Disusun oleh :
1. Muhammad Fauzan (19/443691/TK/48887)
2. Teguh Arya Wibawa (19/439655/TK/48385)
3. Tegar Putra Pamungkas (19/446569/TK/49674)
Kelompok 14
Kelas A
PENDAHULUAN
Tanah memiliki fungsi yang sangat penting, oleh karena itu timbul banyak masalah
terkait tanah tersebut. Masalah tersebut kebanyakan terjadi karena ketidakjelasan hak atas
kepemilikan tanah. Dari timbulnya masalah-masalah tersebut, maka diperlukan
penyusunan administrasi pertanahan supaya tidak terjadi kesalahan hak milik dan
kepemilikan tanah dapat diatur dengan jelas. Dengan urgensi di atas, diperlukan
pemetaan suatu daerah agar mempermudah dalam penyusunan administrasi pertanahan.
Dalam pemetaan pertanahan atau kadaster diperlukan titik-titik kontrol yang disebut Titik
Dasar Teknik (TDT).
Pengadaan Titik Dasar Teknik (TDT) di Indonesia mengacu pada ketetapan Badan
Pertanahan Nasional (BPN) berdasarkan Peraturan Menteri Agraria / Kepala BPN No.
3/1997 yang membagi TDT berdasarkan tingkat kerapatannya yaitu orde 0, orde 1, orde
2, orde 3, dan orde 4 dan titik dasar teknik perapatan. Pengadaan TDT di Desa Pabeyan
menggunakan orde 3 dan 4 sehingga tingkat kerapatan untuk orde 3 sekitar 1 - 2
kilometer dan orde 4 sekitar 150m.
1.2 Tujuan Dan Sasaran
1. Memasang dan mengukur titik dasar teknik orde-3 dan orde-4 yang ada di desa
Pabeyan kecamatan Tambakboyo kabupaten Tuban.
2. Memetakan titik dasar teknik orde-3 dan orde-4 yang ada di desa Pabeyan
kecamatan Tambakboyo kabupaten Tuban.
3. Memberikan informasi tentang bentuk persebaran titik dasar teknik orde-3 dan
orde-4 yang ada di desa Pabeyan kecamatan Tambakboyo kabupaten Tuban.
Sasaran pada survei ini ditujukan kepada Mahasiswa Departemen Teknik Geodesi
Universitas Gadjah Mada dan Masyarakat Wilayah yang ada di desa Pabeyan kecamatan
Tambakboyo kabupaten Tuban.
1.3 Keluaran
Untuk hasil dari keluaran pada survei pengukuran ini berupa peta dari persebaran
Titik Dasar Teknik orde-3 dan orde-4 yang ada di wilayah Desa Pabeyan.
Ruang lingkup wilayah dalam pemasangan titik kontrol teknik Desa Pabeyan,
Kecamatan Tambakboyo, Tuban, Jawa Timur. Desa ini memiliki luas sekitar ± 0.895 km2
dan secara geografis terletak pada LS 06°48’16.0” BT 111°50’46.8” serta memiliki batas
- batas wilayah sebagai berikut :
Pemasangan, pengukuran, dan pemetaan titik dasar teknik berfungsi untuk kerangka
dasar untuk peta dasar pada suatu wilayah. Biasanya pada pemasangan titik ini dibagi
menjadi beberapa klasifikasi dalam orde 0, 1, 2, 3, dan 4. Pada percobaan kali ini,
dilakukan pemasangan, pengukuran dan pemetaan titik dasar teknik orde-3 dan orde-4
dengan menggunakan survei GNSS dan survei Terestris.
Hal - hal yang akan dilakukan nantinya dalam pemasangan, pengukuran dan
pemetaan titik dasar teknik ini terdiri dari:
1.5.3 Pengolahan Data : Input Data, Menyamakan dengan Sistem Koordinat Nasional,
dan Perbaikan Data
LANDASAN TEORI
Titik Dasar Teknik merupakan titik yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu
pengukuran dan perhitungan dalam suatu sistem tertentu yang berfungsi sebagai titik kontrol atau
titik ikat untuk keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas. (Pasal 1 (13) PP no. 24 tahun
1997)
Titik Dasar Teknik diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerapatannya yaitu Titik Dasar
Teknik orde 0, Titik Dasar Teknik orde 1, Titik Dasar Teknik orde 2, Titik Dasar Teknik orde 3,
Titik Dasar Teknik orde 4, dan Titik Dasar Teknik Perapatan (Pasal 2 (1) Peraturan Menteri
Agraria / Kepala BPN No. 3/1997)
Titik Dasar Teknik orde 4 merupakan titik dasar yang koordinat titiknya diperoleh dari
suatu pengukuran dan perhitungan dalam sistem tertentu dan memiliki fungsi sebagai titik
kontrol yang digunakan untuk keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas dengan kerapatan
atau ketelitian sampai dengan 150m. Pemasangan dari titik kontrol orde 4 dilakukan oleh Badan
Pertanahan daerah setempat dan pengukurannya diikatkan ke Titik Dasar Teknik orde 3 terdekat.
Adapun untuk konstruksi dari Titik Dasar Teknik orde 4 adalah beton berukuran 20 x 20 x 40 cm
atau disesuaikan mengikuti kondisi yang ada di lapangan. Dalam pemetaannya, simbol yang
digunakan berupa lingkaran dengan titik tengah 3 mm. Sistem penomorannya Titik Dasar Teknik
orde 4 terdiri dari 11 digit meliputi 2 digit pertama adalah kode provinsi, 2 digit berikutnya
adalah kode kota/kabupaten, 2 digit berikutnya adalah kode kecamatan, lalu 2 digit berikutnya
adalah kode desa, dan 3 digit terakhir adalah nomor urut Titik Dasar Teknik. (Peraturan Menteri
Agraria / Kepala BPN No. 3/1997)
Titik Dasar Teknik orde 3 merupakan titik dasar yang koordinat titiknya diperoleh dari
suatu pengukuran dan perhitungan dalam sistem tertentu dan memiliki fungsi sebagai titik
kontrol yang digunakan untuk keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas dengan kerapatan
atau ketelitian sampai dengan 1 - 2 kilometer. Pengukuran titik dasar orde 3 diikatkan ke Titik
Dasar Teknik orde 2 terdekat. Untuk konstruksi, TDT orde 2 dibuat dengan konstruksi beton dari
campuran semen, pasir, dan kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3 dengan diameter tulang besi 8
mm, yang besarnya sekurang-kurangnya 0.30 mm x 0.30 mm dan tinggi sekurang-kurangnya
0.6m dan berdiri di atas beton dasar dengan ukuran 0.4 mm x 0.4 mm x 0.2m dan diberi warna
biru dan dilengkapi dengan logam yang berbentuk tablet yang memuat nomor Titik Dasar Teknik
tersebut. Titik dasar teknik orde 3 diberi nomor yang unik/tunggal sebanyak tujuh digit yang
terdiri dari dua digit kode provinsi, dua digit kode kabupaten/ kotamadya dan tiga digit nomor
urut. (Peraturan Menteri Agraria / Kepala BPN No. 3/1997)
Sistem Koordinat merupakan sekumpulan aturan untuk merepresentasikan titik - titik
dalam suatu koordinat tertentu. Salah satu sistem koordinat yang sering digunakan adalah Sistem
Koordinat UTM yang merupakan rangkaian proyeksi Transverse Mercator untuk global dimana
bumi dibagi menjadi 60 zona bagian dan tiap zonanya mencakup 6 derajat bujur, memiliki
meridian tengah tersendiri, serta satuan unit yang digunakan dalam satuan unit meter. Dalam
penentuan Titik Dasar Teknik dalam rangka Survei Kadaster, Badan Pertanahan Nasional
menggunakan sistem koordinat TM-3 yang merupakan turunan dari sistem proyeksi UTM
dengan cara membagi lebar zona UTM menjadi dua sehingga lebar masing-masing zona menjadi
30 dan tiap zonanya mencakup 3 derajat bujur. (Iedham Malik, 2016)
UTM TM-3
Meridian tengah terletak di Meridian tengah terletak di
tengah-tengah zona tengah-tengah zona
Longitude of origin adalah Longitude of origin adalah
central meridian central meridian
Didasarkan pada sistem
Didasarkan pada sistem
proyeksi Transverse
proyeksi Transverse Mercator
Mercator
Latitude of origin adalah Latitude of origin adalah
ekuator (0 derajat) ekuator (0 derajat)
False Easting adalah
False Easting adalah 500.000
200.000
False Northing adalah False Northing adalah
10.000.000 1.500.000
Kerangka kontrol horizontal (KKH) merupakan sebuah acuan yang digunakan sebagai
titik referensi dalam pengukuran dan pemetaan. Kerangka kontrol yang terdapat di lapangan
berperan penting dalam suatu pekerjaan pemetaan karena titik kontrol tersebut memberikan data
awal yang nantinya digunakan untuk pengukuran selanjutnya. (Yuwono, 2016)
Pengukuran kerangka kontrol vertikal (KKV) pada dasarnya bisa dilaksanakan secara
geometrik dengan sipat datar maupun secara trigonometri memanfaatkan data sudut vertikal dan
jarak menggunakan Total Station. Pengukuran kontrol vertikal dilakukan dengan pengukuran
beda tinggi secara teliti antara titik-titik kontrol horizontal atau titik-titik poligon yang berurutan
dengan cara atau metode sipat datar tergantung dengan ketelitian yang diinginkan. (Prasidya,
2018)
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN
Dalam pengukuran rancangan titik dasar teknik orde 3 dan titik dasar teknik orde
4 di Desa Pabeyan memerlukan alat dan bahan sebagai berikut :
a. GPS
b. Hardware (Komputer, Laptop)
c. Software (ArcMap, Qgis, Google Earth, dll)
d. ACCU
e. Alat tulis
f. Website BIG : https://srgi.big.go.id/jkg-active#
1. Tahap awal dalam kegiatan ini yaitu pemasangan titik dasar teknik, hal - hal yang
akan dilakukan dalam pemasangan titik dasar teknik ini terdiri dari:
a. Inventarisasi
b. Perencanaan
c. Survei Pendahuluan
d. Monumentasi
4. Data selesai diolah dilanjutkan dengan membuat peta dasar teknik. Setiap titik dasar
teknik yang telah diukur dan dihitung harus dipetakan pada Peta Dasar Teknik. Peta
dasar teknik dibuat berdasarkan peta topografi atau peta lain.
5. Setelah peta dasar teknik diperoleh selanjutnya membuat tugu pada setiap lokasi
TDT dengan memperhatikan aturan pada buku tugu. Buku tugu digunakan untuk
keperluan dokumentasi untuk setiap titik dasar teknik yang dibuat.
6. Pembuatan laporan akhir proyek yang berisi seluruh rangkaian kegiatan dari proyek
pengadaan TDT ini, rincian penggunaan dana, serta output yang dihasilkan berupa
peta persebaran Titik Dasar Teknik orde-3 dan orde-4 yang ada di wilayah Desa
Pabeyan.
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Berikut adalah rincian jadwal pelaksanaan untuk melakukan pengadaan titik dasar
teknik di Desa Pabeyan :
Berikut adalah rincian anggaran biaya untuk melakukan pengadaan titik dasar
teknik di Desa Pabeyan :
Untuk melaksanakan kegiatan ini dibutuhkan sekali tenaga ahli sebagai penunjang
berjalannya proyek yang telah disusun ini. Tenaga-tenaga ahli yang dibutuhkan dalam hal
ini berjumlah 6 orang.
Saefurokim , 3252306017 (2009) Pengukuran dan Pemetaan Titik Dasar Teknik Orde 4 Di
Desa Kartikajaya Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Under Graduates thesis,
Universitas Negeri Semarang.
Basuki,Slamet. (2011). Ilmu Ukur Tanah (Edisi Revisi). Yogyakarta : UGM Press.
Arjiansah, R., Yuwono, B., & Amarrohman, F. (2016). Analisis Ketelitian Pengamatan Gps
Menggunakan Single Frekuensi Dan Dual Frekuensi Untuk Kerangka Kontrol
Horizontal. Jurnal Geodesi Undip, 5(4), 254–262.
Prasidya, A. S., Riyadi, G., Sv-ugm, G., I, S. U., Faks, S. T., No, J. G., Ugm, K., & Faks, Y.
T. (2018). Kajian Ketelitian Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal Menggunakan
Total Station Akurasi Sudut 1 ” Dan 5 ”. 01(02), 71–78.
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/elipsoida/article/view/3449/2174
Fitrianto, Muhammad Iedham Malik. 2016. Evaluasi Titik Dasar Teknik Orde-3 BPN
Ditinjau dari Kerangka Kontrol Horizontal dan Kondisi Monumennya. Tugas Akhir.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.Petunjuk Teknis PMNA/ KBPN Nomor 3 Tahun 1997 Materi
Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah.
591500,000000 592000,000000 592500,000000 593000,000000 593500,000000
9248500 ,000000
PROVINSI JAWA TIMUR
±
U
#
*
0 95 190 380 570
Meter
9248000 ,000000
9248000 ,000000
1:10.000
#
* #
*
#
* #
* #
*
#
*
LEGENDA:
!
( #
* #
*
#
* #
* #
* Titik Dasar Teknik orde 4
#
* #
* !
( Titik Dasar Teknik orde 3
#
* #
*
Batas Administrasi Desa
#
* #
*
#
9247500 ,000000
9247500 ,000000
*
#
* #
* #
* Sistem Grid : Grid UTM
#
* Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercator
#
* Datum Horizontal : World Geodetic System 1984
#
* #
*
#
* Sumber Data:
Citra Google Earth Pro
#
* #
* Data Praktikum Survei Kadaster Minggu ke-1
#
*
#
* #
* Dibuat Oleh:
#
* Kelompok 14
#
* #
*
9247000 ,000000
9247000 ,000000
#
* #
* Diperiksa Oleh:
#
* #
* Hilmiyati Ulinnuha, S.T., M.Eng.
#
*
#
* !
(
#
* #
* #
*
#
* #
*
9246500 ,000000
9246500 ,000000
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEODESI
DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Source: Esri, Maxar, GeoEye, Earthstar Geographics, CNES/Airbus DS, USDA, USGS, AeroGRID, IGN, YOGYAKARTA
and the GIS User Community 2021
591500,000000 592000,000000 592500,000000 593000,000000 593500,000000