Disusun Oleh :
Kelompok 8
BAB I ......................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 2
1. Latar Belakang ............................................................................................................ 2
2. Tujuan.......................................................................................................................... 3
3. Sasaran ........................................................................................................................ 3
4. Keluaran ...................................................................................................................... 3
5. Ruang Lingkup Wilayah ............................................................................................. 3
6. Ruang Lingkup Materi ................................................................................................ 4
BAB II ....................................................................................................................................... 5
LANDASAN TEORI ............................................................................................................. 5
BAB III...................................................................................................................................... 7
RENCANA PELAKSANAAN .............................................................................................. 7
1. Alat dan Bahan ............................................................................................................... 7
2. Diagram Alir Kegiatan ................................................................................................... 8
3. Tahap Pelaksanaan ........................................................................................................ 8
BAB IV .................................................................................................................................... 12
PELAKSANAAN ................................................................................................................ 12
1. Jadwal Kegiatan ........................................................................................................ 12
2. Anggaran ................................................................................................................... 12
BAB V ..................................................................................................................................... 15
MANAJEMEN PELAKSANAAN ...................................................................................... 15
1. Jumlah Personil ......................................................................................................... 15
2. Kualifikasi Personil .................................................................................................. 15
3. Tugas dan Tanggung Jawab Anggota ....................................................................... 16
4. Jadwal Penugasan Personil ....................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi pada bidang datar yang
memiliki skala tertentu dan sistem proyeksi tertentu. Gambaran tersebut berisikan objek
alami dan objek buatan manusia yang memuat informasi yang akan diperlukan dalam
pengelolaan sumberdaya di berbagai bidang. Peta juga dapat disebut sebagai jembatan
komunikasi antara producer dengan user peta. Proses pembuatan peta meliputi
beberapa tahapan, dimana tahap awal yang harus ditempuh adalah proses perencanaan
pengukuran. Proses perencanaan pengukuran membutuhkan titik ikat dan titik kontrol
yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap objek – objek yang akan
dipetakan.
Tidak berbeda dengan pengukuran dan pemetaan lainnya, pada bidang kadastral
proses pembuatan peta juga perlu memenuhi kaidah-kaidah teknis pengukuran dan
pemetaan. Pengukuran dan pemetaan pada bidang tanah perlu mengetahui posisi dan
batas dari bidang tanah itu sendiri, agar dapat dilakukan rekonstruksi batas ketika
sewaktu-waktu bidang tanah tersebut rusak atau hilang akibat bencana. Oleh karena itu,
diperlukan adanya titik ikat yang permanen dan mempunyai koordinat pasti agar dapat
dijadikan referensi dalam pengukuran. Titik ikat permanen tersebut dapat disebut
sebagai Titik Dasar Teknik (TDT) yang juga berfungsi sebagai kerangka dasar untuk
peta dasar pendaftaran suatu wilayah. Sehingga dapat dikatakan bahwa TDT memiliki
peranan yang sangat penting dalam kegiatan pengukuran dan pemetaan kadastral
(Saefurokim, 2009).
Peta pendaftaran tanah merupakan salah satu hasil dari dilakukannya
pengukuran dan pemetaan kadastral, sehingga diperlukan titik-titik dasar teknik
nasional di setiap Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang berfungsi sebagai titik
kontrol atau titik ikat untuk keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas. Hal tersebut
diatur langsung pada PMNA/KBPN Nomor 3 tahun 1997 pasal 1 ayat 8, bahwa TDT
di lapangan dibagi menjadi 5 orde yakni: orde 0, orde 1, orde 2, orde 3 dan orde 4.
Dimana hak pengadaan TDT orde 0 dan orde 1 merupakan milik Badan Informasi
Geospasial (BIG), sedangkan TDT orde 2, orde 3, dan orde 4 merupakan milik Badan
Pertanahan Nasional (BPN).
2
2. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya pengukuran ini adalah sebagai berikut
1. Mampu mengidentifikasi posisi dari Titik Dasar Teknik (TDT) orde 3 dan 4 di
Desa Sendangmulyo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman.
2. Mampu merencanakan, memasang, dan memetakan Titik Dasar Teknik (TDT)
orde 3 dan 4 dengan memenuhi syarat-syarat teknis yang ada di Desa
Sendangmulyo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman.
3. Mampu memberikan informasi terkait persebaran Titik Dasar Teknik (TDT)
orde 3 dan 4 di Desa Sendangmulyo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman.
3. Sasaran
Sasaran dari pelaksanaan pengukuran ini adalah dapat diketahuinya informasi
mengenai persebaran Titik Dasar Teknik (TDT) orde 3 dan 4 di Desa Sendangmulyo,
Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, sehingga dapat dilakukan pemetaan kadastral
lebih lanjut.
4. Keluaran
Keluaran akhir yang diharapkan adalah peta persebaran Titik Dasar Teknik
(TDT) di Desa Sendangmulyo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman.
3
6. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dari proposal pelaksanaan pembuatan Titik Dasar Teknik (TDT)
orde 3 dan 4 di Desa Sendangmulyo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman adalah
sebagai berikut
1. Pengadaan Titik Dasar Teknik (TDT) baru orde 3 dan orde 4
2. Pengukuran Titik Dasar Teknik (TDT) menggunakan metode GPS statik untuk
orde 3 dan menggunakan metode terestris untuk orde 4
3. Pemetaan persebaran Titik Dasar Teknik (TDT) orde 3 dan orde 4
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
2. Pengukuran Titik Dasar Teknik (TDT)
Terdapat 3 metode utama dalam pengukuran titik dasar teknik, yaitu:
a) Pengamatan Satelit: Metode ini dilakukan dengan penentuan posisi titik-titik di
permukaan bumi dimana posisi titik dinyatakan dengan melakukan pengukuran
terhadap konstelasi satelit. GPS (Global Positioning System) merupakan salah satu
sistem dari model pengamatan satelit yang ada.
b) Pengukuran Terestrial: Penentuan posisi titik-titik di permukaan bumi dimana
setiap titik yang akan diketahui koordinatnya dilakukan pengukuran jarak, sudut,
atau kombinasi keduanya. Beberapa metodenya adalah poligon atau pengukuran
sudut dan jarak, triangulasi atau pengukuran sudut, trilaterasi atau pengukuran
jarak, atau triangulaterasi atau pengukuran sudut dan jarak.
c) Pengukuran Fotogrametri: Penentuan posisi titik-titik di permukaan bumi secara
tidak langsung melalui media foto udara. Foto udara yang dipakai diperoleh melalui
pemotretan udara dan diikatkan kepada titik kontrol lapangan.
3. Pemetaan Titik Dasar Teknik (TDT)
Peta yang biasa digunakan untuk memetakan titik dasar teknik adalah peta
tematik. Peta tematik merupakan peta yang memuat tema-tema khusus untuk
kepentingan tertentu, yang bermanfaat dalam penelitian, ilmu pengetahuan,
perencanaan, pariwisata dan sebagainya. Pada peta tematik komposisi peta dapat dibuat
sedemikian rupa dengan mempertimbangkan asas keserasian keseimbangan,
keselarasan, dan kerapian. Unsur seni dari pembuat peta sangat mendominasi hasil peta,
komposisi peta yang selaras, serasi, dan seimbang ditambah kerapian akan
menghasilkan tampilan peta yang menarik.
6
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN
7
2. Diagram Alir Kegiatan
3. Tahap Pelaksanaan
a. Studi Literatur
Tahap pertama dan utama yang harus dilakukan untuk membuat peta persebaran
titik dasar teknik orde 3 dan 4 adalah menguasai pemahaman dari perencanaan,
8
pengukuran, dan pemetaan TDT (Titik Dasar Teknik) pada Peraturan Pemerintah No.24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, PMNA No. 3 Tahun 1997, Permen ATR
KBPN No.16 Tahun 2021, PP No. 18 Tahun 2021, dan SNI 19-6724-2002 tentang
Jaring Kontrol Horizontal.
b. Persiapan
Tahapan persiapan yang perlu dilakukan dapat dirinci seperti berikut.
- Survei Pendahuluan
Pada survei pendahuluan akan dilakukan pengamatan daerah yang akan
di pasang titik dasar teknik orde 3 dan orde 4 dengan citra satelit untuk
memberikan gambaran lokasi yang akan dipasangkan TDT yang selanjutnya
akan dilaksanakan penentuan tempat yang akan dipasang titik dasar tersebut.
Survei ini dimaksudkan untuk mengetahui lokasi yang akan dipasang titik dasar
teknik.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi ini adalah
pertimbangan dari titik yang nantinya dipasang lebih baik terdapat pada tanah-
tanah negara dengan kondisi tanah yang stabil. Dalam perencanaan ini
menggunakan lokasi di pinggir jalan, lapangan, lahan kosong. Jika terletak pada
tanah pribadi harus sudah mendapatkan izin dari pemilik tanah. Dan apabila
menggunakan tugu milik instansi lain nantinya harus mencantumkan nomor
tugu tersebut dan identitas titik lengkap.
- Sketsa Digital
Sketsa diperlukan agar penempatan titik dapat diprediksi lebih awal
secara digital. Hasil sketsa titik dasar teknik dilakukan stake out ke lokasi
pengukuran. Sketsa dilakukan setelah melakukan survei pendahuluan terhadap
kondisi sebenarnya. Sketsa digital dapat dilakukan pada software ArcMap.
- Rancangan Kerja
Pada rancangan kerja dirumuskan beberapa hal yaitu: (1) Rencana
jadwal kegiatan dan anggaran biaya, (2) Susunan pelaksana dan detail rincian
tugas personil yang terlibat, (3) Perencanaan pembuatan dan pengukuran titik
dasar teknik secara detail, (4) Pengolahan data koordinat titik dasar teknik, dan
(5) Pembuatan peta persebaran titik dasar teknik.
9
c. Penentuan, Monumentasi, dan Pengukuran Titik Dasar Teknik
Penentuan dari TDT Orde 3 dengan metode GPS nantinya harus memenuhi
kriteria: (a) Lokasi mudah dijangkau, tanah aman, (b) Ruang pandang bebas ke langit
minimal 15º, (c) Jauh dari interferensi elektrik agar meminimalisir efek multipath.
Untuk orde 4 dengan metode pengukuran terestris dengan alat TS harus memenuhi
kriteria: (a) Titik pada jaringan kerangka titik dasar teknik harus dapat saling terlihat
antar titik terdekat, (b) Sudut yang diukur tidak boleh terlalu lancip atau kurang dari
30º dan tidak terlalu tumpul atau lebih dari 330º agar ketelitian jaring kontrol tinggi,
dan (c) Tanah penempatan titik harus datar, rata, padat, dan aman.
Berdasarkan PMNA/KA.BPN NO.3/1997, kegiatan monumentasi yang
merupakan pemasangan wujud fisik dari titik dasar teknik dibuat berdasarkan orde dari
titik teknik. Titik dasar teknik orde 3 dibuat dengan konstruksi beton sementara titik
dasar teknik orde 4 dibuat dengan menyesuaikan kondisi tempat titik diletakkan di
lapangan. Pemilihan jenis bahan konstruksi untuk titik dasar teknik orde 4 dibedakan
untuk daerah terbuka dan padat. Pada daerah padat dengan ciri perubahan fisik daerah
dan pola penggunaan lahan yang terfokus pada permukiman dan jasa, konstruksi yang
dapat digunakan adalah beton yang kemudian ditempatkan pada trotoar jalan, bahu
jalan dan sebagainya. Selain itu, konstruksi dengan bahan kuningan yang diletakkan di
bidang tanah dengan bangunan permanen juga dapat digunakan pada daerah padat.
Sedangkan, pada daerah terbuka yang merupakan daerah dengan ciri pembangunan
lambat dan pola penggunaan lahan yang terfokus pada pertanian dapat menggunakan
konstruksi berupa beton. Pembuatan konstruksi titik dasar teknik juga dapat dibuat
sesuai dengan ketentuan instansi tertentu terkait dengan kebijakan sistem pemetaan
yang digunakan. Monumentasi ini dilakukan berdasarkan peta perencanaan yang akan
digunakan untuk pekerjaan pengukuran dengan penomoran titik dasar teknik
disesuaikan pula dengan peta perencanaan.
Langkah selanjutnya adalah pengukuran TDT. Terdapat 2 metode yaitu
pengamatan satelit/GPS untuk orde 3 dan pengukuran terestris metode poligon untuk
orde 4 sesuai dengan ketetapan Badan Standarisasi Nasional tahun 2002. Pada kegiatan
pengukuran titik dasar teknik orde 3 digunakan metode statik dimana penentuan posisi
dilakukan pada titik-titik yang diam/tidak bergerak serta dapat dilakukan secara absolut
maupun relatif. Penentuan posisi dengan metode statik membutuhkan data pseudorange
atau yang biasa disebut data fase. Data ini didapatkan dengan melakukan perhitungan
terhadap tiap-tiap baseline yang kemudian perlu dilakukan perataan jaringan. Untuk
10
orde 4 dilakukan pengukuran terestrial dengan metode poligon yang merupakan sebuah
metode penentuan posisi horizontal dari banyak titik, dimana seluruh titik dihubungkan
dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk sebuah poligon yang mana
koordinat dari setiap titiknya akan diketahui dari perhitungan jarak, sudut, atau
kombinasi keduanya.
d. Pengolahan Data
Pengolahan data hasil pengukuran terhadap TDT orde 3 berisi pemrosesan awal,
perhitungan baseline, perhitungan jaring, transformasi koordinat serta kontrol kualitas
sehingga nantinya didapatkan data hasil pengukuran dengan kualitas baik dan
merepresentasikan keadaan sebenarnya. Pengolahan data hasil pengukuran terhadap
TDT orde 4 dapat dilakukan dengan menggunakan software MS Excel dimana akan
dilakukan perhitungan menggunakan metode Bowditch, baik untuk poligon tertutup
maupun poligon terbuka terikat sempurna. Hasil akhir dari pengolahan data ini adalah
data koordinat titik-titik dasar teknik orde 4 yang memiliki kesalahan minimum dimana
berarti data tersebut memenuhi TOR yang ada.
11
BAB IV
PELAKSANAAN
1. Jadwal Kegiatan
Rencana jadwal kegiatan pengukuran Titik Dasar Teknik (TDT) orde 3 dan orde 4 di
Desa Sendangmulyo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1. Rencana Kegiatan Pengukuran
Hari
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Inventarisasi
Perencanaan
Survei Pendahuluan
Monumentasi
Pengukuran TDT orde 3
Pengolahan Data
Pengukuran TDT orde 4
Pengolahan Data
2. Anggaran
Rencana anggaran biaya kegiatan pengukuran Titik Dasar Teknik (TDT) orde 3 dan
orde 4 di Desa Sendangmulyo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2. Rencana Anggaran Biaya Kegiatan Pengukuran
1. Persiapan
12
desa
2. Pekerjaan Lapangan
2.1 Monumentasi
2.5 Alat
3. Pekerjaan Studio
4. Honorarium
13
4.3 Bendahara Orang/proyek 150.000 1 150.000
5. Lain-lain
Total 30.300.000
14
BAB V
MANAJEMEN PELAKSANAAN
1. Jumlah Personil
Anggota yang dibutuhkan untuk kegiatan pengukuran Titik Dasar Teknik (TDT) orde
3 dan orde 4 antara lain:
a. Project Manager/Leader : 1 orang
b. Tenaga ahli/Geodet : 1 orang
c. Chief Surveyor : 1 orang
d. Surveyor : 3 orang
e. Asisten surveyor : 3 orang
f. Drafter : 2 orang
g. Logistik : 2 orang
h. Tenaga Bantu : 3 orang
2. Kualifikasi Personil
Kualifikasi personil yang ditentukan bertujuan untuk menjamin keberhasilan sebuah
proyek sehingga kompetensi yang dibutuhkan oleh setiap personil harus terpenuhi.
Berikut kualifikasi dan tanggung jawab tiap personil:
a. Project Manager/Leader:
Project Manager/Leader yang dibutuhkan minimal lulusan S1/S2
Geodesi/Geomatika dari Perguruan Tinggi yang telah memiliki SKA dan sudah
berpengalaman minimal 5 tahun dibidangnya.
b. Tenaga Ahli/Geodet
Tenaga ahli atau geodet yang dibutuhkan adalah minimal lulusan S1
Geodesi/Geomatika dengan pengalaman 4 tahun dibidangnya
c. Chief Surveyor
Chief Surveyor yang dibutuhkan adalah minimal lulusan S1
Geodesi/Geomatika dengan minimal kerja 3 tahun dalam bidang komputer dan
survei pemetaan
15
d. Surveyor
Surveyor yang dibutuhkan adalah minimal lulusan D3/D4/S1
Geodesi/Geomatika dengan minimal pengalaman 2 tahun pada bidang survei
pemetaan
e. Asisten surveyor
Asisten surveyor yang dibutuhkan adalah minimal lulusan D3/D4
Geodesi/Geomatika atau SMA/SMK sederajat dengan minimal pengalaman 1
tahun pada bidang survei pemetaan.
f. Drafter
Drafter yang dibutuhkan adalah minimal lulusan D3/D4/S1
Geodesi/Geomatika dengan minimal pengalaman 1 tahun pada bidang
penggambaran peta dan komputer.
g. Logistik
Personil logistik yang dibutuhkan adalah minimal lulusan SMA/SMK/sederajat
h. Tenaga bantu monumentasi (Tukang)
Tenaga bantu monumentasi/tukang yang dibutuhkan adalah minimal lulusan
SMA/SMK/sederajat
16
- Membuat perencanaan titik dasar teknik yang telah dikonsultasikan oleh
Konsultan Geodesi yang akan dikerjakan oleh staf dibawahnya
- Mengesahkan peta titik dasar teknik
- Mempersiapkan seluruh perizinan kegiatan
b. Tenaga ahli/Geodet
- Melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan pengukuran, mulai dari
persiapan dan teknis pelaksanaan yang akan dilakukan oleh surveyor
- Menyiapkan program kerja sebagai arahan bagi surveyor untuk
melaksanakan pengukuran
- Memeriksa data lapangan dan melakukan analisis data serta mengarahkan
tim dalam melaksanakan penggambaran
- Memeriksa gambar-gambar yang telah diedit
- Bertanggung jawab terhadap Project Manager atas pelaksanaan hasil survei
dan pemetaan
c. Chief Surveyor
- Mengatur dan bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional survei
- Membuat perencanaan kegiatan operasional survei
- Mengontrol pelaksanaan operasional survey
- Melaksanakan kegiatan operasional survei
- Bertanggungjawab terhadap hasil pengukuran di lapangan
d. Surveyor
- Melakukan pekerjaan survey dan pengukuran sesuai dengan KAK
- Melaksanakan kegiatan survei pendahuluan Bersama Chief Surveyor
- Bertanggung jawab saat penggunaan alat survey
- Melakukan penggambaran sketsa di lapangan
- Melaporkan hasil pengukuran dan masalah yang dihadapi kepada Chief
Surveyor
e. Asisten Surveyor
- Membantu Surveyor dalam melaksanakan kegiatan pemetaan
- Bertanggungjawab menjaga dan menggunakan peralatan survei
- Membawa alat saat mobilisasi pada pengukuran di lapangan
- Membuat rancangan/sketsa monumentasi pada titik dasar teknik pada saat di
lapangan
17
f. Drafter
- Mengolah data hasil pengukuran di lapangan menggunakan software
(Autocad atau yang lainnya)
- Menyiapkan segala kebutuhan terkait penerimaan, pengolahan, perhitungan,
kualifikasi dan standar ketelitian, penggambaran baik dari seluruh segi arsip
fisik dan digital
- Melakukan plotting titik hasil pengolahan data
- Melakukan penggambaran peta titik dasar teknik yang disesuaikan dengan
kerangka acuan kerja
- Bertanggung jawab terhadap hasil penyajian peta
g. Logistik
- Melakukan perencanaan kebutuhan seluruh personil
- Memenuhi seluruh kebutuhan personil, baik secara pribadi maupun
berkelompok
- Membuat dan menyusun laporan seluruh pembelian kebutuhan
- Berkoordinasi dengan Project Manager dan Akuntan mengenai jumlah dan
jadwal pendatangan bahan yang diperlukan pada masing-masing waktu
pelaksanaan item pekerjaan.
- Bertanggung Jawab terhadap ketersediaan kebutuhan personil secara
keseluruhan
h. Tenaga Bantu
- Membantu tim dalam proses pengukuran di lapangan
- Membuat monumentasi TDT sesuai dengan KAK
- Mengikuti instruksi, baik dari Chief Surveyor maupun Surveyor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
18
2 Persiapan Logistik Logistik
19
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. (2002). Standar Nasional Indonesia Jaring Kontrol Horisontal.
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Kementerian ATR/BPN. (1997). Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Republik Indonesia. (1997). Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah.
Saefurokim. (2009). Pengukuran dan Pemetaan Titik Dasar Teknik Orde 4 di Desa
Kartikajaya Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun 2009. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
20
21