Anda di halaman 1dari 12

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

(SOP)
PELAYANAN KONSELING PRETES DIRUJUK

Tanggal Terbit : Ditetapkan di curup


Maret 2022 Direktur RSUD Curup

dr, Rheyco Victoria, Sp.An


NIP. 19800911200804 1 001
Pengertian Tes yang dilakukan untuk mengetahui status HIV dan dilakukan
secara sukarela serta melalui proses konseling terlebih dahulu.
Konseling HIV adalah dialog atau konsultasi rahasia antara klien
dengan konselor HIV.
 Klien mendapatkan pelayanan konseling di ruangan atau tempat
Tujuan yang nyaman dan aman.
 Klien mendapatkan pelayanan konseling pretes yang terjaga
kerahasiaan.
 Klien mendapat pelayanan konseling pre – tes sesuai standard.
 Klien dapat mengambil keputusan untuk melakukan tes HIV
dengan bantuan konselor
 Klien mendapatkan tujukan untuk dilakukan tes HIV.
Penanggung Jawab Konselor
Alat & Bahan  Ruangan sesuai standard ( lihat standard ruangan konseling )
 1 Meja dan 2 kursi yang diatur menurut huruf L
 Aman File yang dapat dikunci
 Lampu / Penerangan cukup
 Sirkulasi udara yang baik dan sejuk
 Alat peraga yang minimal terdiri dari :
a. Leafet kesehatan tentang IMS dan HIV – AIDS
b. Dildo
c. Kondom
d. Stiker
e. Alat peraga jarum suntik
 Fom informed consent
 Formulir permintaan dan hasil testing.
 Formulir rujukan ke Manajer Kasus
 Bukti pembayaran
 Dokumen klien
 Ceklis konseling pretes
 Alat tulis
 Tissue
 Kalender
 Tempat sampah
Prosedur 1. Konselor menyiapkan perlengkapan untuk konseling
2. Konselor memanggil klien ( dengan menyebut nomer registrasi )
dan mempersilahkan masuk keruangan.
3. Konselor mempersilahkan klien duduk dengan nyaman di kursi
yang telah tersedia
4. Konselor memberi salam dan memperkenalkan diri.
5. Konselor memeriksa ulang nomor kode klien dalam formulir
dokumen klien.
6. Konselor menyakan latar belakang kunjungan dan alas an
kunjungan.
7. Konselor memberikan informasi tentang HIV – AIDS sesuai dengan
yang ada pada ceklis untuk konseling, pretes ( ceklis pada
lampiran ).
8. Konselor mengklarifikasi tentang fakta dan mitos tentang HIV –
AIDS, termasuk tentang IMS dan menawarkan pemeriksaan IMS
secara rutin, khususnya bagi penasun ( IDU )
9. Konselor membantu klien untuk menilai resiko risiko diri klien.
10. Konselor membantu klien untuk membantu keputusan untuk
dilakukan tes HIV, antara lain dengan menjelaskan keuntungan dan
akibat melakukan tes HIV.
11. Konselor mendiskusikan prosedur tes HIV / AIDS, waktu untuk
mendapatkan hasil dan arti dari hasil tes.
12. Konselor mendiskusikan kemungkinan tindak lanjut setelah ada
hasil tes.
13. Konselor menjelaskan Implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV
dan memfasilitasi diskusi tentang cara menyesuaikan diri dengan
status HIV.
14. Konselor VCT menjajaki kemampuan klien dalam mengatasi
masalah.
15. Konselor VCT melakukan penilaian system dukungan.
16. Konselor VCT memberikan waktu untuk berfikir.
17. Bila klien menyetujui untuk ditest, konselor memberikan form
informen consent kepada klien dan meminta tanda tangannya
setelah klien membaca isi form.HIV – AIDS.
18. Konselor mengisi dokumen klien dengan lengkap dan mengisi
form rujukan ke laboratorium.
19. Konselor membuat perjanjian dengan klien untuk kembali ke
klinik bila hasil sudah ada (Paling lama 2 hari )
Bila di klinik VCT tersedia fasilitas pengambilan darah :
1. Konselor mengantarkan klien ke tempat pengambilan dan
menyerahkan form laboratorium kepada petugas pengambilan
darah.
2. Bila klien tidak menyetujui untuk di test, konselor menawarkan
kepada klien untuk datang kembali sewaktu – waktu bila masih
memerlukan dukungan dan untuk dilakukan tes.
3. Konselor mengucapkan salam dan mengakhiri proses.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
PETUGAS PENGAMBILAN SAMPEL , DARAH DI
KLINIK VCT TESTING DIRUJUK

Tanggal Terbit : Ditetapkan di curup


Maret 2022 Direktur RSUD Curup

dr, Rheyco Victoria, Sp.An


NIP. 19800911200804 1 001
Pengertian Suatu Tindakan pengambilan darah vena yang diambil dari pembuluh
darah vena untuk mendapatkan sampel darah
 Klien mendapatkan pelayanan, pemeriksaan HIV sesuai standard.
 Identitas klien terjaga kerahasiaannya.
Tujuan
 Hasil tes HIV didapatkan pada periode yang sudah ditentukan
( Maksimal 3 hari )
Penanggung Jawab Petugas pengambil sampel darah klinik VCT

Alat & Bahan  Buku Registrasi pemeriksaan laboratorium


 Form permintaan pemeriksaanLaboratorium
 Form permintaan rujukan ke laboratoriumjejaring
 Peralatan pengambilan sampel darah sesuai Standar
 Alat tulis

Prosedur 1. Petugas pengambil darah menerima surat permintaan pemeriksaan


yang sudah ditanda tangani dokter atau konselor
2. Petugas penambil darah mencatat dalam buku pencatatan.
3. Petugas pengambil darah menyiapkan alat pengambilan darah.
4. Petugas menulis code ke tabung SST
5. Petugas memanggil klien / mendatangi klien di ruang/ area
pengambilan darah menggunakan nomer registrasi klien dan
menyilahkan klien masuk.
6. Petugas menjelaskan secara singkat prosedur pengambilan darah
dan menyiapkan klien untuk diperiksa
7. Petugas melakukan pengambilan sampel darah sesuai standard
yang berlaku ( lihat Preotap pengambilan darah )
8. Petugas menyatakan kepada klien bahwa pengambilan sampel
sudah selesai.
9. Lakukan prosedur penanganan sampel dan pengiriman sampel
sesuai protap pengiriman sampel.
Mengirim sampel darah dan mengambil hasil pemeriksaan :
1. Sampel darah dan form permintaan laboratorium diantar ke
laboratorium yang menjadi jejaring klinik oleh petugas klinik
( sesuai kesepakatan klinik )
2. Hasil test darah dalam amplop tertutup diambil dari
laboratorium oleh petugas / konselor ( sesuai kesepakatan klinik )
3. Konselor memeriksa amplop hasil test darah yang diterima ,
apakah masih dalam keadaan tertutup.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
PELAYANAN KONSELING PASCA TES KLINIK VCT

Tanggal Terbit : Ditetapkan di curup


Maret 2022 Direktur RSUD Curup

dr, Rheyco Victoria, Sp.An


NIP. 19800911200804 1 001
 Klien mendapatkan hasil pemeriksaan tes HIV dengan penjelasan
implikasinya dari konselor.
Tujuan
 Klien mendapatkan dukungan sesuai dengan hasil test
 Klien mendapatkan dukungan tindak lanjut.
Penanggung Jawab Konselor VCT
Alat & Bahan  Buku Registrasi
 Formulir Konseling Klien yang di test
 Formulir hasil testing dari laboratorium
 Formulir rujukan ke Manajer Kasus
 Alat tulis
 Alat peraga ( sama dengan konseling pre – test )
 Ceklis konseling post - test
Prosedur 1. Konselor memanggil klien dengan menyebutkan nomor registrasi
seperti prosedur pemanggilan konseling pre- test
2. Konselor memperhatikan komunikasi non verbal saat klien
memasuki ruang konseling
3. Konselor mengkaji – ulang secara singkat dan menanyakan keadaan
umum klien
4. Konselor memperlihatkan amplop hasil tes yang masih tertutup
kepada klien
5. Konselor menanyakan kesediaan klien untuk menerima tes.
- Apabila klien menyatakan sudah siap / sanggup menerima
hasil tes, maka konselor menawarkan kepada klien untuk
membuka amplop bersama konselor.
- Apabila klien menyatakan belum siap, konselor memberi
dukungan kepada klien untuk menerima hasil dan beri waktu
sampai klien menyatakan dirinya siap.
6. Konselor membuka amplop dan menyampaikan secara lisan hasil
testing HIV
7. Konselor memberi kesempatan klien membaca hasilnya.
8. Sediakan waktu yang cukup untuk menyerap informasi tentang
hasil.
9. Konselor menjelaskan kepada klien tentang hasil testing HIV yang
telah dibuka dan yang telah dibaca bersama.
10. Konselor memberikan kesempatan dan ventilasikan keadaan
emosinya.
11. Konselor menerapkan manajemen reaksi
Bila hasil test positif :
1. Konselor memeriksa apa diketahui klien tentang hasil test.
2. Konselor menjelaskan dengan tenang arti hasil pemeriksaan .
3. Konselor memberi kesempatan untuk memventilasikan emosi.
4. Konselor memfasilitasi coping problem ( kemampuan
menyelesaikan masalah )
5. Setelah klien cukup tenang dan konseling dapat dilanjutkan,
konselor menjelaskan beberapa informasi sebagai berikut :
- Pengobatan ARV
- Kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual
- Menawarkan konseling pasangan.
6. Konselor menawarkan secara rutin klien mengikuti
pemeriksaan sepilis dan manfaat pengobatan sifilis.
7. Untuk klien perempuan terdapat fasilitas layanan pemeriksaan
kehamilan dan rencana penggunaan alat kontasepsi bagi laki –
laki dan perempuan.
8. Memotivasi agar dating ke klinik untuk evaluasi awal secara
medis.
9. Konselor dan klien menyepakati waktu kunjungan berikutnya
10. Apabila pada waktu yang ditentukan klien tidak bisa hadir,
disarankan untuk menghubungi konselor melalui telpon untuk
perjanjian berikutnya.
11. Konselor memberikan kesepakatan kepada klien untuk
bertanya mengenai hal – hal yang belum diketahui.
12. Konselor menaarkan pelayanan VCT pada pasangan klien
13. Apabila klien sudah jelas dan tidak ada pertanyaan, maka
konselng pasca- testingditutup.
14. Memotivasi agar bersedia didampingi oleh MK
15. Konselor mengisi form pasca – testing.

Bila hasil test negatif :


1. Konselor mendiskusikan kemungkinan klien masih berada
dalam periode jendela
2. Konselor membuat ikhtisar dan gali lebih lanjut berbagai
hambatan.
3. Konselor memastikan klien paham mengenai hasil test yang
diteriama dan pengertian periode jendela.
4. Menjelaskan kebutuhan untuk melakukan tes ulang dan
pelayanan VCT bagi pasangan .
5. Menjelaskan upaya penurunan risiko yang dapat dilakukan.
6. Konselor memberi kesepakatan kepada klien untuk bertanya
mengenai hal – hal yang belum diketahui.
7. Apabila klien sudah jelas dan tidak ada pertanyaan, maka
konseling pasca – testing ditutup
8. Konselor memotivasi agar bersedia didampingi oleh MK untuk
mempertahankan perilaku yang aman.
9. Membuat perjanjian untuk kunjungan ulang bila dibutuhkan.
10. Konselor mengisi form pasca konseling.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
PROFILAKSIS PASCA PAJANAN

Tanggal Terbit : Ditetapkan di curup


Maret 2022 Direktur RSUD Curup

dr, Rheyco Victoria, Sp.An


NIP. 19800911200804 1 001

ALUR PROFILAKSIS PASCA PAJANAN

Pertolongan
PERTAMA

Penilaian risiko pajanan Penilaian sumber

Pajanan ?

Konseling Profilaksis Pasca Pajanan

Konseling Pra - tes

Tes dasar HIV dan serologi

Lain yang dibutuhkan

Dokumentasi Formal
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
PELAYANAN PETUGAS MANAJEMEN KASUS

Tanggal Terbit : Ditetapkan di curup


Maret 2022 Direktur RSUD Curup

dr, Rheyco Victoria, Sp.An


NIP. 19800911200804 1 001
 Klien mendapatkan dukungan sesudah mendapat hasil tes HV,
baik klinik maupun di rumah .
Tujuan
Penanggung Jawab Konselor VCT
Alat & Bahan  Buku Registrasi
 Formulir Konseling Klien yang di test
 Formulir hasil testing dari laboratorium
 Formulir rujukan ke Manajer Kasus
 Alat tulis
 Alat peraga ( sama dengan konseling pre – test )
 Ceklis konseling post – test.

Prosedur 1. Konselor memanggil klien dengan menyebutkan nomor register


seperti prosedur pemanggilan konseling pre – test
2. Konselor memperhatikan komunikasi non verbal saat klien
memasuki ruangan konseling
3. Konselor mengkaji – ulang secara singkat dan menanyakan keadaan
umum klien
4. Konselor memperlihatkan amplop hasil tes yang masih tertutup
kepada klien
5. Konselor menanyakan kesiapan klien untuk menerima test.
a. Apabila klien menyatakan sudah siap / sanggup menerima
hasil test, maka konselor menawarkan kepada klien untuk
membuka amplop bersama konselor.
b. Apabila klien menyatakan belum siap,konselor memberi
dukungan kepada klien untuk menerima hasil dan beri
waktu sampai klien menyatakan dirinya siap
6. Konselor membuka amplop dan menyampaikan secara lisan hasil
testing HIV.
7. Konselor memberi kesempatan klien membaca hasilnya.
8. Sediakan waktu yang cukup untuk menyerap informasi tentang
hasil.
9. Konselor menjelaskan kepada klien tentang hasil testing HIV yang
telah dibuka dan yang telah dibaca bersama.
10. Konselor memberikan kesempatan dan ventilasikan keadaan
emosinya.
11. Konselor menerapkan menejemen reaksi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
SKRINING PASIEN TERSANGKA HIV / AIDS

Tanggal Terbit : Ditetapkan di curup


Maret 2022 Direktur RSUD Curup

dr, Rheyco Victoria, Sp.An


NIP. 19800911200804 1 001

Skrining pasien tersangka hiv – AIDS yaitu proses kegiatan yang


harus dilakukan untuk mengetahui apakah pasien yang masuk ke
Pengertian
RSUD Kabupaten Rejang Lebong adalah tersangka HIV –AIDS
sehingga kepada pasien tersebut dapat diberikan pelayanan
sesuai dengan fasilitas dan tenaga ahli di RSUD Kabupaten
Rejang Lebong.

Tujuan 1. Untuk mencegah terjadinya pasien tersangka HIV / AIDS


datang ke RSUD Kabupaten Rejang Lebong namun tidak
dapat dilayani dengan optimal.
2. Agar pasien tersangka HIV / AIDS mendapatkan pelayanan
secara cepat dan tepat.

Kebijakan Keputusan Direktur ………………………….. tentang kebijakan


penanggulangan pasien HIV / AIDS ( ODHA ) bahwa RSUD
Kabupaten Rejang Lebong dapat melakukan Skrining terhadap
pasien tersangka HIV / AIDS.

Prosedur 1. Pasien – pasien di IGD, Poliklinik, Ruang Perawatan, kamar


bersalin dan Kamar operasi yang diperkirakan tersangka
penderita HIV / AIDS harus dilakukan Informed Consent oleh
dokter untuk dilakukan skrining yang tertulis dalam formulir
Informed consent.
2. Pasien – pasien di IGD, poliklinik, Ruang Perawatan, Kamar
Bersalin, dan kamar operasi yang sudah terdiagnosa HIV dan
dalam pengobatan ARV , petugas harus melakukan penangan
dengan menggunakan APD lengkap.
3. Skrining pasien – pasien yang dicurigai HIV / AIDS dilakukan
dengan cara :
a. Pemeriksaan darah dengan menggunakan metode Rapid
Test.
-Jika hasil Positif dirujuk kepusat Hiv ( menurut keputusan
menteri Kesehatan Nomor 782/MENKES/SK/IV/2011 tentang
Rumah Sakit rujukan bagi ODHA untuk kota / Kabupaten
yaitu RSUD Kabupaten Rejang Lebong), untuk konseling
dan pengobatan ARV.
-Jika Negatif pasien dapaat melanjutkan penangan seperti
semula.
b. Untuk pasien – pasien yang ada dikamar bersalin, kamar
operasi, kamar perawatan yang terdiagnosa HIV dan
dalam pengobatan ARV tidak perlu dirujuk tetapi
diupayakan pengobatannya bisa dilanjutkan di RSUD
Kabupaten Rejang Lebong.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
PELAYANAN VCT RAWAT JALAN

Tanggal Terbit : Ditetapkan di curup


Maret 2022 Direktur RSUD Curup

dr, Rheyco Victoria, Sp.An


NIP. 19800911200804 1 001

Pengertian Urutan langkah – langkah klien / pasien yang akan mendapatkan layanan
VCT

Tujuan Agar pasien mudah untuk mendapatkan layanan VCT


Kebijakan Keputusan Direktur No……………………. tentang Pemberlakuan pedoman
pelayanan Konseling dan testing HIV / AIDS secara sukarela ( Voluntary
Caunseling and testing )
Prosedur 1. Klien mendaftar dibagian pewndaftaran rawat jalan.
2. Klien menunggu / datang dipoli klinik VCT
3. Konseling Pre Test
4. Bila klien / pasien setuju dilakukan testing, menanda tangani
Inform Consent, bila klien tidak setuju maka pemeriksaan
laboratorium tidak dilakukan.
5. Dilakukan pengambilan darah dilaboratorium
6. Kembali datang untuk Post Test sesuai perjanjian dengan
konselor
7. Bila hasil Negatif, kembali tes ulang bila diperlukan
8. Bila hasil Positif dilakukan konseling lanjutan dan bila perlu
dukungan sesama ODHA.
9. Bila klien / pasien setuju dirujuk ke Pelayanan Menejemen Kasus (
MK). Bila tidak mau, dirujuk ke pelayanan medis lanjutan.
10. Bila sakit berat perlu perawatn akut dirujuk ke Rawat Inap
11. Bila perlu dirujuk ke layanan CST.

Anda mungkin juga menyukai