Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................................................. 3

BAB II ................................................................................................................................................ 4

BAB III............................................................................................................................................... 5

BAB IV .............................................................................................................................................. 7

BAB V................................................................................................................................................ 8

BAB VI .............................................................................................................................................. 9

BAB VII ........................................................................................................................................... 20

BAB VIII .......................................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 24


SKENARIO 1

Sakit kepala ini membunuhku....


Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri kepala
berdenyut sejak 4 bulan yang lalu. Nyeri kepala hilang timbul. Intensitas nyeri kepala hampir sama
sejak awal, terutama dibagian kepala sisi kanan. Saat nyeri kepala pasien tak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari. Durasi sakit kepala sekitar 3 sampai 6 jam. Keluhan kadang disertai mual
tetapi tidak disertai demam.

Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : GCS 456
Tanda vita1: TD 120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 20x/menit, Temp 37,0 C

Pemeriksaan Neurologis: dalam batas normal


BAB I
KATA SULIT

1. GCS = gasgow comma scale, untuk mengetahui tingkaat kesadaran seseorang saat
memberi pertolongan darurat medis, 3 komponen, respon mata, verbal, motoric;
mata 4 verbal 5 motorik 6
2. Intensitas nyeri = tingkatan dari rasa nyeri contoh : ringan , sedang, berat, sangat
berat; digambarkan dengan 1-10
3. Nyeri kepala berdenyut = rasa sakit di kepala dengan sensasi osilasi (nyut-nyut)
BAB II
RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa pasien mengalami nyeri kepala berdenyut?


2. Apa yang menyebabkan nyeri kepala?
3. Mengapa rasa nyeri berada di kanan?
4. Mengapa nyeri kepala yang dirasakan pasien hilang timbul?
5. Mengapa pasien disertai mual dan tidak demam?
6. Pada tingkatan nyeri kepala seperti apa sehingga pasien tidak bisa melakukan
aktivitas?
7. Mengpa durasi sakit kepalanya 3-6 jam?
8. Apakah ada keterkaitan jenis kelamin dan usia pada sakit ini?
9. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan ?
10. Apa diagnosis dari penyakit ini?
BAB III
BRAINSTORMING

1. Apa yang menyebabkan nyeri kepala?


Stress, banyak pikiran, aktivitas padat, kelelahan,
ada penekanan, gangguan pada saraf 5 trigeminal, sehingga menyebabkan nyeri pada
kepala
2. Mengapa pasien mengalami nyeri kepala berdenyut?
Karena ada pelebaran pembuluh darah akibat dari daerah kepala yang bermasalah
Dengan meningkatnya tonus aliran darah, sehingga dia berdenyut
3. Mengapa rasa nyeri berada di kanan?
Bermasalah disebelah kanan, kekurangan pasokan darah karena otot polos pembuluh
darah Lelah sehingga vasodilatasi dan tonus aliran darah, sehingga terasa nyeri
4. Mengapa nyeri kepala yang dirasakan pasien hilang timbul?
Vasodilatasi→nyeri, normal→hilang
Stress lagi, kecanduan kafein, terlambat makan, coklat dan keju
5. Mengapa pasien disertai mual dan tidak demam?
Mual →prodomal karena iskemi, ke otak, mengalirkan ke saraf GI
Tidak ada pengaruh di hipotalamus, tidak karena infeksi
6. Pada tingkatan nyeri kepala seperti apa sehingga pasien tidak bisa melakukan
aktivitas?
Setiap orang berbeda beda, tidak ada standar, umumnya pada tingkatan berat
7. Mengapa durasi sakit kepalanya 3-6 jam?
Penyebabnya karena vasokontriksi di awal, dengan akhir vasodilatasi yang
menyebabkan nyeri, jadi selama waktu 3-6 jam itu vasodilatasi, setelah 3-6jam ini
vasodilatasi ini menjadi normal kembali
8. Apakah ada keterkaitan jenis kelamin dan usia pada sakit ini?
Ada, nyeri kepala juga dipengaruhi hormone
Terutama pada wanita, pada esterogen fluktuatif, yang membuat zat kimia pada otak
Konsumsi pil KB, menopause, Kehamilan, stress
9. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan?

5
Dari pemeriksaan tersebut, dalam batas normal semua, pada saat pemeriksaan
tersebut, dalam keadaan normal
Pada pemeriksaan normal, tidak ada gangguan pada nervus nervus tersebut
10. Apa diagnosis dari penyakit ini?

6
BAB IV
PETA MASALAH

7
BAB V
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan integrasi islam


2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Anatomi Sistem Saraf Pusat Otak
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Definisi dan Klasifikasi Nyeri Kepala
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Epidemiologi Migren
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Etiologi Migren
6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Faktor Risiko Migren
7. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Manifestasi Klinis Migren
8. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Patofisiologi Migren
9. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Kriteria Diagnosis Migren
10. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Diagnosis Banding Migren
11. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Migren
12. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tata Laksana Migren
13. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Komplikasi Migren
14. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Prognosis Migren
15. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pencegahan Migren

8
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA

1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan integrasi islam

Qs. Ar-Ra’d ayat 28:

ُ ُ‫َط َم ِئ ُّن ْالقُل‬


‫وب‬ ْ ‫َّللا ت‬
ِ َّ ‫َّللا ۗ أ َ ََل ِب ِذ ْك ِر‬ ْ ‫الَّذِينَ آ َمنُوا َوت‬
ِ َّ ‫َط َم ِئ ُّن قُلُوبُ ُه ْم ِب ِذ ْك ِر‬
Arti: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Hadits:

‫ضبْ َو َل َك ْال َج َّن ُة‬


َ ‫ََل تَ ْغ‬
“Jangan marah, maka bagimu syurga” (HR.Thabrani)

2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Anatomi Sistem Saraf Pusat Otak

Cranium atau tulang tengkorak adalah sekumpulan tulang yang saling berhubungan satu
sama lain yang didalamnya terdapat cavum cranii yang berisi otak atau encephalon. Cranium
dibagi menjadi neurocranium dan viscerocranium, yang melindungi otak adalah neurocranium
dan yang membentuk tulang wajah adalah viscerocranium. Disebelah profunda dari cranium
terdapat lembaran jaringan ikat yang juga berfungsi melindungi otak disebut meninx yang terdiri
dari atas 3 lapis yaitu duramater, arachnoidmater, dan piamater. Selain itu kulit kepala, otot,
tendon, dan jaringan ikat atau fascia kepala yang letaknya lebih superficial juga ikut berperan
dalam melindungi otak.
Dari semua struktur cranium diatas ada yang memiliki reseptor peka nyeri dan ada yang
tidak memiliki reseptor nyeri. Yang memiliki reseptor nyeri dibagi menjadi struktur peka nyeri
ekstrakranial dan intracranial. Struktur peka nyeri ekstrakranial antara lain, kulit kepala, otot
kepala, tendon, fascia kepala, periosteum, sinus paranasalis, gigi geligi, telinga luar, nervus
cervicalis C2 C3, dan arteri ekstrakranial. Struktur peka nyeri intracranial antara lain, meninx,
sinus venosus duramater, arteri meningea, nervus cranialis. Sedangkan struktur yang tidak peka
nyeri antara lain, tulang kepala, parenkim otak, ventrikel dan plexus choroideus.
Apabila terjadi rangsangan yang melibatkan reseptor peka nyeri pada struktur cranium
diatas maka akan menyebabkan nyeri kepala atau cephalgia. Jika nyeri kepala melibatkan
struktur di 2/3 fossa cranium anterior atau supratentorial maka nyeri akan diproyeksikan ke
daerah frontal, temporal dan parietal yang diperantarai oleh nervus trigeminal, dan jika nyeri
kepala melibatkan struktur di daerah fossa cranii posterior atau infratentorial maka nyeri akan
9
diproyeksikan ke daerah occipital, leher dan belakang telinga yang diperantarai oleh nervus
cervicalis atas C1, C2 dan C3.
3.Mahasiswa Mampu Menjelaskan Definisi dan Klasifikasi Nyeri Kepala

Nyeri didaerah kepala sendiri dibagi menjadi dua, yaitunyeri kepala dan nyeri fasial. Nyeri
kepala adalah rasa nyeri pada daerah diatas garis orbitomeatal yaitu diatas kepala memanjang
dari orbita sampai kedaerah belakang kepala, sedangkan pada nyeri fasial adalah rasa nyeri
pada daerah wajah yaitu dibawah garis orbitomeatal contohnya pada neuralgiatrigeminal.

Klasifikasi The International Headache Society (IHS)pada tahun 1988 membagi nyeri kepala atau
cephalgia menjadi dua kategori utama, yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder.Nyeri
kepala primeradalah nyeri kepala tanpa penyebab yang jelas dan tidak berhubungan dengan
penyakit lain,mencakup Tension type headache, migraine dan nyeri kepala cluster. Sedangkan
nyeri kepala sekunder terjadi akibat gangguan organik lain, seperti infeksi, trauma, tumor, dan
perdarahan.

4.Mahasiswa Mampu Menjelaskan Epidemiologi Migren

Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan 75% diantaranya
adalah wanita. Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya muncul pada usia 10 –
40 tahun dan angka kejadiannya menurun setelah usia 50 tahun. Migren tanpa aura lebih
sering dibandingkan migren yang disertai aura dengan persentasi 9 : 1.3

Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang
menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita. 75 %
dari jumlah di atas adalah tipe tension headache yang berdampak pada menurunnya
konsentrasi belajar dan bekerja sebanyak 62,7 %.Onset migraine terjadi pada usia dibawah
30 tahun pada 80% kasus dan menurun seiring bertambahnya usia. Risiko terjadinya
migren semakin besar pada orang yang memiliki riwayat keluarga penderita migren.Sekitar
75% sampai 80% pengidap migren memiliki anggota keluarga dekat yang mengidap nyeri
kepala..

5 .Mahasiswa Mampu Menjelaskan Etiologi Migren

Penyebab terjadinya migraine masih belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor atau
pemicu yang dapat menyebabkan terjadinya migraine.

1.Riwayat penyakit migren dalam keluarga. 70-80% penderita migraine memiliki anggota keluarga dekat
dengan riwayat migraine juga.

10
2.Perubahan hormone (esterogen dan progesterone) pada wanita, khususnya pada fase luteal siklus
menstruasi.

3.Makanan yang bersifat vasodilator (anggur merah, natrium nitrat) vasokonstriktor (keju, coklat) serta
zat tambahan pada makanan.

4.Stres

5.Faktor fisik, tidur tidak teratur

6.Rangsang sensorik (cahaya silau dan bau menyengat)

7.Alkohol dan Merokok

8. Pemakaian pil kontrasepsi menaikkan frekuensi dan intensitas serangan migren, dan dilaporkan
menyebabkan defisit neuroiogis yang permanen

6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Faktor Risiko Migren

1. Wanita. Estrogen disinyalir berperan dalam penyakit ini. Fluktuasi estrogen disebut dapat memicu
sakit kepala, khususnya migrain, pada wanita. Migrain terjadi pada saat: (1) sebelum/ selama periode
menstruasi (di mana terjadi penurunan besar hormon estrogen); (2) selama kehamilan atau
menopause; (3) jika mengonsumsi obat hormonal, seperti obat kontrasepsi oral dan terapi
penggantian hormone.
1. Cahaya kilat atau berkelip Cahaya yang terlalu terang dan intensitas perangsangan visual yang terlalu
tinggi akan menyebabkan sakit kepala pada manusia normal. Mekanisme ini juga berlaku untuk
penderita migren yang memiliki kepekaan cahaya yang lebih tinggi daripada manusia normal.
2. Makanan : Penyedap makanan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit kepala, kemerahan
pada wajah, berkeringat dan berdebar-debar jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar pada saat perut
kosong. Fenomena ini disebut ‘Chinese Restaurant Syndrome’.Aspartam atau pemanis buatan pada
minuman diet dan makanan ringan, dapat menjadi pencetus migren bila dimakan dalam jumlah besar
dan jangka waktu yang lama.
3. Tampak ada kaitan antara serangan migren dengan peristiwa sekitar, kedudukan, siklus
menstruasi dai variabel lainmya sehingga timbul banyak istilah seperti: summer,Monday
relaxation, premenstrual dan menstrual headache.Serangan migren seringkali dipresipitasi oleh
reaksi emosional yang berkaitan dengan kerja berat, problem antar personal, ego tersinggung,
problem finansial, atau faktor sosiokultural lainnya
.

11
7. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Manifestasi Klinis Migren

Secara keseluruhan manifestasi klinis pemderita migraine bervariasi tiap individu.


Terdapat 4 fase umum yang terjadi pada penderita migraine. Tetapi tidak semuanya harus
dialami oleh tiap individu.
a. Fase Prodomal
Fase ini dialami sekitar 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa
perubahan mood, irritable, depresi atau euphoria, perasaan lemah, tidur berlebihan
dan menginginkan jenis makanan tertentu. Gejala ini muncul beberapa jam atau
hari sebelum nyeri kepala.
b. Fase Aura
Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau
menyertai serangan migren. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit. Aura
dapat berupa sensasi motoric, sensorik, visual atau gabungan diantaranya. Aura
visual 64% muncul pada pasien dan merupakan gejala neurologis yang paling
umum. Aura pada migren biasanya hilang beberapa menit dan kemudian muncul
nyeri kepala.
c. Fase Nyeri Kepala
Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral dan biasanya berawal
di daerah frontotemporalis dan ocular. Kemudian setelah 1-2 jam menyebar secara
difus kearah posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada orang dewasa
dan pada anak-anak biasanya 1-48 jam. Intensitas nyeri sedang sampai berat dan
menggangu aktivitas sehari-hari.
d. Fase Postdormal atau Pemulihan
Pasien merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun dan terjadi perubahan
mood. Pasien dapat tertidur dalam jangka waktu panjang.

8. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Patofisiologi Migren

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan terjadinya sakit kepala
migraine. Tetapi dalam beberapa tahun belakangan ini telah banyak penelitian yang menjelaskan
patomekanisme terjadinya migraine.Paling tidak ada 3 teori yang diyakini dapat menjelaskan
mekanisme migraine.

12
1.Teori Vascular

Teori vaskular, adanya gangguan vasospasme menyebabkan pembuluh darah otak


berkonstriksi sehingga terjadi hipoperfusi otak yang dimulai pada korteks visual dan menyebar ke
depan. Penyebaran frontal berlanjutandan menyebabkan fase nyeri kepala dimulai.

2.Teori Neurovascular-Neurokimia(Trigeminovascular)

Adanya vasodilatasi akibat aktivitas NOS dan produksi NO akan merangsang ujung saraf
trigeminus pada pembuluh darah sehingga melepaskan CGRP (calcitonin gene related). CGRP
akan berikatan pada reseptornya di sel mast meningens dan akan merangsang pengeluaran
mediator inflamasi sehingga menimbulkan inflamasi neuron. CGRP juga bekerja pada arteri
serebral dan otot polos yang akan mengakibatkan peningkatan aliran darah. Selain itu, CGRP akan
bekerja pada post junctional site second order neuronyang bertindak sebagai transmisi impuls nyeri.Teori
sistem saraf simpatis, aktifasi sistem ini akan mengaktifkan lokus sereleus sehingga terjadi
peningkatan kadar epinefrin. Selain itu, sistem ini juga mengaktifkan nukleus dorsal rafe
sehingga terjadi peningkatan kadar serotonin. Peningkatan kadar epinefrin dan serotonin akan
menyebabkan konstriksi dari pembuluh darah lalu terjadi penurunan aliran darah di otak.
Penurunan aliran darah di otak akan merangsang serabut saraf trigeminovaskular. Jika
aliran darah berkurang maka dapat terjadi aura. Apabila terjadi penurunan kadar serotonin maka
akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial yang akan menyebabkan nyeri
kepala pada migren.

3.Teori Cortical Spreading Depresion

Dimana pada orang migrain nilai ambang saraf menurun sehingga mudah terjadi eksitasi neuron
lalu berlaku short-lasting wave depolarization oleh pottasium-liberating depression (penurunan

13
pelepasan kalium) sehingga menyebabkan terjadinya periode depresi neuron yang
memanjang. Selanjutnya, akan terjadi penyebaran depresi yang akan menekan aktivitas neuron
ketika melewati korteks serebri.

Buku Ajar Diktat FK UNHAS

Mekanisme terjadinya sakit kepala yang merupakan gejala utama migren psikosomatik adalah
melalui perubahan-perubahan di atas (stres) berupa: 1), vasospasme arteri serebri tertentu menyebabkan
gejala prodromal, 2) distensi arteri, cabang-cabang arteri karotis eksterna (akan mengaktivasi akhiran
saraf nyeri di sepanjang dinding arteri) akan menyebabkan sakit kepala yang khas. 3) edema dinding
arteri yang terjadi akan menimbulkan sakit kepala yang berkepanjangan. Mekanisme terjadinya
perubahan reaksi vaskular ini diduga akibat perurunan substansi neurotransmiter serotonin , endorfin)
atau sekresi neurokinin.

9. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Kriteria Diagnosis Migren

Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut dibawah ini :

a. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologic tidak menunjukkan adanya kelainan organic
b. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologic diduga adanya kelainan organic, tetapi
pemeriksaan neuroimaging dan pemeriksaan tambahan lainnya tidak menunjukkan
kelainan.

10. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Diagnosis Banding Migren


Migrain termasuk nyeri kepala primer yang dimana penyebabnya belum diketahui secara pasti.
Untuk mendiagnosisnya pun menurut PERDOSSI cukup dengan gejala klinis saja sesuai kriteria
diagnosis yang telah ditetapkan. Sehingga, butuh pengenalan lebih lanjut mengenai gejala dan tanda khas
dari migrain agar dapat membedakannya dengan nyeri kepala tipe lain. Berikut adalah tabel perbandingan
masing-masing nyeri kepala yang dipertimbangkan sebagai diagnosis banding migrain.
Tabel 1. Diagnosis Banding Migrain

Tipe Lokasi Umur Gejala Klinik Faktor


Pencetus
Migrain Fronto- Dewasa muda, Nyeri sedang- Cahaya, suara,
tanpa aura temporal kadang anak- berat, berdenyut alkohol,
(uni-bilateral) anak gangguantidur
Migrain Sama dengan Sama dengan Sama dengan Sama dengan
dengan aura atas atas atas + gangguan atas
sensorik, visual,
otonom

14
Cluster Orbito- Dewasa muda Nyeri hebat, Tidak diketahui
Headache temporal dan laki-laki tidak berdenyut, pasti, alkohol
(Nyeri dewasa (90%) lakrimasi, rinore, pada beberapa
kepala injeksio kasus
kluster) konjungtiva
Tension Fronto- Dewasa muda, Tertekan, terikat Kelelahan,
Headache Oksipital, usia tali, tidak stress psikis
(Nyeri menyeluruh pertengahan, berdenyut,
kepala terkadang berlangsung
ketegangan) anak-anak, berhari-hari,
wanita>pria bulan, tahunan
Temporal Unilater- Usia >50 tahun Nyeri berdenyut, Tidak ada
Arteritis bilateral di kemudian
(Giant-Cell regio persisten dan
Arteritis) temporalis terasa terbakar,
nyeri tekan arteri
Neuralgia Unilateral, Usia umumnya Nyeri seperti Mengunyah,
Trigeminal mengikuti 60-70 tahun tertusuk, berat, berbicara,
persarafan dan muncul menyikat gigi,
sensorik mendadak menyentuh
n.trigeminus area/lokasi
pada kepala nyeri

11. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Migren


A. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis harus normal.
Temuan-temuan yang abnormal menunjukkan sebab-sebab sekunder, yang memerlukan
pendekatan diagnostic dan terapi yang berbeda.
B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, pemeriksaan ini dilakukan jika ditemukan:
1. Kelainan structural, metabolic, dan penyebab lain yang dapat menyerupai gejala migren
2. Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit penyerta yang dapat menyebabkan komplikasi
3. Menentukan dasar pengobatan dan untuk menyingkirkan kontraindikasi obat-obat yang
diberikan
C. Neuroimaging diindikasikan pada hal-hal sebagai berikut :
a. Sakit kepala yang pertama atau terparah seumur hidup penderita
b. Perubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran klinis pada migren

15
c. Pemeriksaan neurologis yang abnormal
d. Sakit kepala yang progresif atau persisten
e. Gejala-gejala neurologis yang tidak memenuhi kriteria migren dengan aura atau hal-hal lain
yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut
f. Deficit neurologis yang persisten
g. Hemicrania yang selalu pada sisi yang sama dan berikatan dengan gejala-gejala neurologis
yang kontralateral
h. Respon yang tidak adekuat terhadap terapi rutin
i. Gejala klinis yang tidak biasa

12. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tata Laksana Migren

16
Terapi nonfarmakologis

Selain menggunakan obat-obatan, migren dapat diatasi dengan menghindari faktor penyebab,
manajemen lingkungan, memperkirakan siklus menstruasi, yoga, meditasi, dan hipnotis.

17
Edukasi

1. Terapi komprehensif migrain mencakup terapi akut dan profilaksi, menejemen faktor pencetus
dan gaya hidup melalui strategi self-management.
2. Self-management, pasien berperan aktif dalam menejemen migrainnya.
- Self-monitoring untuk mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi migrainnya.
- Mengelola faktor pencetus secara efektif.
- Pacing activity untuk menghindari pencetus migrain.
- Menghindari gaya hidup yang memperburuk migrain.
- Teknik relaksasi.
- Mempertahankan sleep hygiene yang baik.
- Mampu mengelola stres.
- Cognitive restructuring untuk menghindari berfikir negatif.
- Communication skills untuk berbicara efektif tentang nyeri pada keluarga.
3. Menggunakan obat akut atau profilaksi secara wajar.

13. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Komplikasi Migren


1. Stroke iskemik dapat terjadi sebagai komplikasi yang jarang namun sangat serius dari migren.
Hal ini dipengaruhi oleh factor risiko seperti aura, jenis kelamin wanita, merokok, penggunaan
hormone esterogen
2. Pada migren komplikata dapat menyebabkan hemiparesis
3. Nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat –obatan analgesia yang berlebihan
seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.
4. Status Migren, yaitu nyeri kepala yang lebih dari 72 jam walaupun telah diobati
sebagaimana mestinya.

14. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Prognosis Migren


- Dapat sembuh tetapi ada kemungkinan remisi tetapi remisi nya adalah hal yang lumrah pada
migrain. Tingkat keparahan migrain semakin berkurang seiring bertambahnya usia
- Harus di follow up jika dikarenakan overuse obat

15. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pencegahan Migren

The 2000 US Headache Consortium menetapkan tujuan berikut untuk pengobatan


pencegahan:

(1) mengurangi frekuensi serangan sebesar 50% dan mengurangi intensitas dan durasi;

18
(2) meningkatkan respons terhadap terapi akut;
(3) meningkatkan fungsi dan mengurangi kecacatan; dan
(4) mencegah terjadinya sakit kepala berlebihan (MOH) dan sakit kepala kronis setiap hari.

Pencegahan seharusnya tidak terbatas pada perawatan farmakologis. Pendekatan


nonfarmakologi mungkin termasuk terapi perilaku kognitif, teknik relaksasi, dan umpan balik
bio. Konsensus atau persetujuan berikut menguraikan keadaan untuk pengobatan farmakologi
setiap hari:2

“Migrain mengganggu rutinitas sehari-hari meskipun perawatan akut; kegagalan,


kontraindikasi, atau efek samping dari obat akut; keadaan sebagai migrain hemiplegia; lebih
dari dua sakit kepala dalam seminggu; atau [meningkatkan risiko transformasi menjadi sakit
kepala harian] atau preferensi pasien. ”1

Silberstein dkk merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk pencegahan yang


optimal:

1. Mulailah dengan dosis rendah.


2. Berikan masing-masing obat pencegahan percobaan yang cukup, ≥2 bulan.
3. Hindari obat-obatan yang mengganggu, kontraindikasi, atau terlalu sering digunakan.
4. Evaluasi kembali terapi; tindak lanjut itu penting.
5. Diskusikan kontrasepsi dengan wanita di usia subur dan potensi risiko pengobatan
dengan kehamilan.
6. Libatkan pasien dalam perawatan mereka untuk meningkatkan kepatuhan.
7. Pertimbangkan masalah komorbiditas, dan pilih satu obat untuk mengobati beberapa
gangguan komorbid jika memungkinkan.
Pilih obat berdasarkan kemanjuran, preferensi pasien, profil sakit kepala, efek samping obat,
dan ada atau tidaknya kondisi hidup bersama atau komorbid.

19
BAB VII
PETA KONSEP

20
BAB VIII
SOAP

SOAP

S = Subjective
Keluhan Utama :
Nyeri kepala berdenyut sejak 4 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Nyeri kepala hilang timbul
- Intensitas nyeri kepala hamper sama sejak awal, terutama dibagian kepala sisi kanan
- Saat nyeri kepala tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
- Durasi nyeri kepala sekitar 3-6 jam
- Kadang disertai mual tetapi tidak disertai demam
Riwayat penyakit dulu: -
Riwayat penyakit keluarga: -
Riwayat alergi: -
O = Objective
Keadaan umum: GCS 456
TTV: TD 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, temperature 37,0⁰C
Pemeriksaan neurologis: dbn

A1 = Initial Assessment

Wdx: Migren
DD: Cluster headache, tension headache, temporal arteritis, neuralgia trigeminal
P1 = Planning diagnotic

- Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dll (atas indikasi, untuk menyingkirkan penyebab
sekunder)
- MRI atau CT Scan kepala (untuk menyingkirkan tumor dan perdarahan otak)
- Punksi lumbal (dilakukan jika diperkirakan ada meningitis atau perdarahan otak)
A2 = Assessment

Diagnosis: Migren
Level SDKI: 4A
P2 = Plan

Tatalaksana Farmakologis

21
22
Terapi nonfarmakologis
Menghindari faktor penyebab, manajemen lingkungan, memperkirakan siklus menstruasi, yoga,
meditasi, dan hipnotis.
KIE:
• Menejemen faktor pencetus dan gaya hidup melalui strategi self-management (pasien berperan
aktif dalam menejemen migrainnya)
- Self-monitoring untuk mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi migrainnya.
- Mengelola faktor pencetus secara efektif.
- Pacing activity untuk menghindari pencetus migrain.
- Menghindari gaya hidup yang memperburuk migrain.
- Teknik relaksasi.
- Mempertahankan sleep hygiene yang baik.
- Mampu mengelola stres.
- Cognitive restructuring untuk menghindari berfikir negatif.
- Communication skills untuk berbicara efektif tentang nyeri pada keluarga.
• Menggunakan obat akut atau profilaksi secara wajar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, Dito. Penatalaksanaan Migren. RS PKU Muhammadiyah Palangkaraya, Kalimantan


Tengah. 2012.

Buku Ajar Diktat Anatomi Biomedik. Edisi 1. FK Unhas. 2011

Panduan Praktik Klinis Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).
2016.

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (PERDOSSI) 2016

Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson. Patofisiologi edisi 6.Jakarta : EGC.2003

Sjahrir, Hasan. Nyeri Kepala. Kelompok Studi Nyeri Kepala. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. 2004

Suharjanti, Isti. Strategi Pengobatan Akut Migrain. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
2013.

Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson.Patofisiologiedisi 6.Jakarta :EGC.2003

Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Alih bahasa Asdie Ahmad
H, Edisi 13. Jakarta : EGC

Riyadina, Woro. 2014. FAKTOR RISIKO DAN KOMORBIDITAS MIGRAIN. Jakarta : Vol. 17 No.
4 Oktober 2014: 371–378
Harsono, 2011. Kapita Selekta Neurologi. 2nd ed. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 253-
263
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Alih bahasa Asdie Ahmad
H, Edisi 13. Jakarta : EGC

IDI. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Buku Ajar Diktat FK UNHAS 2016
Suharjanti, Isti. Strategi Pengobatan Akut Migrain. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. 2013

Headache Classification Subcommitee of the International Headache Society. The International


Headache Classification Disorder: 2nd Edition. Cephalgia 2004; 24 Suppl 1:1-160
Ropper, A., Brown, R. Adams and Victor’s Principles of Neurology ed 8th. USA : McgrawHill; 2005
(IDI. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta)

24
25

Anda mungkin juga menyukai