Anda di halaman 1dari 11

PROSES BERPIKIR

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Psikologi
Yang dibina oleh Buk SITTI RUSDIANAH JAFAR,SKM.,M.KES

Oleh Kelompok 9 A:

1. AULIA NURUL FAZRI

2. MUHAMAD NUR IKHSAN

3. SURATMAN

4. WINATUL AMALIA

POLTEKKES KEMENKES MATARAM

Daftar Isi
Daftar Isi....................................................................................................................................i
1. Pendahuluan..........................................................................................................................1
2. Pembahasan...........................................................................................................................1
2.1 Definisi dan Proses Berpikir............................................................................................1
2.2 Macam-macam Berpikir..................................................................................................5
2.3 Teori Perkembangan Berpikir.........................................................................................6
2.4 Berpikir Kritis, Kreatif, Ilmiah dan Metakognisi............................................................8
3. Penutup..................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................9
3.2 Saran..............................................................................................................................10
Rujukan...................................................................................................................................10

1
1.Pendahuluan
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Akan tetapi karena jiwa itu
sendiri merupakan sesuatu hal yang tabu (abstrak), banyak para ahli psikologi mengartikan
psikologi sebagai ilmu untuk mempelajari tingkah laku manusia. Kemudian ada juga yang
menambahkan, tingkah laku dalam hubungannya dengan lingkungan (psikologi sosial),
tingkah laku yang tampak saja (behavioristik), menitikberatkan alam bawah sadar
(psikoanalisis), memfokuskan bagaimana kognisi bekerja (kognitif), dan ada yang
memperhatikan hakikat dari manusia atau memanusiakan manusia (humanistik) sertaada juga
yang lainnya. Akhirnya kesemuanya itu menjadi aliran-aliran dalam psikologi yang muncul
seiring waktu berjalan, yang kadang saling menguatkan, akan tetapi lebih sering mengkritik
pandangan dari aliran sebelumnya.
Salah satu yang menjadi pandangan dalam psikologi adalah memfokuskan ke dalam
aktivitas mental. Dalam aktivitas mental biasanya berisi tentang kognisi dan afeksi. Dan
dalam kognisi akan dikaitkan dengan proses berpikir. Oleh karenanya berpikir merupakan
salah satu dari banyak aktivitas mental. Salah satu perkataan yang sering terdengar ketika
membahas mengenai berpikir adalah “Cogito Ergo Sum (Aku berpikir maka aku ada)” dari
filsuf perancis Rene Descartes. Dari perkataan filsuf ini menunjukkan bahwa berpikir
memang suatu aktivitas yang sering dilakukan manusia, bahkan menyangkut keberadaan
manusia itu. Contoh yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan
aktivitas berpikir, seperti: ketika memutuskan barang mana yang harus dibeli, ketika
merencanakan apa yang dilakukan besok, menulis makalah, dan banyak lagi yang lainnya.
Pada kesempatan ini, kami akan mengurai berkenaan dengan berpikir, mulai dari
definisnya, prosesnya, macam-macam, teori-teori para ahli tentang berpikir, perkembangan
berpikir, hingga pada berpikir kreatif dan meta kognisi. Dengan adanya tulisan ini diharapkan
pembaca dapat, minimal mengetahui bagaimana definisi berpikir, prosesnya, hingga dapat
memahami berpikir kreatif dan meta kognisi, terlebih lagi dapat mengaplikasikannya.

2.Pembahasan

2.1 Definisi dan Proses Berpikir


Berpikir erat kaitannya dengan akal. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan berpikir
sebagai kegiatan menggunakan akal untuk menimbang dan memutuskan, menimbang untuk
mengingat sesuatu. Berpikir merupakan satu dari banyak aktivitas mental yang melibatkan

2
kerja otak. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang,
menghitung, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau
membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada,
menimbang dan memutuskan (Sobur, 2003). Jadi dapat dikatakan bahwa berpikir adalah
memproses suatu informasi yang telah diterima. Proses itu dapat berupa membandingkan,
menggolongkan, memilah, menghubungkan, menafsirkan, menimbang, dan juga
memutuskan. Ada juga yang mengatakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan untuk
memahami, mengetahui, dan memperoleh pengetahuan (informasi).
Selain berkaitan dengan akal –karena akal disebut-sebut sebagai pikiran, berpikir juga
berkaitan dengan masalah. Jika tidak ada masalah maka manusia tidak akan berpikir. Dan
dalam kehidupan ini, masalah adalah suatu kepastian. Proses penyelesaian masalah itulah
yang disebut dengan proses berpikir (Ahmadi, 2009). Dalam proses berpikir biasanya akan
timbul suatu pertanyaan apa masalahnya, bagaimana pemecahannya, apa tujuan memecahkan
masalah dan faktor apa saja yang dapat membantu memecahkan masalah. Oleh karena itu,
dalam berpikir sering timbul pertanyaan 5 W 1 H (what, when, where, who, why, dan how).
Sehingga jika berpikir selalu melibatkan suatu masalah, maka proses berpikir dalam
menyelesaikan masalah seharusnya ada beberapa hal di bawah ini (Ahmadi, 2009):

- Ada minat untuk menyelesaikan masalah

- Memahami tujuan pemecahan masalah

- Mencari kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah

- Menentukan kemungkinan mana yang digunakan

- Melaksanakan kemungkinan yang dipilih untuk memecahkan masalah


Akan tetapi secara umum, proses berpikir akan menimbulkan kegiatan-kegiatan jiwa
berupa membentuk pengertian, membentuk pendapat, dan membentuk kesimpulan (Ahmadi,
2009).

A. Membentuk pengertian
Pengertian merupakan hasil proses berpikir yang merupakan rangkuman sifat-sifat pokok
(ciri khas) dari suatu barang atau kenyataan yang dinyatakan dalam suatu perkataan. Dengan
medapatkan suatu pengertian, kita akan dapat membedakan atau menyamakan satu entitas
dengan entitas yang lain. Dan dengan mendapatkan suatu perbedaan atau menyamakan kita
akan mendapatkan pengertian baru yang lebih konkret.

3
Ada dua macam pengertian, empiris dan logis. Pengertian empiris merupakan pengertian
yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari, sehingga hampir tidak ada proses berpikir.
Pengertian empiris dibentuk berdasarkan pengalaman dan pengamatan secara berulang.
Sedangkan pengertian logis atau ilmiah merupakan pengertian yang diperoleh dari aktivitas
berpikir secara sadar dan disengaja untuk memahami sesuatu. Pembentukan pengertian logis
melalui 4 proses, yaitu proses analisis, proses komparasi, proses abstraksi, dan proses
kombinasi.

- Proses analisis yaitu menguraikan unsur-unsur atau ciri-ciri dari sejumlah objek yang
sejenis.

- Proses komparasi yaitu membandingkan unsur-unsur yang telah dianalisis. Sehingga


didapatkan unsur yang sama, unsur yang bersifat umum, dan unsur yang bersifat
tambahan.

- Proses abstraksi yaitu mengurangkan atau menyisihkan sifat-sifat yang tambahan dari
sifat-sifat yang umum, sehingga yang ada hanya sifat-sifat umum saja.

- Proses kombinasi yaitu sifat-sifat umum yang bersamaan kita rangkum kemudian kita
tetapkan menjadi definisi.

B. Membentuk pendapat
Pendapat merupakan hasil prose berpikir dengan meletakkan hubungan antara tanggapan
yang satu dengan lain, antara pengertian yang satu dengan yang lain, yang dinyatakan dalam
suatu kalimat. Proses pembentukan pendapat dimulai dari menyadari adanya pengertian,
karena tanpa pengertian tidak akan ada pendapat.

C. Membentuk kesimpulan
Kesimpulan merupakan suatu pendapat baru yang dibentuk dari pendapat-pendapat lain
yang sudah ada. Cara-cara mengambil keputusan atau kesimpulan ada tiga macam yaitu
deduktif, induktif, dan analogi.

a. Kesimpulan Deduktif
Deduksi merupakan proses berpikir yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju
peroposisi yang baru sebagai sutau kesimpulan (Keraf dalam Sobur, 2003). Proses berpikir
deduktif berlangsung dari umum ke yang khusus. Dari teori, prinsip, yang bersifat umum,
kemudian diterapkan pada fenomena yang khusus untuk mendapatkan kesimpulan khusus
yang berlaku untuk fenomena tersebut (Sobur, 2003). Sehingga kesimpulan deduktif

4
merupakan suatu kesimpulan yang diambil dengan cara berpikir dari yang umum ke yang
khusus. Contoh kesimpulan deduktif yaitu:
Semua Mahasiswa Psikologi UM cerdas-cerdas (umum atau premis mayor)
Rizal Mahasiswa Psikologi UM (khusus atau premis minor)
Jadi, Rizal cerdas (kesimpulan khusus dari yang umum/deduksi)
Contoh di atas dalam logika disebut dengan silogisme. Kesimpulan deduktif dapat
diambil hanya jika kedua premis memliki unsur yang sama, atau dalam contoh di atas adalah
mahasiswa psikologi UM. Akan tetapi walaupun begitu, terdapat juga silogisme semu yang
kebenarannya tidak bisa diterima. Silogisme semu ini menjadi kekurangan dalam
pengambilan keputusan atau penarikan kesimpulan dengan cara deduktif. Kebenarannya tidak
bisa diterima karena tidak semua premis (mayor dan minor) itu benar, disebut kesalah
material. Dan terkadang salah dalam pengampilan kesimpulan dengan bertolak kepada premis
mayor dan minor, disbeut kesalah formal. Contoh silogisme semu:
Manusia bernapas dengan paru-paru (mayor)
Kerbau bernapas dengan paru-paru (minor)
Kerbau adalah manusia (silogisme semu)
Ini merupakan kesalah formal karena kerbau bukanlah manusia. Sedangkan contoh
kesalahan material adalah:
Mahasiswa yang rajin masuk kuliah akan mendapat nilai bagus (mayor)
Rizal mahasiswa yang rajin masuk kuliah (minor)
Rizal akan mendapatkan nilai yang bagus (konklusi)
Pengambilan kesimpulan ini merupakan bentuk kesalahan material. Kesalahan terdapat
pada premis mayor, karena mahasiswa yang rajin belum tentu dapat nilai bagus. Bisa jadi
memang rajin, kalau tidak pernah kerja tugas, tidak pernah memperhatikan, tidak pernah jwab
ujian, maka nilainya akan jelek.

b. Kesimpulan Induktif
Induksi merupakan proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena
individual untuk menentukan suatu kesimpulan umum. Jadi cara berpikir induksi yaitu
menarik kesimpulan yang umum dari yang khusus. Sehingga kesimpulan induktif merupakan
kesimpulan yang diambil dari cara berpikir dari yang khusus ke yang umum. Datanya
merupakan fenomena sekitar. Dasarnya adalah observasi. Proses berpikirnya adalah sintesis.
Dan tingkatan berpikirnya adalah induktif. Contoh berpikir induktif adalah sebagai berikut:
“Universitas Negeri Ngalam memiliki 8 fakultas, Psikologi, Sastra, Ekonomi, MIPA,

5
Tekhnik, Ilmu Keolahragaan, Ilmu Sosial, dan Ilmu Pendidikan. Fakultas Psikologi
terakreditasi baik. FE terakreditasi baik. FS terakreditasi baik. FMIPA terakreditasi baik. FIK
terakreditasi baik. FIS terakreditasi baik. FIP terakreditasi baik. Dan FT juga terakreditasi
baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Universitas Negeri Ngalam terakreditasi
baik”
Cara bepikir inilah yang disebut berpikir induktif. Semakin representatif sampel yang
diambil maka kesimpulan akan semakin baik atau mendekati kebedaran. Akan tetapi
sebaliknya jika sampel tidak representatif atau kurang, maka kesimpulan malah diragukan.

Kekurangan berpikir seperti ini, terkadang sampel yang diambil tidak dapat menjadi ukuran
sesuatu yang umum.

c. Kesimpulan Analogi
Jika deduktif merupakan dari umum ke khusus dan induktif merupakan dari khusus ke
umum, maka kesimpulan analogi merupakan pendapat khusus dari yang khusus. Dengan kata
lain kesimpulan analaogimerupakan kesimpulan yang diambil dari pendapat yang khusus
dengan membandingkan situasi. Analogi diambil dari pendapat khusus dengan memanfaatkan
situasinya yang sama. Contohnya, hari kemarin Anton terlambat ke sekolah karena hujan.
Kemudian di hari selanjutnya, juga turun hujan dan Anton terlambat juga. Sehingga dari sini
orang akan memanfaatkan keadaan yang sama yaitu hujan sebagai alasan kesimpulan bahwa
Anton akan terlambat ke sekolah lagi.
Kesimpulan analogi ini memang cenderung menggeneralisasikan atau menyamaratakan.
Sehingga tidak salah jika kesimpulan ini sering dianggap tidak logis dan kebenarannya
kurang dapat diterima.

1.1 Macam-macam Berpikir


Rakhmat (dalam Sobur, 2003) menuliskan ada dua macam berpikir, bepikir autistik dan
berpikir realistik. Bepikir autistik lebih mengarah pada cara berpikir yang imajinatif, fantasi,
dan bahkan dapat dikatakan jauh dari kehidupan nyata. Sedangkan berpikir realistik
merupakan arti sebaliknya dari berpikir autistik, yaitu sesuai dengan kehidupan nyata.
Kemudian, Ruch seperti yang dikutip Rakhmat (dalam Sobur, 2003) membagi berpikir
realistik menjadi tiga macam yaitu berpikir deduktif, induktif, dan evaluatif. Untuk deduktif
dan induktif telah dijelaskan pada cara pembentukan kesimpulan. Sedangkan berpikir
evaluatif yaitu berpikir kritis, menilai baik dan buruknya, tepat atau tidak tepatnya. Dalam

6
berpikir ini, tidak menambah dan mengurangi gagasan akan tetapi menilai menurut kriteria
tertentu (Rakhmat dalam Sobur, 2003).
Selain berpikir autistik dan realistik, juga ada yang menambahkan berpikir alamiah dan
ilmiah. Berpikir alamiah merupakan pola berpikir yang alami, kebiasaan yang sudah
diketahui umum. Contoh berpikir alamiah seperti: gula rasanya manis, garam rasanya asin,
api itu panas, dan lain-lain. Sedangkan berpikir yang ilmiah adalah berpikir yang secara
runtut, cermat, dan berdasarkan data atau informasi yang teruji kebenaraannya. Contoh
berpikir ilmiah seperti ketika menyimpulkan sesuatu dengan merujuk kepada data.
Selain yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa macam berpikir, yaitu:
- Berpikir dari pengalaman yaitu dengan menghimpun berbagai pengalaman untuk
pemecahan masalah.

- Berpikir representatif yaitu dengan mengingat sesuatu yang dapat mewakili sesuatu
yang lainuntuk pemecahan suatu masalah.

- Berpikir kreatif yaitu berpikir yang dapat menghasilkan sesuatu yang baru.

- Berpikir produktif yaitu berpikir untuk menghasilkan sasuatu yang bermanfaat.

- Berpikir rasional yaitu berpikir logis, berdasarkan fakta-fakta yang ada.

- Berpikir konvergen (vertikal) yaitu berpikir tradisional dan generatif yang bersifat
logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang
relevan.

- Berpikir divergen (lateral) yaitu berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan
informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat
menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan
untuk mencapai pemecahan yang tepat.

- Berpikir pendek yaitu berpikir dangkal, terburu-buru, tidak ilmiah, tidak logis.

1.2 Teori Perkembangan Berpikir


Karena berpikir merupakan salah satu dari kajian kognisi, maka teori yang sering
didengar berkenaan dengan perkembangan kognitif adalah teori Jean Piager. Teori
perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak
beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya.
Bagaimana anak mempelajari ciri – ciri dan fungsi dari objek – objek, seperti mainan, perabot
dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak

7
belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objekobjek
atau peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa
tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi walaupun proses
berfikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasikan oleh pengalamannya
dengan dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam menginterprestasikan
informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada
pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya.

Piaget memiliki pendapat bahwa ada 4 tahapan dalam perkembangan kognitif (Santrock:
2012), yaitu:

A. Tahap Sensorimotor (dari lahir sampai usia 2 tahun)


Menurut Piaget, perilaku bayi yang baru lahir merupakan refleks tanggapan yang
dibangun secara biologis terhadap rangsangan tertentu (misalnya, mengisap jari). Tapi dalam
bulan kedua, bayi mulai menunjukkan perilaku yang m77ereka ulang terus menerus, yang
mencerminkan perkembangan persepsi dan skema berbasis perilaku yang disebut tahap
sensorimotor. Awalnya perilaku ini berfokus pada tubuh mereka sendiri secara eksklusif
(misalnya, mereka mungkin berulang kali menempatkan jari tertentu dalam mulut mereka),
tapi akhirnya perilaku mereka melibatkan objek di sekitarnya juga. Piaget mengatakan bahwa
pada sebagian besar tahun pertama perilakunya bersifat spontan dan tidak terencana.

B. Tahap Praoperasional (umur 2 sampai umur 6 atau 7)


Kemampuan untuk menggambarkan benda-benda dan peristiwa secara mental (pemikiran
simbolik) memberikan pandangan yang luas tentang dunia pada anak-anak. Salah satu
sumber simbol utama pada tahap ini adalah bahasa. Kosakata yang meningkat memberikan
skema yang baru yang berfungsi sebagai simbol yang memungkinkan anak-anak untuk
berpikir tentang objek dan peristiwa di waktu yang berbeda dan di tempat yang jauh. Selain
itu, bahasa memungkinkan anak-anak untuk mengkomunikasikan pikiran mereka dan
menerima informasi dari orang lain.

C. Tahap Operasional Konkrit (usia 6 atau 7 sampai usia 11 atau 12)


Ketika anak-anak pindah ke tahap operasi konkret, proses berpikir mereka mulai
mengambil bentuk operasi logis yang memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan
berbagai kualitas dan perspektif suatu obyek atau kejadian. Pemikiran operasional tersebut

8
memungkinkan sejumlah kemampuan yang lebih maju. Misalnya, anak-anak sekarang
menyadari bahwa sudut pandang dan perasaan mereka sendiri belum tentu dimiliki oleh
orang lain dan mungkin mencerminkan pendapat pribadi. Mereka dapat menerapkan operasi
logis mereka hanya untuk hal yang bersifat konkrit, objek dan peristiwa yang dapat diamati –
itulah sebabnya disebut operasional konkret.

D. Tahap Operasional Formal (umur 11 atau 12 sampai masa dewasa)


Pada sekitar pubertas, anak memasuki tahap operasi formal. Pada titik ini, mereka
menjadi mampu berpikir dan membuat penalaran tentang hal-hal yang memiliki dasar dalam
realitas fisik, konsep-konsep abstrak, ide hipotetis, pernyataan yang bertentangan dengan
fakta, dan sebagainya. Misalnya, mereka menjadi mampu melihat makna yang mendasari
peribahasa seperti Bagai kacang lupa kulitnya atau habis manis sepah dibuang. Selain itu
mereka menjadi lebih mampu memahami konsep-konsep abstrak matematika, ilmu

pengetahuan, dan ilmu-ilmu sosial.

1.3 Berpikir Kritis, Kreatif, Ilmiah dan Metakognisi


Santrock (2012) menyebtukan bahwa ada tiga aspek penting dalam berpikir, yaitu kritis,
kreatif, dan ilmiah. Berpikir kritis merupakan kegiatan berpikir yang reflektif, produktif, dan
mengevaluasi fakta. Dan yang menjadi aspek penting dalam berpikir kritis adalah penuh
perhatian (mindfulness). Penuh perhatian diartika sebagai sikap waspada, penuh perhatian,,
dan fleksibel secara kognisi dalam menjalani tugas sehari-hari.
Berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk berpikir dengan cara-cara yang baru dan
tidak biasa, serta untuk menemukan solusi yang unik terhadap masalah yang dihadapi.
Dengan demikian kreativitas berbeda dengan intelegensi. Intelegensi lebih mengarah pada
berpikir konvergensi, yaitu cara berpikir yang menghasilkan sebuah jawaban yang tepat dan
ditandai dengan jenis berpikir yang dapat diukur dengan tes intelegensi. Sebagai contoh
adalah pertanyaan; berapa banyak uang lima ribuan yang anda dapat jika ditukar dengan uang
lima ratusan sebanyak dua ratus?. Sedangkan berpikir kreatif lebih mengarah kepada cara
berpikir divergensi, yaitu cara berpikir yang menghasilkan berbaga jawaban terhadap suatu
pertanyaan yang sama dan ditandai dengan adanya kreativitas. Contoh, apa gunanya bulpen
selain untuk menulis? Dan pertanyaan yang tidak menuntut untuk dijawab dengan tepat lain
yang dapat mengukur seberapa kreatif individu.
Berpikir ilmiah, sebagai mana yang telah dijelaskan sebelumnya, berpikir ilmiah
merupakan cara berpikir yang dilandasakan dengan ilmu pengetahuan, teori-teori, atau

9
faktafakta yang dapat diuji kebenarannya. Ketiga cara bepikir ini (kritis, kreatif, dan ilmiah)
sangat penting dalam dunia pendidikan. Berpikir kritis digunakan untuk menanggapi isu-isu
terkini, menganalisis, mengaitkan, hingga menyimpulkan. Sehingga informasi yang ada tidak
ditelan mentah-mentah. Sedangkan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam pemecahan
masalah, menghasil suatu inovasi-inovasi dalam ilmu pengetahun. Sedangkan berpikir ilmiah
sangat diperlukan untuk mempertanggungjawabkan pendapat, menguji kebenaran.
Kemudian metakognisi merupakan suatu kemampuan untuk melihat pada diri sendiri
sehingga apa yang dilakukan dapat dikontrol dengan optimal. Ketika seseorang dapat
mengaktifkan metakognisi, maka kemampuan untuk memecahkan masalah akan tinggi.
Sebab ketika ia mengerjakan suatu hal, ia memikirkan sebab, alasan, dan akibat ia
mengerjakan suatu hal itu. Sehingga metakognisi merupakan suatu kesadaran tentang kognitif
kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya.

Beberapa strategi untuk meningkatkan kemampuan metakognisi individu, antara lain:

- Identifikasi diri yaitu dengan mengetahui apa yang aku bisa dan apa yang tidak aku
bisa.

- Regulasi diri yaitu pengaturan diri melalui perencanaan, penjadwalan kegiatan.

- Monitoring dan evaluasi yaitu mengawasi kegiatan yang telah dijadwalkan,


memegang erat apa yang telah dijadwalkan, dan mengevaluasi, menambah atau
mengurangi kegiatan, menilai, dan mnimbang baik buruknya.

2. Penutup

2.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan, sebagai berikut:

a. Berpikir merupakan kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung,


mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan,
menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada,
menimbang, dan memutuskan.

b. Dalam proses berpikir akan menimbulkan kegiatan jiwa berupa membentuk


pengertian, membentuk pendapat, dan membuat kesimpulan.

c. Cara pengambilan kesimpulan ada tiga yaitu: deduktif, induktif, dan analogi.

d. Macam-macam berpikir: berpikir autistik, berpikir realistik, berpikir alamiah, berpikir


ilmiah, berpikir dari pengalaman, berpikir representatif, berpikir kreatif, berpikir

10
pendek, berpikir produktif, berpikir konvergen, berpikir divergen, dan berpikir
rasional.

e. Teori perkembangan kognitif piaget: sensori-motorik, praoperasional, operasional


konkret, dan operasional formal.

f. Berpikir kritis yaitu berpikir yang mengevaluasi, mewaspadai, reflektif, dan produktif.

g. Berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang tidak biasa, dengan cara-cara yang
baru, dan dapat menemukan pemecahan masalah dengan cara-cara yang unik.

h. Berpikir ilmiah merupakan cara berpikir dengan dilandasi ilmu pengetahuna, teori,
dan fakta yang teruji kebenarannya.

i. Metakognisi merupakan kemampuan untuk melihat kognisi diri sendiri. Strategi


meningkatkannya dengan self identity, self regulation, self monitoring, dan self
evaluation.

2.2 Saran
Saran yang dapat penulis ajukan adalah,

a. Bagi pendidik, selain memperhatikan peserta didik untuk mengetahui definis, proses,
dan teori tetang berpikir, juga memperhatikan aplikasinya dalam kehidupan seharihari,
terlebih berkenaan dengan metakognisi.

b. Bagi peserta didik, untuk dapat memahami dengan benar tentang materi berpikir,
sehingga mampu mengaplikasikannya di kehidupan nyata.

11

Anda mungkin juga menyukai