghitung ketelitian sudut


1. Kurangkan bidikan kedua dan juga bidikan pertama, baik pada keadaaan biasa
dan luar biasa. Apabila sudut yang dihasilkan negatif, tambahkan dengan 360º
2. Hitung sudut rata-rata dengan menambahkan keempat sudut yang telah
dikurangkan pada setiap titik berdiri alat.
3. Hasil penjumlahan keempat sudut kemudian dibagi 4
4. Untuk menghitung ketelitian, hasil pengurangan pada langkah pertama,
dikurangkan dengan rata-rata sudut. Usahakan tidak melebihi 5 detik. Apabila
sudut tidak melebihi 5”, maka sudah memasuki ketelitian.

b) Tahapan menghitung ketelitian jarak


1. Hitung jarak rata-rata dengan menambahkan jarak pergi dan pulang kemudian
dibagi 2
2. Hitung jarak selisih dengan cara mengurangkan jarak pergi dan jarak pulang.
Abaikan tanda negatif apabila hasilnya negatif.
3. Untuk mencari ketelitian jarak adalah jarak selisih / jarak rata-rata

Rumus : da-b rata-rata = (da + db) / 2

da-b selisih = [da – db]


Ketelitian jarak = d selisih / d rata-rata
Ketelitian jarak = 1 / -------
G. Hasil dan Pembahasan
1) Pengukuran Sudut dan Jarak Dua Seri Rangkap

Pada pengukuran sudut dan jarak dua seri rangkap pada poligon, metode yang
digunakan diawali dengan mengukur sudut dari satu prisma yang berdiri di antara total
station. Analisa data dilakukan saat pengukuran berlangsung untuk menghindari
kesalahan pada data yang dihasilkan dengan cara membandingkan bacaan arah sudut
biasa dan luar biasa. Pada penggunaan total station, jarak akan otomatis terhitung
apabila sudah membidik sudut pada prisma. Untuk melakukan bidikan dalam keadaan
biasa ataupun luar biasa, usahakan total station bergerak ke arah yang sama. Apabila
dalam pembidikan selalu diputar ke kanan, maka seterusnya ke kanan. Hal tersebut
dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan perhitungan selanjutnya.

2) Ketelitian Sudut Dua Seri Rangkap


a) Titik 1
182º31’10” - 182º31’06” = 04”
182º31’05” - 182º31’06” = 01”
182º31’04” - 182º31’06” = 02”
182º31’05” - 182º31’06” = 01”
b) Titik 2
180º48’25” - 180º48’26” = 01”
180º48’27” - 180º48’26” = 01”
180º48’26 - 180º48’26” = 00”
180º48’26 - 180º48’26” = 00”
c) Titik 3
264º49’16” - 264º49’16” = 00”
264º49’17” - 264º49’16” = 01”
264º49’15” - 264º49’16” = 01”
264º49’16” - 264º49’16” = 01”
d) Titik 4
188º08’12” - 188º08’11,5” = 0,5”
188º08’10” - 188º08’11,5” = 01,5”
188º08’12” - 188º08’11,5” = 0,5”
188º08’12” - 188º08’11,5” = 0,5”
e) Titik 5
140º49’11” - 140º49’10,75 = 0,25”
140º49’10” - 140º49’10,75 = 0,75”
140º49’11” - 140º49’10,75 = 0,25”
140º49’11” - 140º49’10,75 = 0,25”

Dalam praktikum ini, ketelitian sudut tidak boleh lebih dari 5 detik. Dari data
pengukuran sudut dua seri rangkap sudah memasuki ketelitian tersebut.

3) Ketelitian Jarak Dua Seri Rangkap


a.) d1-2 rata-rata = (49.852,5+49.853) / 2 = 49.852,75

d1-2 selisih = [49.852,5-49.853] = 0,5


Ketelitian jarak = 0,5 / 49.852,75
= 1 / 99.705,5
b.) d2-3 rata-rata = (50.177,5+50.177,25) / 2 = 50.177,375

d2-3 selisih = [50.177,5-50.177,25] = 0,25


Ketelitian jarak = 0,25 / 50.177,375
= 1 / 200.709,5
c.) d3-4 rata-rata = (51.956+51.951,5) / 2 = 51.953,75

d3-4 selisih = [51.956-51.951,5] = 4,5


Ketelitian jarak = 4,5 / 51.953,75
= 1 / 11.545,2778
d.) d4-5 rata-rata = (56.802+56.796) / 2 = 56.799

d4-5 selisih = [56.802-56.796] = 6


Ketelitian jarak = 6 / 56.799
= 1 / 9.466,5

Dalam praktikum ini, ketelitian jarak minimal adalah 1 / 6000. Dari data pengukuran
sudut dua seri rangkap sudah memasuki ketelitian tersebut.

H. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum pengukuran jarak dan sudut adalah :
1. Dalam melakukan pengukuran sudut dan jarak perlu memperhatikan alat yang
digunakan, keadaan sekitar dan juga pengukur untuk menghindari kesalahan
2. Dalam pengukuran sudut dan jarak dua seri rangkap pada poligon, diperlukan
ketelitian sudut dan jaraknya agar mendapatkan pengukuran yang maksimal
3. Ketelitian sudut tidak melebihi 5 detik. Sementara ketelitian jarak minimal 1 / 6000.
Dari data yang dihasilkan pada pengukuran sudut dan jarak dua seri rangkap,
keduanya memasuki ketelitian yang sudah ditentukan.

I. Daftar Pustaka
Hasruddin, M. (n.d.). Penggunaan Alat Total Station
Ibrahim, M. (n,d). Poligon
Margareta, F. (n.d). Pengetahuan Alat Total Station
LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN GNSS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

KELAS L

ALFONSINA LINCE MARTHA YEMBISE (22314446)

FAQIH IKHZA RAMADHAN (22314457)

RANA ABDUL JALIL (22314477)

SHAFA HIKMAH RAMADANTI (22314478)

INSTRUKTUR

Tanjung Nugroho, S.T., M.Si.

NIP. 196812241996031002

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PERTANAHAN

SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2023
A. Mata Acara
Pengukuran GNSS

B. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan survei GNSS dengan metode pengamatan statik pada
TDV

C. Landasan Teori
Global Navigation Satellite System (GNSS) merupakan suatu sistem satelit
navigasi yang menyediakan posisi geospasial dalam lingkup global. GNSS dapat
digunakan setiap saat tanpa tergantung waktu dan cuaca. Satelit-satelit GNSS
mempunyai ketinggian orbit yang cukup tinggi yaitu sekitar 20.000 km di atas
permukaan bumi serta dengan jumlah yang relatif banyak. Hal tersebut menjadikan
GNSS mampu meliput wilayah yang luas. Akan tetapi, terdapat keterbatasan dari
GNSS, yaitu tidak boleh ada penghalang antara receiver dan satelit, komponen tinggi
yang dihasilkan adalah tinggi dengan acuan ellipsoid, serta perlu proses yang relatif
tidak mudah untuk menganalisa data (Budi et al., 2019).
Penentuan posisi secara statik merupakan penentuan posisi dari titik yang statik
(diam) (Yuwono & Apsandi, 2018). Pada metode pengukuran statik, titik yang akan
ditentukan posisinya tidak bergerak, pengamatan yang dilakukan bisa secara absolut
maupun diferensial, data pengamatan bisa menggunakan pseudorange dan phase yang
akan dilakukan pengolahan data setelah pengamatan (post process), keandalan dan
ketelitian yang diperoleh cukup tinggi yaitu di orde milimeter sampai centimeter, dan
biasanya digunakan untuk penentuan titik-titik kontrol survei pemetaan maupun survei
geodetik. Metode statik digunakan untuk penentuan posisi untuk base station, kerangka
kontrol, monitoring, dan sebagainya.

D. Alat dan Bahan


1. GNSS CHCNAV (1)
2. Statif (1)
3. Tribach (1)
4. Controller (1)
5. Pita ukur (1)
6. Aplikasi LandStar 7
E. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis/5 & 12 Oktober 2023
Waktu Pelaksanaan : 13.00-16.00 WIB
Lokasi Praktikum : Jalan Tata Bumi Selatan

F. Langkah Kerja
1. Dirikan statif pada TDV 1
2. Pasang tribach pada GNSS yang sudah terpasang baterai
3. Lakukan centering dan levelling
4. Setelah centering dan levelling, pasang vertical extension pada tribach
5. Sambungkan antena pada GNSS kemudian pasangkan ke tribach. Untuk
mendapatkan data alat harus jauh dari gangguan seperti bangunan, pepohonan,
kabel dan usahakan dalam posisi yang cukup tinggi
6. Ukur ketinggian alat dari titik TDV dengan menggunakan pita ukur
7. Hidupkan GNSS pada tombol power tekan secara lama
8. Sambungkan controller dengan GNSS pada aplikasi LandStar 7 yang akan
menghubungkan keduanya sesuai tipe GNSS tersebut
9. Masuk ke tab projects, buat project baru dengan nama sesuai keinginan
10. Atur koordinatnya menjadi DGN95 TM-3 Zone 49.1
11. Pindah pada tab configuration, hubungkan controller dengan receiver
12. Pada tab configuration, pilih menu static setting
13. Aktifkan menu start record, data format, dan data auto save. Pilih data format
berupa HCN. Pilih interval waktu perekaman selama 2 detik. Masukkan sudut
elevasi, lama waktu perekaman, nama syayion, dan tinggi.
14. Klik set kemuian get untuk memulai perekaman
15. Setelah 60 menit, klik set untuk mengakhiri proses perekaman. Maka data secara
otomatis akan tersimpan ke dalaam controller
16. Lakukan langkah-langkah yang sama pada TDV 2 selama 60 menit
17. Matikan GNSS dengan cara klik tombol power
18. Lepas baterai GNSS dan juga tribach
19. Masukkan GNSS ke dalam wadah penyimpanan
20. Lepas statif dan rekatkan seperti kondisi semula
G. Hasil dan Pembahasan
Dalam praktikum ini, untuk memperoleh data satelit digunakan Global
Navigation Satellite System (GNSS) menggunakan metode statik. Metode statik
memerlukan waktu minimal 30 menit untuk memperoleh data satelit. Dalam praktikum
ini, memerlukan waktu 60 menit untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pemasangan
GNSS juga sangat berpengaruh terhadap perolehan data satelit. Semakin tinggi alat
untuk diberdirikan, maka data satelit yang ditangkap akan semakin cepat untuk
diperoleh. Pada saat melakukan pengukuran di lapangan menggunakan GNSS perlu
memperhatikan kondisi satelit geometri yang baik, tingkat bias dan kesalahan data yang
relatif rendah, serta lingkungan yang relatif tidak menimbulkan gangguan. Selain itu,
alat GNSS yang digunakan diharapkan mempunyai data dual frekuensi. Ketelitian
relatif posisi titik yang diperoleh adalah dalam orde centimeter, pengukuran statik
singkat digunakan untuk survei pemetaan dengan orde tidak terlalu tinggi, perapatan
titik dan survei rekayasa.

H. Kesimpulan
Dalam praktikum kali ini, untuk memperoleh data satelit menggunakan GNSS
perlunya memperhatikan kondisi lingkungan sekitar. Adanya bangunan, pepohonan
maupun gangguan yang ada di sekitar alat itu berdiri dapat mempengaruhi data satelit
yang diperoleh.

I. Daftar Pustaka
Budi, E., Muh, W., & Suhattanto, A. (2019). “Survey Satelit Pertanahan”
Gunawan, D., Darmo Yuwono, B., & Sasmito, B. (2016). ANALISIS PENGOLAHAN
DATA GPS MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK RTKLIB (Vol. 5, Issue 2).
Yuwono, B. D., & Apsandi, O. A. (2018). ANALISIS PENGUKURAN GNSS
METODE STATIK DENGAN VARIASI SAMPLING RATE
LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN DATA GNSS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

KELAS L

ALFONSINA LINCE MARTHA YEMBISE (22314446)

FAQIH IKHZA RAMADHAN (22314457)

RANA ABDUL JALIL (22314477)

SHAFA HIKMAH RAMADANTI (22314478)

INSTRUKTUR

Tanjung Nugroho, S.T., M.Si.

NIP. 196812241996031002

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PERTANAHAN

SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2023
A. Mata Acara
Pengolahan Data GNSS

B. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pengolahan data GNSS secara online

C. Landasan Teori
Global Navigation Satellite System (GNSS) merupakan suatu sistem satelit
navigasi yang menyediakan posisi geospasial dalam lingkup global. GNSS dapat
digunakan setiap saat tanpa tergantung waktu dan cuaca. Akan tetapi, terdapat
keterbatasan dari GNSS, yaitu tidak boleh ada penghalang antara receiver dan satelit,
komponen tinggi yang dihasilkan adalah tinggi dengan acuan ellipsoid, serta perlu
proses yang relatif tidak mudah untuk menganalisa data (Budi et al., 2019).
Penentuan posisi secara statik merupakan penentuan posisi dari titik yang statik
(diam) (Yuwono & Apsandi, 2018). Ketelitian penentuan posisi dengan GNSS
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan parameter, salah satunya pemrosesan data
(Gunawan et al., 2016). Data GNSS yang diperoleh dari pengamatan di lapangan
menggunakan receiver GNSS dapat diolah baik secara real time maupun post
processing. Real time langsung diperoleh informasi posisi saat itu juga dengan
ketelitian mulai sedang sampai tinggi. Sedangkan untuk post prosesing dilakukan
setelah proses pengambilan data di lapangan dan diolah di laboratorium.
Pengolahan GNSS dapat dilakukan secara online maupun offline. Pengolahan
GNSS secara online dilakukan dengan memanfaatkan web http://nrtk.big.go.id/.
Pengolahan GNSS secara offline dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi South
Total Control atau Hi-Target Geomatics Office. Dalam praktikum kali ini digunakan
cara online untuk melakukan pengolahan GNSS.

D. Alat dan Bahan


1. GNSS CHCNAV
2. Aplikasi CHCData
3. Komputer
4. USB
5. Internet
E. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis, 5 & 12 Oktober 2023
Waktu Pelaksanaan : 16.00-17.00 WIB
Lokasi Praktikum : Laboratorium Lantai 1

F. Langkah Kerja
1. Pindahkan file GNSS pada komputer. Gunakan USB untuk memindahkan data
2. Pilih file dengan tipe CHC untuk dilakukan Rinex
3. Buka aplikasi CHCData → import file tipe CHC → pilih GNSS pada menu bar →
pilih rinex conversion → setelah berhasil akan ada banyak file hasil rinex
4. Rinex kembali file TDV lainnya
5. Buka web http://nrtk.big.go.id/
6. Lakukan login menggunakan akun yang sudah tersedia
7. Klik post processing→ computation→ add rover data → masukkan file hasil rinex
dengan tipe “O” →submit→ confirm → tunggu proses uploading file
8. Pada bagian result, pilih file yang sudah diunggah
9. Klik full report setelah itu file hasil dari GNSS akan berbentuk file PDF yang berisi
data data hasil perekaman
10. Simpan data satelit dengan tipe file PDF dengan klik CTRL+P
G. Hasil dan Pembahasan
a.) Pengolahan GNSS
Data satelit yang ditangkap menggunakan GNSS perlu diolah, salah satunya
menggunakan web http://nrtk.big.go.id/. Dalam pengolahan GNSS, perlu
memperhatikan solution type berisi keterangan fixed atau tidaknya satelit yang diterima.
Solution type phase fixed dapat dihasilkan karena sinyal satelit yang diperoleh dalam
kondisi yang baik tanpa adanya gangguan. Sementara solution type phase float
disebabkan salah satunya karena faktor lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan
terhadap penangkapan sinyal satelit. Pada pengolahan GNSS TDV 1 dan TDV 2
menghasilkan solution type phase fixed. Koordinat pada data satelit tersebut dapat
digunakan dengan memperhatikan pos and height terendah pada data satelit sebagai
data dalam menentukan azimuth pengukuran poligon. Pada TDV 1, nilai pos and height
terendah pada satelit jogs dengan nilai X=292843.8058 m dan Y=639108.5865 m. Pada
TDV 2, nilai pos and height terendah pada satelit jogs dengan nilai X=292655.4394 m
dan Y=638967.4377 m.
b.) Perhitungan Tabel Bowdith
Dalam perhitungan tabel bowdith dimasukkan data berupa sudut dan jarak yang
telah memenuhi ketelitian beserta koordinat yang dihasilkan dari pengolahan GNSS.
Pada Tabel 1, azimuth awal dan d sin ɑ diisi dengan 0°0’0” untuk menentukan azimuth
pendekatan dan azimuth sebenarnya. Untuk mendapatkan azimuth, azimuth sebenarnya
dikurangkan dengan azimuth pendekatan. Hasil azimuth tersebut akan digunakan pada
pengisian azimuth awal pada tabel kedua. Hasil pada tabel 2 menunjukkan bahwa
ketelitian linear yang diperoleh yaitu 1 : 10.893,3.

H. Kesimpulan
Pada pengolahan data GNSS perlu memperhatikan solution type yang ada pada
data GNSS. Penentuan koordinat X, Y, Z yang digunakan pada pengukuran poligon
perlu memperhatikan nilai pos and height setiap data satelit. Nilai pos and height
terendah akan digunakan sebagai penentuan azimuth pengukuran poligon. Dalam
perhitungan tabel bowdith diperlukan data sudut, jarak, dan koordinat GNSS. Dalam
praktikum ini, ketelitian yang dihasilkan adalah 1 : 10.893,3 yang artinya ketelitian
tersebut memasuki ketelitian yang telah ditentukan.

I. Daftar Pustaka
Budi, E., Muh, W., & Suhattanto, A. (2019). “Survey Satelit Pertanahan”
Gunawan, D., Darmo Yuwono, B., & Sasmito, B. (2016). ANALISIS PENGOLAHAN
DATA GPS MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK RTKLIB (Vol. 5, Issue 2).
Yuwono, B. D., & Apsandi, O. A. (2018). ANALISIS PENGUKURAN GNSS
METODE STATIK DENGAN VARIASI SAMPLING RATE

Anda mungkin juga menyukai