Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA

PAHLAWAN DARI SUMATERA UTARA

KELOMPOK 3:

XII-MIA IV

Havidz Andrian ( Ketua Kelompok/Penyusun )

Muhammad Rafly ( Wakil Ketua )

Muhammad Fadlul Hadi ( Anggota )

Dzaky Abdullah ( Anggota )

SMA NEGERI 6 MEDAN

Jl.Ansari No.34,Sei Rengas I,Kec.Medan Kota,Sumatera Utara,20214


PERTANYAAN

1. Kriteria seseorang bisa dikatakan sebagai pahlawan nasional?

Untuk menjadi Pahlawan Nasional, ada persyaratan yang diatur dalam UU No. 20 Tahun
2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.

Syarat Umum:

 WNI atau seseorang yang berjuang di wilayah yang sekarang menjadi wilayah NKRI.
 Memiliki integritas moral dan keteladanan.
 Berjasa terhadap bangsa dan Negara.
 Berkelakuan baik;
 Setia dan tidak menghianati bangsa dan Negara; dan tidak pernah dipidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun.

Syarat Khusus:

 Pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau
perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan
mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa;
 Tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan;
 Melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir sepanjang hidupnya
dan melebihi tugas yang diembannya;
 Pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang
pembangunan bangsa dan negara
 Pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat
luas-atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
 Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi dan/atau melakukan
perjuangan, yang mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional;

1. Warga Negara Indonesia yang telah meninggal dunia serta pada masa hidupnya:

a. Memimpin dan melakukan perjuangan secara bersenjata atau melakukan perjuangan


politik/perjuangan di dalam bidang yang lain untuk
merebut/mencapai/mempertahankan/mengisi kemerdekaan serta untuk mewujudkan sebuah
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

b. Melahirkan pemikiran besar atau gagasan yang menunjang pembangunan bangsa dan
negara.

c. Menghasilkan sebuah karya besar yang dapat mendatangkan manfaat untuk kesejahteraan
masyarakat secara luas atau untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia
2. Melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir sepanjang masa
hidupnya (tidak sesaat) dan telah melebihi tugas yang diembannya.

3. Perjuangan yang dilakukan memiliki jangkauan luas serta berdampak secara nasional.

4. Mempunyai konsistensi jiwa serta semangat nasionalisme atau kebangsaan yang sangat
tinggi.

5. Mempunyai akhlak dan moral yang sangat tinggi.

6. Tidak menyerah pada lawan atau musuh dalam melakukan perjuangan.

7. Dalam riwayat hidup tidak melakukan perbuatan yang tercela sehingga dapat merusak nilai
dari perjuangannya.

2. Sebutkan 1 pahlawan atau tokoh yang telah berjuang menghadapi ancaman disintegrasi
bangsa, di Sumatera Utara

Letnan Jenderal TNI

Djamin Ginting 

Letnan Jenderal TNI Djamin Ginting  lahir pada 12 Januari 1921 di Desa suka, Kabanjahe,
Tanah Karo, Sumut. dan wafat pada 23 oktober 1974, dia adalah seorang perwira militer
Indonesia dan pejuang kemerdekaan dari Tanah Karo . Ia diangkat sebagai Pahlawan
Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada 7 November 2014.  Namanya dijadikan
sebagai nama jalan yang membentang sepanjang 80 km, mulai dari Padang Bulan, Medan
sampai Kabanjahe, Kabupaten Karo. Dia menjadi putera Karo pertama yang dianugerahi
gelar Pahlawan Nasional.

3. Karier Militer Letnan Jenderal Djamin Ginting

Dikutip dari Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI), pada masa pendudukan
Jepang, Djamin Ginting mengikuti pendidikan calon perwira Gyugun di Siborong-Borong
hingga menjadi perwira Gyugun. Setelah Jepang kalah perang, dia bergabung dengan Badan
Keamanan Rakyat (BKR) yang dibentuk pemerintah Republik Indonesia dengan membentuk
BKR di Kabanjahe. Pasukan BKR pimpinannya berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) mengikuti kebijakan pemerintah pusat pada tanggal 5 Oktober 1945.

Pasukan TKR Djamin Ginting merupakan bagian dari TKR A yang berpusat di Kabanjahe
dan mempunyai wilayah komando di Sumatra Timur. Di dalam TKR A, dia menjadi
Komandan Batalyon II TKR Kabanjahe dan kemudian Wakil Kepala Staf Divisi IV TKR
Sumatra Timur di Medan.

Djamin menjadi salah satu komandan pasukan TKR dalam perang Medan Area melawan
pasukan Inggris dan Belanda. Perang Medan Area berakhir pada Desember 1946 setelah
pasukan Inggris meninggalkan Kota Medan. Karirnya meningkat menjadi Komandan
Batalyon I Resimen II TRI di Tanjungbalai dan pada saat yang sama juga dipilih menjadi
Ketua Biro Perjuangan Daerah XXXIX Sumatra Timur.

Terdesak oleh pasukan Belanda, Djamin Ginting memindahkan markas komando resimennya
dari Suka ke Bukit Tusam, Lawe Dua, Tanah Alas, Aceh Tengah. Pemindahan ini sebagai
persiapan untuk melancarkan perang gerilya terhadap pasukan Belanda yang terpusat di Kota
Medan dan kota-kota besar di sekitarnya. Perang gerilya merupakan perintah Panglima Besar
APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia) Jenderal Soedirman.

Perang melawan pasukan Belanda pada 1947 diakhiri dengan perundingan Renville yang
ditandatangani pada bulan Januari 1948. Berdasarkan perjanjian Renville ini Tanah Karo
hingga perbatasan Tanah Alas (Kutacane) dinyatakan sebagai daerah kekuasaan Belanda.
Akibat perjanjian ini, pasukan Resimen IV TNI pimpinan Djamin mundur ke Kutacane, Aceh
Tengah.
Sementara itu, Pemerintah Belanda membentuk negara-negara bagian untuk melemahkan
Pemerintah Indonesia. Di antara negara bagian adalah Negara Sumatera Timur (NST) yang
dibentuk pada 25 Desember 1947. Wilayahnya mencakup daerah kaya minyak dan
perkebunan tembakau dan karet. Pendukung utamanya adalah para bangsawan Melayu, para
raja Simalungun, kepala suku Tanah Karo, dan tokoh masyarakat Cina. Presiden NST adalah
Dr Tengku Mansur.

Pembentukan NST menciptakan segitiga pasukan tempur di Sumatera Timur, yakni pasukan
Indonesia, NST, dan Belanda. Namun pasukan NST seringkali bergabung dengan pasukan
Belanda menggempur pasukan Indonesia. Pasukan Djamin Ginting merupakan bagian dari
pasukan Indonesia yang berjuang di Sumatera Timur (kini Provinsi Sumatra Utara).

Perhitungan Panglima APRI, pasukan Belanda akan melancarkan agresi militernya yang
kedua menjadi kenyataan. Pada tanggal 19 Desember 1948, pasukan Belanda melancarkan
agresi militer merebut Ibu Kota Yogyakarta dan seluruh kota-kota besar lainnya. Dalam
agresi ini, pasukan Belanda berhasil menangkap Presiden Soekarno dan Wakil Presiden
Mohammad Hatta serta petinggi negara lainnya.

Panglima Soedirman tidak menyerah tetapi melanjutkan perjuangan gerilya dengan ke luar
dari Ibu Kota Yogyakarta. Sesuai perintahnya, Djamin Ginting melancarkan perang gerilya
terhadap pasukan Belanda yang berpusat di kota Medan.

Pada 23 Desember 1948, pasukan Djamin menyerang pos terdepan pasukan Belanda di
Tanah Karo yang berbatasan langsung dengan Tanah Alas. Pasukannya dapat menguasai pos
militer Belanda di Mardinding dan Lau Baleng. Memasuki tahun 1949, pasukan Djamin
menyergap konvoi pasukan Belanda di Tigakicat dekat Kampung Berastepu.

Wilayah pertempurannya meliputi: Selalwang, Bukum, Basukum, Pernangenen,


Batusianggehen, Layosigayo, Namo Cengkih, dan lain-lain. Selama perang kemerdekaan,
pasukan Resimen IV TNI berhasil mengamankan Aceh sebagai Daerah Modal karena
pasukan Belanda tidak berhasil menguasainya.

Perang Indonesia-Belanda diakhiri dengan serangkaian perundingan pada tahun 1949. Namun
pertempuran terus berlangsung selama proses perundingan sebelum tercapainya gencatan
senjata. Dalam pertempuran ini, Djamin Ginting sempat tertangkap pasukan Belannda.
Pasukan Belanda membebaskannya setelah mendapat kecaman keras dari pemerintah pusat
Republik Indonesia.
Perdamaian antara Pemerintah Indonesia dan Belanda tercapai pada akhir tahun 1949 setelah
Pemerintah Belanda menyerahkan kedaulatannya kepada Pemerintah Indonesia. Pada masa
awal perdamaian ini Pemerintah Indonesia mengangkat Djamin Ginting sebagai Komando
Basis Kota Medan (KBKM) yang kemudian diubah menjadi Komando Militar Kota Besar
(KMKB) Medan, cikal bakal Komando Militer Bukit Barisan.

Karir militer Djamin Ginting meningkat karena diangkat sebagai Komandan Resimen II
Sumatera Timur. Pasukannya turut serta dalam operasi penumpasan pasukan pemberontak
Tentara Islam Indonesia (TII) Grakan Darul Islam (DI) yang dipimpin Teungku Daud
Beureu’eh yang berpusat di Aceh.

Dia juga memimpin penumpasan pasukan Organisasi Pertahanan Desa (OPD) yang
dipengaruhi komunis. Ratusan pasukannya terlibat sehingga ditangkap termasuk sejumlah
perwiranya Letkol Wahab Makmur, Kapten RT Ginting, dan Lettu Gindo Bangko.

Panglima Angkatan Darat kemudian mengangkat Djamin Ginting sebagai Kepala Staf
Tentara Teritorium I Bukit Barisan (TT01 BB) yang berpusat di Medan. Ia mendampingi
Panglima TT-I BB Kolonel Moludin Simbolon.

Setelah Pemilu 1955, banyak panglima teritorium yang menentang kebijakan pemerintah
pusat. Mereka tergabung dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di
Sumatera dan Pemerintahan Rakyat Semesta (Permesta) di Sulawesi. Panglima TT-I BB
Kolonel Moludin Simbolon berpihak pada PRRI yang berpusat di Bukit Tinggi, sementara
Djamin Ginting berpihak kepada pemerintah pusat di Jakarta.

Keberpihakan Djamin kepada pemerintah pusat menghancurkan kekuatan militer PRRI di


Sumatera Utara. Pemerintah pusat mengangkatnya sebagai Panglima TT-I BB menggantikan
Kolonel Moludin Simbolon. Pada 28 Juni 1962, ia pindah dari Medan ke Jakarta karena
diangkat menjadi Asisten II Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani.
Tugasnya saat itu adalah menyiapkan pasukan Angkatan Darat untuk merebut Irian Barat.

Setelah Irian Barat berhasil dikuasai, Menpangad Yani mengangkat Djamin Ginting sebagai
pimpinan Sekretaris Bersama (Sekber) Golongan Karya (Golkar) dan Deputi Sekretaris
Jenderal Front Nasional. Penugasan non-militer ini untuk menghadapi kekuatan politik Partai
Komunis Indonesia (PKI).
Konflik politik antara TNI AD versus PKI mencapai klimaksnya pada dini hari 1 Oktober
1965. Men/Panglima Yani beserta beberapa deputi dan asistennya ditangkap dan dibunuh
oleh pasukan Gerakan 30 September yang dikendalikan pimpinan PKI.

Pada saat itu, dia sedang bertugas ke Aceh. Setibanya di Jakarta, ia melapor pada Panglima
Kostrad Mayjen Soeharto dan bergabung menghancurkan PKI. Soeharto mengangkatnya
sebagai Inspektur Jenderal Angkatan Darat.

Setelah itu ia diangkat menjadi Sekretaris Presiden/Kepala Kabinet Presiden merangkap


Wakil Sekretaris Negara. Pada tahun 1968, Pejabat Presiden Soeharto mengangkatnya
sebagai anggota DPRGR dan MPRS mewakili eksponen Angkatan 45.

Jabatan terakhirnya adalah Duta Besar Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Kanada. Ia
meninggal dunia pada 23 Oktober 1974 di Ottawa, Kanada, dalam menjalankan tugasnya dan
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Pada 2014, Letjen Djamin
Ginting dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia
menjadi putera Karo pertama yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

4. Apa jasa dan peran Djamin Ginting sampai bisa disebut sebagai seorang pahlawan?

Dia berjasa dalam mendamaikan pertikaian antarlaskar perjuangan di Sumatra Timur,


perdamaian antalaskar sangat penting untuk menghadapi pasukan Belanda. Pada 21 Juli 1947
pasukan Belanda melancarkan agresi pertamanya ke seluruh wilayah pasukan Indonesia,
termasuk ke Kota Medan.

Djamin juga memimpin perlawanan terhadap pasukan Belanda di Front Tanah Karo seperti
Sibolangit, Pancurbatu, Tuntungan, Merek, dan Seribudolok. Di antara misi pentingnya yakni
melakukan pengawalan perjalanan Wakil Presiden Mohammad Hatta dari Berastagi ke
Bukittinggi. Pada saat itu, rute Berastagi–Bukittinggi telah dikuasai pasukan Belanda. Di
bawah pengawalannya, wakil presiden selamat tiba di Bukittinggi dan selanjutnya terbang ke
Ibu Kota Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

https://sumut.inews.id/berita/kisah-letjen-tni-djamin-ginting-putra-pertama-karo-yang-
diangkat-jadi-pahlawan-nasional
https://id.wikipedia.org/wiki/Djamin_Ginting

https://en.wikipedia.org/wiki/Djamin_Ginting#Later_life_and_death

http://ikpni.or.id/pahlawan/djamin-ginting/

https://news.detik.com/berita/d-2743773/ini-kiprah-4-pahlawan-nasional-yang-baru-
dinobatkan-tahun-ini/3

https://historia.id/militer/articles/djamin-gintings-pahlawan-nasional-dari-tanah-karo-P1450/
page/1

Anda mungkin juga menyukai