SKRIPSI
OLEH :
MELIANA BR SITINJAK
NPM : 161010431
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2020
i
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Permasalahan yang terjadi yang berkaitan dengan undang-undang jaminan
fidusia dalam hukum pidana terdapat pada pasal 35 dan 36 undang-undang
jaminan fidusia, dalam penelitian yang menjadi hal yang diteliti pada pasal 36.
Awalnya terjadi persitiwa suami-istri melakukan pembelian mobil second dengan
menjaminkan kepada pihak PT. Olmypindo Multi Finance dalam perjanjian
tersebut yang menjadi penandatangan pada perjanjian tersebut ialah Sri Mulyenti
istri dari Indra Jaya, alasan pihak penjamin dikarenkan istri dari Indra Jaya
sebagai PNS, selama masa cicilan ternyata istri nya tidak mampu meneruskan
angsuran tersebut sehingga suaminya melakukan pengalihan tanpa sepengetahuan
Sri Mulyenti kepada Eka Yanti atas perbuatan tersebut pihak PT. Olmypindo
Multi Finance melaporkan kepada pihak yang berwajib yang menjadi terdakwa
ialah Sri Mulyenti dikarenkan objek yang diperjanjikan tidak ditemukan.
Yang menjadi perumusan masalah penulis bagaimana ketentuan pidana
pada pasal 36 undang-undang jaminan fidusia serta bagaimana penerapan
pertanggungjawaban pidana yang diterapkan kepada pelaku berdasarkan pasal 36
Undang-Undang Jaminan Fidusia.
Dalam penelitian yang dilakukan penulis sebagai metode penelitian guna
menyelesaikan penulisan, metode yang digunakan bersifat diskriptif analisis
dengan menggambarkan yang diteliti dengan contoh kasus yang terjadi serta
dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada
hakim yang memutuskan perkara tersebut.
Putusan yang dijatuhkan kepada terdakwa merupakan putusan bebas
dikarenkan tidak terbukti memiliki kesalahan.Hukum pidana dan hukum perdata
dalam pertanggungjawaban berbeda, jika dalam hukum pidana siapa yang berbuat
,maka subjek yang berkaitan yang harus bertanggungjawab berbeda dengan
hukum perdata pertanggungjawaban bisa digantikan oleh suami,anak atau ahli
waris dalam pertanggungjawaban.
viii
ABSTRACT
Which formulates the problem of the author how the criminal provisions
in article 36 of the fiduciary guarantee law as well as how the application of
criminal liability applied to the perpetrators based on article 36 of the Fiduciary
Guarantee Law.
The verdict handed down to the defendant is a free verdict because it has
not been proven to have an error. Criminal law and civil law differ in liability, if
in criminal law who commits it, then the related subject that must be responsible
is different from civil law, liability can be replaced by husband, child or heirs in
accountability.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai
pencipta dan pemilik semesta yang memberikan kekuatan kepada setiap umatnya,
sehingga atas kebaikan yang Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis dapat
menyelesaikan penelitian dalam sebuah karya tulisan yang disebut skripsi dengan
memperoleh gelar sarjana hukum (S1) di Universitas Islam Riau (UIR) khususnya
memberikannya baik secara materi maupun dukungan moril, maka dari itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yakni bapak Sunar
gelar sarjana, serta para pihak yang memberikan dukungan selama ini yakni
sebagai berikut:
Universitas Islam Riau, yang selama ini memberikan saran kepada penulis
x
3. Bapak Dr. Zul Akrial., S.H., M.Hum., sebagai Kepala Departemen Hukum
4. Bapak Dr. Riadi Asra Rahmad, S.H., M.H., sebagai Pembimbing penulis
yang tidak semestinya, kepada abg penulis dan kak ipar penulis, Jonson
Riki Ricardo Sitinjak, adik penulis Dodi Gunawan Sitinjak dan Roy
Martin Sitinjak serta abg sepupu Edis Sitinjak dan Kak Mutiara Br
7. Keluarga kost tercinta kak Epi Kristina Pasaribu, adik Elin, adik Iis, adik
Tika, adik Reda, adik Eriene, adik Iin, adik Suci serta Sophie yang selalu
xi
8. Teman selama dikampus Ruth Chintya, Monia, Indah Maharani yang
penelitian.
9. Ito Oky Harianja, selaku abang penulis dikampus yang selalu memberikan
penulis.
10. Klinton Michael Sinaga, teman seperjuangan sejak SMA sampai dengan
himpunan, Giri, Intan, Dian, Ami dan teman stanbuk 2016 Rika, Suci,
12. Terima kasih kepada abg Ferry Pakpahan, Kak Nadia serta para staf
Kantor Hukum Dr. Riadi Asra Rahmad, S.H., M.H., yang telah
13. Para staf Perpusatakan UIR dan Perpusatkan wilayah Riau (Puswil) yang
14. Toko Fotocopy Fadilah yang telah membantu dalam mengprint segala
15. Kantor Hukum Asep Ruhiat dan Partners yakni Bapak Asep Ruhiat, S.Ag.,
S.H., M.H., Abg Malden Richardo Siahaan, S.H., M.H, Kang Wirya Nata
Atmaja, S.H., M.H, Abg Eko Indrawan, S.H, Abg Rori, S.H., Abg Faizil
xii
S.H., M.H dan para staf kantor, sebagai tempat penulis melakukan magang
Simanungkalit S.H, kak Tiolina Br Hasibuan S.H, adik Orlando dan rekan-
17. Terima Kasih kepada seluruh anggota BPRM serta senior-senior abg Heri
Suheri, S.H , abg Afrizal, S.H, abg David Varada, S.H, Abg Hendra Zebua
S.H, abg Armada, S.H, Kak Evi S.H, Kak Desika, Kak Juli. Yang telah
melakukan penelitian
dibuat oleh penulis memperoleh manfaat bagi pembaca yang juga akan
xiii
Yang Maha Esa selalu menyertai umatnya yang selalu berserah Kepadanya,
MELIANA BR SITINJAK
161010431
xiv
Motto dan Persembahan kepada Orangtua
Setiap orang memiliki waktu terbaik dalam hidupnya, jangan lelah untuk
mendapatkan waktu yang terbaik untuk diri sendiri dan jangan pula menginginkan
waktu orang lain, karena setiap orang beda prosesnya dalam mencapai waktu yang
terbaik baginya, kerjakan saja yang perlu kamu lakukan dengan hati yang ikhlas
Tuhan akan menyertai serta membukakan jalan dan memperhitungkan usaha mu
dalam mencapainya, Yesaya 43:2 (Apabila engkau menyeberang melalui air,
Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan
dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan,
dan nyala api tidak akan membakar engkau.) dan tetaplah bersyukur dalam situasi
apapun yang terjadi, 1 Tesalonika 5:17-18 (Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah
dalam segala hal, sebab itulah yang dikendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi
kamu), karena semua akan indah pada waktunya.
xv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... X
ABSTRACT ................................................................................................ XI
xvi
7. Metode Penarikan Kesimpulan............................................................... 26
BAB II TINJAUAN UMUM .............................................................................. 27
A. Tinjauan Umum Aspek Hukum Pidana Dalam Lembaga Pembiayaan ..... 27
B. Tinjauan Umum Jaminan ........................................................................... 35
1. Proses Pengajuan Fidusia ....................................................................... 41
2. Jaminan Benda Tidak Bergerak.............................................................. 43
3. Jaminan Benda Bergerak ........................................................................ 44
4. Proses Pelaksanaan Penyitaan Jaminan ................................................. 45
C. Tinjauan Umum Pertanggungawaban pidana ........................................... 46
D. Tinjauan Umum Putusan ............................................................................ 63
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 66
A. Ketentuan Pidana Pada Pasal 36 UU Nomor 42 Tahun 1999 Tentang
Jaminan Fidusia ................................................................................................. 66
B. Penerapan Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Debitur Yang Melakukan
Pengalihan Jaminan Tanpa Hak ........................................................................ 71
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 81
A. Kesimpulan ............................................................................................... 81
B. Saran.......................................................................................................... 82
DAFTAR KEPUSTAKAAN .............................................................................. 83
LAMPIRAN ......................................................................................................... 88
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum Tata Usaha Negara dan juga Hukum Militer yang digunakan khusus
lain terganggu akibat dari suatu perbuatan, perbuatan tersebut dapat berupa
hukum lainnya.
1
Perbuatan yang berhubungan dengan Kejahatan, maka tergolong
kepada hukum pidana, dalam hukum pidana perbuatan tersebut disebut dengan
tindak pidana yang pada dasarnya setiap orang yang melakukan tindak pidana
tindak pidana terbagi atas dua secara umum dan secara khusus, jika secara
umum diatur dalam KUHP dan KUHAP, sedangkan secara khusus diatur di
luar KUHP, termasuk perbuatan pidana dalam bidang jaminan yang diatur
memberikan efek jera agar tidak melakukan perbuatan tersebut dalam bidang
kendaraan untuk memperlancar setiap proses aktivitas, yang sekarang ini bisa
dibeli tanpa harus melunasi atau secara tunai terlebih dahulu. Salah satu
kegiatan usaha dari lembaga pembiayaan yang ada disebut dengan jaminan
fidusia yang dalam praktek sederhana dalam hal melakukan jaminan fidusia
sebagai berikut debitur (yang mempunyai utang) / pihak yang memiliki benda
2
dilakukan pembuatan akta notaris lalu didaftarkan ke lembaga yang
benda yang ada di rumah tangga, contohnya alat elektronik (TV, mesin
3
dibeli serta yang diperlukan pengguna (konsumen) dan membayarnya secara
e. Jaminan, antara lain berupa jaminan utama (trust), jaminan pokok (fidusia)
61/1988, antara lain meliputi aktivitas dari lembaga pembiayaan yang ruang
Secara data yang diperoleh penulis pada tahun 2016, 2017, 2018
4
didaftar. Keberadaan sertifikat jaminan fidusia tersebut dipegang oleh lembaga
jaminan,
kepada yurisprudensi.
3. Guna memenuhi keperluan hukum yang dapat lebih sebagai acuan yakni
5
yang diundangkan pada tanggal 30/09/1999 yang terdapat di dalam
Lembaran Negara Indonesia Tahun 1999 No. 168. Jika diartikan Fide yakni
kepercayaan merupakan asal kata dari Fidusia yang berasal dari bahasa
1999 Tentang Jaminan Fidusia pasal 1 angka 2 (dua) yakni “Jaminan Fidusia
adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak
undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada
Membeli benda secara kredit atau cicilan salah satu solusi dalam hal
secara individu secara data, karena hal tersebut lebih mudah untuk
masyarakat untuk melakukan suatu tindak pidana. Bentuk masalah yang akan
6
menyewakan, secara perbuatan pidana dalam jaminan fidusia, terjadinya
konsumtif dan sifat kurang puas dalam memiliki benda yang diinginkan.
Jaminan fidusia dalam suatu tindak pidana yang dilakukan oleh pihak
dengan adanya ketentuan pidana yang dimuat pada pasal 35 dan pasal 36
melakukan tindak pidana yang dilakukan yang secara khusus sudah memiliki
aturan yang mengatur hal tindak pidana tersebut. Dengan demikian penulis
rangkaian peristiwa yang telah terjadi antara lain, terdapat pasangan suami-istri
yaitu Sri Mulyenti dan Indra Jaya membeli sebuah mobil second merek xenia
warna putih tahun 2016 pada tanggal 14 Agustus 2017 dengan seharga Rp.
7
157.514.346 (seratus lima puluh tujuh juta lima ratus empat belas ribu tiga ratus
empat puluh enam rupiah) dengan angsuran tiap bulannya 4.234.000,- (empat
juta dua ratus tiga puluh empat rupiah) selama 60 bulan atau 5 (lima) tahun
sanggup membayar mobil tersebut sebagai objek jaminan fidusia dialihkan oleh
Sri Mulyenti kepada Eka Yanti dengan menerima uang sebesar Rp.19.000.000,-
(Sembilan belas juta rupiah) dan Eka Yanti akan meneruskan pembayaran
dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia yaitu
sedang dalam jaminan dan mengalami tunggakan dalam pembayaran, karena hal
Pekanbaru sebesar Rp 235.000.000,- (dua ratu tiga puluh lima juta rupiah) dan
pidana pada lembaga pembiayaan yang dilarang dan menjadi suatu tindak pidana
8
dalam suatu tindakan dalam pengalihan jaminan yang dilarang dilakukan
Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia. Dalam penelitian yang dilakukan penulis,
ketentuan pidana yang terdapat pada pasal 36, sehingga penulis memberikan
Jaminan Fidusia.
9
B. Masalah Pokok
Dari latar belakang yang dipaparkan dalam penulisan oleh penulis, penulis
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yang dilaksanakan oleh
10
D. Tinjauan Pustaka
Fidusia, landasan hukum yang dipakai untuk lembaga jaminan fidusia berdasarkan
yurisprudensi yakni:
No.158/150 PDT.
tanah yang dimiliki oleh pihak lain dapat dibebani Jaminan Fidusia.
5) UU No.16/1985 tentang Rumah Susun mengatur dalam hal hak milik atas
satuan rumah susun yang dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani
kredit dengan jaminan benda bergerak yang masih dalam penguasaan debitur
atau pemberi fidusia (Sutarno, 2014, p. 205) . Kepastian hukum diberikan oleh
11
fidusia, maka dapat diberlakukan jaminan fidusia terhadap ketentuan pidana
perorangan,
dengan teori jaminan hukum sudah mengenal bebarapa model hak Jaminan
kebendaan yaitu:
12
3. Jaminan benda atas benda tidak bergerak yang benda objeknya
p. 106)
tentang kejahatan di bidang fidusia, hanya ada dua macam aturan kejahatan
13
tersebut, yaitu tentang kejahatan pemalsuan perjanjian fidusia dan kejahatan
pidana bagi setiap debitur atau orang yang merugikan pihak kreditur. Hukum
pidana adalah salah satu bagian hukum yang secara menyeluruh yang berlaku
1) Dalam penentuan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang,
yang disertai dengan ancaman atau sanksi yang seperti pidana tertentu bagi
2) Dalam hal kapan dan dalam masalah apa kepada mereka yang telah
dan terdapat perbuatan tercela yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang hidup
seorang hakim dalam menilai, bahkan mengamati alat-alat bukti dalam suatu
14
tindakan nya didalam istilah pidana disebut dengan Pertanggungjawaban
responbility.
dipastikan lebih awal siapa yang bertanggungjawab sebagai pelaku dari suatu
1990, p. 80).
alat bukti formal belaka, melainkan harus didasarkan atas galian keterangan
yang tersembunyi di balik fakta yang terlihat permukaan (the underlying truth
15
behind the concrete facts). Oleh karena itu, hakim pidana tidak boleh berhenti
hanya dengan memeriksa alat-alat bukti yang tampak tanpa adanya usaha
lebih sejati yang ada di balik fakta yang terlihat di permukaan tersebut.
tahap pemberian sanksi dalam hukum pidana. Kata “Pidana” pada umumnya
81-82) :
16
2. fungsi teori, dalam hal ini sebagai meta-teori. Maksudnya, filsafat
setiap alat bukti itu diperlukan guna membantu hakim untuk pengambilan
3. Surat.
4. Petunjuk.
demikian alat bukti itu adalah sangat penting dalam usaha penemuan
17
kebenaran atau dalam usaha menemukan siapakah yang melakukan
sistem eropa kontinental hal ini juga sama dengan sistem hukum yang
berada di Belanda bahwa hakim yang dapat menilai alat bukti guna
18
c. La Conviction Rasionee
secara limitatif.
Secara garis besar ada bebrapa teori pembuktian yang terdapat diantara nya:
19
3) Secara teori pembuktian yang didasarkan kepercayaan hakim
(Laconviction Raisonnee).
(retributive/vergelding theotieen)
(utilitarian/doeltheorieen)
1. Teori Retribution
c. Yang menjadi salah satu syarat yang memiliki unsur pidana yakni
berupa kesalahan.
20
d. Tindak pidana yang dilakukan harus sesuai dengan perbuatan besar
2. Teori Ulititarian
sarana guna mencapai tujuan yang lebih besar dampak nya yakni
mensejahterkan masyarakat.
kejahatan.
mensejahterkan masyarakat.
21
E. Konsep Operasional
Dalam penelitian yang dilakukan penulis, penulis memberikan batasan-
batasan terhadap ruang lingkup dan istilah yang menjadi penelitian penulis
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak
22
F. Metode Penelitian
2. Lokasi Penelitian
23
3. Populasi dan Responden
ciri yang sama dalam jumlah yang besar, karena jumlah populasi dalam
penelitian ini dengan jumlah yang kecil, maka populasi digunakan dalam
yang disebabkan jumlah dari populasinya sedikit atau kecil, maka sangat
Sumber data adalah darimana data yang diperolehnya yang akan digunakan
a. Data Primer
Data primer adalah sebagai data utama yang diperoleh penulis yang
24
pemerintahan. Adapun yang menjadi responden dari penelitian penulis ini
yakni pihak Kantor kementrian dan HAM wilayah Pekanbaru dan hakim
853/Pid.Sus/2019/Pn.Pbr.
b. Data Sekunder
yang dibahas oleh penulis. Data sekunder juga dapat diperoleh selain dari
6. Analisis Data
untuk memperoleh data dan informasi yang akan diperoleh, penulis juga
25
menggunakan putusan pengadilan dalam menganalisis kasus dalam
26
BAB II
TINJAUAN UMUM
melakukan tindakan atau perbuatan, tetapi ada hal yang memiliki batasan-
batasan yang yang berkaitan dengan kepentingan yang lain yang membuat
hal ini diatur oleh negara dengan hukum yang berlaku termasuk hukum
pidana, karena sifat yang dimiliki dari hukum pidana ialah “Memaksa”
yang memiliki makna setiap warga negara, bahkan warga asing yang
yang disebut dengan asas “Nullum delictum nulla poena sine praevia lege
poenali” atau asas legalitas yang dirumuskan pertama kali oleh Paul
yang merupakan sarjana hukum pidana, menurut Prof. Mr. Nico Keljer
27
“Bahwa asas legalitas itu memberikan fungsi menjamin kepada
rumusan yang berhubungan asas legalitas ke dalam bahas latin antara lain:
b. Nulla Poena Sine Crimine yang diartikan tidak terdapat pidana, jika
c. Nulla crimen sine poena legali yang diartikan tidak ada tindak pidana
146)
yang memiliki arti tidak ada tindak pidana tanpa peraturan atau undang-
undang, dan nulla poena sine lege yang berarti tidak ada pidana tanpa
menetapkan dan memberikan batasan perbuatan dan sanksi apa yang akan
28
1. Jika suatu perbuatan telah diatur terlebih dahulu dalam suatu
(kias).
yakni hukum pidana umum dan hukum pidana khusus yang jika diartikan
ketentuan pidana pada pasal tersebut pada dasarnya hukum pidana khusus
29
a. Kelompok peraturan perundang-undangan hukum pidana (ketentuan
1. Terdapat ketentuan diluar KUHP yang didasari oleh pasal 103 KUHP
ditentukan lain.”
30
pada pasal 103 tersebut memiliki makna yang terkandung diantaranya sebagai
berikut:
2. Pada Bab I yang memuat ketentuan umum yang berlaku kepada tindak
sanksi pidana.
yang menyimpang dari aturan umum dalam Bab I sampai dengan Bab
Keppres No: 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 jo pasal 1 huruf (b)
penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara
tahun 2009 tentang lembaga pembiayaan mengatur atau meliputi antara lain
1. Perusahaan pembiayaan
31
Yang dimaksud dengan perusahaan pembiayaan berdasarkan PP no 9
tahun 2009 pasal 1 angka 2 “ialah badan usaha yang khusus didirkan untuk
melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan / atau
sepeda motor merek Yamaha dan pembiayaan lainnya, begitu juga perusahaan
9 tahun 2009 pasal 1 angka 2 “ialah badan usaha yang melakukan usaha
32
Yang dimaksud dengan dengan perusahaan pembiayaan infrastruktur
“asas lex specialis derogate lege generalis” yang mempunyai arti peraturan
suatu secara umum yang berkaitan dengan lembaga pembiayaan, namun dapat
Pada umumnya Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak
yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai anggunan bagi
33
Undang-undang jaminan fidusia merupakan salah satu hukum pidana
tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, karena adanya ketentuan pidana yang
ketentuan pidana sebagai dasarnya pada pasal 35 dan 36. Pada pasal 36
lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam
karena penggelapan, dengan pidan paling lama empat tahun atau pidana
tertentu di dalam KUHP, 2016, p. 97). Delik komisi merupakan salah satu
jenis delik pidana yang diartikan waktu dan tempat terjadinya perbuatan sudah
34
nyata secara lain dapat dikatakan perbuatan tersebut sudah diketahui
terjadi.
Hukum Jaminan.Jamin adalah asal kata dari jaminan, jika diartikan sebagai
mengatakan:
35
“Mengatur konstruksi yuridis yang memungkinkan pemberian fasilitas
hukum bagi lembaga-lembaga kredit, baik dari dalam negeri, maupun luar
jangka waktu yang lama dan bunga yang relatif rendah” (Salim,
mengatur pada pasal 1131 dan 1132 KUHper, sedangkan hak jaminan
lain:
nilai ekonomis (adanya nilai jual) dan benda tersebut dapat dialihkan pada
36
Berikut ciri-ciri atau sifat hak jaminan kebendaan dalam surat dari
pada diri pribadi, hal ini yang menyebabkan hak jaminan perseorangan
tidak dapat dibebani jaminan. Berikut contoh hak perseorangan antara lain:
perseorangan.
37
2. Asuransi yang dimaksud berupa klaim asuransi ditimbulkan akibat
oleh pihak debitur terhadap pihak kreditur atas jaminan tersebut dalam
debitur.
38
6. Jaminan tidak berupa berkenaan dengan proyek pemerintah.
2. Nilai yang terdapat pada jaminan kredit harus lebih besar dari
3. Jaminan mempunyai pasar yang besar dan cukup luas atau mudah
Yang menjadi teori dalam jaminan fidusia ialah pemberi fidusia dan
39
b. Terdapat benda yang menjadi objek dari jaminan, baik benda bergerak
peminjam
40
d. Fidusia merupakan alas hak untuk perpindahan hak milik
perdata).
1977, p. 18).
41
diakukan sekali dalam benda tertentu dan tidak dapat dilakukan pengajuan
Pasal 2
Pajak.
42
c. bukti pembayaran biaya pendaftaran Jaminan Fidusia
dalam ayat
tanah maupun bangunan yang berada diatasnya dam mengenai apa yang
memberikan penegasannya dalam pasal 506, 507 dan 508, namun menjadi
mengenai bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, pasal-
pasal mengenai benda tetap tersebut diatas tidak telah turut tercabut? Kalau
ketentuan tersebut sudah tidak berlaku lagi, padahal perumusan hipotik dalam
pasal 1162 masih tetap menggunakan istilah “benda tak bergerak”, dan
menurut pasal 25, 33, dan 39 U.P.A yang dapat dibebani hak tanggungan
adalah tanah hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan, dan hak
pakai (Satrio, 1991, pp. 217-218). Perlu diketahui bahwa hak tanggungan
Ada perbedaan yang atas benda tidak bergerak dan benda bergerak
berdasarkan yang memiliki arti penting dalam hal tertentu yang berkaitan
43
dengan: (Sofwan, Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan
p. 97)
2. Cara penyerahan
antara jaminan fidusia dengan gadai pada umumnya, gadai memiliki sistem
misalnya:
tanah dan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu yang pertama, menggunakan
dibebankan pada benda dan bukan tanah sebagai jaminan hutang , yang
44
penguasaannya tetap berada pada pihak debitur, sementara lembaga gadai
kreditur, atas pembagaian pola demikian berarti tidak terdapat tumpang tindih
antara hukum jaminan yang mengatur tentang tanah dengan hukum jaminan
yang merugikan salah satu pihak, dalam proses penyitaan jaminan, kedudukan
monopoli jaminan fidusia, karena dalam hal gadai juga dikenal lembaga
menyatakan bahwa:
“Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka si berpiutang
adalah berhak jika si berutang atau si pemberi gadai bercidera janji, setelah
tenggang waktu yang diberikan lampau, atau jika tidak ditentukan suatu
45
maksud untuk mengambil pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan
diberikan pasal 1178 ayat (2) kitab undang-undang perdata (KUHPer) yang
berbunyi:
46
b. Satochid Kartenegara mengatakan “bahwa toerekeningsvat baar
152).
47
yang berkaitan dengan “perbuatan”, sementara masalah apakah orang yang
kesalahan menurut hukum pidana, terdiri atas 3 (tiga) syarat sebagai berikut
bertanggungjawab.
alasan pembenar yakni alasan yang bisa menghapus sifat melawan hukum
suatu tindak pidana, sedangkan alasan pemaaf yakni alasan yang menghapus
melawan hukum.
48
1. Alasan penghapusan pidana sebelum Putusan Pengadilan
berikut:
pengadilan:
1. Alasan-alasan Pembenar
diri dengan satu kayu dan terdapat orang lain, maka dalam hal ini
49
Pembelaan terpaksa atau (noodweer) 49 ayat 1 (satu) yang berbunyi antara lain:
sendiri atau orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun
orang lain, karena adanya serangan atau ancaman serangan yang melawan hukum
Dari rumusan di atas dapat disimpulkan mengenai 2 (dua) hal, antara lain:
melawan hukum
mengancam
2. Unsur dalam hal apa dilakukan pembelaan terpaksa dapat diperbuat, yakni:
50
c. Dalam bentuk membela harta benda sendiri atau harta dari orang
berikut:
51
Pelaksanaan dalam pasal 51 ayat 1 (satu) pada pejabat yang diberikan
secara sah pada pejabat tersebut dalam menjalankan wewenang yang telah di
jika ditinjau dari Undang-undang, maka dalam arti yang luas sehingga
undangan itu, seorang bawahan itu dapat bersikap kritis, sikap kritis tersebut
2. Alasan-alasan Pemaaf
ada hal tersebut terdapat pada pasal 44 KUHP.Dua (2) keadaan jiwa yang
52
adanya ketidaksempurnaan akal atau sakit berubah akal atau dalam
ada sejak lahir atau penyakit jiwa yang diderita dalam waktu
panjang.
pidana.
kepada orang yang tidak mampu dalam memisahkan baik dan buruk, hal
ini berada dalam kemampuan akal sesorang yang disebut dengan faktor
orang yang tidak normal secara kemampuan berpikir, hal demikan dalam
proses pembuktian dalam kasus pidana akan diteliti dalam jangka waktu
yang tidak pendek atau memerlukan banyak waktu, karena dalam keadaan
seperti ini hakim akan memberi perintah agar dapat dilakukan pemeriksaan
53
terkait dengan kejiwaan si pelaku, agar hakim tidak salah dalam
perbuatannya tersebut.
dapat dipidana, daya terbagi menjadi 2 (dua) antara lain (Hamzah, Asas-
Daya paksa secara relatif terbagi lagi menjadi dua bagian yakni
54
Alasan daya paksa dapat berupa alasan pembenar dan alasan
pembenar , sementara daya paksa dalam arti sempit sebagai dasar pemaaf.
KUHP)
kedua hal tersebut yang menjadi syarat utama serangan yang berkaitan
kesusilan dan harta benda, baik diri sendiri maupun orang lain. Perbedaan
dari kedua nya yakni pembelaan terpaksa yang melebihi batasan karena si
hanya orang tersebut tidak dapat dipidana karena guncangan jiwa yang
tersebut terbagi menjadi dua yang pertama orang yang akibat keguncangan
55
4. Melaksanakan perintah jabatan yang tidak berikan secara sah
contohnya sesorang aparat negara menembak tawanan perang yang hal ini
a. Pada pasal 163 bis ayat (2), yakni pasal dengan alasan
kejahatan, dan kejahatan itu atau percobaan untuk itu dapat dipidana
tidak terjadi, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun
atau dipidana denda yang paling banyak tiga ratus rupiah, tetapi
56
b. Pada pasal 310 ayat (3), yakni pasal dengan alasan penghapusan
pidana secara khusus dari pasal 310 ayat 1 (satu) dan pasal 310
ayat 2 (dua)
Dalam pasal 310 ayat (3) yang berbunyi “tidak merupakan pecemaran
310 terkait dengan pencemaran baik dimuka umum, maka tidak dapat
(tiga) tahun
57
d. Setelah 18 (delapan belas) tahun; tentang kejahatan dengan
Tentang Grasi)
UUD RI 1945)
hanya peniadaan atas tuntutan, tetapi juga semua akibat hukum yng
58
Dalam melakukan tindak pidana yang dilakukan terdapat unsur
yakni, dolus malus dan dolus eventualis. Dolus malus pada dasarnya
59
pengetahuan yang umumnya perbuatan tersebut sudah dilarang oleh
timbul akibat dari perbuatannya yang disebut juga dengan teori apa boleh
buat atau inklauf nehmen theorie, selain dolus malus dan dolus eventualis
seperti genosida dan tindak pidana terorisme (Hanafi Amrani, 2015, pp.
37-38)
tingkat kesadaran pun dapat dibagi menjadi dua yaitu (Marpaung, 2005, p.
26):
60
b. Culpa tanpa kesadaraan (onbewsute schuld). Pelaku tidak
perbuatan tersebut.
tersebut.
61
Dalam hukum pidana untuk mempertanggungjawabkan
melawan hukum.
dilihat terlebih dahulu yang menjadi alasan pemaaf dan pembenar dalam
62
suatu perbuatan, baru dapat diputuskan suatu perkara yang ada oleh hakim
lisan yang di putuskan oleh hakim melalui pengadilan sebagai tempat para
Putusan lepas dari segala tuntutan hukum diatur dalam Pasal 191
63
tindakan pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan
hukum.”
terletak pada kenyataan apa yang didakwakan dan yang telah terbukti
2. Putusan bebas
Putusan bebas diatur dalam Pasal 191 ayat (1) KUHAP sebagai
berikut:
Dalam penjelasan Pasal 191 ayat (1) KUHAP disebutkan bahwa yang
Perihal penjatuhan pidana diatur dalam pasal 193 ayat 1 KUHAP yang
64
“jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan
menjatuhkan pidana”.
65
BAB III
Jaminan Fidusia
hal demikian tidak dapat diterima karena pada umumnya terdapat asas
ingorantia legis excust neminem adalah asas tidak ada alasan pembenar
berlaku.
66
dimaksud dalam pasal 23 ayat (2) yang dilakukan tanpa persetujuan
Jika dilihat dari pasal ketentuan pasl 23 ayat 2 (dua) yang dapat
a. Mengalihkan
b. Menggadaikan
67
mengambil benda yang dijaminkan tersebut dengan melunasi
hutangnya;
c. Menyewakan
e. Pemberi fidusia
a. Melawan hukum
68
Hoffan mengemukakan 4 (empat) sebagai unsur yang harus
1. Melakukan perbuatan
Para ahli membedakan dua jenis sifat melawan hukum ialah sifat
melawan hukum material yang bersifat fungsi positif dan sifat melawan
delik tetap dianggap sebagai melawan hukum, sementara itu yang disebut
sifat melawan hukum material yang bersifat negatif yang berarti bahwa
b. Dengan sengaja
69
dengan pasal 33 UU jaminan Fidusia setiap janji yang diberikan
menjadi objek dalam jaminan apabila janji diciderai oleh debitor, maka
batal demi hukum (Widjaj & Yani, 2003, p. 162), Selain berdasarkan
hukum.
objek tersebut tidak dapat ditemukkan lagi oleh pihak penerima jaminan
maka hal ini yang banyak menyebabkan pihak penerima jaminan fidusia
70
a. Teori imbalan atau vergeldingstheorie atau absolute
Teori ini merupakan gabunngan dari kedua teori diatas, teori tersebut
masyarakat
pidana, maka dari itu merupakan suatu rangkaian peraturan yang memuat
71
kejaksaan, dan pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan negara
perkara, dalam menjatuhkan hukuman harus ada kesesuaian antara pasal yang
tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman, asas legalitas dijelaskan pada pasal
penulis akan menjabarkan pasal tersebut dengan fakta pengadilan yang telah
terjadi diantaranya:
72
Olmypindo Multifinance Pekanbaru dalam perjanjian tersebut yang
menjadi penjamin atas obyek tersebut adalah Sri Mulyenti sebagai istri hal
ini dikarenkan pekerjaan dari Sri Mulyenti sebagai PNS, sedangkan yang
fakta dan peristiwa yang terjadi, sehingga atas peristiwa tersebut Sri
ahli warisnya, tetapi didalam perkara pidana berlaku asas tiada pidana
tanpa kesalahan (geen straf zonder schuld), asas yang menunjukan bahwa
73
kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) tentang jenis pelaku secara
sebagai berikut:
menjadi dua pihak, pihak yang berbuat tidak langsung (manus domina
ministra / physicus)
terjadinya sesuatu.
74
kekerasan, ancaman, atau penyesataan, dengan memberi kesempatan
darisebagai berikut:
keterangan)
1. Perbuatan
2. Kesalahan (Schuld)
3. Pertanggungjawaban pidana
4. Pemidanaan
1. Kebenaran Korespondensi
dikatakan benar jika ada kesusaian antara materi yang terkandung oleh
2. Kebenaran Koherensi
75
Merupakan teori jika suatu proposisi atau pengetahuan mempunyai
3. Kebenaran Pragmatisme
178):
Rea)
dalam kasus yang telah diputuskan oleh hakim dapat dilakukan upaya apabila
terjadi ketidaksesuaian atau merasa dirugikan oleh putusan hakim atas kasus
76
yang bersangkutan, Upaya hukum merupakan suatu cara yang dilakukan para
pihak yang merasa dirugikan atas putusan perkara yang bersangkutan, upaya
putusan yang dinyatakan bebas yang berlaku hanya kasasi dalam putusan
77
tersebut, maka hal yang telah diputuskan tidak dapat dipersoalkan kembali
jika sudah memiliki kekuatan hukum yang tetap, putusan yang sudah
menjadi Tetap (in kracht van gewiisde) yang dirumuskan pada pasal 76
KUHP yang berbunyi “kecuali dalam hal putusan hakim masih mungkin
diulangi, orang tidak boleh dituntut dua kali karena perbuatan yang oleh
menjadi tetap”, yang disebut dengan asas “ne bis in idem” dalam bahasa
memberikan tuntutan atau dituntut yang kedua kalinya kepada pelaku yang
seimbang kembali
78
Penegakan hukum yang diberikan pengadilan demi menegakan
yang keduanya berbeda kepastian hukum ialah sebagai syarat formal bagi
berhadapan dengan hukum yang belum lengkap atau tidak ada, maka
Tujuan dari hukum dapat dikaji dari 3 (tiga) sudut antara lain
79
b. sudut pandang dari segi filsafat hukum, berguna untuk
nilai dasar yang mempunyai sifat yang abstrak dalam mengatur hubungan
hukum dengan harkat martabat manusia yang menjiwai aturan hukum dan
semua yang terlibat dalam perkara hukum pidana. Dasar-dasar hukum acara
terakhir dari segala upaya yang telah dilakukan untuk mencapai perdamaian.
80
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada dasarnya hukum pidana terbagi menjadi 2 (dua) yaitu hukum pidana
umum yang diatur dalam KUHP dan KUHAP dan hukum pidana khusus
yang diluar KUHP dan KUHAP yang dibedakan menjadi dua yakni,
pemberi jaminan fidusia, melainkan suami dari terdakwa yakni Indra Jaya
yang melakukan pengalihan kepada Eka Yanti pada saat persidangan Jan
indra jaya dan eka yanti ada hubungan keluarga sebagai keponakan Indra
Jaya, namun Eka Yanti memberikan keterangan bahwa antara Eka Yanti
81
mobil atas nama Sri Mulyenti merupakan suami nya yang bernama Indra
dalam kasus yang diteliti penulis unsur kesalahan tidak terdapat pada terdakwa
B. Saran
82
DAFTAR KEPUSTAKAAN
A. Buku-Buku
Andi Sofyan dan Abd Asis. Hukum Acara Pidana suatu pengantar. Jakarta:
Kencana. (2014).
A.Z Abidin Farid dan A.Hamzah. Bentuk-Bentuk Khusus Perwujudan Delik Dan
Hukum Penitensier. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. (2006).
Bambang Poernomo. Pola Dasar Teori dan Asas Umum Hukum Acara Pidana.
Yogyakarta: Liberty. (1988).
83
Gunawan Widjaj dan Ahmad Yani. Jaminan Fidusia. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada. (2003).
M. Sholehuddin. Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana Ide Dasar Track System &
Implementasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. (2003).
84
Malayu S.P. Hasibuan.Dasar-dasar Perbankan . Jakarta: Citra Aditya Bakti.
(2011).
Ninek Suparni. Ekstensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana Dan Pemidanaan.
Jakarta: Sinar Grafika. (1996).
Richard Burton Simatupang. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: Cipta Rineka.
(1996).
Sigit Suseno. Sistem Pemidanaan Dalam Hukum Pidana Indonesia Di Dalam dan
Di Luar KUHP. Jakarta Timur: Badan Pembinaan Hukum Nasional.
(2010).
85
Sri Masjvhun Sofwan. Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan
Khususnya Fidusia Dalam Praktek dan Pelaksaannya Di Indonesia.
Yogyakarta: Fakultas Hukum Gadjah Mada. (1977).
Romi Librayanto, Fiksi Hukum Dalam Bingkai Teori Kebenaran. Jurnal Ilmu
Hukum Amanna Gappa , 156-157. . (2011).
C. Perundang-Udangan / UU
86
Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
87