Anda di halaman 1dari 37

B

A
B

DASAR-DASAR ELEMEN MESIN

1. PENDAHULUAN

Bagi yang belum begitu tahu benar tentang apa sesungguhnya yang dimaksud dengan
kata mesin (machine), tentu akan mengira bahwa mesin hanya sebagai pemberi tenaga gerak
(motor). Khususnya terdapat pada kendaraan bermotor (seperti: mobil, sepeda motor, kapal
laut/udara).
Gambar :

Dari segi bahasa, mesin adalah suatu alat yang dikonstruksikan sedemikian rupa, agar
dapat mengubah / meneruskan bentuk tenaga, guna meringankan pekerjaan manusia. Dengan
demikian, mesin dan perangkatnya ternyata sangat dekat dan banyak digunakan dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Contohnya yang sederhana adalah engkol / pengunci jendela
dan sebagainya. Mulai dari peralatan memasak di dapur sampai alat-alat kedokteran di rumah-
rumah sakit. Dari peralatan penyelam bawah laut sampai komponen-komponen penunjang
hidup di antariksa.

1
Gambar :

Elemen mesin merupakan perangkat / alat yang membetuk/ membangun suatu mesin,
yang direncanakan dan diatur dengan tepat, sehingga dapat bekerja sebagai satu kesatuan,
sesuai keinginan perancangnya. Keberhasilan dalam membangun mesin-mesin baru yang lebih
baik, sangat tergantung dari kemampuan kerja (kinerja)nya dan tentu saja harus melebihi yang
sudah ada. Pelaksanaannya dilakukan melalui teknik modifikasi, berupa perbaikan dari segi
bahan yang digunakan, konstruksi, sistematika kerja dan lain-lain. Dalam merancang mesin, hal
ini menjadi tujuan utama yang harus dicapai. Agar mesin-mesin baru tersebut dapat bersaing
dipasar, tentu saja harus memiliki nilai ekonomis diseluruh sektor pembiayaan, baik dari segi
produksi maupun operasionalnya.
Proses perancangan mesin memakan waktu yang lama. Dimulai dari proses menggali,
mengumpulkan dan mempelajari ide / gagasan yang muncul, sampai kepada proses pembuatan
(manufakturing). Ide / gagasan biasanya muncul akibat benturan permasalahan yang dihadapi
seseorang saat merancang. Kemampuan seseorang dalam menelorkan ide / gagasan, selain
didukung oleh kemampuan analisa dan intelektualnya, juga sangat erat kaitannya dengan
pengalamannya dalam merancang. Ini tentunya berpengaruh besar pada kualitas hasil
rancangannya.

2
Dalam mempersiapkan rancangan, para insinyur mesin harus benar-benar
mempertimbangkan ketersediaan sumber-sumber yang dimiliki, seperti : dana, sumber daya
manusia serta material yang ada, demikian juga dengan aspek komersial, agar ide rancangan
dapat diwujudkan menjadi kenyataan, bermanfaat besar bagi manusia dan mampu bersaing
dipasaran.
Begitu banyaknya elemen yang membentuk suatu mesin, juga berbagai macam sifat
material dan konstruksi yang dimilikinya. Maka tidak heran, dibutuhkan begitu banyak
keterlibatan para perancang dari berbagai bidang disiplin keilmuan, seperti: Fisika, kimia,
material, ergonomi, mesin, manufakturing, manajemen dan lain-lain.
Bagi seorang insinyur mesin, untuk menunjang keberhasilannya dalam merancang, juga
dibutuhkan pemahaman yang baik dari berbagai disiplin ilmu tadi. Paling tidak ia harus
melengkapi dirinya dengan pemahaman tentang :
1. Ilmu dan Teknologi Kekuatan Material
2. Menggambar Mesin
3. Fisika Mekanika
4. Teknologi Mekanik
5. Pengetahuan Bahan (Material Teknik)

2. PERTIMBANGAN UMUM PERANCANGAN ELEMEN MESIN

Sebuah mesin terdiri kombinasi beberapa elemen mesin yang direncanakan dan diatur
sedemikian rupa dengan tepat, sehingga dapat bekerja sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Untuk dapat menghasilkan rancangan yang memadai, seorang insinyur mesin perlu memahami
dan mengerti berbagai hal yang bersangkut paut dengan desain dan manufakturnya. Beberapa
hal yang berkenaan dengan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Tipe Beban, Gaya dan Tegangan yang Ditimbulkannya.

Beban merupakan gaya luar yang bekerja pada mesin, terdiri atas beberapa tipe :
 Beban tetap (statis), yakni : besar dan arahnya tetap. Berupa : beban terpusat dan
beban terbagi rata.
Gambar :

3
 Beban bervariasi (dinamis), yakni : besar dan arahnya berubah.
Gambar :

 Beban kejut (shock load), yakni : beban yang terjadi tiba-tiba dengan besar bervariasi.
Seperti pada komponen kopling kendaraan.

Gambar :

komponen utama kopling

Bebagai gaya yang bekerja pada elemen mesin, terjadi akibat fungsi atau kerja yang
dilakukannya. Pada umumnya berasal dari :

4
 Energi yang diubah (konversi) dan dipindahkan (transmisi).
 Bobot mesin dan muatan.
 Hambatan gesek yang terjadi antara elemen yang saling bergerak..
 Inersia elemen yang bergerak.
 Perubahan temperatur.

Gambar :

Gambar diatas memperlihatkan gaya-gaya yang bekerja pada konstruksi bangunan suatu
motor bakar, akibat peristiwa ledakan bahan bakar pada proses pembakaran.
Tegangan terjadi akibat bekerjanya gaya pada struktur material elemen mesin di bidang
penampangnya, sesuai dengan jenis gaya yang bekerja padanya.
Dengan demikian jenis-jenis tegangan tergantung dari jenis-jenis gaya yang
menyebabkannya.

b. Pegerakan atau Kinematika Pemesinan.

5
Keberhasilan kerja dari berbagai jenis mesin, secara umum tergantung dari kesederhanaan
penyusunan komponen-komponen yang melakukan gerak.
Beberapa tipe gerakan yang biasa dilakukan, dapat berupa :
 Gerakan lurus (linier), baik searah, maupun bolak-balik (reciprocating).
 Gerakan melengkung (parabola), baik berputar maupun getaran harmonik sederhana.
 Kecepatan konstan.
 Percepatan konstan atau bervariasi.

c. Bentuk dan Ukuran Komponen

Berdasarkan pertimbangan optimalisasi pemakaian ruang dan bentuk yang cocok, dapat
saja dihasilkan ukuran penampang rancangan yang kecil. Tetapi pertimbangannya haruslah
aman terhadap tegangan yang bakal terjadi pada mesin tersebut saat melaksanakan
fugsinya. Ini sangat penting sekali guna menghindari pembebanan kejut (impact load) yang
sering menimbulkan kerusakan / kegagalan kerja.

Gambar :

d. Tahanan Gesek dan Pelumasan

6
Tahanan gesek selalu menyebabkan hilangnya sebagian tenaga mesin yang umumnya
berobah menjadi panas. Ini beresiko besar untuk menimbulkan keausan pada permukaan
mesin yang saling berkontak lansung. Perlu dicatat bahwa gesekan saat awal gerak ( start)
selalu akan lebih besar. Teknik pencegahan, umumnya dilakukan melalui pemberian
sejumlah pelumas yang mencukupi pada bagian permukaan komponen yang berkontak
geser terhadap yang lainnya, baik itu dalam bentuk gerakan luncur, maupun gelinding.
Seperti yang terdapat pada sistim transmisi kendaraan.

Gambar :

e.

Penggunaan Komponen-

komponen Standar

Tindakan ini dapat lebih


menekan biaya
pembuatan (production
cost) dan perbaikan
(service cost) serta memudahkan pemakai. Karena komponen standar pada umumnya
diproduksi dalam jumlah besar, sehingga banyak tersedia di pasaran dan murah.
Komponen-komponen mesin yang telah distandarisasi seperti : Bantalan (bearing), mur dan
baut, roda puli, belt, roda gigi, rantai, dan lain-lain, dengan mudah dapat dijumpai di
pasaran dan terdiri dari berbagai ukuran.

Gambar :

7
f. Rancangan Tata Letak Komponen yang Perlu Sering di Servis

Kemudahan dan kelancaran saat melakukan perbaikan maupun penggantian komponen


yang rusak, pada umumnya menjadi pertimbangan yang menentukan bagi calon pemakai
mesin. Hal ini baru akan terwujud jika rancangan tata letak komponen tersebut diatur
sedemikian rupa sehingga mudah untuk dijangkau.

Gambar :

g. Keamanan Saat Menggunakan

Faktor keamanan, terutama bagi mesin-mesin yang bekerja pada kecepatan tinggi, panas
tinggi, getaran ataupun bunyi yang keras, haruslah benar-benar diperhatikan secara khusus

8
pada saat perancangan. Apalagi jika terdapat dalam zona wilayah kerja operator, karena
jika tidak, akan membahayakan kesalamatan kerja.

h. Fasilitas Kerja

Seorang perancang mesin tentunya harus memahami keterbatasan peralatan kerja yang
dimiliki departemen manufaktur. Hal ini dimaksudkan, terutama untuk menghindari
keterbatasan saat proses pembuatan (manufakturing). Keterbatasan yang ada hendaknya
diantipasi lansung pada saat perancangan dengan mencari metode alternatif dalam
pembuatannya.

i. Assembling

Proses ini harus dilewati setiap komponen / elemen mesin, agar dapat dibentuk dan
berfungsi sebagai sebuah mesin yang utuh. Unit mesin yang berukuran besar, selesai
diassembling dan dites di workshop, kemudian dibawa ketempat pemakaian. Proses
transportasi dan jauhnya lokasi penempatann menjadi bagian yang harus dipikirkan oleh si-
perancang, karena hal ini berkaitan lansung dengan kemudahan dari pelaksanaan setiap
proses.

3. PENGETAHUAN PENUNJANG ELEMEN MESIN

A. DASAR PERANCANGAN

Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar dari
kegiatan teknik yang ada. Kegiatan perancangan dimulai dengan didapatkannya persepsi
tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh perancangan konsep produk, disusul
kemudian dengan perancangan, pengembangan dan penyempurna an produk.

Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses
pembuatan produk. Dalam tahap perancangan tersebut dibuat keputusan-keputusan penting
yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya. Diantara keputusan penting
tersebut, termasuk keputusan yang membawa akibat apakah industri dalam negeri dapat
berpartisipasi atau tidak dalam suatu pembangunan proyek.

9
Dalam melaksanakan tugas merancangnya, perancang memakai dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan, ilmu dasar teknik, pengetahuan empirik, hasil-hasil penelitian, informasi dan
teknologi, yang semuanya dalam versi perkembangan dan kemajuan mutakhir.

Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah sketsa atau
gambar sederhana dari produk yang akan dibuat. Dalam hal si pembuat produk adalah si
perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang dibuat cukup sederhana saja asalkan dapat
dimengertinya sendiri.

Pada zaman modern ini, sebagian besar produk merupakan benda teknik yang rumit
yang mempunyai banyak komponen dan pada umumnya sudah tidak dapat lagi dibuat oleh
hanya satu orang saja. Gambar yang dibuatpun sudah tidak lagi sederhana dan harus dibuat
dengan aturan dan cara menggambar yang jelas agar dapat dibaca dan dimengerti oleh semua
orang yang terlibat dalam kegiatan pembuatan produk. Gambar hasil rancangan produk adalah
hasil akhir proses perancangan dan sebuah produk barulah dapat dibuat setelah dibuat gambar-
gambar rancangannya. Gambar adalah alat penghubung atau alat komunikasi antara perancang
dan pembuat produk. Bahkan gambar adalah bahasa universal yang dipakai dalam kegiatan dan
komunikasi antara orang-orang teknik.

Tentang gambar rancangan produk ini perlu dijelaskan beberapa hal berikut. Dalam
bentuk tradisionalnya atau bentuk klasiknya, gambar rancangan produk berupa informasi digital
yang disimpan dalam memori komputer. Gambar digital tersebut dapat dikeluarkan dalam
bentuk gambar pada kertas hardcopy menjadi gambar tradisional atau ditampilkan pada layar
monitor sebuah komputer. Gambar digital tersebut dapat pula dibaca oleh sebuah software dan
hasil bacaannya diteruskan ke alat pembuat produk.

B. FASE-FASE DALAM PROSES PERANCANGAN

Perancangan terdiri dari serangkaian kegiatan yang berurutan. Karena itu perancangan
kemudian disebut sebagai suatu proses yang mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam
perancangan tersebut. Kegiatan-kegiatan dalam proses perancangan dinamakan fase. Fase-fase
dalam proses perancangan bisa berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap fase masih terdiri
dari beberapa kegiatan, yang dinamakan langkah-langkah dalam fase. Salah satu deskripsi
proses perancangan adalah deskripsi yang menyebutkan bahwa proses perancangan terdiri dari
fase-fase berikut :

10
1. Diidentifikasikannya kebutuhan;
2. Analisis masalah, spesifikasi produk dan perencanaan proyek;
3. Perancangan konsep produk;
4. Perancangan produk;
5. Evaluasi produk hasil rancangan dan;
6. Penyusunan dokumen berupa gambar produk hasil rancangan dan spesifikasi pembuatan
produk.
Fase-fase proses perancangan tersebut dapat digambarkan dalam diagram alir seperti
yang diperlihatkan dibawah.

Deskripsi proses perancangan hanyalah salah satu dari beberapa deskripsi yang ada. Perancang
yang lain mungkin akan membuat deskripsi proses perancangan yang lain, yaitu dalam fase-
fase yang berbeda. Hal tersebut terjadi karena pengalaman yang dialami oleh masing-masing
perancang tidaklah sama.

Diagram alir Perancangan :

Kebutuhan

Analisis masalah, spesifikasi produk dan


perencanaan proyek

Perancangan konsep produk

Perancangan Produk

Evaluasi Produk hasil rancangan

Dokumentasi untuk pembuatan produk

Proses perancangan yang diperlihatkan pada diagram alir dapat merupakan suatu
deskripsi saja atau dapat pula berarti sebagai suatu preskripsi. Dalam hal deskripsi, urutan
proses itu hanya sebagai sebuah gambaran saja sebagaimana yang dialami oleh pembuatnya.
Sedangkan dalam hal preskripsi, proses yang disusun dimaksudkan sebagai cara merancang

11
atau design method yang diusulkan kepada perancang lain untuk digunakan dan diikuti. Salah
satu contoh model preskripsi adalah proses yang dibuat oleh Pahl dan Beitz.

C. PENGETAHUAN TENTANG BAHAN

1. Sifat Bahan

Ada beberapa sifat teknis yang harus diperhatikan seorang perancang mesin sewaktu
memilih bahan :
1. Sifat mekanik.
- Modulus Elastisitas - Kekerasan (hardness)
- Batas mulur (creep) - Daya tahan thd : tekuk, torsi dan
geser

- Kekuatan (strength) - Kerapuhan (brittleness)


- Kekakuan (stiffness) - Kelelahan (fatiq)
- Keuletan/ketangguhan (ductil) - Mampu bentuk (malleability)

2. Sifat yang diperlukan selama proses pembentukan.


- Mampu mesin (machinability) - Karakteristik pengerjaan panas.
- Mampu las (weldability) - Mampu tempa.
- Karakteristik pengerjaan dingin.
3. Sifat yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan.
- Daya tahan korosi dalam cuaca atau lingkungan biasa dan di bawah pengaruh unsur-
unsur kimia, bahan bakar, pelumas, korosi lubang dsb.
- Daya tahan panas.
- Ketahanan aus.
- Pelapukan.

2. Pengelompokan Bahan

Secara garis besar, bahan-bahan yang digunakan dalam teknik dapat dikelompokkan
dalam dua kelompok besar :

12
a. Bahan Logam
1. Besi, baja dan paduannya (ferrous).
Seperti : besi (Fe), baja karbon (Fe 3 C), molybdenum (Fe2 C-Mo), triple alloy steels (Fe Cr
Ni Mo) dan lain-lain.

2. Logam selain besi dan paduannya (non-ferrous)


seperti : timah (Sn), alumunium (Al), tembaga (Cu), seng (Zn), nikel (Ni), mangan (Mn),
vanadium (V), tintanium (Ti), wolfram (W) dan lain-lain.
 Umumnya logam jarang digunakan dalam keadaan murni, kecuali untuk hal-hal khusus.
b. Bahan Bukan logam
1. Organik, berasal dari alam (tumbuhan, hewan atau bahan yang mengandung unsur
karbon).
seperti : karet alam, kertas, minyak bumi, gas alam, kayu, kulit dan plastik.
2. Anorganik
Seperti : mineral-mineral, batuan-batuan, semen, beton, keramik dan gelas.

3. Diagram Tegangan - Regangan

Pemahaman terhadap sifat bahan sangat diperlukan dalam perancangan mesin. Sifat-
sifat mekanik bahan sangat diperlukan sekali dalam praktek. Sifat-sifat ini umumnya diperoleh
dari Percobaan Tarik Standar.
Dalam usaha standardisasi cara pengujian bahan, American Society of Testing Materials
(ASTM) telah mengeluarkan spesifikasi yang sekarang telah umum digunakan. Dua diantaranya
akan kita jelaskan disini; satu untuk plat logam dengan tebal lebih dari 4.76 mm (Gb. 6-1) dan
satu untuk logam dengan diameter lebih dari 38 mm (Gb. 6-2). Seperti terlihat dalam gambar,
bagian tengah dari spesimen dibuat lebih kecil dari pada bagian ujungnya sehingga kerusakan
berupa putus (failure) tidak terjadi pada bagian yang dipegang. Bagian pengecilan dibuat
melingkar (rounded) untuk menghindari terjadinya konsentrasi atau mengumpulnya tegangan
pada bagian transisi dimensi tersebut. Panjang standar dimana pertambahan panjang
(elongation) diukur adalah 203 mm untuk spesimen seperti Gb. 6-1 dan 51 mm untuk spesimen
seperti Gb. 6-2.

Pertambahan panjang diukur secara mekanik maupun optik (ekstensometer) atau


dengan melekatkan suatu tipe tahanan elektrik yang biasa disebut strain gage pada

13
permukaan bahan. Tahanan strain gage berisi sejumlah kawat halus yang dipasang pada arah
aksial terhadap batang. Degan pertambahan panjang pada batang maka tahanan listrik kawat-
kawat akan berubah dan perubahan ini dideteksi pada suatu jembatan Wheatstone dan
diinterpretasikan sebagai perpanjangan.

Gambar :

203 mm 51 mm

Gb. 6-1 Gb. 6-2

4. Regangan normal

Kita misalkan suatu spesimen telah ditempatkan pada mesin tes tekan-tarik dan gaya
tarikan diberikan secara gradual pada ujung-ujungnya. Perpanjangan pada gage dapat diukur
seperti dijelaskan diatas untuk setiap kenaikan tertentu dari beban aksial. Dari nilai-nilai ini,
perpanjangan per unit panjang yang biasa disebut regangan normal dan diberi simbol dengan
ε, dapat diperoleh dengan membagi total pertambahan panjang ∆l dengan panjang gage L,
yaitu

Δl
ε=
L

Regangan biasanya dinyatakan meter per meter sehingga secara efektif tidak
berdimensi.

5. Kurva tegangan-regangan

Sebagaimana beban aksial yang bertambah bertahap, pertambahan panjang terhadap


panjang gage diukur pada setiap pertambahan beban dan ini dilanjukan sampai terjadi
kerusakan (fracture) pada spesimen. Dengan mengetahui luas penampang awal spesimen,
14
maka tegangan normal, yang dinyatakan dengan σ, dapat diperoleh untuk setiap nilai beban
aksial dengan menggunakan hubungan

P
σ=
A

Gambar :

σ σ σ
U ●P
B
Y ●
● P
P

ε ε ε
O O O

Gb. 6-3 Gb. 6-4 Gb. 6-5

σ σ

Y

ε ε
O
O ε1 O’

Gb. 6-6 Gb. 6-7

Dimana P menyatakan beban aksial dalam Newton dan A menyatakan luas penampang
awal (m2). Dengan memasangkan pasangan nilai tegangan normal σ dan regangan normal ε,
data percobaan dpat digamabarkan dengan memperlakunan kuantitas-kuantitas ini sebagai
absis dan ordinat. Gambar yang diperoleh adalah diagram atau kurva tegangan-regangan.
Kurva tegangan-regangan mempunyai bentuk yang berbeda-beda tergantung dari bahannya.
Gambar 6-3 adalah kurva tegangan regangan untuk baja karbon-medium, Gb. 6-4 untuk baja

15
campuran, dan Gb. 6-5 untuk baja karbon-tinggi dengan campuran bahan nonferrous. Untuk
campuran nonferrous dengan besi kasar diagramnya ditunjukkan pada Gb. 6-6, sementara
untuk karet ditunjukkan pada Gb. 6-7.

Dari data yang berhasil dihimpun selama penarikan benda uji dalam beberapa kali
ulangan, dapat dibuat kurva tegangan regangan, dimana :

gaya( F )
Tegangan () = luaspenampang ( A )

L1 −L ΔL
Regangan ( ) = L = L
Gambar :


E F

C
B D
A

O 
Awal garis biasanya lurus (O – A), akibat besarnya tegangan sama dengan regangan. Ini
menunjukkan daerah batas sifat elastis logam. Jadi jika pembebanan (F) masih diwilayah ini,
maka perubahan bentuk dan ukuran benda tidak bersifat permanen dan dapat kembali
kesediakala (elastis). Pada daerah inilah terletaknya Modulus Elastisitas.
Garis A – B menyatakan batasan daerah plastis, pada daerah ini pembebanan akan
merubah bentuk benda secara permanen.
Garis B – C menyatakan batasan daerah luluh (yield), pada daerah ini pembebanan akan
meluluhkan bahan benda.
Garis C - D memperlihatkan turunnya kekuatan bahan akibat peluluhan yang merata.
Titik E menyatakan batas pembebanan tertinggi yang dapat ditahan struktur benda.
Sebelum akhirnya mengalami perpatahan (failur) pada titik F.

16
6. Bahan liat (ductile) dan bahan rapuh (brittle)

Bahan-bahan logam biasanya diklasifikasikan sebagai bahan liat ( ductile) atau bahan
rapuh (brittle). Bahan liat mempunyai gaya regangan ( tensile strain) relatif besar sampai
dengan titik kerusakan (misal baja atau aluminium) sedangkan bahan rapuh mempunyai gaya
regangan yang relatif kecil sampai dengan titik yang sama. Batas regangan 0.05 sering dipakai
untuk garis pemisah diantara kedua klas bahan ini. Besi cor dan beton merupakan contoh
bahan rapuh.

7. Hukum Hooke

Untuk bahan-bahan yang mempunyai kurva tegangan-regangan dengan bentuk seperti


Gb. 6-3, 6-4, dan 6-5, dapat dibuktikan bahwa hubungan tegangan-regangan untuk nilai
regangan yang cukup kecil adalah linier. Hubungan linier antara pertambahan panjang dan
gaya aksial yang menyebabkannya pertama kali dinyatakan oleh Robert Hooke pada 1678 yang
kemudian disebut Hukum Hooke. Hukum ini menyatakan

σ =Eε

dimana E menyatakan kemiringan (slope) garis lurus OP pada kurva-kurva Gb. 6-3,6-4,dan 6-5.

8. Modulus elastisitas

Kuantitas E, yaitu rasio unit tegangan terhadap unit regangan, adalah modulus
elastisitas bahan, atau, sering disebut Modulus Young. Nilai E untuk berbagai bahan disajikan
pada Tabel 1-1. Karena unit regangan ε merupakan bilangan tanpa dimensi (rasio dua satuan
panjang), maka E mempunyai satuan yang sama dengan tegangan yaitu N/m 2. Untk banyak
bahan-bahan teknik, modulus elastisitas dalam tekanan mendekati sama dengan modulus
elastisitas dalam tarikan. Perlu dicatat bahwa perilaku bahan dibawah pembebanan yang akan
kita diskusikan dalam buku ini dibatasi hanya pada daerah kurva tegangan regangan.

D. SIFAT-SIFAT MEKANIS BAHAN

Kurva tegangan-regangan yang ditunjukkan pada Gb. 6-3 dapat digunakan untuk
mencirikan beberapa karakteristik tegangan bahan. Diantaranya:

17
1. Batas proporsi (proportional limit)

Ordinat titik P disebut sebagai batas proporsi, yaitu tegangan maksimum yang terjadi
selama tes tarikan sedemikian sehingga tegangan merupakan fungsi linier dari regangan. Untuk
bahan yang kurva tegangan regangannya menyerupai Gb. 6-6 maka tidak memiliki batas
proporsi.

Tabel 1-1. Sifat-sifat bahan teknik pada 20°C

Berat Modulus Tegangan Koefisien


maksimum ekspansi Rasio
Bahan spesifik Young
Poisson
KN/m3 Gpa kPa 10e-6/°C

I. Metal dalam bentuk papan, batang atau blok


Aluminium 27 70-79 310-550 23 0.33
campuran 84 96-110 300-590 20 0.34
Kuningan 87 112-120 230-380 17 0.33
Tembaga 87 210 310-760 13 0.31
Nikel 77 195-210 550-1400 12 0.30
Baja 44 105-210 900-970 8-10 0.33
Titanium
campuran
II. Non-metal dalam bentuk papan, batang atau blok
Beton 24 25 24-81 11
Kaca 26 48-83 70 5-11 0.23
III. Bahan dengan filamen (diameter < 0.025 mm)
Aluminium 38 690-2410 13800-27600
oksida
Barium 25 450 6900
carbide
Kaca 22 345 7000-20000
Grafit 980 20000
IV. Bahan komposit (campuran)
Boron 19 210 1365 4.5
epoksi
Kaca-S 21 66.2 1900
diperkuat

18
epoksi

2. Batas elastis (elastic limit)

Ordinat suatu titik yang hampir berimpitan dengan titik P diketahui sebagai batas elastis,
yaitu tegangan maksimum yang terjadi selama tes tarikan sedemikian sehingga tidak terjadi
perubahan bentuk atau deformasi maupun residu permanen ketika pembebanan dipindahkan.
Untuk kebanyakan bahan nilai batas elastis dan batas proporsi adalah hampir sama dan sering
digunakan sebagai istilah yang saling menggantikan. Pada kasus-kasus dimana pemisahan
diantara dua nilai ditemukan, nilai batas elastis selalu sedikit lebih besar daripada batas
proporsi.

3. Selang elastis dan plastis (elastic and plastic ranges)

Daerah atau rentang kurva tegangan-regangan yang ditarik dari origin sampai batas
proporsi disebut selang elastis; sedang rentang kurva tegangan regangan yang ditarik dari
batas proporsi sampai titik runtuh (point of rupture) disebut selang pastis.

4. Titik lelah (yield point)

Ordinat titik Y pada Gb. 6-3, yang dinyatakan dengan σyp, dimana terjadi peningkatan
atau pertambahan regangan tanpa adanya penambahan tegangan disebut sebagai titik lelah
dari bahan. Setelah pembebanan mencapai titik Y, maka dikatakan terjadi kelelahan. Pada
beberapa bahan terdapat dua titik pada kurva tegangan-regangan dimana terjadi peningkatan
regangan tanpa perubahan tegangan. Masing-masing disebut titik lelah atas dan titik lelah
bawah.

5. Tegangan maksimum (ultimate strength, tensile strength)

Ordinat titik U pada Gb. 6-3, ordinat maksimum pada kurva, diketahui sebagai tegangan
maksimum atau tegangan puncak dari bahan.

6. Tegangan putus (breaking strength)

Ordinat pada titik B pada Gb. 6-3 disebut tegangan putus dari bahan.
7. Modulus kekenyalan, keuletan (modulus of resilence)

Kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan, seperti misalnya gaya tarikan yang
dinaikkan secara bertahap dari nol sampai suatu nilai dimana batas proporsional bahan dicapai,

19
disebut sebagai batas kekenyalan. Ini dapat dihitung sebagai luasan dibawah kurva tegangan
regangan dari titik origin sampai batas proporsional dan digambarkan dengan daerah yang
diarsir pada Gb. 6-3. Satuan untuk kuantitas ini adalah N.m/m 3. Dengan demikian, modulus
kekenyalan adalah kemampuan bahan menyerap energi pada selang elastisnya.

8. Modulus kekerasan (modulus of toughness)

Kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan, seperti misalnya gaya tarikan yang
dinaikkan dari nol sampai suatu nilai yang menyebabkan keruntuhan didefinisikan sebagai
modulus kekerasan. Ini dapat dihitung sebagai luasan dibawah kurva tegangan-regangan dari
origin sampai titik keruntuhan. Kekerasan bahan adalah kemampuan untuk menyerap energi
pada selang plastis dari bahan.

9. Persentase pengurangan luasan-penampang

Penurunan luasan-penampang dari luasan awal pada bagian patah dibagi dengan luasan
awalnya dikalikan dengan seratus didefinisikan sebagai persentase pengurangan luasan-
penampang. Perlu dicatat bahwa ketika gaya tarikan bekerja pada suatu batang, luas
penampangnya berkurang, tetapi perhitungan untuk tegangan normal biasanya dibuat pada
basis luasan awal. Kasus ini ditunjukkan pada Gb. 6-3. Ketika regangan menjadi semakin besar
maka sangat penting untuk memperhatikan nilai luasan penampang melintangnya, dan kalau ini
dilakukan maka akan diperoleh kurva tegangan regangan yang benar. Kurva demikian
ditunjukkan oleh garis putus-putus pada Gb. 6-3.

10. Persentase pertambahan panjang (elongation)

Persentase pertambahan panjang didefiniskan sebagai pertambahan panjang setelah


patah dibagi dengan panjang awal dan dikalikan dengan seratus. Baik persentasi pengurangan
luasan-penampang dan pertambahan panjang merupakan ukuran keuletan atau ductility bahan.

11. Tegangan kerja (working stress)

Karakteristik-karakteristik kekuatan yang telah didiskusikan diatas dapat digunakan


untuk memilih tegangan kerja. Sering suatu tegangan ditentukan hanya dengan membagi salah
satu dari tegangan luluh atau tegangan puncak dengan suatu bilangan yang disebut faktor

20
keselamatan. Pemilihan faktor keselamatan didasarkan pada keputusan perancang dan
berdasarkan pengalaman. Faktor keselamatan spesifik kadang-kadang ditentukan dengan kode-
kode rancangbangun.

Kurva tegangan-regangan non-linier bahan rapuh, seperti ditunjukkan Gb. 6-6,


memberikan karakteristik beberapa ukuran kekuatan yang lain yang tidak dapat ditunjukkan
oleh kurva tegangan-regangan linier. Beberapa karakteristik ukuran tersebut adalah:

a. Kekuatan lelah (yield strength), sisa regangan

Ordinat pada kurva tegangan-regangan dimana bahan mengalami perubahan bentuk atau
deformasi yang tetap ketika pembebanan dipindahkan disebut kekuatan atau tegangan
lelah bahan. Perubahan bentuk tetap disini biasanya diambil sekitar 0.0035 mm/mm. Pada
Gb. 6-6 perubahan bentuk ε1 ditunjukkan pada sumbu regangan dan garis O’Y
digambarkan sejajar dengan tangen awal kurva dari titik origin. Ordinat Y menunjukkan
kekuatan lelah bahan, disebut juga bukti tegangan (proof stress).

b. Modulus tangen

Laju perubahan tegangan terhadap perubahan regangan disebut modulus tangen bahan.
Ini sebenarnya merupakan bentuk modulus sesaat ( instantaneous) dan dinyatakan
dengan Et = dσ/dε.

c. Koefisien ekspansi linier

Koefisien ekspansi linier didefinisikan sebagai perubahan panjang per unit panjang suatu
batang lurus karena perubahan suhu sebesar 1 derajat dan biasanya dinyatakan dengan
α. Nilai koefisien ini adalah independen terhadap unit panjang tetapi tergantung pada
skala suhu yang digunakan. Sebagai contoh, dari Tabel 1-1 koefisien untuk baja adalah
6.5 × 10-6/°F tetapi 12 × 10-6/°C. Perubahan suhu pada bahan mengakibatkan kenaikan
tegangan internal, seperti yang diberikan karena pembebanan.

d. Rasio Poisson

Ketika suatu batang dikenai pembebanan tarik sederhana maka terjadi penambahan
panjang batang pada arah pembebanan, tetapi terjadi pengurangan dimensi lateral
tegaklurus terhadap pembebanan. Rasio regangan pada arah lateral terhadap arah aksial

21
didefinisikan sebagai rasio Poisson (Poisson’s ratio). Dalam buku ini dilambangkan dengan
μ. Pada kebanyakan logam μ mempunyai nilai antara 0.25 sampai 0.35.

12. Kekuatan geser, tekan dan puntir

Hasil pengujian tarik tersebut, selain menentukan besarnya kekuatan tarik struktur
material (bahan), maka sekaligus akan dapat diperkirakan besaran kekuatan material lainnya
dalam memikul/menerima berbagai jenis beban yang mengenainya.
Kekuatan geser bahan besarnya sekitar 50% dari kekuatan tarik. Sedangkan besarnya
kekuatan torsi sekitar 75% dari kekuatan tarik. Kekuatan tekan pada benda yang rapuh mudah
ditentukan, karena mudah patah. Tapi pada bahan yang ulet, kekuatan tekannya baru terlihat
bila beban yang diberikan besar. Bahan rapuh seperti besi cor kira-kira 3 – 4 kali kekuatan tarik.
Tetapi untuk baja, karena sangat ulet sulit untuk ditentukan.

4. ANALISA GAYA, MOMEN, TEGANGAN DAN REGANGAN

1. Gaya

Gaya (beban) merupakan faktor terpenting dalam bidang perancangan mesin, karena
berpengaruh sangat besar pada hasil rancangan. Disaat elemen mesin melaksanakan fungsinya
sebagaimana yang dikehendaki, maka berbagai bentuk gaya akan bekerja padanya, sesuai
dengan konstruksi dan sifat kerja elemen mesin tersebut.
Sesuai bunyi Hukum Newton Ketiga, Besarnya gaya yang bekerja pada elemen mesin
(gaya aksi) akan mendapatkan tahanan dari elemen mesin tersebut dalam besar yang sama
tetapi dengan arah yang berlawanan (gaya reaksi). Seandainya gaya reaksi tidak terjadi,
tentulah gaya aksi tidak akan berarti apa-apa sama sekali dan akan sangat sulit untuk dideteksi
sifat kerjanya. Dengan demikian besarnya gaya aksi baru akan bernilai, jika ada reaksi dari
tahanan.
Dengan demikian ada berbagai jenis gaya yang biasa mengenai elemen mesin, yakni :

a. Gaya tarik dan tekan (Tensile and compressive force)

22
Pembebanan Batang Secara Aksial

Untuk memulai diskusi ini, kita ambil kasus paling sederhana dimana sebatang logam
dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya
linier dengan arah saling berlawanan yang berimpit pada sumbu longitudinal batang dan
bekerja melalui pusat penampang melintang masing-masing. Untuk kesetimbangan statis
besarnya gaya-gaya harus sama. Apabila gaya-gaya diarahkan menjauhi batang, maka batang
disebut di-tarik; jika gaya-gaya diarahkan pada batang, disebut di-tekan. Kedua kondisi ini
digambarkan pada Gb. 1-1.

Dibawah aksi pasangan gaya-gaya ini, hambatan internal terbentuk didalam bahan dan
karakteristiknya dapat dipelajari dari bidang potongan melintang disepanjang batang tersebut.
Bidang ini ditunjukkan sebagai a-a di Gb. 1-2(a). Jika untuk tujuan analisis porsi batang
disebelah kanan bidang dipindahkan, seperti pada Gb. 1-2(b), maka ini harus digantikan
dengan sesuatu untuk memberikan efek pada porsi sebelah kiri tersebut. Dengan cara
introduksi bidang potong ini, gaya-gaya internal awal sekarang menjadi gaya eksternal
terhadap porsi sisa batang. Untuk kesetimbangan pada porsi sebelah kiri, efek ini harus berupa
gaya horisontal dengan besar P. Namun demikian, gaya P yang bekerja tegak-lurus (normal)
pada penampang melintang a-a ini secara aktual merupakan resultan distribusi gaya-gaya yang
bekerja pada penampang melintang dengan arah normal.

Disini sangat penting untuk membuat beberapa asumsi berkaitan dengan variasi
distribusi gaya-gaya, dan karena gaya P bekerja pada penampang melintang maka secara
umum diasumsikan bahwa gaya-gaya tersebut adalah seragam diseluas penampang.

a
Gambar : F F F F

Tarik (a) a

F
F
F F
Tekan (b)

23
Gb. 1-1 Gb. 1-2

- Gaya tarik ( Fta)

merupakan : gaya yang dalam kerjanya menarik elemen mesin secara berlawanan terhadap
reaksi tahanannya, tepat pada garis sumbu benda. Sehingga mengakibatkan perpanjangan
(peregangan) pada elemen mesin tersebut.

Gambar :

Reaksi Aksi

- Gaya tekan (Fte)

merupakan : gaya yang dalam kerjanya menekan elemen mesin secara berlawanan
terhadap reaksi tahanannya, tepat pada garis sumbu benda. Sehingga mengakibatkan
terjadinya pemendekan ( pengkerutan ) pada benda.

Gambar :

Reaksi Aksi

24
Pada gambar diatas terlihat saat meja mendapat gaya tekanan dari bobot balok (W)
(akibat gaya tarik grafitasi bumi terhadap massa balok), meja lansung memberikan reaksi
kearah yang berlawanan sebesar gaya normal (F N).

b. Gaya geser (Shear force) (FS)

Bentuk dari gaya tarik atau gaya tekan yang bekerja pada bidang geser, persinggungan
dari dua benda yang dikenai gaya tadi terhadap gaya reaksinya. Sehingga menggesar
bidang tahanan yang ada padanya.
Bekerja pada benda tahanan dalam bentuk dua gaya yang arahnya saling berlawanan (aksi-
reaksi), terpisah secara tangensial melalui suatu bidang geser, yang menyebabkan
terjadinya penggeseran/pengguntingan terhadap penampang benda yang menahan bidang
geser tadi.
Gambar :

Bidang tahanan
bidang geser
F (aksi)
F (reaksi)

Benda tahanan

25
Gambar diatas memperlihatkan sebuah kopling dengan beberapa paku keling sebagai
pengikat plat geseknya, yang akan mengalami geseran akibat gaya putar.

c. Gaya putar / puntir (Torsion force) ( FP ).

Merupakan : gaya yang bekerja pada suatu jarak tertentu dari sumbu benda ( r ), yang
mengakibatkan benda terpuntir / terpelintir disepanjang sumbunya, akibat adanya reaksi
dari tahanan yang bekerja pada ujung lainnya.
Gambar : Fp

tahanan
d. Gaya lentur (Bending force) ( FL).

Merupakan : gaya yang bekerja pada jarak tertentu (L) dari tumpuan benda dengan arah
kerja tegak lurus sumbu benda. Sehingga mengakibatkan benda melentur/melengkung di
sepanjang sumbunya.
Gambar : L
26 FL
L
FL

2. Momen

Merupakan efek putaran atau lengkungan yang terjadi akibat bekerjanya gaya pada
suatu benda. Dikenal ada dua jenis momen, berdasarkan pada posisi gaya terhadap benda :
a. Momen puntir/putar ( M p )
Terbentuk oleh gaya puntiran/putar ( Fp ) yang bekerja pada jarak tertentu ( r ) dari sumbu
benda yang mengakibatkan benda terpelintir disepanjang sumbunya.

b. Momen lentur/lengkung ( ML )
Terbentuk oleh gaya lentur ( FL ) yang bekerja pada jarak tertentu ( L ) dari tumpuan
penyangga benda yang mengakibatkan benda melentur/melendut disepanjang sumbunya.
Secara matematik formulasi hubungan antara gaya ( F ) dan momen ( M ) tersebut dapat
dinyatakan sebagai :
- Mp = Fp x r
- ML = FL x L

Gambar :

FP

27
r

Mp = Fp x r

FL

ML = FL x L

3. Tegangan dan Regangan

Gaya yang bekerja pada elemen mesin, selalu menimbulkan reaksi berupa gaya dalam
struktur material (yang besarnya sama tapi berlawanan arah) jika ada tahanan. Bekerjanya
gaya ini pada bagian penampang benda mengakibatkan terjadinya tegangan di dalam struktur
material benda, karena gaya akan terbagi rata di setiap satuan luas bidang penampang.
Besarnya tegangan yang terjadi akibat gaya atau pembebanan, dalam hal ini dinamakan
sebagai tegangan pembebanan / kerja ( ).
Tegangan pembebanan maksimum akibat gaya atau beban maksimum yang mengenai
benda, sangat menentukan sekali bagi keberhasilan material benda untuk bertahan dari
kerusakan. Ia menjadi batasan maksimum bagi kekuatan struktur material benda untuk
bertahan dari pembebanan lebih (diluar kondisi normal). Maka, untuk menghindari kegagalan
material dalam menghadapi pembebanan, besarnya tegangan pembebanan yang terjadi tidak

boleh melebihi kekuatan struktur material (  < σ ). Pemilihan akan besarnya kekuatan bahan
elemen mesin, ditentukan sekali oleh besarnya tegangan akibat beban maksimum. Dalam
perhitungan, besar kekuatan bahan elemen mesin dinyatakan sebagai tegangan izin bahan atau

kekuatan bahan ( σ ).

28
Hubungan antara besar tegangan pembebanan (  ) dengan tegangan izin bahan /

maksimum ( σ ), dinyatakan oleh faktor keamanan (Sf), dimana :


σ
Sf = σ

Faktor keamanan dalam hal ini tentunya adalah sebagai faktor yang harus ditetapkan
perancang untuk menghadapi kemungkinan dari pembebanan maksimum (diluar kondisi
normal) yang akan diterima elemen mesin saat berfungsi.

Tegangan Normal

Daripada berbicara tentang gaya internal yang bekerja pada beberapa luasan elemen
yang kecil, lebih baik, untuk tujuan perbandingan, kita memperlakukan gaya normal yang
bekerja pada suatu unit luasan pada penampang melintang. Intensitas gaya normal per unit
luasan disebut tegangan normal dan dinyatakan dalam unit gaya per unit luasan, misalnya
lb/in2, atau N/m2. Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-ujung batang sedemikian sehingga
batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi suatu tegangan tarik pada batang; jika batang
dalam kondisi tertekan maka terjadi tegangan tekan. Perlu dicatat bahwa garis aksi dari gaya
yang bekerja adalah melalui pusat setiap bagian penampang melintang batang.

Regangan normal

Kita misalkan suatu spesimen telah ditempatkan pada mesin tes tekan-tarik dan gaya
tarikan diberikan secara gradual pada ujung-ujungnya. Perpanjangan pada gage dapat diukur
seperti dijelaskan diatas untuk setiap kenaikan tertentu dari beban aksial. Dari nilai-nilai ini,
perpanjangan per unit panjang yang biasa disebut regangan normal dan diberi simbol dengan
ε, dapat diperoleh dengan membagi total pertambahan panjang ∆l dengan panjang gage L,
yaitu

Δl
ε=
L
Regangan biasanya dinyatakan meter per meter sehingga secara efektif tidak berdimensi.
Sebagai efek dari kerja gaya dalam struktur material, maka jenis tegangan dan
regangannya tergantung dari jenis gaya yang bekerja, yakni :

a. Tegangan dan regangan tarik (Tensile stress and strain)

29
Tegangan tarik ( ta ) terjadi akibat bekerjanya gaya tarik ( F ta ) pada satuan luas
penampang ( A ) struktur material elemen mesin, sehingga bendanya mengalami
perpanjangan. Rasio/perbandingan antara perpanjangan yang terjadi ( L ) terhadap
panjang benda semula ( L ) disebut sebagai regangan tarik ( ta ). Secara matematik dapat
ditulis :
ta = Fta / A dan ta = L / L

Gambar :

Fta Fta

ta ta

b. Tegangan dan regangan tekan (Compressive stress and strain)

Tegangan tekan ( te ) terjadi akibat kerja suatu gaya tekan ( F te ) pada satuan luas
penampang ( A ) struktur material elemen mesin, sehingga bendanya mengalami
perpendekan. Rasio/perbandingan antara perpendekan yang terjadi ( L ) terhadap panjang
benda semula ( L ) disebut sebagai regangan tekan ( te ). Secara matematik dapat ditulis :
te = Fte / A dan te = L / L

Gambar :

Fta Fta

te te

30
CONTOH- CONTOH SOAL TEGANGAN TARIK-TEKAN :

1. Suatu plat penutup diikat pada setiap ujungnya oleh empat buah baut dan mur,
berdiameter 20 mm. Plat tersebut duduk pada ring berdiameter dalam 22 mm dan diameter
luar 50 mm. Ring tembaga yang ditempatkan diantara mur dan plat memiliki diameter
dalam 22 mm dan diameter luar 44 mm.
Jika plat harus menahan beban sebesar 12 ton, hitunglah tegangan yang terjadi pada ring
bawah sebelum mur dikencangkan.
Bagaimana dengan tegangan yang terjadi pada ring atas dan bawah, setelah mur
dikencangkan sehingga menghasilkan tarikan sebesar 500 kg pada setiap baut.

Jawab :

Diketahui : F = 12 ton Ft = 500 kg D b = 20 mm


d rb = 22 mm d ra = 22 mm
D rb = 50 mm D ra = 44 mm

Maka :
π π
a. Luas penampang ring bawah : A rb = 4 . (D rb2 - d rb2 ) = 4 . ( 50 2 – 20 2 )
2
= 1583 mm

π π
b. Luas penampang ring atas : A ra = 4 . (D ra2 - d ra2 ) = 4 . ( 44 2 – 20 2 )
2
= 1140 mm

12000
c. Beban yang diterima setiap baut : F 1 = 4 = 3000 kg

c. Tegangan pada ring bawah sebelum mur dikencangkan :


F1 3000
rb = A rb = 1583 = 1,895 kg/mm 2

31
d. Tegangan pada ring atas setelah mur dikencangkan :
Ft 500
ra = A ra = 1140 = 0,4385 kg/mm 2

e. Tegangan pada ring bawah setelah mur dikencangkan :

F 1+ F t 3000+500
rb = Arb = 1583 = 2,211 kg/mm 2

2. Sebuah baut jepit baja berdiameter 18 mm, dipasang menembus tabung tembaga
berdiameter luar 40 mm dan dalam 24 mm. Mur yang dipasang pada ujung baut untuk
menjepit tabung dengan perantara ring, menimbulkan tegangan 10 N/mm 2 pada baut.
Seluruh perangkat ini kemudian ditempatkan pada mesin bubut guna membubut setengah
panjang dari tabung tembaga pada kedalaman 1,5 mm.
Hitunglah tegangan yang terhimpun dalam tabung tembaga pada bagian yang dikerjakan.

Jawab :

2
Diketahui : D b = 18 mm  b = 10 N/mm
d tt = 24 mm t = 1,5 mm
D tt = 40 mm
Maka :

π π
a. Luas penampang batang baut : A b = 4 . D b2 = 4 . 18 2 = 81  mm 2

π
b. Luas penampang tabung tembaga : A tt = 4 . (D tt 2 - d tt 2 )
π
= 4 . ( 40 2 – 24 2 )
2
= 256  mm

c. Jepitan yang dilakukan mur-baut terhadap tabung tembaga tentu saja menimbulkan
gaya tarik pada batang baut dan sebaliknya menimbulkan gaya tekan pada tabung
dengan besar yang sama.

32
Jadi :
F b = Ftt
b . Ab =  tt . A tt
10 . 81  =  tt . 256 

10 x81
 tt = 256 = 3,16 N/mm2

d. Karena setengah panjang tabung tembaga dibubut diameternya sedalam 1,5 mm,
maka :
- diameter yang tersisa : D tt.s = 40 – (2 x 1,5) = 37 mm

π
- Luas penampang yang tersisa : A tt.s = 4 . (D tt.s 2 - d tt 2 )
π
= 4 . ( 37 2 – 24 2 )
2
= 198,3  mm

2
- Luas penampang tabung tembaga yang utuh = A tt.u = A tt = 256  mm

e. Setelah pembubutan, karena luas penampang setengah panjang tabung tembaga


berkurang, maka tentu saja akan berakibat pada berubahnya pola tegangan yang terjadi
F
sebelumnya, karena :  = A . Dengan demikian dari besarnya :
Gaya tekan pada bagian tabung yang dibubut = gaya tekan pada bagian tabung yang
masih utuh = gaya tarik pada batang baut

A tt.b .  tt.b = A tt.u .  tt.u = A b .  b2

198,3  .  tt.s = 256  .  tt.2 = 81  .  b2

81
 tt.s = 198,3 .  b2 = 0,41 .  b2

33
81
 tt.2 = 256 .  b2 = 0,32 .  b2

f. Berkurangnya sebagian luas penampangnya, akan menambah besar efek pengkerutan


() pada tabung. Akibatnya gaya tarik pada batang baut jepit akan berkurang,
sehingga :
L = L 1 = L 2

dengan demikian :

σ b −σ b2 σ tt . b −σ tt L σ tt . 2−σ tt L
Eb x L = Ett x 2 + E tt x 2

* dengan membagi “L” pada bagian kiri dan kanan persamaan, menjadi :

10−σ b 2 0 , 41. σ b2 −3 , 16 0 ,32 . σ b 2−3 ,16


2 . Ett = 2 . E tt + 2. Ett

16,32
 b2 = 1,73 = 9,43 N/mm2

c. Tegangan dan regangan geser (Shear stress and strain)

Tegangan geser ( s ) timbul akibat kerja dari dua gaya geser ( Fs ) yang saling berlawanan
arah (aksi – reaksi) terhadap suatu bidang geser, pada satuan luas bidang penampang
tahanan elemen mesin ( A ). Sehingga bidang penampang tersebut mengalami regangan
geser (mulai akan tergunting) searah bekerjanya gaya, sebesar sudut ( ) terhadap sumbu
benda yang tergeser. Secara matematik dapat ditulis :
s = Fs / A dan G = s / 

dimana :

G = modulus geser / kekakuan (rigidity) material benda yang mengalami geseran.

Gambar :

34
Bidang penampang tahanan geser

Bidang geser

Fs
(aksi) Fs
(reaksi)

Kondisi pergeseran pada bidang penampang benda tahanan :

Fs (aksi) s
s
Fs (reaksi)

d. Tegangan puntir / putar (Torsional stress)

Terjadi di sepanjang struktur material elemen mesin yang dikenai momen puntir (M P)
atau torsi ( T ), akibat fungsinya dalam meneruskan daya putar ( P ). Besarnya tegangan yang
terjadi (P) akan mencapai maksimum pada sisi terluar benda (dengan radius r ), terutama pada
bagian ujung benda yang dijepit / ditahan (sejarak L dari titik tumpuan gaya). Sebaliknya,
menjadi nol ( 0 ) pada sumbu benda dan pada titik tumpuan gaya. Hal ini dikarenakan, geseran
pada struktur material benda searah radial (sudut geser  ), bertambah besar sesuai dengan
pertambahan jarak.
Gambar :

 P maks.

35
r
P = 0

P maks
MP = T

Dengan demikian persamaan umum untuk tegangan puntir, adalah :


MP / IP = P / r = G. / L

Dimana : IP = Inersia polar, yang menyatakan kekuatan bentuk penampang bulat dalam
menahan gaya putar atau torsi.
π π
= Ixx + Iyy = 64 . d 4 + 64 . d 4

π
= 32 . d 4

Ixx dan Iyy = inersia benda pada sumbu x dan sumbu y.


G = modulus geser / kekakuan (rigidity) material benda. Menyatakan sifat
kekakuan material dalam menerima pembebanan puntir

 Dari persamaan umum tegangan puntir, akan diperoleh dua persamaan berikut :

- Persamaan puntir berdasarkan kekuatan bahan :

τP
T
d
Dari :
IP = 2

T τP
π 4 d
.d
⇒ 32 = 2

π
⇒ T = 16 . P . d 3

- Persamaan puntir berdasarkan kekakuan bahan

36
T
π 4 G .θ
.d
Adalah : 32 = L

 Untuk poros yang berlobang :

π dl
- IP = 32 . (d l 4 - d d 4 ) , dengan r = 2

maka

π 2
⇒ T = P . 32 . (d l4 - d d 4 ) . d l

π dd
⇒ T = 16 . P . d l 3 (1 – k4 ) , dimana : k = d l

37

Anda mungkin juga menyukai