Dalam banyak hadist, rezeki kita semua sudah ditentukan sejak pagi hari. Maka tidak
heran, Islam menyuruh umatnya untuk sudah giat bekerja setelah menunaikan shalat Shubuh.
Selain itu, dalam Islam, ada beberapa amalan yang memang bisa mendatangkan rezeki. Apa
saja?
Ada amalan yang diajarkan Allah dan Rosul, yang dapat memperlancar datangnya rezeki, di
antaranya :
Istighfar yang berarti meminta ampun kepada Allah dalam arti membaca kalimat
istighfar yaitu “Astaghfirullah” yang artinya aku minta ampun kepada Allah. Berdasarkan
Firman Allah dalam Alqur’an Surat Nuh Ayat 10 yang artinya “Memintalah ampun kalian
kepada Tuhan kalian sesungguhnya Dia Maha Pengampun”. Di samping meminta ampun
kepada Allah adalah perintah dari Allah, memperbanyak membaca istighfar banyak
membawa manfaat yang lain, berdasarkan sabda dari Rosulullah SAW dalam hadist riwayat
Ahmad yang artinya “Barang siapa yang memperbanyak membaca istighfar maka Allah akan
menjadikan segala kesusahan, menjadi kemudahan dan dari segala kesempitan Allah
menjadikan jalan keluar dan Allah akan memberi rezeki untuknya dari yang dia sangka
maupun yang tidak dia sangka”. Yang pasti, memperbanyaklah membaca istighfar agar
dimudahkan Allah, baik dalam semua perkara kita maupun dimudahkan dalam rezeki kita.
Sesuatu yang kita keluarkan untuk infaq fiisabilillah, Allah akan melipatgandakan,
bahkan sampai 700 kali lipat dari apa-apa yang di infaqkan, sesuai dengan firman Allah
dalam Alqur’an Surat Al-Baqoroh ayat 261 yang artinya “Perumpamaan orang-orang yang
menginfaqkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran)
bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui”.
Dan juga Allah berfirman dalam Hadist Qudsi yang artinya “Allah yang Maha Mulya dan
Maha Agung berfirman : infaqlah kalian maka Aku akan memberi nafkah untuk kalian”.
(HR.Bukhori). Harta yang kita infaqkan (shodaqohkan) tidak akan habis sebab shodaqoh
tidak akan mengurangi pada harta. seumpama sumur (sumber air) walupun diambil airnya,
Menyambung famili juga merupakan perintah dari Allah dan Rosul, berdasarkan dalil
dalam Al-Qur’an Surat An-Nisaa ayat 1, yang artinya “Dan bertaqwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
Disamping menyambung famili merupakan perintah dari Allah dan Rasul, jika seseorang
sering mempererat tali shilaturrahim, maka dimudahkan dalam rezekinya. Berdasarkan sabda
Rasululloh SAW dalam Hadist Bukhori yang artinya “Barang siapa yang ingin diluaskan
dalam rezekinya dan ingin di panjangkan dalam umurnya maka supaya menyambung famili”.
Salah satu kewajiban seseorang kepada orang lain dalam agama islam adalah
menghormati tamu. Baik tamu itu seorang saudara maupun bukan, sudah iman maupun
belum. Baik tamu itu kaya maupun miskin. Yang jelas semua tamu harus dihormati dan di
agungkan. Selain menjadi perintah Allah dan Rasul. Ternyata menghormati tamu meluaskan
rezeki. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW dalam Hadist Riwayat Abu Syaikh yang artinya
“Tamu datang dengan membawa rezekinya dan dia pergi dengan menghilangkan dosa kaum,
dan Allah menghapus dari dosanya dan juga dosa-dosa kaum”. Berdasarkan hadist ini,
siapapun yang menjadi tamu harus dihormati jangan disia-siakan, sebab jika menyia-nyiakan
jujur dan amanat merupakan sifat orang iman. Bila seseorang menganggap dirinya
sebagai orang iman, tetapi dia belum bisa berbuat jujur dan amanah berarti keimanan orang
tersebut belum sempurna. Sifat amanat merupakan perintah Allah juga kepada semua orang
iman sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an Surat An Nisaa’ ayat 58, yang artinya
ahlinya (yang berhak menerima)”. Rosulullah SAW dalam Hadist Riwayat Dailami, yang
artinya “Amanah bisa menarik rezeki (mendatangkan) pada rezeki sedangkan khianat dapat
yang jujur dan amanat, hidup akan penuh rasa kedamaian dan tidak ada rasa su’udhon
Taqwa kepada Allah berarti bisa mengerjakan semua perintah Allah sekaligus
menjauhi semua larangan-Nya. Dengan demikian Allah akan memudahkan rezeki sesuai
dengan firman Allah dalam Al Qur’an Surat At Tholaq ayat 2-4, yang artinya: “Barangsiapa
bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberi baginya jalan keluar. Dan memberinya
rezeki dari arah yang tidak di sangka-sangka…. Baramgsiapa bertaqwa kepada Allah, maka
Allah akan memudahkan di dalam semua perkara orang tersebut”. Perbuatan-perbuatan dosa
yang bisa mengakibatkan manusia masuk ke dalam neraka, ternyata bisa mengakibatkan
rezekinya tidak lancar sesuai sabda Rasulullahi SAW dalam Hadist Sunan Ibnu Majah yang
(dosa) yang telah ia kerjakan”. Dengan hadist ini, apabila telah melakukan perbuatan dosa
segeralah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, sehingga bisa bersih dari dosa dan
dicukupi kebutuhannya. Sesuai dengan firman Allah dalam Surat At Thoolaq ayat 3 , yang
artinya : “…Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
Sunan Ibnu Majah, yang artinya : “Nabi Bersabda : seandainya kalian tawakal kepada Allah
dengan sebenar-benarnya tawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberi rezeki pada
kalian sebagaimana Allah memberi rezeki pada burung , ketika pagi burung dalam keadaan
lapar namun ketika sore burung dalam keadaan kenyang”. Dengan bertawakal kepada Allah,
Berprasangka baik merupakan perintah dari Allah dan Rosul, ternyata mendatangkan
rezeki dari Allah. Berprasangka yang baik merupakan inti dan sebaik-baiknya ibadah kepada
Allah, sesuai sabda Rosulullahi SAW dalam Hadist Riwayat At Tirmidzi, yang artinya :
Rasulullah maupun sebelumnya. Pada saat itulah Allah turun ke langit dunia dan berfirman
seperti yang dijelaskan dalam Hadist Bukhori, yang artinya : “Rosulullah SAW bersabda :
Allah yang Maha Barokah dan Maha Luhur setiap malam turun ke langit duniaketika tepat
pada waktu 1/3 malam yang akhirsambil berfirman : Barang siapa yang berdoa padaKu akan
Aku kabulkan, barang siapa yang minta padaKu akan Aku beri dan barang siapa yang minta
datangnya rezeki. Tapi manusia harus tetap berusaha atau ikhtiar, dan memperbanyak berdoa.
Jangan hanya menggantungkan dengan qodar atau bahkan tidak percaya dengan qodar.
(menjadi kaum murji’ah atau kaum qodariyah). Hingga dalam hidup tidak hanya melulu
mengurusi dunia atau melulu mencari materi, tetapi harus seimbang antara dunia dan
akheratnya.